Anda di halaman 1dari 8

KASUS PATOFISIOLOGI

Dosen Pengampu:
Lukito Mindi Cahyo, SKG.,M.PH

Disusun Oleh: Kelompok 4B


1. Intan Dwi Septyani (1920384251)
2. Lambertus S.B.K. (1920384259)
3. Melyanti M.H. (1920384267)
4. Nurul Triharyanti (1920384275)
5. Rena Meutia (1920384283)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


UNIVERSITAS SETIA BUDI SURAKARTA
2019
KASUS
Tuan K, 65 tahun datang ke klinik dengan keluhan nyeri dada. Dia mengeluh 6 bulan
terakhir mengalami nyeri dada substernal bersifat intermitten dan menjalar ke lengan
kiri. Nyeri pertama kali terjadi ketika melakukan kegiatan dan menurun ketika istrirahat.
Dia menyangkal mengalami napas yang pendek, mual, muntah atau diaphoresis. Dia
memiliki riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia. Pada riwayat keluarga diperoleh
keterangan bahwa bapaknya meninggal karena infark miokard pada usi 56 tahun. Dia
menghabiskan 50 bungkus rokok pertahun.

Pertanyaan :
1. Mengapa nyeri dada terasa saat beraktivitas dan berkurang saat beristirahat?
2. Apakah hubungan riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia dengan gejala yang
dialami oleh pasien tersebut?
3. Apakah hubungan riwayat keluarga bapaknya meninggal karena infark miokard di
usia 56 tahun dan merokok 50 bungkus pertahun dengan gejala yang dialami oleh
pasien dalam skenario ?
4. Pemeriksaan penunjang apa saja yang diperlukan untuk menegakkan diagnosis?
5. Jelaskan Differential Diagnosis (DD) dari kasus diatas!

Jawab :

1. Nyeri dada terasa saat beraktivitas dan berkurang saat


beristirahat.

Secara umum, nyeri dada disebabkan oleh timbulnya iskemia


miokard karena suplai darah dan oksigen ke miokard berkurang.
Aliran darah berkurang karena terjadi penyempitan pembuluh darah
koroner (arteri koronaria). Penyempitan terjadi karena proses
aterosklerosis atau spasme pembuluh koroner atau kombinasi dari
keduanya. Pada mulanya suplai darah tersebut walaupun berkurang
masih cukup untuk memenuhi kebutuhan miokard pada waktu
istirahat, tetapi tidak cukup bila kebutuhan oksigen miokard
meningkat seperti pada waktu pasien melakukan aktivitas fisik yang
cukup berat. Oleh karena itu, nyeri dada pada pasien tersebut timbul
pada waktu pasien melakukan aktivitas

