Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KEHAMILAN NORMAL DAN RESIKO

TINGGI

DOSEN :

Rohayati, S.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH :
MELLY OKTARI
1814401060
TINGKAT II REGULER II

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


DIII KEPERAWATAN TANJUNGKARANG
TAHUN 2020/2020

1
LAPORAN PENDAHULUAN
(KONSEP KEHAMILAN NORMAL)

I. KEHAMILAN
A. Pengertian
1. Kehamilan adalah masa mulai dari ovulasi sampai partus kira-kira
280 hari (40 minggu) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu).
Kehamilan 40 minggu disebut sebagai kehamilan matur (cukup
bulan), dan bila lebih dari 43 minggu disebut sebagai kehamilan
post matur. Kehamilan antara 28 sampai 36 minggu disebut
kehamilan premature. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan
dibagi 3 bagian, masing-masing:
a) Kehamilan trimester pertama (antara 0 sampai 12 minggu);
b) Kehamilan trimester kedua (antara 12 sampai 28 minggu);
c) Kehamilan trimester ketiga (antara 28 sampai 40 minggu).
Janin yang dilahirkan dalam trimester ketiga telah viable (dapat
hidup). (Hanifa Wiknjosastro, 2009)
2. Kehamilan normal adalah dimana ibu sehat tidak ada riwayat
obstetrik buruk dan ukuran uterus sama / sesuai usia kehamilan.
Trimester I (sebelum 14 minggu), trimester II (antara minggu 14-
28), dan trimester ketiga (antara minggu 28-36 dan sesudah
minggu ke 36). (Hanifa Wiknjosastro, 2009)
3. Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin
intrauteri mulai sejak konsepsi dan berakhir sampai permulaan
persalinan (Hanifa Wiknjosastro, 2009).

2
B. Etiologi
Suatu kehamilan akan terjadi bila terdapat 5 aspek berikut, yaitu :
a. Ovum
Ovum adalah suatu sel dengan diameter + 0,1 mm yang terdiri dari
suatu nukleus yang terapung-apung dalam vitelus dilingkari oleh
zona pellusida oleh kromosom radiata.
b. Spermatozoa
Berbentuk seperti kecebong, terdiri dari kepala berbentuk lonjong
agak gepeng berisi inti, leher yang menghubungkan kepala dengan
bagian tengah dan ekor yang dapat bergerak sehingga sperma
dapat bergerak cepat.
c. Konsepsi
Konsepsi adalah suatu peristiwa penyatuan antara sperma dan
ovum di tuba fallopii.
d. Nidasi
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium.
e. Plasentasi
Plasentasi adalah alat yang sangat penting bagi janin yang berguna
untuk pertukarann zat antara ibu dan anaknya dan sebaliknya.
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan :
a. Triwulan I antara 0-12 minggu.
b. Triwulan II antara 12-28 minggu.
c. Triwulan III antara 28-40 minggu.

(Mochtar, 2010 : 17 )

3
C. Patofisiologi
Ketika seorang perempuan melakukan hubungan seksual dengan
seorang laki-laki maka bisa jadi perempuan tersebut akan hamil
(Terjadinya kehamilan). Kehamilan terjadi ketika sel sperma yang
masuk ke dalam rahim seorang perempuan membuahi sel telur yang
telah matang. Seorang laki-laki rata-rata mengeluarkan air mani
sebanyak 3 cc, dan setiap 1 cc air mani yang normal akan mengandung
sekitar 100 juta hingga 120 juta buah sel sperma. Setelah air mani ini
terpancar (ejakulasi) ke dalam pangkal saluran kelamin istri, jutaan sel
sperma ini akan berlarian melintasi rongga rahim, saling berebut untuk
mencapai sel telur matang yang ada pada saluran tuba di seberang
rahim. (Kusmiyati, Yuni, dkk.2009)

