Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN

”HARGA DIRI RENDAH”

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 3

TINGKAT 2 REGULER 2

1. RIRIS NOVRIYANI 1814401068


2. MUHAMMAD FAISYAL 1814401069
3. PANDE NYOMAN SEPTIAN YOGI 1814401070
4. LUFI FUADAH AZAR NASFA 1814401071
5. VENI ALPIONITA LESTARI 1814401072
6. FIRANI LUH FATIN 1814401073
7. RISQI ALFIANA 1814401074
8. KARTIKA NOVIA DARMAYANTI 1814401075

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN TANJUNG KARANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keperawatan merupakan kebutuhan pokok manusia sebagaimana halnya
dengan semua usaha untuk memajukan kesejahteraan. Uraian tentang
keperawatan yang baik harus dilakukan oleh seorang perawat dengan
sendirinya harus dimulai perawat itu sendiri.

Kesehatan jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia serta mampu mengatasi
tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya serta
mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain. Mamu
menghadapi kecemasan didalam diri individu.

Jika seseorang tidak sanggup mengatasi permasalahan didalam hidup mereka,


terutama dalam diri mereka sendiri, akan timbul permasalahan yang akan
berakibat fatal yang tentunya akan mengganggu kehidupan orang yang
mengalami permasalahan interpersonal ini. Oleh karena itu, diperlukan peran
perawat dalam mengatasi masalah ini untuk membantu pasien mangatasi
masalah yang mungkin tidak bisa diselesaikan sendiri oleh seseorang.

Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti, dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan
kemampuan diri. (Keliat, 2006)

Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya dan mempengaruhi
hubungannya dengan orang lain. Harga diri tidak terbentuk waktu lahir, tetapi

2
dipelajari sebagai hasil pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri,
dengan orang terdekat dan dengan realitas dunia (Stuart & Gail, 2006)

Perawat juga harus tau apa saja yang harus dilakukan agar dapat memiliki
gambaran untuk melakukan tindakan keperawatan yang tepat.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pembuatan laporan pendahuluan?
2. Bagaimana pembuatan strategi pelaksanaan?
3. Bagaimana pembuatan catatan perkembangan?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui pembuatan laporan pendahuluan
2. Mengetahui pembuatan strategi pelaksanaan
3. Mengetahui pembuatan catatan perkembangan

3
LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH

HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus (masalah utama)


Pasien merasa tidak berharga, mengejek dan mengkritik diri, merasa bersalah
dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri, sulit bergaul, menarik
diri dari realitas, cemas, panik dan curiga.

B. Proses terjadinya masalah

1. Pengertian
Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan
memandang dirinya, terutama sikap menerima, menolak, dan indikasi
besarnya kepercayaan individu terhadap kemampuan, keberartian,
kesuksesan dan keberhargaan (Coopersmith, 2002).
Coopersmith (2002) membagi harga diri kedalam empat aspek yaitu:
a. Kekuasaan (power)
Kemampuan untuk mengatur dan mengontrol tingkah laku orang
lain. Kemampuan ini ditandai adanya pengakuan dan rasa hormat
yang diterima individu dari orang lain.
b. Keberartian (significance)
Adanya kepedulian, penilaian, dan afeksi yang diterima individu dari
orang lain.
c. Kebajikan (virtue)
Ikuti standar moral dan etika, ditandai oleh ketaatan untuk menjauhi
tingkah laku yang tidak diperbolehkan.
d. Kemampuan (competence)
Sukses memenuhi tuntutan prestasi.

4
Gangguan harga diri rendah akan terjadi jika kehilangan kasih sayang,
perlakuan orang lain yang mengancam dan hubungan interpersonal yang
buruk.
Harga diri meningkat bila diperhatikan atau dicintai dan dihargai atau
dibanggakan. Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi
sampai rendah. Harga diri tinggi atau positif ditandai dengan ansietas
yang rendah, efektif dalam kelompok dan diterima oleh orang lain.
Individu yang memiliki harga diri tinggi menghadapi lingkungan secara
aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta
cenderung merasa aman sedangkan individu yang memiliki harga diri
rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai
ancaman (Yosep, 2009).
Dalam Purba, dkk (2008), ada empat cara dalam meningkatkan harga diri
yaitu:

a. Memberikan kesempatan berhasil


b. Menanamkan gagasan
c. Mendorong aspirasi
d. Membantu membentuk koping
Sementara menurut Purba, dkk (2008) gangguan harga diri rendah dapat
terjadi secara situasional dan kronik. Gangguan harga diri yang terjadi
secara situasional bisa disebabkan oleh trauma yang muncul secara tiba-
tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan, menjadi korban
perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara.
Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga
diri seseorang diakibatkan penyakit fisik, pemasangan alat bantu yang
membuat pasien tidak nyaman, harapan yang tidak tercapai akan struktur,
bentuk dan fungsi tubuh, serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang
mengharagai pasien dan keluarga. Sedangkan gangguan harga diri kronik
biasanya sudah berlangsung sejak lama yang dirasakan pasien sebelum
sakit atau sebelum dirawat dan menjadi semakin meningkat saat dirawat.

