PBL FARMAKOTERAPI
RUMAH SAKIT
IBNU SINA
OLEH
MIFTAH ULAH SHALEH
701000112096
70100112022
HIKMAWATI
70100112057
WIWIN KHAERUNNISA
70100112052
WAHYUNI SARIYATI
70100112093
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) ALAUDDIN MAKASSAR
SAMATA-GOWA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas Berkat, Rahmat dan
Hidayah-Nyalah, sehinnga kami dapat menyusun laporan PBL FARMAKOTERAPI sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan.
Shalawat serta Salam tetap tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari alam yang gelap gulita menuju alam yang terang benderang
seperti yang kita rasakan saat ini.
Menyusun Laporan PBL FARMAKOTERAPI merupakan salah satu tugas dan
persyaratan untuk memenuhi kebutuhan diskusi dalam bertukar pikiran dalam mata kuliah PBL
FARMAKOTERAPI.
Dalam laporan PBL FARMAKOTERAPI ini, dapat kami selesaikan berkat kerja sama
yang baik dan kompak dari kelompok kami untuk menyelesaikan laporan ini. Tetapi, kami sadar
bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan atau masih membutuhkan suatu perbaikan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak baik dosen maupun
teman-teman yang bersifat membangun agar dapat lebih disempurnakan lagi untuk kedepannya.
Terima kasih...
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul................................................................................................................... i
Kata Pengantar.................................................................................................................. ii
Daftar Isi............................................................................................................................. iii
Bab I Pendahuluan ........................................................................................................... 1
I.1. Latar Belakang...................................................................................................... 1
I.2. Tujuan PBL Farmakoterapi................................................................................... 2
Bab II Tinjauan Pustaka................................................................................................... 3
II.1. Konsep Pharmaceutical Care............................................................................... 3
II.2. Penyakit-Penyakit di Rumah Sakit Ibnu Sina...................................................... 5
Bab III Studi Kasus...........................................................................................................
III.1. Kasus 1...............................................................................................................
III.2. Kasus 2...............................................................................................................
III.3. Kasus 3...............................................................................................................
Bab IV Studi Kasus Mini Teaching Apotek.....................................................................
IV.1. Kasus (Resep) 1..................................................................................................
IV.2. Kasus (Resep) 2..................................................................................................
Bab V Penutup...................................................................................................................
V.1. Kesimpulan...........................................................................................................
V.2. Saran.....................................................................................................................
Lampiran-lampiran..............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Pelayanan kefarmasian yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai
komoditi telah berkembang orientasinya pada pelayanan kepada pasien (pharmaceutical care).
Apoteker di rumah sakit diharapkan memberikan pelayanan kefarmasian kepada pasien, yang
memastikan bahwa pengobatan yang diberikan pada setiap individu pasien adalah pengobatan
yang rasional. Selain mampu menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat agar mampu
memberikan manfaat bagi kesehatan dan berbasis bukti (evidence based medicines), pelayanan
kefarmasian juga diharapkan mampu mengidentifikasi, menyelesaikan dan mencegah masalah
terkait pengunaan obat yang aktual dan potensial.
Pelayanan Farmasi adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem kesehatan rumah
sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien dengan menyediakan obat yang bermutu
termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.
Pelayanan farmasi klinik di rumah sakit sebagai salah satu sistem memegang peranan
yang cukup penting dalam meningkatkan pelayanan di rumah sakit, terutama dalam pengobatan
dan perawatan pasien, baik dilihat dari sudut kepentingan pasien maupun kepentingan rumah
sakit sendiri.
Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya
kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Upaya
kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif),
pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Konsep
kesatuan upaya kesehatan ini menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di
Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana keshatan,
merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya
kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien.
Tuntutan pasien dan masyarakat akan mutu pelayanan farmasi mengharuskan adanya
perubahan pelayanan dari paradigma lama drug oriented ke paradigma baru patient oriented
dengan filosofi Pharmaceutical Care (pelayanan kefarmasian).
Pelayanan kefarmasian telah bergeser orientasinya dari pelayanan obat (drug oriented)
menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu kepada Pharmaceutical Care.
Kegiatan pelayanan yang semula hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi
berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien. Namun pelayanan kefarmasian di apotek saat ini masih belum optimal dikarenakan
pada setiap jam buka apotek lebih sering tidak dijumpainya apoteker, melainkan tenaga teknis
kefarmasian dan pemilik modal apotek. Segala aktivitas apotek lebih dikendalikan oleh pemilik
modal apotek, akibatnya profil dan performa apotek tidak lebih dari tempat transaksi jual beli
obat yang dikendalikan sepenuhnya pemilik modal apotek yang sering tidak memiliki latar
belakang kefarmasian. Apotek telah berubah menjadi semacam Toko yang berisi semua golongan
obat baik obat bebas, obat keras, psikotropika dan narkotika dengan pelayanan yang tidak
mengacu pada kaidah-kaidah profesi, karena tidak dilakukan oleh Apoteker tapi oleh siapa saja
yang ada di apotek.
I.2. Tujuan PBL Farmakoterapi
1. Mampu Memahami dan Menganalisis Mengenai Interprestasi Data Klinik
2. Memahami dan Menganalisis Masalah Terkait DRP
3. Mampu Mengintegrasi Berbagai Ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Konsep Pharmaceutical Care
Secara leksikogarafi (ilmu yang mempelajari tentang pemaknaan bahasa), kata care
diantaranya bermakna merawat, memberi perhatian, dan peduli. Pharmaceutical merupakan
bentuk kata sifat (adjective) dari kata pharmacy yang memiliki padanan Indonesia farmasi.
Dalam penerjemahan berlaku ketentuan pemaknaan kata dasarnya secara konsisten atau
pemaknaan berdasarkan hakekat. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia pharmaceutical care
dapat bermakna kepedulian atau tanggung jawab profesi dalam hal farmakoterapi dengan tujuan
untuk mencapai hasil yang dapat meningkatkan atau menjaga kualitas hidup pasien. Dalam hal
ini seorang apoteker/farmasis mempunyai kewajiban mengidentifikasi, mencegah, dan
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan obat dan kesehatan (Rantucci, 1997 cit.
Arifiyanti, 2004 ).
Asuhan kefarmasian (Pharmaceutical care) adalah tanggung jawab langsung apoteker
pada pelayanan yang berhubungan dengan pengobatan pasien dengan tujuan mencapai hasil yang
ditetapkan yang memperbaiki kualitas hidup pasien. Asuhan kefarmasian tidak hanya melibatkan
terapi obat tapi juga keputusan tentang penggunaan obat pada pasien. Termasuk keputusan untuk
tidak menggunakan terapi obat, pertimbangan pemilihan obat, dosis, rute dan metoda pemberian,
pemantauan terapi obat dan pemberian informasi dan konseling pada pasien (American Society
of Hospital Pharmacists, 1993).
Masalah terkait obat (Drug-Related Problem/DRPs) oleh Pharmaceutical Care
Network Europe (PCNE) didefinisikan sebagai setiap kejadian yang melibatkan terapi obat yang
secara nyata atau potensial terjadi akan mempengaruhi hasil terapi yang diinginkan. Suatu
kejadian dapat disebut masalah terkait obat bila pasien mengalami kejadian tidak diinginkan baik
berupa keluhan medis atau gejala dan ada hubungan antara kejadian tersebut dengan terapi obat.