Pada saat ovulasi, lapisan lendir di dalam serviks (leher rahim) menjadi
lebih cair, sehingga sperma mudah menembus ke dalam rahim.
Sperma bergerak dari vagina sampai ke ujung tuba falopi yang
berbentuk corong dalam waktu 5 menit. Sel yang melapisi tuba falopii
mempermudah terjadinya pembuahan dan pembentukan zigot (sel
telur yang telah dibuahi). Jika perempuan tersebut berada dalam masa
subur, atau dengan kata lain terdapat sel telur yang matang, maka
terjadilah pembuahan. Pada proses pembuahan, hanya bagian kepala
sperma yang menembus sel telur dan bersatu dengan inti sel telur.
Bagian ekor yang merupakan alat gerak sperma akan melepaskan diri.
Sel telur yang telah dibuahi akan mengalami pengerasan bagian

4
luarnya. Ini menyebabkan sel telur hanya dapat dibuahi oleh satu
sperma.

Pathway

Coitus

Ejakulasi (lepasnya cairan sperma ke dalam saluran


reproduksi wanita)

Sperma bergerak menuju tuba


fallopi

Konsepsi Tidak terjadi

Fertilisas Tidak terjadi


i fertilisasi

Konsepsi dan
pertumbuhan zigot Endometrium runtuh

Implantasi di uterus
Menstruasi

5
Zigot (nidasi dalam rahim 5-7
hari)

Mencapai cavum uteri

Embrio (3-5 minggu)

Fetus ( >5 minggu)


(www.dokter.indo.net.id)
D. Tanda dan gejala kehamilan (diagnosa kehamilan) (Hanifa
Wiknjosastro, 2009)
1. Tanda pasti kehamilan
a. Teraba bagian-bagian janin dan dapat di kenal bagian-bagian
janin
b. Terdengar dan dapat dicatat bunyi jantung janin
c. Dapat dirasakan gerakan janin
d. Pada pemeriksaan dengan sinar rontgen tampak kerangka
janin. Tidak dilakukan lagi sekarang karena dampak radiasi
terhadap janin.
e. Dengan alat USG dapat diketahui kantung janin, panjang
janin, dan dapat diperkirakan tuanya kehamilan serta dapat
menilai pertumbuhan janin
2. Tanda tidak pasti kehamilan
a. Pigmentasi kulit, kira-kira 12 minggu atau lebih
b. Leukore, sekret serviks meningkat karena pegnaruh
peningkatan hormon progesteron
c. Epulis (hypertrofi papila gingiva), sering terjadi pada TM I
kehamilan

6
d. Perubahan payudara, payudara menjadi tegang dan
membesar karena pengaruh hormon estrogen dan
progesteron yang merangsang daktuli dan alveoli payudara.
Daerah areola menjadi lebih hitam kaerna deposit pigmen
berlebihan. Terdapat colostrum bila kehamilan lebih dari 12
minggu.
e. Pembesaran abdoment, jelas terlihat setelah kehamilan 14
minggu.
f. Suhu basal meningkat terus antara 37,2 – 37,8 0C
g. Perubahan organ-organ dalam pelvix :
1) Tanda chadwick : livid, terjadi kira-kira minggu ke-6
2) Tanda hegar : segmen bawah rahim lembek pada
perabaan
3) Tanda piscasexk : uterus membesar kesalah satu jurusan
4) Tanda Braxton-Hiks : uterus berkontraksi bila
dirangsang.
5) Tanda ini khas untuk uterus pada masa kehamilan.
Tes kehamilan. Yang banyak dipakai pemeriksaan
hormon korionik gonadotropin (hCG) dalam urine.
Dasarnya reaksi antigen, antibody dengan hCG sebagai
antigen
3. Tanda kemungkinan kehamilan
a. Amenore (tidak mendapat haid)
b. Nausea (enek) dengan atau tanpa vomitus (muntah). Sering
terjadi pagi hari pada bulan-bulan pertama kehamilan
disebut morning sickness
c. Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu)

7
d. Konstipasi / obstipasi, disebabkan penurunan peristaltik usus
oleh hormon steroid
e. Sering kencing
f. Pusing, pingsan dan mudah muntah Pingsan sering
ditemukan bila berada ditempat ramai pada bulan-bulan
pertama kehamilan, lalu hilang setelah kehamilan 18 minggu
g. Anoreksia (tidak ada nafsu makan).

