Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH FARMASI PARMASI PRAKTIS

“KIE KONSTIPASI/ KASUS 17”

Apoteker XXXVIII - Kelas B2

Mamardika Puteri Yuliani (1920384264)

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2019
BAB I

PENDAHULUAN

Menurut World Health Organization (WHO) swamedikasi diartikan sebagai


pemilihan dan penggunaan obat, termasuk pengobatan herbal dan tradisional, oleh
individu untuk merawat diri sendiri dari penyakit atau gejala penyakit. Tujuan
pengobatan sendiri adalah untuk menanggulangi secara cepat dan efektif keluhan yang
tidak memerlukan konsultasi medis, mengurangi beban pelayanan kesehatan pada
keterbatasan sumber daya dan tenaga, serta meningkatkan keterjangkauan masyarakat
yang jauh dari pelayanan kesehatan. Alasan pengobatan sendiri adalah kepraktisan
waktu, kepercayaan pada obat tradisional, masalah privasi, biaya, jarak, dan kepuasan
terhadap pelayanan kesehatan.
Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit
ringan yang sering dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza,
sakit mag, kecacingan, diare, konstipasi, penyakit kulit dan lain-lain. Obat-obat
golongan obat bebas dan obat bebas terbatas merupakan obat yang relatif aman
digunakan untuk swamedikasi
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari
kebiasaan normal. Dapat diartikan sebagai yang jarang, jumlah feses (kotoran) kurang.
Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia) akibat
gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus) lebih lambat dan
kemungkinan sebab lain. Kebanyakan terjadi jika makan kurang bersehat, kurang minum
dan kurang berolahraga, kondisi ini bertambah parah jika sudah lebih dari tiga hari
berturut-turut, konstipasi juga bisa terjadi dimana saja.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. DEFINISI
 Konstipasi adalah periode buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali seminggu untuk
wanita dan 5 kali seminggu untuk laki-laki, atau periode lebih dari 3 hari tanpa
pergerakan usus.
 BAB dipaksakan lebih dari 25% dari keseluruhan waktu dan atau 2 kali atau kurang
BAB setiap minggu
 Ketegangan saat defekasi dan kurang dari 1 kali BAB per hari dengan usaha yang
minimal.

II. ETIOLOGI
Penyebab tersering konstipasi pada anak adalah fungsional, fi ssura ani, infeksi virus
dengan ileus, diet dan obat.11 Sekitar 97% konstipasi pada anak disebabkan oleh
fungsional.5 Pada 137 anak India (tahun 2001-2006), 85% konstipasi disebabkan oleh
fungsional dan 15% disebabkan oleh kelainan organik

III. GEJALA KLINIK


 Pasien mengeluh tentang rasa tidak nyaman dan kembung pada perut, pergerakan usus
yang hilang timbul, feses dengan ukuran kecil, perasaan penuh, atau kesulitan dan
sakit pada saat mengeluarkan feses.
 Implikasi dari konstipasi dapat bervariasi mulai dari rasa tidak nyaman samlai gejala
kanker usu besar atau penyakit serius lainnya.
 Terapi pasien dengan mengetahui frekuensi pergerakan usus dan tingkat keparahan
konstipasi, makanan, penggunaan laksatif, penggunaan obat-obat yang dapat
menyebabkan konstipasi.
IV. PATOFISIOLOGI

