DISUSUN OLEH :
VENI ALPIONITA
1814401072
TINGKAT II REGULER II
A. DASAR TEORI
A.1. DEFINISI DIAGNOSA KEPERAWATAN
Konstipasi atau sembelit adalah terhambatnya defekasi (buang air besar) dari kebiasaan
normal. Dapat diartikan sebagai defekasi yang jarang, jumlah feses kurang, atau fesesnya
keras dan kering. Konstipasi juga dapat diartikan sebagai keadaan dimana membengkaknya
jaringan dinding dubur (anus) yang mengandung pembuluh darah balik (vena), sehingga
saluran cerna seseorang yang mengalami pengerasan feses dan kesulitan untuk melakukan
buang air besar. Semua orang dapat mengalami konstipasi, terlebih pada lanjut usia (lansia)
akibat gerakan peristaltik (gerakan semacam memompa pada usus, red) lebih lambat dan
kemungkinan sebab lain yakni penggunaan obat-obatan seperti aspirin, antihistamin,
diuretik, obat penenang dan lain-lain. Kebanyakan terjadi jika makan makananan yang
kurang berserat, kurang minum, dan kurang olahraga. Kondisi ini bertambah parah jika
sudah lebih dari tiga hari berturut-turut.
A.2. PENYEBAB
Penyabab konstipasi bisa lebih dari satu faktor, dari pola makan dan hidup yang buruk, atau
kondisi medis tertentu. Sementara pada anak-anak, selain beberapa penyebab yang telah
disebutkan, kebiasaan menahan keinginan untuk buang air besar atau stres juga dapat
membuat mereka mengalami sembelit. Untuk mengatasi konstipasi, langkah penanganan
yang bisa dilakukan adalah dengan mengubah pola makan dan gaya hidup, pemberian obat,
atau prosedur operasi.
A.3. GEJALA DAN TANDA MAYOR
Subjektif
Objektif
1. Feses keras
2. Peristalitik usus menurun
Objektif
1. Distensi abdomen
2. Kelemahan umum
3. Teraba massa pada rektal
Patofisiologi konstipasi dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor dari dalam lumen dan
faktor dari luar lumen.
Faktor dari Lumen Kolon dan Rektum
Ada tiga faktor dari dalam lumen yang dapat menyebabkan konstipasi, yaitu:
Obstruksi kolon akibat keganasan, volvulus, atau striktur : obstruksi pada kolon akan
menyebabkan kesulitan pasase feses
Berkurangnya motilitas usus : misalnya pada pasien yang menggunakan laksatif secara
berlebihan dalam waktu lama
Obstruksi pada jalan keluar : misalnya akibat prolaps rektum, rectocele, spasme sfingter
anal eksternum, atau kerusakan nervus pudendus akibat komplikasi persalinan spontan
Beberapa faktor dari luar lumen yang dapat menyebabkan konstipasi adalah :
Pola makan yang rendah serat, kurang cairan, serta konsumsi alkohol dan kafein yang
berlebihan
Penggunaan obat yang mempengaruhi neurotransmitter yang mengatur gerakan kolon
Gangguan sistemik seperti gangguan endokrin dan gangguan neurologi
Terapi non farmakologi untuk konstipasi adalah modifikasi gaya hidup. Hal ini penting
untuk ditanamkan agar mencegah keluhan berulang.
Konsumsi Serat. Pasien diminta untuk meningkatkan konsumsi makanan berserat
hingga 25 gram serat/hari dan minum air yang cukup ( sekitar 1,5-2,0 L/hari). Serat
bisa didapatkan dari sayur-sayuran dan buah-buahan. Pada CIC (Chronic Idiopathic
Constipation) serat yang disarankan adalah serat yang larut dibandingkan serat tidak
larut. Contoh makanan yang tinggi serat larut adalah kubis, kedelai, alpukat, ubi
jalar, brokoli, dan pir.