8
E. Klasifikasi Kehamilan
Umur kehamilan ibu umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari.
Umur kehamilan ibu adalah batas waktu ibu mengandung, yang
dihitung mulai dari hari pertama haid terakhir (HPHT).
1. Menurut usia kehamilan, kehamilan digolongkan:
a. Kehamilan prematur : usia kehamilan antara 28 sampai 37 minggu
b. Kehamilan aterm : kehamilan antara 37 dan 42 minggu
c. Kehamilan posterm : kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih
42 minggu.
2. Ditinjau dari tuanya kehamilan, kehamilan dibagi 3 bagian:
a. Kehamilan trimester I : antara 0 sampai 12 minggu.
b. Kehamilan trimester II : antara 12 sampai 28 minggu.
c. Kehamilan trimester III :antara 28 sampai 42 minggu.
(Wiknjosastro, 2009)

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium rutin
 Darah lengkap
 Urine lengkap
 Tes kehamilan
b. Laboratorium khusus
 Pemeriksaan TORCH
 Pemeriksaan serologis
 Pemeriksaan fungsi hati dan ginjal
 Pemeriksaan protein darah
 Pemeriksaan golongan darah
 Pemeriksaan factor Rh

9
 Pemeriksaan air ketuban
 Pemeriksaan infeksi Hepatitis B ibu/bayi
 Pemeriksaan estriol dalam urine
 Pemeriksaan infeksi AIDS

G. Penatalaksanaan
1. Standart minimal asuhan antenatal care (10T)
1) Timbang Berat Badan dan Ukur tinggi Badan
Menurut Prawirohardjo (2010), Kenaikan berat badan wanita
hamil rata-rata antara 11,5 sampai 16 kg. Bila berat badan naik
lebih dari semestinya, anjurkan untuk mengurangi makanan
yang mengandung karbohidrat. Lemak jangan dikurangi,
terlebih sayur mayur dan buah-buahan. Ada pula cara untuk
menentukan status gizi dengan menghitung IMT (Indeks
Massa Tubuh) dari berat badan dan tinggi badan ibu sebelum
hamil menurut Manuaba (2010): Rumus IMT =   BB /TBcm2
Status gizi ibu dikatakan normal bila nilai IMT nya antara 18,5-
25,0
Kriteria IMT :
 Nilai IMT < 18,5          : Status gizi kurang
 Nilai IMT 18,5-25        : Status gizi normal
 Nilai IMT >25  : Status gizi lebih/ obesitas
Tinggi badan yang baik untuk ibu hamil adalah >145 cm.
2) Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas).
Pada ibu hamil (bumil) pengukuran LILA merupakan suatu cara
untuk mendeteksi dini adanya Kurang Energi Kronis (KEK) atau
kekurangan gizi. Malnutrisi pada ibu hamil mengakibatkan

10
transfer nutrient ke janin berkurang, sehingga pertumbuhan
janin terhambat dan berpotensi melahikan bayi dengan Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR). BBLR berkaitan dengan volume
otak dan IQ seorang anak. Kurang Energi Kronis atau KEK
(ukuran LILA < 23,5 cm), yang menggambarkan kekurangan
pangan dalam jangka panjang baik dalam jumlah maupun
kualitasnya.
Cara melakukan pengukuran LILA :
 Ukur dengan menggunakan meteran dari akromnion
sampai olekranon
 Menentukan titik tengah antara akromnion dan olekranon
dengan meteran
 Lingkarkan dan masukkan ujung pita di lubang yang ada
pada pita LiLA. Baca menurut tanda panah.
3) Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah diukur setiap kali ibu hamil melakukan
kunjungan, hal ini bertujuan untuk mendeteksi adanya
kemungkinan kenaikan tekanan darah yang disebabkan
kehamilan. Tekanan darah pada ibu hamil dikatakan normal
yaitu dibawah 140/90 mmHg.
4) Ukur Tinggi Fundus Uteri.
TFU (Tinggi Fundus Uteri) digunakan sebagai salah satu cara
untuk mengetahui usia kehamilan dimana biasanya lebih tepat
bila dilakukan pada kehamilan yang pertama.
Tabel 2.1  Umur Kehamilan Berdasarkan Tinggi Fundus Uteri