PCNE mengidentifikasi permasalahan yang terkait dengan obat, yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
dan adverse drug reactions dari obat-obat yang diresepkan. Obat menjadi lebih mahal,
penggunaanya meningkat, biaya kesalahan penggunaan obat (drug misuse) meningkat, dan efek
samping obat. Asuhan kefarmasian adalah konsep yang melibatkan tanggung jawab farmasis
yang dapat menjamin terapi optimal terhadap pasien secara individu sehingga pasien membaik
dan kualitas hidupnya meningkat. Peran farmasis dalam asuhan kefarmasian di awal proses
terapi adalah menilai kebutuhan pasien. Di tengah proses terapi, mereka memeriksa kembali
semua informasi dan memilih solusi terbaik bagi DRP (drug related problem) pasien. Diakhir
proses terapi, mereka menilai hasil intervensi farmasis sehingga didapatkan hasil optimal dan
kualitas hidup meningkat serta hasilnya memuaskan.
Fungsi utama dari asuhan kefarmasian adalah:
1. Identifikasi aktual dan potensial masalah yang berhubungan dengan obat.
2. Menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan obat.
3. Mencegah terjadinya masalah yang berhubungan dangan obat.
Manfaat pelayanan kefarmasian, antara lain:
1. Mendapat pengalaman yang lebih efisien memantau terapi obat.
2. Memperbaiki komunikasi dan interaksi antara farmasis dengan profesi kesehatan lainnya
3. Membuat dokumentasi kaitan dengan terapi obat.
4. Identifikasi, penyelesaian dan pencegahan masalah yang berkaitan dengan obat (DRP).
5. Justifikasi layanan farmasi dan assessment kontribusi farmasi terhadap layanan pasien
dan hasilnya bagi pasien.
6. Memperbaiki produktivitas farmasis.
7. Jaminan mutu dalam layanan farmasi secara keseluruhan.
(Mutmainah, 2008).
jangka panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal,
saraf, jantung, dan pembuluh darah (ADA, 2012).
Diabetes Mellitus adalah sindrom klinis yang ditandai dengan hiperglikemia
karena defisiensi insulin yang absolut maupun relatif. Kurangnya hormon insulin
dalam tubuh yang dikeluarkan dari sel B pankreas mempengaruhi metabolisme
karbohidrat, protein, dan lemak menyebabkan gangguan signifikan. Kadar glukosa
darah erat diatur oleh insulin sebagai regulator utama perantara metabolisme. Hati
sebagai organ utama dalam transport glukosa yang menyimpan glukosa sebagai
glikogen dan kemudian dirilis ke jaringan perifer ketika dibutuhkan (Animesh, 2006).
b. Patofisiologi dan Gejala
Kanker Payudara
Kanker payudara adalah penyakit yang terjadi jika terjadi kerusakan genetik
pada DNA dari sel epitel payudara. Ada banyak jenis dari kanker payudara. Perubahan
genetik ditemukan pada sel epitel, menjalar ke duktus atau jaringan lobular. Tingkat
dari pertumbuhan kanker tergantung pada efek dari estrogen dan progesteron. Kanker
dapat berupa invasif (infiltrasi) maupun noninvasif (in situ). Kanker payudara invasif
atau infiltrasi dapat berkembang ke dinding duktus dan jaringan sekitar, sejauh ini
kanker yang banyak terjadi adalah invasif duktus karsinoma. Duktus karsinoma berasal
dari duktus lactiferous dan bentuknya seperti tentakel yang menyerang struktur
payudara di sekitarnya.
Tumornya biasanya unilateral, tidak bisa digambarkan, padat, non mobile,
dan nontender. Lobular karsinoma berasal dari lobus payudara. Biasanya bilateral dan
tidak teraba. Nipple karsinoma (pagets disease) berasal dari puting. Biasanya terjadi
dengan invasif duktal karsinoma. Perdarahan, berdarah, dan terjadi pengerasan putting
Kanker payudara dapat menyerang jaringan sekitar sehingga mempunyai tentakel. Pola
pertumbuhan invasif dapat menghasilkan tumor irregular yang bisa terapa saat palpasi.
Pada saat tumor berkembang, terjadi fibrosis di sekitarnya dan memendekkan Coopers
ligamen. Saat Coopers ligamen memendek, mengakibatkan terjadinya peau dorange
(kulit berwarna orange) perubahan kulit dan edema berhubungan dengan kanker
payudara. Jika kanker payudara menyerang duktus limpatik, tumor dapat berkembang
di nodus limpa, biasanya menyerang nodus limpa axila. Tumor bisa merusak lapisan
kulit, menyebabkan ulserasi. Metastasis diakibatkan oleh kanker payudara yang
b. Glinid
Terdiri dari repaglinid dan nateglinid
Cara kerja sama dengan sulfonilurea, namun lebih ditekankan pada
Penghambat glukoneogenesis:
Biguanid (Metformin)
golongan sulfonylurea.
Metformin mempunyai efek samping pada saluran cerna (mual) namun
bisa diatasi dengan pemberian sesudah makan.
dan flatulens.
Penghambat dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like peptide-1
(GLP-1) merupakan suatu hormone peptide yang dihasilkan oleh sel L di
mukosa usus. Peptida ini disekresi bila ada makanan yang masuk. GLP-1
merupakan perangsang kuat bagi insulin dan penghambat glukagon.
Namun GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolit yang tidak aktif
oleh enzim DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat meningkatkan penglepasan
Association/European
(ADA/EASD)
dan
Endocrinologists/American
the
Association
American
College
of
for
the
Study
Association
Endocrinology
of
of
Diabetes
Clinical
(AACE/ACE)
d. Monitoring
Kanker Payudara
Diabetes Melitus
Periksa Gula darah secara rutin
2. Dispepsia
a. Defenisi
Dispepsia adalah kumpulan gejala berupa rasa nyeri pada ulu hati atau rasa
tidak nyaman di perut bagian atas. Rasa tidak nyaman ini bisa dirasakan seseorang
dalam bentuk rasa penuh di perut bagian atas, rasa cepat kenyang, rasa terbakar,
kembung, bersendawa, mual dan muntah yang bersifat akut, berulang ataupun kronis.
Meskipun jarang terjadi, dispepsia dapat dijadikan sebagai tanda adanya masalah
serius misalnya penyakit radang yang parah pada lambung ataupun kanker lambung,
sehingga harus ditangani dengan serius (Asma, 2012; Djojoningrat, 2006b).
3. Kasus 3
a. Defenisi
Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa
mempengaruhi sendi diartrodial perifer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai
dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular yang berakibat pada pembetukan
osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan.
Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi.
b. Patofisiologi
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua, yaitu
osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis primer atau dapat
disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memiliki penyebab yang pasti (tidak
diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistemik maupun proses perubahan
lokal sendi. Osteoarthritis sekunder terjadi disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem
endokrin, metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi
yang terlalu lama. Kasu osteoarthritis primer lebih sering dijumpai pada praktek
sehari-hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder.
Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu kapsula
dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang dasarnya. Kapsula dan
ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada rentang gerak (range of motion)
sendi.
bersama
dengan
kulit
dan
tendon,
mengandung
suatu
mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan balik yang
dikirimkan memungkinkan otot dan tendon mampu memberikan tegangan yang
cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi sedang bergerak.
Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung
sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi memberikan tenaga dan
akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk menyelesaikan tugasnnya. Kontraksi
otot tersebut turut meringankan tekanan yang terjadi pada sendi dengan cara
melakukan deselerasi sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima
akan didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan dampak yang
diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk menyerap goncangan yang
diterima.
Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi oleh cairan
sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang yang terjadi ketika
bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat dimampatkan berfungsi sebagai penyerap
tumbukan yang diterima sendi. Perubahan pada sendi sebelum timbulnya
osteoarthritis dapat terlihat pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih
lanjut tentang kartilago.
Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu kolagen tipe
dua dan aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat, membatasi molekulmolekul aggrekan di antara jalunan-jalinan kolagen. Aggrekan adalah molekul
proteoglikan yang berikatan dengan asam hialuronat dan memberikan kepadatan pada
kartilago.
Kondrosit merupakan sel yang tedapat dijaringan avaskular, mensintesis
seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago. Kondrosit menghasilkan enzim
pemecah matriks, yaitu sitokin [Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)],
dan juga faktor pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan
merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk molekul-molekul
matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini dijaga keseimbangannya oleh
sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor lingkungan.
Kondrosit mensintesis metalloproteinase matriks (MPM) untuk memecah
kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di matriks yang
dikelilingi oleh kondrosit. Namun pada fase awal osteoarthritis, aktivitas serta efek
dari MPM menyebar hingga ke bagian permukaan dari kartilago.
Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi
pergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu proses
degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis prostaglandin (PG),
oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang memiliki efek terhadap sintesis dan
degradasi matriks. TNF yang berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut.
NO yang dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses
pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal timbulnya
osteoarthritis.
Kartilago memiliki metabolisme yang lambat, dengan pergantian matriks
yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis dengan degradasi. Namun
pada fase awal perkembangan osteoarthritis, kartilago sendi memiliki metabolisme
yang sangat aktif.
Pada proses timbulnya osteoarthritis, kondrosit yang terstimulasi akan
melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke kartilago dan cairan
sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis serta jalinan-jalinan kolagen akan
mudah mengendur. Kegagalan dari mekanisme pertahanan oleh komponen
pertahanan sendi akan meningkatkan kejadian osteoarthritis pada daerah sendi.
Pada awal OA, kandungan air pada kartilago meningkat, kemugkinan
sebagai akibat kerusakan jaringan kolagen yang tidak mampu untuk mendesak
proteoglikan dan selanjutnya memperoleh air. Seiring perkembangan OA, kandungan
proteoglikan kartilago menurun, kemungkinan melalui kerja metalloproteinase.
Perubahan dalam komposisi glikosaminoglikan juga terjadi, dengan peningkatan
keratin sulfat dan penurunan rasio kondroitin 4-sulfat terhadap kondroitin 6-sulfat.
Perubahan ini dapat mengganggu interaksi kolagen-proteoglikan pada kartilago.
Kandungan kolagen tidak berubah sampai penyakit menjadi parah. Penigkatan dalam
sintesis kolagen dan perubahan distribusi dan diameter serat dapat terlihat.
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau setelah tidak
melakukan banyak gerakan, seperti duduk dikursi dalam jangka waktu lama, bahkan
setiap bangun tidur pada pagi hari
Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeretak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala ini umum
lebih jauh.
Perubahan gaya jalan
d. Terapi
Terapi dan Algoritma
Terapi non farmakologi
1) Edukasi atau penerangan
Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang penyakit,
prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu, diperlukan konseling diet
untuk pasien osteoarthritis yang mempunyai kelebihan berat badan.
Ahli bidang kesehatan harus memberikan informasi pada pasien dengan
penyakit osteoarthritis mengikut kesesuaian keadaan dan keselesaan pasien (Anonim,
2008).
2) Terapi fisik dan rehabilitasi
Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin dan
program olahraga bagi membantu untuk menjaga dan mengembalikan rentang
pergerakan sendi dan mengurangi rasa sakit dan spasmus otot. Program olahraga
dengan
menggunakan
teknik
isometric
didesain
untuk
menguatkan
otot,
istirahat dapat menghindari trauma pada persendian secara berulang (Priyanto, 2008).
Terapi farmakologi
Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa sakit.
Karena osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang memiliki kondisi
medis lainnya, diperlukan suatu pendekatan konservatif terhadap pengobatan obat,
antaranya:
1) Golongan Analgesik
a. Analgesik Non Narkotik
- Asetaminofen (Analgesik oral)
Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada sistem saraf pusat
(SSP). Asetaminofen diindikasikan pada pasien yang mengalami nyeri ringan
ke sedang dan juga pada pasien yang demam. Obat yang sering digunakan
-
nyeri sendi.
b. Analgesik Narkotik
Analgesik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai berat.
Penggunaan dosis obat analgesik narkotika dapat berguna untuk pasien yang
tidak toleransi terhadap pengobatan asetaminofen, NSAID, injeksi intra-artikular
atau terapi secara topikal. Pemberian narkotika analgesik merupakan intervensi
kesalahan dalam memberikan injeksi ini akan memperparah kondisi lutut pasien.
Pembedahan
Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit parah
yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau rasa sakit yang
menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial dan mempengaruhi gaya
hidup. Beberapa sendi, terutama sendi pinggul dan lutut, dapat diganti dengan sendi
buatan. Biasanya, dengan pembedahan dapat memperbaiki fungsi dan pergerakan
sendi serta mengurangi nyeri. Terdapat beberapa jenis pembedahan yang dapat
dilakukan. Antara pembedahan yang dapat dilakukan jika terapi pengobatan tidak
dapat berespon dengan baik atau tidak efektif pada pasien adalah Arthroscopy,
Osteotomy, Arthroplasty dan Fusion.
BAB III
STUDI KASUS
A. Kasus 1
Nama pasien
: Ny S
Lahir
: 1957
Umur
: 58 tahun
BB
: 57 Kg
Infeksi nosokomial
: medika menitsa
Inspeksi
Palpasi
: benjolan 7x6 cm
Konsistensi
Benjolan
Hasil Lab
120/80 mmHg
Darah
Nadi
80x/menit
Pernapasan
20x/ menit
Suhu
370C
Data-data Laboratorium
Data Klinik
GDS
Normal
120/80 mmHg
60-100x/menit
12-20x/menit
36,5 37,5 C
Hasil Lab
223 mg/dL
Nilai Normal
< 140 mg/dl
SGoT
SGpT
Urea UV
Creatinin
GDP
20
18
23 mg/dL
0,2 mg/dL
158
1-29 U/L
1-35 U/L
10-50 mg/dL
1-35 U/L
70-110 mg/dl
Penyelesaian
SUBJECTIVE
Nama pasien
: Ny S
Lahir
: 1957
Umur
: 58 Tahun
BB
: 57 kg
TB
:-
Ruang
:-
Tanggal MRS
:-
Golongan Darah
:-
Keluhan
Riwayat Pasien
RPD
RPS
:-
Alergi
:-
Diagnose
Riwayat Pengobatan
: Cefazole/12 jam
Ketorolac/8 jam
Ranitidin/8 jam
alprazolam 0,5 mg
Ceftriaxone iv
Progress Note
:-
OBJECTIVE
Pemeriksaan tanda-tanda vital
Data Klinik
Tekanan
Hasil Lab
120/80 mmHg
Normal
120/80 mmHg
Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
80x/menit
20 x per menit
370C
60-100x/menit
12-20x/menit
36,5 37,5 C
Data-data Laboratorium
Data Klinik
GDS
SgoT
SGpT
Urea UV
Creatinin
GDP
Keterangan :
-
Hasil Lab
223 mg/dL
20
18
23 mg/dL
0,2 mg/dL
158
Nilai Normal
< 140 mg/dl
1-29 U/L
1-35 U/L
10-50 mg/dL
1-35 U/L
70-110 mg/dl
GDS (Gula darah Sewaktu) Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap
waktu sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan
pekerjaannya. Biasanya enzim ini ditahan dalam hati, tetapi bila hati menjadi
rusak karena hepatitis, semakin banyak enzim ini dapat masuk ke aliran
darah. Tingkat enzim ini dalam darah dapat diukur, dan tingkatnya
menunjukkan tingkat kerusakan pada hati.