Konsumsi Probiotik. Pasien disarankan mengkonsumsi probiotik. Sudah
banyak bukti ilmiah mengenai probiotik yang menyatakan bahwa penggunaan
probiotik bermanfaat dalam mengurangi konstipasi, diare, dan mencegah irritable
bowel syndrome.
Aktivitas Fisik. Aktivitas fisik yang regular, tiga kali seminggu, selama 60 menit,
dengan target 40-60% dari target heart rate (THR) ditemukan dapat mengurangi
gejala konstipasi.
Kebiasaan Defekasi. Pasien diedukasi agar tidak menahan buang air besar,
menghindari mengejan, membiasakan buang air besar setelah makan (melatih
reflek post-prandial bowel movement) atau saat waktu yang dianggap sesuai, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan konstipasi.
2. Terapi Farmakologis
Laksatif Lubrikan
Laksatif berupa lubrikan berperan dalam tatalaksana konstipasi dengan cara melubrikasi
usus dan mencegah absorpsi air di usus. Contoh dari obat ini adalah paraffin oil yang
dimasukkan ke dalam anus. Bisa juga diberikan sediaan mineral oil, namun sayangnya
belum ada di Indonesia.
Agen Osmotik
Golongan ini direkomendasikan untuk terapi jangka panjang pasien konstipasi dengan
waktu transit kolon yang lambat dan keluhan yang berulang walaupun sudah diberikan
suplementasi serat.
Laktulosa : 10-20 gram diberikan dalam satu dosis atau dibagi menjadi dua dosis per hari.
Sorbitol : 30-150 mL sebagai larutan 70% diberikan satu kali secara oral, atau 120 mL
sebagai larutan 25-30% diberikan satu kali sebagai enema
Polyethylen glycol : 19 gram dilarutkan dalam 100-250 mL air digunakan sekali sehari,
selama maksimal 7 hari.
Laksatif Stimulan
Golongan laksatif stimulan adalah yang paling sering digunakan dan mudah didapat.
Golongan ini juga termasuk obat-obat prokinetik yang meningkatkan motilitas usus.
Tegaserod : 2 x 6 mg digunakan selama 4-6 minggu
Bisacodyl : 5-10 mg diberikan saat malam hari, maksimal 20 mg
Sennoside : 15-30 mg per oral 1-2 kali/hari
Terapi Farmakologis pada Keadaan Khusus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan klin dapat defekasi dengan teratur
(setiap hari)
Kriteria Hasil :
1. klien dapat buang air besar 1 kali sehari
2. Konsistensi feses lunak
3. Eliminasi feses tanpa perlu mengejan berlebihan
4. Mampu memilih makanan untuk mencegah konstipasi
Intervensi :
1. Observasi TTV.
Rasional : Untuk mngetahui tingkat kekurangan kandungan Hb, albumin, dan
glukosa dalam darah.
2. Tentukan pola defkasi bagi klien dan latih klien untuk menjalankannya.
Rasional : Mengembalikan keteraturan pola defekasi klien.
3. Atur waktu yang tepat untuk defekasi klien seperti sesudah makan.
Rasional : Memfasilitasi reflex defekasi.
4. Berikan cakupan nutrisi berserat ssuai dengan indikasi.
Rasional : Nutrisi serat tinggi untuk melancarkan liminasi fekal.
5. Berikan cairan jika tidak kontraindikasi 2-3 liter per hari.
Rasional : Untuk melunakan feses.
6. Kolaborasi pemberian laksatif atau enema sesuai indikasi.
Rasional : Untuk melunakan feses.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://budirahayu.ip-dynamic.com:81/sdki/d-0049-konstipasi/
2. https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/konstipasi/penatalaksanaan
3. https://www.alomedika.com/penyakit/gastroentero-
hepatologi/konstipasi/patofisiologi
4. https://www.sehatq.com/penyakit/konstipasi
5. http://thywie12-pj.blogspot.com/2013/12/askep-gangguan-pola-elominasi-
bab_13.html