11
Umur kehamilan Tinggi Fundus Uteri
12 minggu 1/3 di atas simpisis
16 minggu ½ simpisis-pusat
20 minggu 2/3 di atas simpisis
24 minggu Setinggi pusat
28 minggu 1/3 di atas pusat
34 minggu ½ pusat-prosessus xifoideus
36 minggu Setinggi prosessus xifoideus
40 minggu 2 jari di bawah prosessus xifoideus

Sumber: Manuaba, 2012


5) Tentukan Presentasi Janin dan Denyut Jantung janin.
Tujuan pemantauan janin itu adalah untuk mendeteksi secara
dini ada atau tidaknya faktor-faktor resiko kematian prenatal
tersebut (hipoksia/asfiksia, gangguan pertumbuhan, cacat
bawaan, dan infeksi). Pemeriksaan denyut jantung janin
adalah salah satu cara untuk memantau janin.
Pemeriksaan denyut jantung janin harus dilakukan pada ibu
hamil. Denyut jantung janin baru dapat didengar pada usia
kehamilan 16 minggu / 4 bulan. Gambaran DJJ:
 Takikardi berat; detak jantung diatas 180x/menit
 Takikardi ringan: antara 160-180x/menit
 Normal: antara 120-160x/menit

12
 Bradikardia ringan: antara 100-119x/menit
 Bradikardia sedang: antara 80-100x/menit
 Bradikardia berat: kurang dari 80x/menit
6) Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi TT
(Tetanus Toxoid) . Pada ibu hamil diberikan imunisasi TT
sebanyak 2 kali selama kehamilan dengan interval  waktu 4
minggu. Imunisasi ini dianjurkan pada setiap ibu hamil, karena
diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi akibat
tetanus neonaturum. Imunisasi ini diberikan dengan dosis 0,5
cc/IM dalam satu kali penyuntikan.
Tabel  Jadwal Pemberian Imunisasi TT
Antigen Interval Lama Dosis
(selang waktu) perlindungan
TT 1 - - 0,5 cc
TT 2 4 minggu setelah TT 1 3 tahun 0,5 cc
TT 3 6 bulan setelah TT 2 5 tahun 0,5 cc
TT 4 1 tahun setelah TT 3 10 tahun 0,5 cc
TT 5 1 tahun setelah TT 4 25 tahun 0,5 cc
Sumber : DEPKES RI, 2012
7) Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama
kehamilan.
Pemberian tablet zat besi untuk mencegah anemia pada
wanita hamil diberikan sebanyak 90 tablet selama
kehamilan.      Tablet ini diberikan segera mungkin setelah rasa
mual hilang, setiap tablet Fe mengandung  FeSO4 320 mg (zat
besi 60 mg) dan asam folat      500 μg. Tablet Fe diminum 1 x 1
tablet perhari, dan sebaiknya dalam meminum tablet Fe tidak
bersamaan dengan teh atau kopi, karena akan mengganggu
penyerapan.
8) Tes laboratorium (rutin dan khusus).