Urea UV
BUN adalah produk akhir dari metabolisme protein, dibuat oleh hati. Pada
orang normal, ureum dikeluarkan melalui urin. Ureum adalah satu molekul
kecil yang mudah mendifusi ke dalam cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya ia
ASSESMENT
Cefazole & ceftriaxone
Merupakan antibiotic golongan sefalosporin. Sefalosporin merupakan antibiotic bakterisid
yang mekanismenya mirip dengan golongan penisilin. Antibiotic laktam ini menghambat
pembentukan dinding sel.
Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga. Obat generasi ketiga memiliki
spektrum yang lebih diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah
otak
Cefazole merupakan golongan sefalosporin generasi pertama. Obat - obat ini sangat aktif
terhadap kokus gram positif seperti pnumokokus, streptokokus, dan stafilokokus
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39872/4/Chapter%20II.pdf
Ceftriaxone
Ceftriaxone adalah kelompok obat yang disebut cephalosporin antibiotics. Ceftriaxone
bekerja dengan cara mematikan bakteri dalam tubuh.
Indikasi:
Untuk mengobati berbagai jenis infeksi bakteri, termasuk keadaan parah atau yang
mengancam nyawa seperti meningitis
Dosis:
1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra vascular), lakukan
setiap 24 jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam.
Dosis maksimum: 4 gr/hari
Efek Samping:
Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah seperti anaphylaxis bisa
terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal)
Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy, convulsion); Efek
hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi.
Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated partial thromboplastin
time), dan atau hypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi,
kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi NMTT yang mengandung cephalosporins
Instruksi Khusus:
Boleh dikonsumsi dengan makanan untuk mengurangi keadaan gastrik.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien yang alergi terhadap Penicillin, ada kemungkinan 10%
peluang sensitivitas.
Gunakan dengan hati-hati pada pasien kerusakan ginjal.
Interaksi Obat
Efek sinergis dengan aminoglikosida
Perhatian
Ceftriaxone tidak di anjurkan secara bersamaan dengan obat lain yang mengandung kalsium,
meskipun dengan rute pemberian yang berbeda. Produk obat yang di berikan dalam jangka
waktu 48 jam setelah pemberian terakhir ceftriaxone.
Cefazole
Indikasi
Infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif. Infeksi salluran
pernafasan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan jaringan lunak, tulang dan sendi,
septikemia (keracunan darah oleh bakteri patogenik dan atau zat-zat yang dihasilkan oleh
bakteri tersebut), endokarditis (radang endokardium jantung) dan infeksi lain. Pencegahan
infeksi perioperasi
Dosis
Pencegahan infeksi sebelum operasi: 1 g secara intra vena/ intra muscular 1/2 - 1 jam
sebelum operasi dimulai. Untuk prosedur yang panjang/lama: 1/2 - 1 jam secara intra
vena/intra muscular selama pembedahan. Setelah operasi: 1/2 - 1 jam tiap 6-8 jam selama 24
jam. Infeksi: dewasa: sehari 1 g, dapat ditingkatkan menjadi 3-5 g. anak-anak: 20-40 mg/kg
BB/hari dalam 2-4 dosis terbagi, dapat ditingkatkan sampai 100 mg/kgBB. Bayi baru lahir:
sehari 2 kali 10-20 mg/kgBB
Kontra Indikasi
Hipersensitivitas
Perhatian : Hipersensitivitas terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal
Efek Samping
Reaksi hipersensitivitas, diare, eosinofilia, kandidiasis pada rongga mulut dan alat kelamin
Interaksi Obat
Antibiotik bakteriostatik dapat mengurang efektivitas sefalosporin. Probenesid dapat
meningkatkan dan memperpanjang toksisitas dan kadar sefalosporin dalam plasma. Pasien
yang menerima diuretika poten dan antibiotik nefrotoksis
Kemasan
Vial 1 x 1
ketorolac
Indikasi
Ketorolac adalah obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID). Indikasi penggunaan ketorolac
adalah untuk inflamasi akut dalam jangka waktu penggunaan maksimal selama 5 hari.
Ketorolac selain digunakan sebagai anti inflamasi juga memiliki efek anelgesik yang bisa
digunakan sebagai pengganti morfin pada keadaan pasca operasi ringan dan sedang.
Farmakodinamik
Efeknya
menghambat
biosintesis
prostaglandin.
Kerjanya
menghambat
enzim
Dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, tukak, perdarahan dengan atau tanpa gejala,
obstretik.
Tidak dianjurkan digunakan bersama dengan AINS lainnya.
Dekompensasi jantung, hipertensi atau kondisi sejenis.
Ibu hamil dan menyusui.
Gunakan dosis eefektif kecil pada lansia.
Obat ini dapat meningkatkan resiko gangguan jantung dan sirkulasi darah antara lain
serangan jantung dan stroke.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas, ulkus peptikum, diatesis hemoragik, gangguan hemostatis, gangguan ginjal
derajat, kehamilan, persalinan, menyusui.
Efek samping
Perut tidak enak, konstipasi, diare, dispepsia, perdarahan saluran cerna, mual, tukak lambung,
stomatitis, melena, esofagitis, kemampuan pengelihatan dan perasa yang tidak normal,
konvulsi, mulut kering, rasa haus, mengantuk, sakit kepala, hiperkinesia, insomnia,
berkeringat, vertigo, gagal ginjal akut, hiponatremia, retensi urine, flushing, purpura,
palpitasi, asma, udem paru.
Dosis
Dewasa: Dosis awal 10 mg, diikuti dengan 10-30 mg taip 4-6 jam bila perlu. Harus diberikan
dengan dosis efektif rendah. Tidak boleh lebih 90 mg sehari. Lamanya terapi tidak boleh
lebih dari 2 hari. Keterolak ampul dosis harian total kombinasi tidak lebih dari 90 mg.
Pasien lanjut : Dianjurkan untuk memakai dosis serendah mungkin. Total dosis tidak boleh
lebih dari 60 mg sehari.
Anak : Keamanan dan efektivitas pada anak belum ditetapkan. Oleh karena itu tidak
dianjurkan untuk anak dibawah 16 tahun.
Interaksi obat
AINS, antikoagulan, deuretik, ACE inhibitor, alfa bloker, kortikosteroid, kinolon, probenosid.
Ranitidin
Ranitidin merupakan golongan obat antihistamin reseptor 2 (AH2). Mekanisme kerja
ranitidin adalah menghambat reseptor histamin 2 secara selektif dan reversibel sehingga
dapat menghambat sekresi cairan lambung. Ranitidin mengurangi volume dan kadar ion
hidrogen dai sel parietal akan menurun sejalan dengan penurunan volume cairan lambung.
Farmakokinetik
Pemberian ranitidin dengan cara injeksi intramuskular menyebabkan absorpsi yang lebih
cepat dan mencapai kadar puncak plasma dalam waktu 15 menit setelah pemberian.
Bioavailabilitas ranitidin mencapai 90 - 100%, waktu paruh plasma sekitar 2-3 jam. Ranitidin
memiliki ikatan plasma yang lemah, dimana hanya sekitar 15% yang berikatan dengan
protein plasma.
Interaksi Obat
Ranitidin tidak seperti simetidin, karena ranitidin tidak terlalu mempengaruhi sitokrom P450,
ranitidin dengan kadar obat dalam darah yang sesuai dengan dosis standar tidak mengganggu
sitokrom P450 pada hati yang berhubungan dengan gangguan pada sistem oksigenase.
