PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Konstipasi adalah periode buang air besar (BAB) kurang dari 3 kali seminggu untuk
wanita dan 5 kali seminggu untuk laki-laki, atau periode lebih dari 3 hari tanpa
pergerakan usus.
BAB dipaksakan lebih dari 25% dari keseluruhan waktu dan atau 2 kali atau kurang
BAB setiap minggu
Ketegangan saat defekasi dan kurang dari 1 kali BAB per hari dengan usaha yang
minimal.
II. ETIOLOGI
Penyebab tersering konstipasi pada anak adalah fungsional, fi ssura ani, infeksi virus
dengan ileus, diet dan obat.11 Sekitar 97% konstipasi pada anak disebabkan oleh
fungsional.5 Pada 137 anak India (tahun 2001-2006), 85% konstipasi disebabkan oleh
fungsional dan 15% disebabkan oleh kelainan organik
Konstipasi bukan penyakit tapi simtom dari penyakit atau kondisi tertentu.
Kelainan saluran cerna (seperti, irritable bowel sindrome atau diverculitis), kelainan
metabolic (seperti, diabetes), atau kelainan endokrin (seperti hipotiroid) bisa
menyebabkan konstipasi.
Konstipasi umumnya sebagai akibat dari diet rendah serat atau penggunaan obat
konstipasi seperti opiate.
Konstipasi bisa terkadang bersifat psikogenik (=bersifat psikis)
Kelainan atau kondisi yang bisa menyebabkan konstipasi adalah:
1. Kelainan saluran cerna
- Obstruksi gastroduodenal sebagai akibat dari ulser atau kanker
- Irritable bowel syndrome
- Diverculitis Hemorrhoid, fissure anal
- Ulcerative proctitis Tumor
2. Kelainan metabolic dan endokrin
- Diabetes mellitus
- Hipotiroid
- Panhipopituitari
- Pheochromacytoma
- Hiperkalsimea
3. Kehamilan
4. Konstipasi neurogenik
- Trauma kepala
- Tumor system saraf pusat
- Stroke
- Penyakit Parkinson
5. Konstipasi psikogenik
- Kelainan psikiatri
- Sifat intestinal yang lain dari biasanya
6. Konstipasi yang disebabkan obat
- Analgesic
Inhibitor sintesis prostaglandin
Opiate
- Antikolinergis
Antihistamine
Antiparkinson (seperti, benztropine atau trihexyphenidyl)
Phenothiazine
- Trisyclic antidepressant
- Antacid yang mengandung kalsium carbonate atau aluminium hidroksida
- Barium sulfat
- Ca channel blocker
- Clonidine
- Diuretic (selain diuretic hemat kalium)
- Ganglionik blocker
- Preparat besi
- Blocker otot (d-tubocurarine, suksinilkoline)
- Polystyrene sodium sulfonate
Semua turunan opiate dihubungkan dengan konstipasi, tapi tingkatan efek inhibisi
intestinal tampaknya berbeda antar agen. Opiate yang diberikan oral tanpaknya
mempunyai efek inhibisi lebih besar dari agen yang diberikan parenteral; kodein oral
telah diketahui merupakan agen antimotilitas poten.
Agen dengan sifat antikolinergis menginhibit fungsi intestinal melalui aksi
parasimpatik pada inervasi (persarafan) ke banyak area di saluran cerna, terutama
kolon dan rectal. Banyak tipe obat mempunyai aksi antikolinergis, dan agen ini umum
digunakan pada pasien rumah sakit dan pasien rawat jalan
7. DIAGNOSA
Pada umumnya gejala klinis dari konstipasi adalah frekuensi defekasi kurang dari 3
kali per minggu, tinja keras dan kesulitan untuk defekasi. Anak sering menunjukkan perilaku
tersendiri untuk menghindari proses defekasi. Pada bayi, nyeri ketika akan defekasi
ditunjukkan dengan menarik lengan dan menekan anus dan otot-otot bokong untuk mencegah
pengeluaran feses. Balita menunjukkan perilaku menahan defekasi dengan menaikkan ke atas
ibu jari-ibu jari dan mengeraskan bokongnya.
8. PENATALAKSANAAN
a. Pengobatan farmakologis
Pada pengobatan dan pencegahan konstipasi pemberian agen pembentuk serat
mutlak diberikan. Suatu jenis agen pembentuk serat ini sudah mencukupi, dan harus
digunakan dalam diet harian terutama pada penderita konstipasi kronis. Kecuali agen
difenilmetana dan turunan antrakuinon tidak boleh digunakan pada terapi rutinitas
dasar.
Sedangkan pada pasien konstipasi akut, penggunaan laksatif sewaktu-waktu
diperbolehkan. Konstipasi akut dapat dihilangkan dengan pemberian supositoria
gliserin, atau jika kurang efektif dapat juga diberikan sorbitol oral, difenilmetan atau
turunan antrakuinon dosis rendah, atau garam pencahar (garam magnesium/garam
inggris). Namun jika gejala ini tidak hilang dalam waktu lebih dari 1 minggu maka
penderita harus melakukan pemeriksaan lanjut dan menerima terapi dengan rejimen
lain.
Pilihan obat yang dapat digunakan dalam terapi farmakologis konstipasi
adalah:
1) Emolien. Emolien adalah agen surfaktan dari dokusat dan garamnya yang bekerja
dengan memfasilitasi pencampuran bahan berair dan lemak dalam usus halus.