13
Ada beberapa pemeriksaan laboratorium yang disarankan
menjelang persalinan. Di antaranya yaitu tes darah, tes urin
dan hbsag ( hepatitis). tes darah rutin meliputi pemeriksaan
kadar hemoglobin, sel darah putih( leukosit), trombosit. Dari
kadar Hemoglobin untuk mengetahui apakah seorang ibu
anemia atau tidak. Hal ini diperlukan untuk memperkirakan
kecukupan suplai darah ke janin dan risiko jika terjadi
perdarahan saat persalinan. Sel darah putih menunjukkan
apakah terjadi infeksi di tubuh ibu. Trombosit untuk melihat
apakah ada kelainan faktor pembekuan darah, ini
berhubungan dengan resiko perdarahan. Pemeriksaan urin
dimaksudkan untuk mengetahui adanya infeksi saluran
kencing, adanya darah, protein, dan gula pada urin yang
menunjukkan adanya penyakit tertentu yang bisa
mempengaruhi kehamilan. Pemeriksaan HBsAg untuk
mengetahui adanya infeksi hepatitis B pada ibu. Infeksi
hepatitis bisa ditularkan lewat darah dan hubungan seksual.

Pemeriksaan pemeriksaan tersebut di atas tidak harus


dilakukan seorang ibu hamil, dan jika tidak dilakukan pun tidak
mengapa, akan tetapi pemeriksaan tersebut dianjurkan
sebagai skrining untuk mengetahui kondisi kehamilan dan
resiko saat persalinan terhadap ibu dan janin. Jika dari hasil
pemeriksaan diketahui ada hal-hal yang tidak normal maka
diharapkan masih bisa diterapi sebelum persalinan sehingga
ibu menjalani persalinan dalam kondisi yang benar-benar
optimal, sehingga diharapkan ibu dan bayi selamat dan sehat.
9) Tata laksana kasus.

14
Namun, dalam penerapan praktis pelayanan ANC, menurut
Dinkes (1998), standar minimal pelayanan ANC adalah 14 T
yaitu :
a. Timbang berat badan
b. Tekanan darah
c. Tinggi fundus uteri
d. Tetanus toxoid lengkap
e. Tablet zat besi, minimal 90 tablet selama kehamilan.
f. Tes penyakit menular seksual (PMS)
g. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
h. Terapi kebugaran.
i. Tes VDRL
j. Tes reduksi urine.
k. Tes protein urine
l. Tes Hb
m. Terapi iodium
n. Terapi malaria
10) Temu Wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan
dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.
Temu wicara pasti dilakukan dalam setiap klien melakukan
kunjungan. Bisa berupa anamnesa, konsultasi, dan persiapan
rujukan. Anamnesa meliputi biodata, riwayat menstruasi,
riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas,
biopsikososial, dan pengetahuan klien. Memberikan konsultasi
atau melakukan kerjasama penanganan. Tindakan yang harus
dilakukan bidan dalam temu wicara antara lain:

15
 Merujuk ke dokter untuk konsultasi  dan menolong ibu
menentukan pilihan yang tepat.

 Melampirkan kartu kesehatan ibu serta surat rujukan

 Meminta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan


membawa surat hasil rujukan

 Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama


kehamilan

H. Masalah Keperawatan dan Data Pendukung


1. Gangguan pola nafas
DS:
-       Klien mengatakan sesak terutama saat duduk
-       Klien mengatakan usia kehamilan 32 minggu lebih
DO:
-       FR 22x/menit
-       TFU 28 cm

2. Perubahan Pola Eliminasi


DS :
-       Klien mengatakan lama tidur ± 3 jam per hari
-       Klien mengatakan sering ingin BAK
DO:
-       Saat pengkajian ibu tampak gelisah
-       F BAK selama sakit 8x/hari

3. Konstipasi
DS:
-          Klien mengatakan BAB 1X/hari

16
-          Klien mengatakan konstipasi BAB keras
DO:
-          Setelah di auskultasi bising usus (1-2x/menit)

I. Tujuan Rencana keperawatan dan Kriteria Hasil

1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan pembuluh darah


abdomen yang mengalirkan O2
Tujuan : Pola nafas kembali normal
Kriteria Hasil :
1) Klien mengatakan sesak nafas berkurang
2) Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan
fungsi pernafasan