Indikasi
Pengobatan ulkus duodenal dan ulkus gaster
Pengobatan patologi kondisi hipersekresi
Refluks esofagitis
Menghilangkan gejala indigestion asam dan rasa panas pada perut
Ulkus yang timbul pasca operasi
Efek Samping
Beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan adalah
Sakit pada tempat penyuntikan
Perubahan pada bowel habit, lemah, kelelahan, sakit kepala dan ruam kulit
Alprazolam
Nama Sediaan
Nama sediaan dari alprazolam yang terdapat di pasaran meliputi:
-
Xanax XR
Calmlet
Alganax
Feprax
Alprazolam OGB Dexa
Frixitas
Alviz
Soxietas
Atarax
Zypraz
Bentuk sediaan yang ada dipasaran: Tablet 0,25 mg, 0,5 mg, 1 mg.
Dosis
Ansietas : 0,25 - 0,5 mg 3 kali sehari. Max 4 mg sehari dalam dosis terbagi. Gangguan panik
: 0,5 - 1,0 mg diberikan pada malam hari atau 0,5 mg 3 kali sehari. Untuk pasien usia lanjut,
debil dan gangguan fungsi hati berat : 0,25 mg 2-3 kali sehari. Jika perlu, dosis dapat
ditingkatkan secara bertahap.
Kegunaan
Kegunaan obat ini terutama untuk Anti-anxietas dan anti panik. Pada saat keadaan cemas dan
panik terjadi penurunan sensitivitas terhadap reseptor 5HT1A, 5HT2A/2C, meningkatnya
sensitivitas discharge dari reseptor adrenergic pada saraf pusat, terutama reseptor alfa-2
katekolamin, meningkatnya aktivitas locus coereleus yang mengakibatkan teraktivasinya
aksis hipotalamus-pituitari-adrenal (biasanya berespons abnormal terhadap klonidin pada
pasien dengan panic disorder), meningkatnya aktivitas metabolic sehingga terjadi
peningkatan laktat (biasanya sodium laktat yang kemudian diubah menjadi CO2
(hiperseansitivitas batang otak terhadap CO2), menurunnya sensitivitas reseptor GABA-A
sehingga menyebabkan efek eksitatorik melalui amigdala dari thalamus melalui nucleus
intraamygdaloid circuitries, model neuroanatomik memprediksikan panic attack dimediasi
oleh fear network pada otak yang melibatkan amygdale, hypothalamus, dan pusat batang
otak.
Sehingga, terapi yang diberikan pada kecemasan yaitu anxiolitik atau antianxietas yang
bekerja pada reseptor GABA dengan memperkuat aksi inhibitor GABA-ergic
neuron
menggunakan
obat
ini
dilarang
mengendarai
kendaraan
bermotor
atau
mengoperasikan mesin. Hati-hati bila diberikan pada wanita hamil dan menyusui, gangguan
fungsi ginjal dan hati, riwayat penyalahgunaan obat dan atau alkohol, penderita kelainan
kepribadian yang nyata. Keamanan penggunaan pada anak-anak dibawah 18 tahun belum
diketahui dengan pasti. Gejala kelebihan dosis alprazolam adalah mengantuk, konfusi,
gangguan koordinasi, penurunan refleks dan koma. Penanganan saat terjadi kelebihan dosis :
-
PLAN
Karena pasien telah melakukan pembedahan, untuk terapi adjuvannya pengobatan yang di
rekomendasikan di atas sudah tepat.
Untuk DM tipe 2, sebaiknya jangan di berikan obatnya karena pasien baru mengalami
operasi. Akan tetapi, jika terapi adjuvant sudah membaik dan monitoring GDS dan GDP
tidak menurun maka di berikan obat DM tipe 2.
Terapi Non Farmakolgi
Diet bebas. Syarat
Bentuk makanan
Monitoring
-
Selalu di monitoring setiap saat mulai dari pengobatan, pemeriksaan gula darah dan
tanda-tanda vital lainnya.
Konseling
-
B. Kasus 2
Seorang pasien bernama Tuan AR umur 44 tahun dan beralamat di Toa daeng 3
datang ke RS IBNU SINA dengan keluhan nyeri ulu hati, mual, muntah, nafsu makan kurang.
Tuan Abdur Rauf telah di rawat 4 hari. Tekanan darah 140/100mmHg, Suhu 36,5 0C. Glukosa
Sewaktu 91 mg/dl, Creatinin 0,2 mg/dl, Urea 20 mg/dl. Terapi yang telah diberikan yaitu
Ottozol 40 mg, Ranitidine, dan Domperidon.
Penyelesaian
SUBJECTIVE
Nama
Jenis kelamin
Umur
BB
: Tn. AR
: Laki-laki
: 44 tahun
:-
TB
:-
Ruang
:-
Tanggal MRS
:-
Golongan Darah
:-
Keluhan
Riwayat Pasien
RPD
RPS
:-
Alergi
:-
Riwayat Pengobatan
Progress Note
:-
OBJECTIVE
Data Klinik
TD
Creatinin
T
GDS
Urea
MCV
Hasil
140/100 mmHg
0,2 Mg/dl
36,50C
91 Mg/dl
20 mg/dl
77,6
Nilai Normal
120/80 mmHg
1-35 U/L
36,5 37,5 C
< 140 mg/dl
10-50 mg/dL
80-100 fL
Keterangan
- Mean Corpuscular Volume (MCV) merupakan salah satu pemeriksaan darah yang
menunjukkan volume rata-rata satu sel darah merah dibandingkan dengan volume sel
darah merah keseluruhan dalam darah. MCV dapat dihitung dengan membagi nilai
hematokrit (konsentrasi sel darah merah dalam darah) dengan jumlah sel darah merah
keseluruhan.
GDS (Gula darah Sewaktu) Pemeriksaan gula darah yang dilakukan setiap waktu
sepanjang hari tanpa memperhatikan makanan terakhir yang dimakan dan kondisi
ke dalam cairan ekstrasel, tetapi pada akhirnya ia dipekatkan dalam urin dan diekskresi
Creatinin
Kreatinin adalah produk akhir dari metabolisme kreatin. Kreatinin disintesis oleh hati,
terdapat hampir semuanya dalam otot rangka; disana ia terikat secara reversibel kepada
fosfat dalam bentuk fosfokreatin, yakni senyawa penyimpan energi. Reaksi kreatin +
fosfat fosfokreatin bersifat reversibel pada waktu energi dilepas atau diikat. Akan
tetapi sebagian kecil dari kreatin itu secara irreversibel berubah menjadi kreatin yang
tidak mempunyai fungsi sebagai zat berguna dan adanya dalam darah beredar hanyalah
untuk diangkut ke ginjal. Nilai normal untuk pria adalah 0,5 1,2 mg/dl dan untuk wanita
0,5 1 mg/dl serum. Nilai kreatinin pada pria lebih tinggi karena jumlah massa otot pria
lebih besar dibandingkan jumlah massa otot wanita.
ASSESMENT
Menurut hasil pemeriksaan, pasien Tuan Abdur Rauf didiagnosa menderita dyspepsia.
Pengobatan
Domperidon
Domperidone merupakan antagonis dopamin yang secara periferal bekerja selektif pada
reseptor
D2.
Domperidone
mempunyai
khasiat
antiemetik
yang
sama
dengan
12 minggu
Mual dan muntah akut. Tidak dianjurkan pencegahan rutin pada muntah setelah operasi.
Pemakaian pada anak-anak tidak dianjurkan, kecuali untuk mual dan muntah pada
kemoterapi kanker dan radioterapi.
Dosis
Dispepsia fungsional
- Dewasa
10 mg (1 tablet) 3 kali sehari, 15-30 menit sebelum makan dan jika perlu sebelum
tidur malam.
- Anak-anak tidak dianjurkan.