 Konstipasi bukan penyakit tapi simtom dari penyakit atau kondisi tertentu.
 Kelainan saluran cerna (seperti, irritable bowel sindrome atau diverculitis), kelainan
metabolic (seperti, diabetes), atau kelainan endokrin (seperti hipotiroid) bisa
menyebabkan konstipasi.
 Konstipasi umumnya sebagai akibat dari diet rendah serat atau penggunaan obat
konstipasi seperti opiate.
 Konstipasi bisa terkadang bersifat psikogenik (=bersifat psikis)
Kelainan atau kondisi yang bisa menyebabkan konstipasi adalah:
1. Kelainan saluran cerna
- Obstruksi gastroduodenal sebagai akibat dari ulser atau kanker
- Irritable bowel syndrome
- Diverculitis Hemorrhoid, fissure anal
- Ulcerative proctitis Tumor
2. Kelainan metabolic dan endokrin
- Diabetes mellitus
- Hipotiroid
- Panhipopituitari
- Pheochromacytoma
- Hiperkalsimea
3. Kehamilan
4. Konstipasi neurogenik
- Trauma kepala
- Tumor system saraf pusat
- Stroke
- Penyakit Parkinson
5. Konstipasi psikogenik
- Kelainan psikiatri
- Sifat intestinal yang lain dari biasanya
6. Konstipasi yang disebabkan obat
- Analgesic
 Inhibitor sintesis prostaglandin
 Opiate
- Antikolinergis
 Antihistamine
 Antiparkinson (seperti, benztropine atau trihexyphenidyl)
 Phenothiazine
- Trisyclic antidepressant
- Antacid yang mengandung kalsium carbonate atau aluminium hidroksida
- Barium sulfat
- Ca channel blocker
- Clonidine
- Diuretic (selain diuretic hemat kalium)
- Ganglionik blocker
- Preparat besi
- Blocker otot (d-tubocurarine, suksinilkoline)
- Polystyrene sodium sulfonate
 Semua turunan opiate dihubungkan dengan konstipasi, tapi tingkatan efek inhibisi
intestinal tampaknya berbeda antar agen. Opiate yang diberikan oral tanpaknya
mempunyai efek inhibisi lebih besar dari agen yang diberikan parenteral; kodein oral
telah diketahui merupakan agen antimotilitas poten.
 Agen dengan sifat antikolinergis menginhibit fungsi intestinal melalui aksi
parasimpatik pada inervasi (persarafan) ke banyak area di saluran cerna, terutama
kolon dan rectal. Banyak tipe obat mempunyai aksi antikolinergis, dan agen ini umum
digunakan pada pasien rumah sakit dan pasien rawat jalan

7. DIAGNOSA
Pada umumnya gejala klinis dari konstipasi adalah frekuensi defekasi kurang dari 3
kali per minggu, tinja keras dan kesulitan untuk defekasi. Anak sering menunjukkan perilaku
tersendiri untuk menghindari proses defekasi. Pada bayi, nyeri ketika akan defekasi
ditunjukkan dengan menarik lengan dan menekan anus dan otot-otot bokong untuk mencegah
pengeluaran feses. Balita menunjukkan perilaku menahan defekasi dengan menaikkan ke atas
ibu jari-ibu jari dan mengeraskan bokongnya.
8. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan farmakologis
Pada pengobatan dan pencegahan konstipasi pemberian agen pembentuk serat
mutlak diberikan. Suatu jenis agen pembentuk serat ini sudah mencukupi, dan harus
digunakan dalam diet harian terutama pada penderita konstipasi kronis. Kecuali agen
difenilmetana dan turunan antrakuinon tidak boleh digunakan pada terapi rutinitas
dasar.
Sedangkan pada pasien konstipasi akut, penggunaan laksatif sewaktu-waktu
diperbolehkan. Konstipasi akut dapat dihilangkan dengan pemberian supositoria
gliserin, atau jika kurang efektif dapat juga diberikan sorbitol oral, difenilmetan atau
turunan antrakuinon dosis rendah, atau garam pencahar (garam magnesium/garam
inggris). Namun jika gejala ini tidak hilang dalam waktu lebih dari 1 minggu maka
penderita harus melakukan pemeriksaan lanjut dan menerima terapi dengan rejimen
lain.
Pilihan obat yang dapat digunakan dalam terapi farmakologis konstipasi
adalah:

1) Emolien. Emolien adalah agen surfaktan dari dokusat dan garamnya yang bekerja
dengan memfasilitasi pencampuran bahan berair dan lemak dalam usus halus.
Produk ini meningkatkan sekresi air dan elektrolit dalam usus. Pencahar emolien ini
tidak efektif dalam mengobati konstipasi namun berguna untuk pencegahan,
terutama pada pasien pasca infark miokard, penyakit perianal akut, atau operasi
dubur. Secara umum dokusat relatif aman, namun berpotensi meningkatkan laju
penyerapan usus sehingga berpotensi meningkatkan penyerapan zat-zat yang
berpotensi racun.