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung


kemih karena pembesaran uterus.
Tujuan : Masalah eliminasi urin dapat teratasi
kriteria hasil :
1) Klien dapat menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan
masalah
2) Klien dapat mengidentifikasi tanda / gejala yang memerlukan
evaluasi/intervensi medis
3) Klien terhindar dari masalah kelebihan volume cairan dan
edema pada daerah wajah dan ekstremitas

3. Konstipasi berhubungan dengan mekanik kehamilan (pembesaran uterus)


Tujuan : Klien menambah pengetahuan tentang menangani konstipasi

17
Kriteria hasil :
1) Klien dapat memahami mekanisme terjadinya konstipasi
2) Klien dapat menyebutkan kembali tentang cara mengatasi
konstipasi
3) Klien mengatakan bersedia melakukan cara untuk mengatasi
konstipasi.

J. Intervensi dan Kriteria Hasil


1. Gangguan pola nafas berhubungan dengan penekanan pembuluh darah
abdomen yang mengalirkan O2
Tujuan : Pola nafas kembali normal
Kriteria Hasil :
1) Klien mengatakan sesak nafas berkurang
2) Klien dapat mendemonstrasikan perilaku yang mengoptimalkan
fungsi pernafasan

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status, pola, frekuensi 1. Menentukan luas atau
pernafasan beratnya masalah

2. Kaji riwayat medis terdahulu, 2. Masalah lain dapat


misalnya : riwayat alergi, asma, mempengaruhi pola nafas
tuberculosis dan menurunkan oksigenasi
jaringan           ibu/janin

3. Posisikan ibu dengan posisi 3. Menghindari masalah pola


senyaman mungkin nafas akibat posisi yang salah
/ kurang tepat

4. Beri informasi pada ibu tentang 4. Menurunkan kemungkinan


kesulitan pernafasan dan gejala pernafasan yang tidak

18
program latihan yang realistis stabil / tidak efektif dan agar
ibu dapat mengatasi apabila
terjadi sesak tiba-tiba

5. Berikan lingkungan yang 5. Menghindari sesak akibat


nyaman, aman, tenang, bebas rangsangan zat kimia yang
dari asap rokok / bau yang berbau menyengat
menyengat

Kolaborasi

6. Kolaborasikan dengan dokter 6. Tindakan efektif dan efisien


dalam pemberian oksigen bila dalam menangani sesak
diperlukan

2. Perubahan eliminasi urine berhubungan dengan penekanan kandung


kemih karena pembesaran uterus.
Tujuan : Masalah eliminasi urin dapat teratasi
kriteria hasil :
1) Klien dapat menyebutkan cara-cara untuk meminimalkan masalah
2) Klien dapat mengidentifikasi tanda / gejala yang memerlukan
evaluasi/intervensi medis
3) Klien terhindar dari masalah kelebihan volume cairan dan edema
pada daerah wajah dan ekstremitas

INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kenaikan berat badan 1. Mendeteksi penambahan BB
berlebih dan retensi cairan
yang tidak terlihat

2. Memberi penjelasan tentang 2. Penekan terjadi pada


perubahan sistem perkemihan kandung kemih akibat
selama kehamilan. pembesaran uterus

3. Menganjurkan ibu untuk 3. Meningkatkan perkusi ginjal

19
melakukan posisi miring saat memobilisasi bagian edema
tidur

4. Anjurkan klien menghindari 4. Posisi memungkinkan


posisi tegak atau supine dalam terjadinya sindrom vena kava
waktu yang lama dan menurunnya aliran vena.

5. Berikan info mengenai perlunya 5. Memungkinkan diafragma


masukan cairan 6-8 gelas menurun, membantu
perhari mengembangkan ekspansi
paru.