Mual dan muntah (termasuk yang disebabkan oleh levodopa dan bromokriptin)
Dewasa
10 20 mg (1 2 tablet) 3 4 kali sehari, 15 30 menit sebelum makan dan sebelum
tidur malam.
Anak-anak (sehubungan kemoterapi kanker dan radioterapi)
0,2 0,4 mg/kg BB, 3 4 kali sehari. Obat diminum 15 30 menit sebelum makan
Ranitidin tidak seperti simetidin, karena ranitidin tidak terlalu mempengaruhi sitokrom P450,
ranitidin dengan kadar obat dalam darah yang sesuai dengan dosis standar tidak mengganggu
sitokrom P450 pada hati yang berhubungan dengan gangguan pada sistem oksigenase.
Indikasi
Pengobatan ulkus duodenal dan ulkus gaster
Pengobatan patologi kondisi hipersekresi
Refluks esofagitis
Menghilangkan gejala indigestion asam dan rasa panas pada perut
Ulkus yang timbul pasca operasi
Efek Samping
Beberapa efek samping yang mungkin ditimbulkan adalah
Sakit pada tempat penyuntikan
Perubahan pada bowel habit, lemah, kelelahan, sakit kepala dan ruam kulit
Ottozole
Ottozol injeksi merupakan obat yang diindikasikan untuk terapi penyakit refluks
gastroesofagus serta peradangan esofagus akibat refluks (refluks esofagitis) tingkat sedang
hingga parah. Ottozol mengandung pantoprazole yang bekerja dengan cara menurunkan
produksi asam lambung dengan menghambat enzim H+K+ATPase di kelenjar lambung yang
bertanggung jawab mensekresi asam lambung.
Ottozol (pantoprazole) dapat ditoleransi dengan baik oleh tubuh dan memberi efek menekan
produksi asam lambung yang dapat bertahan sampai lebih dari 24 jam.
Pada pasien esofagitis erosif karena penyakit refluks gastroesofagus, Ottozol (pantoprazole)
digunakan sebagai terapi jangka pendek. Manfaat pemberian Ottozol (pantoprazole) adalah
berkurangnya iritasi pada lapisan kerongkongan, mengurangi gejala esofagitis seperti rasa
panas terbakar di dada dan sendawa serta mempercepat pemulihan luka pada kerongkongan.
Dosis
Dewasa : Untuk refluks esofagitis : 40 mg/hari secara Inject IV lambat selama 2-5 menit atau
infus IV selama 15 menit Untuk sidrom Zollinger-Ellison : 80 mg tiap 12 jam secara infus IV
selama 15 menit. Dosis dapat ditingkatkan sampai dengan 120 mg 2 kali/hari dan 80 mg 3
kali/hari
Perhatian
Penyakit hati berat; terapi jangka panjang. Anak. Hamil dan laktasi
Efek Samping
Mulut kering, angioedema, ruam kulit, fotosensitivitas, sindrom Stevens-Johnson,
peningkatan enzim hati,kerusakkan hepatoselular berat yang menyebabkan ikterus, mialgia,
artralgia, rabdomiolisis, demam, ederma perifer, trigliserida, reaksi anafilaksis, peningkatan
enzim hati, nefritis interstisial, leukopenia, trombositopenia
Interaksi Obat
Antikoagulan kumarin
Kemasan
Vial 40 mg/10 mL x 1
PLAN
Terapi farmakologi,
pasien tuan Abdur Rauf telah diberikan penanganan yang tepat yaitu pemberian obat ottozol
40mg, ranitidine serta domperidon.
Terapi non farmakologi yaitu :
1. Energy 2100 kalori perhari
2. Protein 15 % per hari
3. Lemak 25 % per hari
4. Vitamin dan mineral secukupnya
5. Hindari makanan yang berbumbu tajam
C. Kasus 3
Tn. SG (73 tahun) dengan BB 57 kg datang ke RS mengeluhkan nyeri dan kemerahan
pada lutut kiri sejak 4 hari yang lalu disertai bengkak dan demam. Tn. Saleh memiliki riwayat
penyakit hipertensi stage II dan mengkonsumsi valsartan 80 mg 1x1. Oleh dokter Tn. Saleh
didiagnosa OA Genu Sinistra.
R/ valsartan 80 mg 0-0-1
R/ meloxicam 15 mg 1x1
R/ lansoprazole 30 mg 1x1
R/ neurodex 1x1
R/ Cefadroxyl 500 mg 2x1
R/ VIP albumin 3x2 caps
R/ recolfar 2x0,5 mg
Penyelesaian:
SUBJECTIVE:
Nama
: Tn.SG
Usia
: 73 tahun
Berat Badan
: 57 kg
Tanggal MRS : 12.11.2014
PERINCIAN PASIEN
Keluhan Utama:
- Nyeri dan kemerahan pada lutut kiri sejak 4 hari SMRS
- Bengkak
- Demam
- Memiliki riwayat Hipertensi stage II
- Mengkonsumsi valsartan 80 mg 1x1
DIAGNOSA
Diagnosa Utama
DIagnosa Sekunder
RIWAYAT PASIEN
RPD:
- Riwayat penyakit serupa (-)
- Riwayat Hipertensi (+)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat penyakit kuning disangkal (-)
OBJECTIVE:
TTV
Tekanan Darah
Nadi
Pernapasan
Suhu
Hasil Test
160/80 mmHg
88x/menit
22x/menit
36,6oC
Normal
120/80 mmHg
80-90x/menit
16-20x/menit
36,6-37oC
Keterangan
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Hasil Lab
Normal
14.103
13,3
44
52
1,0
2,3
(3,5-10,0)L 103/mm3
(11,0-16,5) g/dL
(3-45) u/L
(0-35) u/L
(0,5-1,5) mg/dL
(3,8-5,0) %
Keteranga
n
Tinggi
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
RIWAYAT PENGOBATAN
OBAT
REGIMEN
12-17/11
18-23/11
24-25/11
26/11-2/12
3/
Valsartan
DOSIS
80 mg/ 0-0-1
Meloxicam
Lansoprazole
Neurodex
Cefadroxyl
15 mg/ 1x1
30 mg/ 1x1
1x1
500 mg/ 2x1
VIPalbumin
Recolfar
caps
3x2 caps
2x0,5 mg
mekanisme kerja yang telah disebutkan diatas. Meloxicam umumnya digunakan untuk
mengurangi nyeri dan dipakai pada keadaan peradangan misalnya pada Rheumatoid Arthritis
dan osteoarthritis.
Lansoprazole adalah suatu penghambat sekresi asam lambung. Lansoprazole
secara spesifik menghambat H/K ATP ase (proton pump) pada sel parietal sel mukosa
lambung. Lansoprazole diberikan untuk mengatasi efek samping dari pemberian meloxicam.
Karna meloxicam dapat menyebabkan tukak lambung.
Neurodex
mengandung
vit-B1
mononitrat,
vit-B6
dan
vit-B12.
Neurodex
diindikasikan untuk mencegah dan penyembuhan pada pasien kekurangan vitamin, mengatasi
Neurotropik (pegal), gangguan pada sistem saraf seperti neuralgia, kelelahan kerja dan
kelelahan akibat penuaan. Dimana gejela-gejala ini banyak terjadi pada pasien pederita
osteoarthritis.
Cefadroxyl diberikan sebagai antibiotik. Hal ini karena berdasarkan hasil lab Tn. SG
terjadi peningkatan WBC yang menunjukkan terjadinya peradangan.