2) Lubrikan. Merupakan laksatif dari golongan minyak mineral yang akan efektif
bila digunakan secara rutin. Lubrikan diperoleh dari penyulingan minyak bumi.
Lubrikan bekerja dengan membungkus feses sehingga memudahkannya meluncur ke
anus dan dengan menghambat penyerapan air diusus sehingga meningkatkan bobot
feses dan mengurangi waktu transitnya dalam usus. Lubrikan dapat diberikan peroral
dengan dosis 15-45 ml, dan akan memberikan efek setelah 2-3 hari setelah
penggunaan. Penggunaan lubrikan ini disarankan pada kondisi sebagaimana
penggunaan emolien. Namun lubrikan memberikan potensi efek samping yang lebih
besar. Resiko efek samping itu diantaranya: minyak mineral dapat diserap secara
sistemik dan dapat menimbulkan reaksi asing dalam jaringan limfoid tubuh, dan
mengurangi penyerapan vitamin larut lemak (A, D, E dan K)
3) Laktulosa dan sorbitol. Laktulosa adalah disakarida yang dapat digunakan
secara oral atau rektal. Laktulosa dimetabolisme oleh bakteri kolon menjadi molekul
asam dengan bobot rendah, sehingga mempertahankan cairan dalam kolon,
menurunkan PH dan meningkatkan gerak peristaltik usus. Laktulosa tidak
direkomendasikan dalam terapi konstipasi lini pertama karena harganya yang mahal
dan efektivitasnya yang tidak lebih efektif dari sorbitol atau garam magnesium.
Sorbitol sebagai monosakarida bekerja dengan tindakan osmotik dan telah
direkomendasikan sebagai terapi konstipasi lini pertama.

4) Derivat Difenilmetana. Dua turunan difenilmetana yang utama adalah bisakodil


dan fenoftalein. Bisakodil memberikan efek dengan merangsang pleksus syaraf
mukosa usus besar. Sedangkan fenoftalein bekerja dengan menghambat penyerapan
aktif glukosa dan natrium. Dengan fenoftalein, sejumlah kecil fenoftalein akan
mengalami resirkulasi enterohepatik dan mengakibatkan efek antikonstipasi
berkepanjangan. Penggunaan fenoftalein pada penderita apendiksitis, hamil, atau
menyusui harus berhati-hati karena dapat menimbulkan perforasi, sehingga
menyebabkan air seni berwarna merah muda.

5) Derivat Antrakuinon. Teramasuk dalam derivat antrakuinon adalah sagrada


cascara, sennosides, dancasathrol. Bakteri usus memetabolismekan senyawa-
senyawa tersebut, namun mekanisme jelasnya dalam pengobatan konstipasi tidak
diketahui. Sama seperti derivat difenilmetana, penggunaan derivat antrakuinon
secara rutin tidak direkomendasikan.
6) Katartik Saline. Katartik saline terdiri dari ion-ion yang sulit diserap seperti
magnesium, sulfat, sitrat, dan fosfat yang bekerja dengan menghasilkan efek
osmotik dalam mempertahankan cairan dalam saluran cerna. Magnesium
merangsang sekresi kolesistokinin yang merangsang motilitas usus dan sekresi
cairan. Agen ini akan memberikan efek dalam waktu kurang dari 1 jam setelah
pemberian dosis oral. Agen ini sebaiknya digunakan dalam keadaan evakuasi akut
usus, tindakan pradiagnostik, keracunan, atau untuk menghilangkan parasit setelah
pemberian antelmintik. Agen ini tidak disarankan untuk digunakan secara rutin.
Agen ini berpotensi menyebabkan deplesi cairan.
7) Minyak Jarak. Minyak jarak dimetabolisme disaluran cerna menjadi senyawa
aktif asam risinoleat yang bekerja merangsang proses sekresi, menurunkan absorpsi
glukosa, dan meningkatkan motilitas usus, terutama dalam usus halus. Efek buang
air besar biasanya akan dihasilkan 1-3 jam setelah mengkonsumsi agen ini.

8) Gliserin. Gliserin biasanya diberikan dalam bentuk suppositoria 3 gram yang


akan memberikan efek osmotik pada rektum. Gliserin dianggap sebagai pencahar
yang aman meski mungkin juga mengakibatkan iritasi rektum.