3. Konstipasi berhubungan dengan mekanik kehamilan (pembesaran uterus)


Tujuan : Klien menambah pengetahuan tentang menangani konstipasi
Kriteria hasil :
1) Klien dapat memahami mekanisme terjadinya konstipasi
2) Klien dapat menyebutkan kembali tentang cara mengatasi
konstipasi
3) Klien mengatakan bersedia melakukan cara untuk mengatasi
konstipasi.

Intervensi Rasional
1. Motivasi klien untuk minum 2500- 1. Membantu dalam memperbaiki
3000cc per hari konsistensi feses
2. Motivasi klien untuk makan yang 2. Meningkatkan konsistensi feses,
mengandung serat yang tinggi meningkatkan pengeluaran feses

3. Kolaborasi pemberian obat pelunak 3. Meningkatkan pembentukan atau


feses pasase pelunak feses

20
4. Jelaskan penyebab terjadinya 4. Pemahaman klien terhadap
konstipasi mekanisme terjadinya konstipasi
akan memudahkan dalam
pemberian intervensi.

21
KONSEP KEHAMILAN DENGAN RESIKO TINGGI

1. Pengertian
Kehamilan resiko tinggi adalah ibu hamil dengan berbagai faktor resiko
yang dapat mengganggu proses kehamilan sampai bersalin atau
mengancam jiwa ibu dan janin

Ibu hamil dengan resiko tinggi adalah ibu hamil yang mengalami risiko
atau bahaya yang lebih besar pada waktu kehamilan maupun persalinan,
bila dibandingkan dengan Ibu Hamil yang normal.
a. Kriteria Ibu Hamil dengan Faktor Resiko, yaitu :
1) Usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
2) Paritas primipara (kehamilan pertama) atau kehamilan telah lebih
dari empat.
3) Jarak persalinan terakhir kurang dari 2 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 142 cm
5) Lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm pada trimester III
b. Ibu Hamil Yang Tergolong Resiko Tinggi yaitu :
1) Ibu hamil yang sering pusing berat, penglihatan kabur, kaki
bengkak dan kenaikan tekanan darah
2) Ibu hamil dengan kelainan letak (sungsang atau lintang
3) Ibu hamil yang diperkirakan bayinya kembar
4) Riwayat kehamilan jelek
5) Ibu dengan riwayat penyakit jantung, ginjal, TBC, liver, hipertensi
dan penyakit berat lainnya.

2. Masalah Yang sering Terjadi

1
Ada beberapa masalah yang sering ditemukan pada wanita hamil
dengan usia di atas 35 tahun, seperti diabetes gestational (diabetes yang
muncul pada saat kehamilan), tekanan darah tinggi dan juga masalah-
masalah pada janin. Wanita hamil dengan usia yang lebih tua juga akan
lebih sering mengalami masalah pada kandung kemih dibandingkan
wanita hamil dengan usia yang lebih muda. Resiko-resiko lainnya adalah
resiko keguguran lebih besar, lebih banyak yang melahirkan melalui
operasi Caesar karena kondisi yang tidak memungkinkan untuk
melahirkan secara normal, dan juga memiliki resiko lebih tinggi
melahirkan bayi cacat.

Saat berusia akhir 30-an, wanita cenderung mengalami kondisi-kondisi


medis berkaitan dengan sistem reproduksi, seperti fibroid uterine dan
tumor otot. Fibroid uterine adalah pertumbuhan sel otot atau jaringan
lain di dinding uterus, membentuk tumor. Fibroid uterine dan tumor
otot bisa menimbulkan rasa nyeri atau perdarahan vagina saat
kehamilan berkembang. Jika wanita tersebut hamil di atas usia 40
tahun, tingkat keparahannya bahkan lebih berat lagi. Problem-problem
tadi bisa bertambah dengan adanya hemoroid (wasir), inkontinensi
(kesulitan menahan keluarnya urin), varises, problem-problem
pembuluh darah, nyeri otot, nyeri punggung, dan juga proses
melahirkan yang lebih sulit dan lebih panjang.