Produk ini meningkatkan sekresi air dan elektrolit dalam usus. Pencahar emolien ini
tidak efektif dalam mengobati konstipasi namun berguna untuk pencegahan,
terutama pada pasien pasca infark miokard, penyakit perianal akut, atau operasi
dubur. Secara umum dokusat relatif aman, namun berpotensi meningkatkan laju
penyerapan usus sehingga berpotensi meningkatkan penyerapan zat-zat yang
berpotensi racun.
2) Lubrikan. Merupakan laksatif dari golongan minyak mineral yang akan efektif
bila digunakan secara rutin. Lubrikan diperoleh dari penyulingan minyak bumi.
Lubrikan bekerja dengan membungkus feses sehingga memudahkannya meluncur ke
anus dan dengan menghambat penyerapan air diusus sehingga meningkatkan bobot
feses dan mengurangi waktu transitnya dalam usus. Lubrikan dapat diberikan peroral
dengan dosis 15-45 ml, dan akan memberikan efek setelah 2-3 hari setelah
penggunaan. Penggunaan lubrikan ini disarankan pada kondisi sebagaimana
penggunaan emolien. Namun lubrikan memberikan potensi efek samping yang lebih
besar. Resiko efek samping itu diantaranya: minyak mineral dapat diserap secara
sistemik dan dapat menimbulkan reaksi asing dalam jaringan limfoid tubuh, dan
mengurangi penyerapan vitamin larut lemak (A, D, E dan K)
3) Laktulosa dan sorbitol. Laktulosa adalah disakarida yang dapat digunakan
secara oral atau rektal. Laktulosa dimetabolisme oleh bakteri kolon menjadi molekul
asam dengan bobot rendah, sehingga mempertahankan cairan dalam kolon,
menurunkan PH dan meningkatkan gerak peristaltik usus. Laktulosa tidak
direkomendasikan dalam terapi konstipasi lini pertama karena harganya yang mahal
dan efektivitasnya yang tidak lebih efektif dari sorbitol atau garam magnesium.
Sorbitol sebagai monosakarida bekerja dengan tindakan osmotik dan telah
direkomendasikan sebagai terapi konstipasi lini pertama.
KASUS 17
Seorang ibu datang ke apotek membawa resep untuk anaknya yang berusia 9
tahun.beliau bercerita bahwa anaknya sudah 3 hari kesulitan BAB, karena feses keras.
Dokter memberi resep untuk pasien tersebut. Berikan penjelasan mengenai obat yang
diresepkan dokter dan cara penggunaanya.
Komposisi :
Setiap tube Microlax (5 ml) mengandung :
Natrium Lauril Sulfoasetat 0,045 g
PEG 400 0,625 g
Sorbitol 4,465 g
Natrium Sitrat 0,450 g
Asam Sorbat 0,005 g
Air murni sampai dengan 6,250 g.
Mekanisme kerja : Microlax bekerja dengan tiga cara kerja sekaligus yaitu,
natrium lauril sulfoasetat yang bekerja dengan menurunkan tegangan permukaan feses
sehingga feses mudah terbasahi, sorbitol menyerap air ke dalam usus besar
atau rektum untuk melunakkan feses yang keras, PEG 400yang akan melumasi
rektum sehingga feses mudah dikeluarkan. Dari 3 mekanisme kerja tersebutlah
Microlax akan mempermudah buang air besar.
Interaksi obat : Obat ini bekerja langsung pada feses tidak masuk secara
sistemik. Oleh karena itu potensi interaksi dengan obat-obat lain relatif sangat kecil.
Efek samping : Microlax aman untuk digunakan, belum pernah ada laporan
adanya efek samping. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan diare dan
kekurangan cairan.
Sediaan & kemasan : Gel / cairan jernih agak kental 5 ml dikemas dalam tube
Harga : Harga Jual Apotek berkisar antara Rp. 15.800,- sampai Rp. 17.875,-
4. Masukkan semua pipa aplikatornya ke dalam anus, baik pada orang dewasa
maupun anak-anak.
b. Vegeblend 21 JR
MONOGRAFI OBAT
Komposisi : 21 Vegetablet extr
Indikasi : Meningkatkan nafsu makan anak
Dosis : 1-2 kapsul sehari
Interaksi obat :-
Efek samping :-
Kontraindikasi : -
Lalu obat yang terakhir adalah microlax cara penggunaannya buka tutup tube,
tekan tubenya hingga sedikit gel keluar, oleskan pada pipa aplikator, anak ibu
di minta berbaring miring, masukkan semua pipa aplikatornya ke dalam anus,
tekan tubenya hingga semua isi keluar, cabut kembali pipa aplikator dengan
tetap menekan tubenya.
Lalu obat yang kedua adalah microlax cara penggunaannya buka tutup tube,
tekan tubenya hingga sedikit gel keluar, oleskan pada pipa aplikator, anak ibu
di minta berbaring miring, masukkan semua pipa aplikatornya ke dalam anus,
tekan tubenya hingga semua isi keluar, cabut kembali pipa aplikator dengan
tetap menekan tubenya.
Adnyana, I. K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J. I., Sukandar, E. Y. 2008. ISO
Farmakoterapi. PT. ISFI Penerbitan: Jakarta
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education Companies,
Inggris.
https://mediskus.com/microlax
https://www.farmasiana.com/obat-pencahar/microlax-enema/
https://pediatricsdic.wordpress.com/2010/01/20/sembelit-pada-anak-bagaimana-cara-
pengatasannya-yahhh/