9) Polyethylene glicol-electrolite lavage solution (PEG-ELS), merupakan larutan


yang digunakan dalam pembersihan usus sebelum prosedur diagnostik atau
pembedahan kolorektal. 4 liter cairan ini diberikan dalam waktu tiga jam untuk
evakuasi lengkap dari saluran gastrointestinal. Cairan ini tidak dianjurkan untuk
terapi rutin dan pada pasien dengan obstruksi usus.
b. Pengobatan non-farmakologis
1. Latihan usus besar : melatih usus besar adalah suatu bentuk latihan perilaku yang
disarankan pada penderita konstipasi yang tidak jelas penyebabnya. Penderita
dianjurkan mengadakan waktu secara teratur setiap hari untuk memanfaatkan
gerakan usus besarnya. Dianjurkan pada waktu 5-10 menit setelah makan,
sehingga dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan
kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan
rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB ini.
2. Diet : modifikasi diet dilakukan untuk meningkatkan jumlah serat yang
dikonsumsi. Serat yang merupakan bagian dari sayuran yang tak dicerna dalama
usus akan meningkatkan curah feses, meretensi cairan tinja, dan meningkatkan
transit tinja dalam usus. Dengan terapi serat ini maka frekuensi buang air besar
meningkat dan menurunnya tekanan pada kolon dan rektum. Pasien disarankan
setidaknya mengkonsumsi 10 gram serat kasar perharinya. Buah, sayur dan sereal
adalah contoh bahan makanan kaya serat. Selain itu terdapat juga produk obat
yang merupakan agen pembentuk serat masal seperti koloid psylium hidrofilik,
metilselulosa ataupolikarbofil yang dapat menghasilkan efek sama dengan bahan
makanan tinggi serat yang tersedia dalam sediaan tablet, serbuk atau kapsul.
3. Olahraga : cukup aktivitas atau mobilitas dan olahraga membantu mengatasi
konstipasi jalan kaki atau lari-lari kecil yang dilakukan sesuai dengan umur dan
kemampuan pasien, akan menggiatkan sirkulasi dan perut untuk memeperkuat
otot-otot dinding perut, terutama pada penderita dengan atoni pada otot perut
4. Pembedahan
Pada beberapa pasien konstipasi tindakan pembedahan diperlukan. Hal ini karena
adanya keganasan kolon atau obstruksi saluran gastrointestinal sehingga
diperlukan reseksi usus. Selain itu pembedahan juga diperlukan pada kasus
konstipasi yang disebabkan oleh pheokromositoma.
PENYELESAIAN KASUS

KASUS 17

Seorang ibu datang ke apotek membawa resep untuk anaknya yang berusia 9
tahun.beliau bercerita bahwa anaknya sudah 3 hari kesulitan BAB, karena feses keras.
Dokter memberi resep untuk pasien tersebut. Berikan penjelasan mengenai obat yang
diresepkan dokter dan cara penggunaanya.

Obat dalam resep :


a. Microlax (Laksativ Enema)
 MONOGRAFI OBAT

Komposisi :
Setiap tube Microlax (5 ml) mengandung :
Natrium Lauril Sulfoasetat 0,045 g
PEG 400 0,625 g
Sorbitol 4,465 g
Natrium Sitrat 0,450 g
Asam Sorbat 0,005 g
Air murni sampai dengan 6,250 g.

Indikasi : Microlax membantu mengatasi masalah susah buang air besar


atau konstipasi yang dialami oleh anak, dewasa, ibu hamil dan lansia. Microlax
diindikasikan untuk susah buang air besar karena berbagai macam sebab misalnya
enteroparesis (penyakit usus yang tidak diketahui sebabnya), lemahnya otot perut,
factor makanan, kurang bergerak, dan lain-lain.
Dosis : Untuk anak usia diatas 3 tahun dan dewasa diberikan 1 tube.
Untuk anak usia 1-3 tahun cukup diberikan ½ tube.

Mekanisme kerja : Microlax bekerja dengan tiga cara kerja sekaligus yaitu,
natrium lauril sulfoasetat yang bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses
sehingga feses mudah terbasahi, sorbitol menyerap air ke dalam usus besar
atau rektum untuk melunakkan feses yang keras, PEG 400yang akan melumasi
rektum sehingga feses mudah dikeluarkan. Dari 3 mekanisme kerja tersebutlah
Microlax akan mempermudah buang air besar.

Interaksi obat : Obat ini bekerja langsung pada feses tidak masuk secara
sistemik. Oleh karena itu potensi interaksi dengan obat-obat lain relatif sangat kecil.

Efek samping : Microlax aman untuk digunakan, belum pernah ada laporan
adanya efek samping. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan diare dan
kekurangan cairan.

Kontraindikasi : Kontraindikasi Microlax adalah pada penderita wasir yang


akut dan pada penderita yang mengalami perdarahan karena radang usus besar.