Vip albumin merupakan kapsul hasil ekstrak ikan tawar sebagai sumber protein
albumin bagi masyarakat. Kapsul ini mengandung albumin, asam amino serta mineral yang
berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid kapiler dan meningkatkan
kekebalan tubuh secara alamiah. Penurunan kadar albumin (hipoalbumin) sering disertai
dengan pembengkakan (edema), ditemukan pada pasien kritis, luka bakar, post operatif,
preclamsia, yang ditemukan pada ibu hamil maupun penyakit kronis. Kesemuanya itu terkait
dengan penurunan daya tahan tubuh, infeksi dan proses penyembuhan yang lama. Pasien
dengan hipoalbuminemia mempunyai resiko 2,5 kali lebih tinggi terjadinya infeksi.
Pemberian vip albumin juga dikarenakan hasil lab menunjukkan kadar albumin pasien
menurun.
Recolfar diindikasikan untuk penyakit Gout. Bekerja dengan menghambat
pembentukan asam urat. Pemberian recolfar ini tidak rasional. Hal ini dikarenakan, pasien
didiagnosa Osteoarthritis dan bukan Gout. Kedua penyakit ini jelas berbeda. Osteoarthritis
merupakan penyakit terjadinya degradasi kartilago pada sendi, sedangkan penyakit gout
disebabkan karena adanya penumpukan kristal asam urat yang merupakan hasil metabolisme
purin.
PLANNING:
REKOMENDASI:
R/ valsartan 80 mg 0-0-1
R/ meloxicam 15 mg 1x1
R/ lansoprazole 30 mg 1x1
R/ neurodex 1x1
R/ Cefadroxyl 500 mg 2x1
R/ VIP albumin 3x2 caps
Penggunaan Cefadroxyl dihentikan bila nilai kadar WBC telah normal yang
menunjukkan tidak adanya peradangan
MONITORING:
1. Efek samping obat
2. Interaksi obat
3. Efektifitas terapi
4. Alergi obat
KONSELING:
1. Diet rendah garam untuk mengatasi penyakit Hipertensi
2. Edukasi penyakit kepada pasien dan keluarga pasien
3. Mengurangi berat badan dan mengurangi aktivitas berlebihan sehingga dapat mencegah
terjadinya OA yang lebih parah karena menurunkan kerja sendi, terutama panggul dan lutut;
4. Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan untuk memelihara sendi,
mengurangi nyeri, menghindari terjadinya kekakuan
5. Istirahat yang cukup.
BAB IV
STUDI KASUS MINI TEACHING APOTEK
A. Resep 1
R/ - Oxitoxin amp
No. IV
Cefataxime Inj
No. III
R/ - Methronidazole Inj
No. III
Signa / Tandai
-Kerorolac Inj.
No. III
Signa/ Tandai
-Ranitidin Inj.
Signa/ Tandai
Asam tranexamat Inj
Nama pro : Musdalifa
Umur
: 23Tahun
No.III
No.III
dr.Rahun
Penyelesaian
Oksitoksin
Mekanisme aksi :
Oksitoksin menimbulkan kontraksi rahim dan efeknya meningkat dengan meningkatnya
umur kehamilan. Dosis kecil akan meningkatkan kekuatan kontraksi, dosis besar atau
dosis berulang akan menimbulkan kontraksi tetanik, obat ini juga menimbulkan ejeksi
ASI dan memiliki efek antidiuretik lemah.
Efek samping:
Oksitosin menyebabkan efek samping berupa spasme uterus pada dosis rendah,
hiperstimulasi uterus, mual, muntah, aritmia, hiporatremia, anafilaksis, ruam kulit, aplasia
plasenta, emboli amnion, kontraksi pembuluh darah tali pusat, reaksi hipersensitifitas,
keracunan cairan, hematoma panggul dan lain-lain.
Informasi pasien :
Obat ini merupakan suatu hormone yang di gunakan untuk membantu mulainya atau
jalannya persalinan dan mengendalikan perdarahan sesudah melahirkan. Kadang ini juga
di gunakan untuk membantu keluarnya air susu atau indikasi lain yang di tetapkan dokter.
Obat ini juga di peroleh dari resep dokter.
Interaksi obat:
Oksitoksin dengan obat simpatomimetik akan menguatkan efek vasokonstriksi. Anastesi
inhalasi seperti halotan dan siklopropan akan meningkatkan efek hipotensif dan
menurunkan efek oksitosin serta terjadinya bradikardia.
Pemberian oksitoksin bersama prostaglandin, dinoproston dan misoprostol akan saling
menguatkan efek keduanya pada uterus. Tunggu 6-12 jam sesudah pemberian ke 3x
sebelum pemberian oksitoksin
Cefotaxime
Mekanisme kerja:
Merupakan antibiotic golongan sefalosporin. Sefalosporin merupakan antibiotic
bakterisid yang mekanismenya mirip dengan golongan penisilin. Antibiotic laktam ini
menghambat pembentukan dinding sel.
Efek samping:
Radang pada tempat suntikan, sakit, demam, eusinofilia, urtikaria, anifilaksis, diare,
mual, muntah, gejala pseudo-membran colitis, dll.
Peringatan dan pemberitahuan:
- Pada pasien yang hipersensitif terhadap penicillin ada kemungkinan terjadi
-
sensitivitas silang.
Hati-hati pemberian pada wanita hamil.
Hati-hati bila diberikan pada penderita dengan riwayat penyakit gastrointestinal
terutama kolitis.
Cefotaxime diekskresikan dalam air susu ibu sehingga penggunaannya sebaiknya
Kontraindikasi:
Cefotaxime dikontraidikasikan untuk pasien hipersensitif terhadap cefotaxime dan
golongan sefalosporin.
Interaksi obat:
Penggunaan bersama dengan diuretic kuat, probenesid, obat yang berpotensi nefrotoksik
(missal aminoglikosid)
Methonidazole
Mekanisme kerja:
Metronidazole adalah antibakteri dan antiprotozoa sintetik derivat nitroimidazoi yang
mempunyai aktifitas bakterisid, amebisid dan trikomonosid. Dalam sel
atau
akan
memperpanjang
waktu
paruh
metronidazole.
Perhatian:
Metronidazole tidak dianjurkan untuk penderita dengan gangguan pada susunan saraf
pusat, diskrasia darah, kerusakan hati, ibu menyusui dan dalam masa kehamilan trimester
II dan III. Pada terapi ulang atau pemakaian lebih dari 7 hari diperlukan pemeriksaan sel
darah putih.
Ketorolac
Mekanisme kerja:
Efeknya
menghambat
biosintesis
prostaglandin.
Kerjanya
menghambat
enzim
Efek samping:
Diare, dyspepsia, nyeri gastrointestinal, nausea, sakit kepala, pusing, berkeringat,
mengantuk.
Interaksi obat:
-
jika benar-benar perlu dan pasien tersebut harus dimonitor secara ketat.
ACE inhibitor karena Ketorolac dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal yang
dihubungkan dengan penggunaan ACE inhibitor, terutama pada pasien yang telah
Ranitidin
Mekanisme kerja:
Ranitidin merupakan golongan obat antihistamin reseptor 2 (AH2). Mekanisme kerja
ranitidin adalah menghambat reseptor histamin 2 secara selektif dan reversibel sehingga
dapat menghambat sekresi cairan lambung. Ranitidin mengurangi volume dan kadar ion
hidrogen dari sel parietal akan menurun sejalan dengan penurunan volume cairan
lambung.
Efek samping:
Sakit kepala, malaise, pusing, mengantuk, insomnia, vertigo, agitasi, depresi, halusinasi.
takikardia, bradikardia, konstipasi, diare, mual, muntah, nyeri perut, artralgia dan mialgia,
leukopenia, granulositopenia, pansitopenia, trombositopenia (pada beberapa penderita).