2. Hubungan riwayat penyakit hipertensi dan dislipidemia


dengan gejala yang dialami oleh pasien

 Hipotesis pertama, terbentuknya arteriosklerosis didasarkan pada


kenyataan bahwa tekanan darah yang tinggi secara kronis
menimbulkan gaya regang atau potong yang merobek lapisan
endotel arteri dan arteriol. Gaya regang terutama timbul di tempat-
tempat arteri bercabang atau membelok: khas untuk arteri koroner,
aorta, dan arteri-arteri serebrum. Dengan robeknya lapisan endotel,
timbul kerusakan berulang sehingga terjadi siklus peradangan,
penimbunan sel darah putih dan trombosit, serta pembentukan
bekuan. Setiap trombus yang terbentuk dapat terlepas dari arteri
sehingga menjadi embolus di bagian hilir.
Peningkatan tekanan darah sistemik pada hipertensi
menimbulkan peningkatan resistensi terhadap pemompaan darah
dari ventrikel kiri, sehingga beban kerja jantung bertambah,
akibatnya terjadi hipertrofi ventrikel kiri untuk meningkatkan
kekuatan kontraksi. Kemampuan ventrikel untuk mempertahankan
curah jantung dengan hipertrofi kompensasi dapat terlampaui;
kebutuhan oksigen yang melebihi kapasitas suplai pembuluh
koroner menyebabkan iskemia miokardium lokal. Iskemia yang
bersifat sementara akan menyebabkan perubahan reversibel pada
tingkat sel dan jaringan, dan menekan fungsi miokardium.
Berkurangnya kadar oksigen memaksa miokardium mengubah
metabolisme yang bersifat aerobik menjadi metabolisme anaerobik.
Metabolisme anaerobik lewat lintasan glikolitik jauh lebih tidak
efisien apabila dibandingkan dengan metabolisme aerobik melalui
fosforilasi oksidatif dan siklus Krebs. Pembentukan fosfat berenergi
tinggi menurun cukup besar.Hasil akhir metabolisme anaerob, yaitu
asam laktat, akan tertimbun sehingga menurunkan pH sel.
Gabungan efek hipoksia, berkurangnya energi yang tersedia, serta
asidosis dengan cepat mengganggu fungsi ventrikel kiri. Kekuatan
kontraksi daerah miokardium yang terserang berkurang; serabut-
serabutnya memendek, dan daya serta kecepatannya berkurang.
Selain itu, gerakan dinding segmen yang mengalami
iskemia menjadi abnormal; bagian tersebut akan menonjol keluar
setiap kali ventrikel berkontraksi. Berkurangnya daya kontraksi dan
gangguan gerakan jantung mengubah hemodinamika. Perubahan
hemodinamika bervariasi sesuai ukuran segmen yang mengalami
iskemia dan derajat respon refleks kompensasi sistem saraf
otonom. Menurunnya fungsi ventrikel kiri dapat mengurangi curah
jantung dengan berkurangnya curah sekuncup (jumlah darah yang
dikeluarkan setiap kali jantung berdenyut). Berkurangnya
pengosongan ventrikel saat sistol akan memperbesar volume
ventrikel. Akibatnya, tekanan jantung kiri akan meningkat; tekanan
akhir diastolik ventrikel kiri dan tekanan baji dalam kapiler paru-
paru akan meningkat. Peningkatan tekanan diperbesar oleh
perubahan daya kembang dinding jantung akibat iskemia. Dinding
yang kurang lentur semakin memperberat peningkatan tekanan
pada volume ventrikel tertentu.
Pada iskemia, manifestasi hemodinamika yang sering
terjadi adalah peningkatan ringan tekanan darah dan denyut
jantung sebelum timbul nyeri. Jelas bahwa, pola ini merupakan
respon kompensasi simpatis terhadap berkurangnya fungsi
miokardium. Penyebab infark miokardium adalah terlepasnya plak
arteriosklerosis dari salah satu arteri koroner dan kemudian
tersangkut di bagian hilir sehingga menyumbat aliran darah ke
seluruh miokardium yang diperdarahi oleh pembuluh tersebut.
Aterosklerosis adalah suatu keadaan arteri besar dan kecil yang
ditandai oleh endapan lemak, trombosit, makrofag dan leukosit di
seluruh lapisan tunika intima dan akhirnya ke tunikamedia. Telah
diketahui bahwa aterosklerosis bukanlah suatu proses
berkesinambungan, melainkan suatu penyakit dengan fase stabil
dan fase tidak stabil yang silih berganti. Perubahan gejala klinik
yang tiba-tiba dan tak terduga agaknya berkaitan dengan ruptur
plak, meskipun ruptur tidak selalu diikuti gejala klinik. Infark
miokardium juga dapat terjadi jika lesi trombotik yang melekat di
arteri menjadi cukup besar untuk menyumbat total aliran ke bagian
hilir, atau jika suatu ruang jantung mengalami hipertrofi berat
sehingga kebutuhan oksigen tidak dapat terpenuhi.