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 25-30 C

Perhatian dan peringatan :


Sebelum dan selama menggunakan obat ini, perhatikan hal-hal berikut:

 Pencahar hanya digunakan jika benar-benar dibutuhkan (hanya untuk


penggunaan jangka pendek).
 Jangan digunakan pada penderita wasir akut & seseorang yang menderita
peradangan pada usus besar.
 Hindari penggunaan jika diketahui adanya reaksi alergi terhadap salah satu
atau beberapa bahan yang terkandung di dalam Microlax.
 Sebelum penggunaan harap perhatikan tanggal batas kadaluarsa yang tertera
pada kemasan.
 Sebelum penggunaan pastikan sediaan obat masih terbungkus dengan baik dan
belum pernah dibuka.
 Microlax telah terbukti aman digunakan pada anak kecil, wanita hamil, ibu
menyusui dan orang dengan usia lanjut.
 Jika ingin lebih memastikan Anda dapat berkonsultasi dengan dokter.

Sediaan & kemasan : Gel / cairan jernih agak kental 5 ml dikemas dalam tube

Harga : Harga Jual Apotek berkisar antara Rp. 15.800,- sampai Rp. 17.875,-

Cara menggunakan microlax :

1. Buka tutup tube

2. Tekan tubenya hingga sedikit gel keluar

3. Oleskan pada pipa aplikator

4. Masukkan semua pipa aplikatornya ke dalam anus, baik pada orang dewasa
maupun anak-anak.

5. Tekan tubenya hingga semua isi keluar

6. Cabut kembali pipa aplikator dengan tepat menekan tubenya.

b. Vegeblend 21 JR

 MONOGRAFI OBAT
Komposisi : 21 Vegetablet extr
Indikasi : Meningkatkan nafsu makan anak
Dosis : 1-2 kapsul sehari

Interaksi obat :-

Efek samping :-

Kontraindikasi : -

Penyimpanan : Simpan pada suhu kamar 25-30 C

Sediaan & kemasan : Dus, Botol @ 30 Kapsul

Harga : Rp 133.947,- / Pcs

Cara menggunakan : Sebelum/ sesudah makan


Dialog

AA : Selamat siang Bu, ada yang bisa saya bantu Bu?


pasien : Ini Mba, Saya mau menebus resep. (sambil menyerahkan resep)
AA : Saya cek dulu ya resepnya Bu.
pasien : Iya Mbak.
AA : Maaf sebelumnya. Kapan ibu mendapatkan resep ini bu?
Pasien : Baru tadi pagi mbak saya periksa ke dokter.
AA : Berarti tanggal hari ini ya bu?
Pasien : Iya mbak.
AA : Apakah pasien benar atas nama Anak Faiz Akbar?
pasien : Iya Mbak, benar itu anak saya
AA : Usianya berapa ya Ibu?
Pasien : 9 tahun mbak.
AA : Bisa saya minta alamat & nomor hp-nya Bu?
pasien : Iya Mbak. Alamatnya jalan Mojosongo,. No hp nya 0812-xxxx-xxxx.
AA : Ini Bu harganya Rp. 152.000,-. Apakah mau ditebus semua?
Pasien : Iya ditebus semua Mbak. Ini uangnya mbak.
AA : Baik Bu, ini kembaliannya, mohon ditunggu sebentar ya resep nya.
pasien : Iya Mbak.

(AA menyerahkan Resep dan obat ke Apoteker untuk melaksanakan KIE)