Kasus jarang terjadi seperti agranulositopenia, trombositopenia, anemia aplastik,
bronkospasme,
demam,
eosinofilia),
anafilaksis,
edema
angioneurotik,
sedikit
hati.
Hindarkan pemberian pada penderita dengan riwayat porfiria akut.
Hati-hati penggunaan pada wanita menyusui.
Khasiat dan keamanan penggunaan pada anak-anak belum terbukti.
Waktu penyembuhan dan efek samping pada usia lanjut tidak sama dengan penderita
usia dewasa.
Pemberian pada wanita hamil hanya jika benar-benar sangat dibutuhkan.
Asam Tranexamat
Mekanisme kerja:
Asam traneksamat merupakan inhibitor fibrinolitik sintetik bentuk trans dari asam
karboksilat sikloheksana aminometil. Secara in vitro, asam traneksamat 10 kali lebih
poten dari asam aminokaproat. Asam traneksamat merupakan competitive inhibitor dari
aktivator
plasminogen
dan
penghambat
plasmin.
Plasmin
sendiri
berperan
menghancurkan fibrinogen, fibrin dan faktor pembekuan darah lain, oleh karena itu asam
No. XX
S 2 dd 1
R/ Omeprazol
S 2 dd 1
R/ Ranitidin
S 2 dd 1
Pro
: Tn.M
Umur : 35 tahun
Penyelesaian
Cefadroxyl
Indikasi:
Cefadroxil diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan oleh mikroorganisme
yang sensitif seperti: - Infeksi saluran pernafasan : tonsillitis, faringitis, pneumonia, otitis
media. - Infeksi kulit dan jaringan lunak. - Infeksi saluran kemih dan kelamin. - Infeksi lain:
osteomielitis dan septisemia.
Kontra Indikasi:
Penderita yang hipersensitif terhadap sefalosporin.
Komposisi:
Cefadroxil 500, tiap kapsul mengandung cefadroxil monohydrate setara dengan cefadroxil
500 mg.
Cara Kerja:
Cefadroxil adalah antibiotika semisintetik golongan sefalosforin untuk pemakaian oral.
Cefadroxil bersifat bakterisid dengan jalan menghambat sintesa dinding sel bakteri.
Cefadroxil aktif terhadap Streptococcus beta-hemolytic, Staphylococcus aureus (termasuk
penghasil enzim penisilinase), Streptococcus pneumoniae, Escherichia coli, Proteus mirabilis,
Klebsiella sp, Moraxella catarrhalis.
Dosis:
Dewasa:
Infeksi saluran kemih:
Infeksi saluran kemih bagian bawah, seperti sistitis : 1 2 g sehari dalam dosis tunggal atau
dua dosis terbagi, infeksi saluran kemih lainnya 2 g sehari dalam dosis terbagi.
Infeksi kulit dan jaringan lunak:
1 g sehari dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi.
Infeksi saluran pernafasan:
Infeksi ringan, dosis lazim 1 gram sehari dalam dua dosis terbagi.
Infeksi sedang sampai berat, 1 2 gram sehari dalam dua dosis terbagi. Untuk faringitis dan
tonsilitis yang disebabkan oleh Streptococcus beta-hemolytic : 1 g sehari dalam dosis tunggal
atau dua dosis terbagi, pengobatan diberikan minimal selama 10 hari.
Anak-anak:
Infeksi saluran kemih, infeksi kulit dan jaringan lunak : 25 50 mg/kg BB sehari dalam dua
dosis terbagi.
Faringitis, tonsilitis, impetigo : 25 50 mg/kg BB dalam dosis tunggal atau dua dosis terbagi.
Untuk infeksi yang disebabkan Streptococcus beta-hemolytic, pengobatan diberikan minimal
selama 10 hari.
Efek Samping:
Gangguan
saluran
pencernaan,
seperti
mual,
muntah,
diare,
pseudomembran.
Reaksi hipersensitif, seperti ruam kulit, gatal-gatal dan reaksi anafilaksis.
dan
gejala
kolitis
Omeperazole
Omeprazole adalah obat yang mampu menurunkan kadar asam yang diproduksi di dalam
lambung.
Obat yang masuk ke dalam jenis penghambat pompa proton ini mengobati
beberapa kondisi, yaitu nyeri ulu hati, penyakit asam lambung atau gastroesophageal reflux
disease (GERD), dan infeksi H. Pylori yang menyebabkan tukak lambung. Selain itu,
omeprazole juga dapat digunakan untuk mengobati sindrom Zollinger-Elision.
Manfaat
- Mengurangi produksi asam lambung
Mencegah dan mengobati gangguan pencernaan atau nyeri ulu hati, tukak lambung,
Telanlah tablet dan kapsul omeprazole dengan air dan jangan mengunyahnya. Hal ini
bertujuan agar omeprazole dapat terserap seutuhnya oleh tubuh. Jika Anda termasuk orang
yang kesulitan menelan, tersedia omeprazole dalam bentuk obat larut.
Konsumsilah omeprazole sesuai takaran dosis dan frekuensi yang ditetapkan oleh dokter. Jika
Anda tanpa sengaja melewatkan satu dosis konsumsi, segera konsumsi dosis yang tertinggal
tersebut begitu Anda ingat. Tapi jika sudah sangat mendekati jadwal minum obat berikutnya,
jangan mengonsumsi dua dosis sekaligus.
Konsumsilah makanan dalam porsi-porsi kecil. Porsi terlalu besar dapat menekan lambung
sehingga terlalu banyak asam lambung yang diproduksi. Hindarilah makanan atau minuman
yang dapat memperburuk gejala penyakit lambung Anda, seperti cokelat, tomat, daun mint,
kopi, dan alkohol. Menurunkan berat badan juga dapat membantu mencegah naiknya asam
lambung sehingga meringankan gejala gangguan pencernaan.
Berhenti atau batasi kebiasaan merokok, karena merokok juga meningkatkan produksi asam
lambung.
Efek Samping dan Bahaya Omeprazole
Omeprazole jarang menyebabkan efek samping pada penggunanya. Jika pun ada, biasanya
efek samping akan membaik setelah penyesuaian tubuh terhadap obat ini.
Efek samping omeprazole yang berpotensi terjadi:
Sakit kepala
Konstipasi
Diare
Sakit perut
Nyeri sendi
Sakit tenggorokan
Kram otot
Hilang selera makan
DAFTAR PUSTAKA
Asma, M. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Ny.N Dengan Dispepsia di Ruang Instalasi Rawat
Inap di RS Dr. Reksodiwiryo Padang. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia. [online].
http://www.scribd.com/doc/78583982/askep-dispepsia [diakses tanggal 14 maret 2012].
Davey, P. 2003. At a Glance Medicine. Jakarta, Erlangga.
Djojoningrat, D. 2006a. Dispepsia Fungsional. Dalam: Sudoyo, A.W; Setiyohadi, B; Alwi, I;
Simadibrata, M; Setiati, S. (eds.). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid1. Edisi ke4. Jakarta, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Djojoningrat, D. 2006b. Pendekatan Klinis Penyakit Gastrointestinal. Dalam: Sudoyo, A.W;
Setiyohadi, B; Alwi, I; Simadibrata, M; Setiati, S. (eds.). 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid1. Edisi ke-4. Jakarta, Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam
FKUI.
Hadi, S. 2002. Gastroenterologi. Bandung, P.T. Alumni.
Harahap, Y. 2007. Karakteristik Penderita Dispepsia Rawat Inap Di RS Martha Friska Medan.
Skripsi,
Universitas
Sumatera
Utara.
USU
Digital
Tesis,
Universitas
Sumatera
Utara.
USU
Digital
Library.