Selain resiko melahirkan bayi dengan Sindroma Down, resiko keguguran


dan melahirkan dengan operasi Caesar, wanita hamil berusia di atas 35
tahunan juga memiliki resiko bayi meninggal saat dalam rahim atau saat
proses melahirkan. Walaupun resiko ini ada di setiap usia kehamilan,

2
namun pada wanita dengan usia 35 tahun ke atas, resiko ini lebih besar,
yaitu 7 dari 1000 kehamilan.

Hal lain yang perlu diwaspadai pada kehamilan diusia 35 tahun keatas
aalah terjadinya pre-eklamsia. Gejala awalnya adalah tekanan darah
yang meningkat secara drastis hingga lebih dari 140/90 mmHg, rin
mengandung protein, terjadi pembengkakan pada pergelangn kaki,
tangan dan wajah. Bila terdiagnosis pre-eklamsia harus diperiksa juga
fungsi organ-organ tubuh yang lain seperti ginjal, jantung, paru, mata,
otak dan sistem syaraf.

Melahirkan anak pada usia ibu yang muda atau terlalu tua
mengakibatkan kualitas janin/anak yang rendah dan juga akan
merugikan kesehatan ibu. (Baliwati, 2004 : 3). Karena pada ibu yang
terlalu muda (kurang dari 20 tahun) dapat terjadi kompetisi makanan
antara janin dan ibunya sendiri yang masih dalam masa pertumbuhan
dan adanya perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan
(Soetjiningsih, 1995 : 96).

Apabila umur ibu diatas 35 tahun diperkirakan terdapat perubahan


hormonal yang dapat menyebabkan “non dijunction” pada kromosom.
Perubahan endokrin seperti meningkatnya sekresi androgen,
menurunnya kadar hidroepiandrosteron, menurunnya konsentrasi
estradiolsistemik, perubahan konsentrasi reseptor hormon
danpeningkatan kadar LH dan FSH secara tiba-tiba sebelum dan selama
menopause. Selain itu kelainan kehamilan juga berpengaruh.

3
Adapun bahaya yang dapat ditimbulkan akibat Ibu hamil dengan risiko
tinggi adalah sebagai berikut :
a) Bayi lahir belum cukup bulan.
b) Bayi lahir dengan berat kahir rendah (BBLR).
c) Keguguran (abortus).
d) Persalinan tidak lancar / macet. 
e) Perdarahan sebelum dan sesudah persalinan. 
f) Janin mati dalam kandungan. 
g) Ibu hamil / bersalin meninggal dunia.
h) Keracunan kehamilan / kejang-kejang.

3. Pencegahan
Kehamilan risiko tinggi dapat dicegah bila gejalanya ditemukan sedini
mungkin sehingga dapat dilakukan tindakan perbaikinya, yaitu dengan
cara :
a) Dengan memeriksakan kehamilan sedini mungkin dan teratur ke
Posyandu, Puskesmas, Rumah Sakit, paling sedikit 4 kali selama
masa kehamilan.
b) Dengan mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 kali. 
c) Bila ditemukan kelainan risiko tinggi pemeriksaan harus lebih sering
dan lebih intensif. 
d) Makan makanan yang bergizi yaitu memenuhi 4 sehat 5 sempurna

4
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes. E, Marylinn. (2001). Rencana Perawatan Maternal Bayi. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran: EGC
Farrer, Helen. (2001). Perawatan Maternitas. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran:
EGC
Hamilton, Persis.(1995). Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC
Hulliana, Mellyna.(2001). Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Jakarta : Puspa
Swara
Prawiroharjo, Sarwono. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal Dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

Riyadi, Sujono, Biologi Reproduksi, (Yogyakarta: STIKES Yogyakarta, 2012), hlm.


111-116

Budiman Rizki (2012), konsep antenatal care.


http://nerskiky.blogspot.com/2011/10/askep-anc.html, [Internet]. Diakses
tanggal 18/09/2014

Anda mungkin juga menyukai