Apoteker : Pasien atas nama Anak Faiz Akbar
Pasien : Iya Mbak.
Apoteker : Selamat Siang Bu.
Pasien : Siang Mbak.
Apoteker : Apa benar ini pasien atas nama Anak Faiz Akbar, pasien dari dr. Ambarwati,
usia 9 tahun dan Alamat jalan Mojosongo,. No hp nya 0812-xxxx-xxxx.
Pasien : Iya benar Mbak, itu nama anak saya.
Apoteker : Perkenalkan saya Mamardika apoteker di Apotek ini. Bisa saya minta waktu
nya sebentar Bu, untuk melakukan konseling?
Pasien : Bisa Mbak.
Apoteker : Silahkan Ibu (sambil menuju keruang konseling)
Pasien : Iya Mbak
Apoteker : Mari Ibu silahkan duduk.
Pasien : Iya mbak.
Apoteker : Selamat siang Ibu, bagaimana kabarnya hari ini?
Pasien : Alhamdulillah baik mbak.
Apoteker : Sebelumnya, tadi dokter bilang apa tentang obat Ibu?
Pasien : Kata dokter obat ini untuk anak saya yang konstipasi mbak.
Apoteker : Baik Bu. Bagaimana penjelasan dokter tentang cara penggunaan obat ini?
Pasien : Dokter sudah bilang sih, tapi saya lupa.
Apoteker : Oh begitu. Apa yang dokter jelaskan tentang harapan setelah minum obat
ini?
Pasien : Semoga lekas sembuh kata dokter.
Apoteker : Terimakasih Bu. Baik saya akan menjelaskan tentang obat yang anak Ibu
terima.
Pasien : Iya mbak
Apoteker : Jadi begini, disini anak ibu diresepkan obat untuk konstipasi. Ada dua obat
bu. Yaitu microlax dan vegeblend. Obat vegeblend diminum sekali sehari 1
tablet bisa sesudah/ sebelum makan. Ini suplemen untuk menambah nafsu
makan anak ibu.

Lalu obat yang terakhir adalah microlax cara penggunaannya buka tutup tube,
tekan tubenya hingga sedikit gel keluar, oleskan pada pipa aplikator, anak ibu
di minta berbaring miring, masukkan semua pipa aplikatornya ke dalam anus,
tekan tubenya hingga semua isi keluar, cabut kembali pipa aplikator dengan
tetap menekan tubenya.

Pasien : Oh gitu yaa mbak


Apoteker : Untuk penyimpan, obat ini sebaiknya disimpan di kotak obat dan pada suhu
ruangan. Hindari dari jangkauan anak-anak dan sinar matahari langsung.
Pasien : Oh baik mbak.
Apoteker : Bagaimana ibu, apakah sudah jelas?
Pasien : Sudah mbak.
Apoteker : Bisa diulang penjelasan saya tadi, biar saya tau ibunya sudah paham atau
belum?
Pasien : Disini anak saya diresepkan obat untuk konstipasi. Ada dua obat. Yaitu
microlax dan vegeblend. Obat vegeblend diminum sekali sehari 1 tablet bisa
sesudah/ sebelum makan. Ini suplemen untuk menambah nafsu makan anak
ibu.

Lalu obat yang kedua adalah microlax cara penggunaannya buka tutup tube,
tekan tubenya hingga sedikit gel keluar, oleskan pada pipa aplikator, anak ibu
di minta berbaring miring, masukkan semua pipa aplikatornya ke dalam anus,
tekan tubenya hingga semua isi keluar, cabut kembali pipa aplikator dengan
tetap menekan tubenya.

Apoteker : Lalu penyimpanan nya bagaimana?


Pasien : Penyimpanannya di suhu ruangan dalam kotak obat dan jauhkan dari
jangkauan anak-anak dan hindari sinar matahari langsung.
Apoteker : Iya Bu benar sekali. Lalu anak ibu sebaiknya melatih usus besar. Anak ibu
dianjurkan mengadakan waktu secara teratur setiap hari untuk memanfaatkan
gerakan usus besarnya. Dianjurkan pada waktu 5-10 menit setelah makan,
sehingga dapat memanfaatkan reflex gastro-kolon untuk BAB. Diharapkan
kebiasaan ini dapat menyebabkan penderita tanggap terhadap tanda-tanda dan
rangsang untuk BAB, dan tidak menahan atau menunda dorongan untuk BAB
ini.
Pasien : iya mbak
Apoteker : jika obatnya habis, nanti ibu bisa konsultasi lagi ke dokter ya bu.
Pasiem : iya mbak
Apoteker : Apakah ada pertanyaan lagi?
Pasien : Tidak bu.
Apoteker : Baik Ibu terimakasih atas perhatian nya. Dan semoga lekas sembuh untuk
anak.
Pasien : Iya Mbak sam-sama. Terimakasih kembali.
DAFTAR PUSTAKA

Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta

DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies,
Inggris.

https://mediskus.com/microlax
https://www.farmasiana.com/obat-pencahar/microlax-enema/
https://pediatricsdic.wordpress.com/2010/01/20/sembelit-pada-anak-bagaimana-cara-
pengatasannya-yahhh/

Anda mungkin juga menyukai