 Hipotesis kedua mengisyaratkan bahwa kadar kolesterol serum


dan trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan pembentukan
arteriosklerosis. Pada pengidap arteriosklerosis, pengedapan lemak
ditemukan di seluruh kedalaman tunika intima, meluas ke tunika
media. Kolesterol dan trigliserid di dalam darah terbungkus di
dalam protein pengangkut lemak yang disebut lipoprotein.
Lipoprotein berdensitas tinggi (high-density lipoprotein, HDL )
membawa lemak ke luar sel untuk diuraikan, dan diketahui bersifat
protektif melawan arteriosklerosis. Namun, lipoprotein berdensitas
rendah (low density lipoprotein,LDL) dan lipoprotein berdensitas
sangat rendah (very-low-density lipoprotein,VLDL) membawa lemak
ke sel tubuh, termasuk sel endotel arteri, oksidasi kolesterol dan
trigliserid menyebabkan pembentukan radikal bebas yang diketahui
merusak sel-sel endotel.

3.    Hubungan riwayat keluarga bapaknya meninggal karena


infark miokard pada usia 56 tahun dan merokok 50 bungkus
pertahun dengan gejala yang dialami oleh pasien dalam
skenario.

Riwayat keluarga bapaknya meninggal karena infark miokard


pada usia 56 tahun merupakan salah satu faktor resiko utama
terjadinya penyakit kardiovaskuler. Pentingnya pengaruh genetik dan
lingkungan masih belum diketahui. Komponen genetik dapat diduga
pada beberapa bentuk aterosklerosis yang nyata, atau yang cepat
perkembangannya, seperti pada gangguan lipid familial. Tetapi,
riwayat keluarga dapat pula mencerminkan komponen lingkungan
yang kuat, seperti misalnya gaya hidup yang menimbulkan stres atau
obesitas.
Merokok merupakan faktor resiko yang independen. Mekanisme
terjadinya aterosklerosis akibat merokok belum diketahui secara pasti,
tetapi kemungkinan akibat:
a.  Stimulasi sistim saraf simpatis oleh nikoton dan ikatan O 2 dengan
hemoglobin akan digantikan dengan Karbonmonoksida
b.  Reaksi imunologi direk pada dinding pembuluh darah
c.   Peningkatan agregasi trombosit
d.   Peningkatan permeabilitas endotel terhadap lipid akibat zat-zat
yang terdapat di dalam rokok.

4. Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis

a.   Elektrokardiogram (EKG)


Gambaran EKG saat istirahat dan bukan pada saat serangan
angina sering masih normal. Gambaran EKG dapat menunjukkan
bahwa pasien pernah mendapat infark miokard di masa lampau.
Kadang-kadang menunjukkan pembesaran ventrikel kiri pada pasien
hipertensi dan angina dapat pula menunjukkan perubahan segmen ST
dan gelombang T yang tidak khas. Pada saat serangan angina, EKG
akan menunjukkan depresi segmen ST dan gelombang T dapat
menjadi negatif.
b.      Foto rontgen dada
Foto rontgen dada sering menunjukkan bentuk jantung yang
normal; pada pasien hipertensi dapat terlihat jantung membesar dan
kadang-kadang tampak adanya kalsifikasi arkus aorta.
c.       Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak begitu penting dalam diagnosis
angina pektoris. Walaupun demikian untuk menyingkirkan diagnosis
infark jantung akut sering dilakukan pemeriksaan enzim CPK, SGOT
atau LDH. Enzim tersebut akan meningkat kadarnya pada infark
jantung akut sedangkan pada angina kadarnya masih normal.
Pemeriksaan lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan
pemeriksaan gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko
seperti hiperlipidemia dan/atau diabetes mellitus.

5.      Differential Diagnosis (DD) dan penatalaksanaannya.


a.       Differensial Diagnosis
Pada kasus di atas terdapat beberapa kemungkinan penyakit
yang diderita oleh pasien yang dapat menyebabkan nyeri dada sesuai
dengan gejala yang dialami oleh pasien. Differensial Diagnosisnya
adalah sebagai berikut :
·         Angina Pectoris
         Infark Miokardium
         Penyakit Jantung Hipertensi
         Perikarditis
b.      Penatalaksanaan
  Non Farmakologis
         Menghilangkan factor pemberat
         Mengurangi faktor resiko
         Mengubah life style
         Farmakologis
   Intervensi Bedah

Anda mungkin juga menyukai