5
Menurut Peplau dan Sulivan dalam Yosep (2009) mengatakan bahwa
harga diri berkaitan dengan pengalaman interpersonal, dalam tahap
perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good me, bad me, not
me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan amannya tidak
terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping yang
digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut
Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman
seseorang dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan,
ditolak oleh lingkungan sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress
dan menimbulkan penyimpangan perilaku akibat harga diri rendah.
2. Tanda dan gejala
Keliat (2009) mengemukakan beberapa tanda dan gejala harga diri
rendah adalah:
a. Mengkritik diri sendiri.
b. Perasaan tidak mampu.
c. Pandangan hidup yang pesimis.
d. Penurunan produktivitas.
e. Penolakan terhadap kemampuan diri.
Selain tanda dan gejala tersebut, penampilan seseorang dengan harga diri
rendah juga tampak kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan menurun, tidak berani menatap lawan bicara,
lebih banyak menunduk, dan bicara lambat dengan nada suara lemah.
3. Penyebab
Harga diri rendah sering disebabkan karena adanya koping individu yang
tidak efektif akibat adanya kurang umpan balik positif, kurangnya system
pendukung, kemunduran perkembangan ego, pengulangan umpan balik
yang negatif, disfungsi system keluarga serta terfiksasi pada tahap
perkembangan awal (Townsend, 2005).
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah penolakan
orangtua yang tidak realistis, kegagalan berulang kali, kurang

6
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang
lain, ideal diri yang tidak realistis.
b. Faktor presipitasi
Faktor persipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah
kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh,
kegagalan atau produktifitas menurun.
Selain itu, faktor presipitasi dapat pula berupa:
1) Ketegangan peran
Stress yang berhubungan dengan frustasi yang dialami dalam
peran atau posisi
2) Konflik peran
Ketidaksesuaian peran dengan apa yang diinginkan
3) Peran yang tidak jelas
Kurangnya pengetahuan individu tentang peran
4) Peran yang berlebihan
Menampilkan seperangkat peran yang konpleks
5) Perkembangn transisi
Perubahan norma dengan nilai yang taksesuai dengan diri
6) Situasi transisi peran
Bertambah atau berkurangnya orang penting dalam kehidupan
individu
7) Transisi peran sehat-sakit
Kehilangan bagian tubuh, prubahan ukuran, fungsi, penampilan,
prosedur pengobatan dan perawatan.
4. Sumber Koping
Mencakup 4 aspek, yaitu kemampuan personal, dukungan sosial, aset
material, dan kepercayaan
a. Kemampuan personal (personal ability)
1. Klien mampu mengenal dan melihat aspek positif (kemampuan
yang dimiliki

7
2. Klien mampu melatih kemampuan yang masih dapat dilakukan
di rumah sakit
3. Klien mampu melakukan aktivitas secara rutin di ruangan
b. Dukungan sosial (social support)
1. Keluarga mengetahui cara merawat klien dengan harga diri
rendah
2. Klien mandapatkan dukungan dari masyarakat
c. Aset Material ( material assets)
1. Sosial ekonomi rendah
2. Rutin berobat
3. Adanya kader kesehatan jiwa
4. Jarak kepelayanan kesehtan mudah dijangkau
d. Kepercayaan (beliefs)
1. Klien mempunyai keinginan untuk sembuh
2. Klien mempunyai keyakinan positif terhadap program
pengobatan

5. Mekanisme koping
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang ditujukan untuk
penatalaksanaan stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung
dan mekanisme pertahanan ego yang digunakan untuk melindungi diri
( Stuart, 2006 ). Mekanisme koping terdiri dari pertahanan koping
jangka pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme
pertahanan ego untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi
persepsi diri yang menyakitkan.
a) Pertahanan jangka pendek
 Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis
identitas diri (misalnya konser musik, menonton televisi
secara obsesif).

8
 Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara
( misalnya ikut serta dalam klub sosial, agama, politik,
kelompok, gerakan, atau geng ).
 Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan
perasaan diri yang tidak menentu (misal : olahraga yang
kompetitif, prestasi akademik, kontes untuk mendapatkan
popularitas).
 Aktivitas yang merupakan upaya jangka pendek untuk
membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna
saat ini (misalnya: penyalahgunaan obat)

b) Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini Stuart ( 2006 )


 Penutupan identitas adalah adopsi identitas prematur yang
diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan
keinginan, aspirasi, atau potensi diri individu.
 Identitas negatif adalah asumsi identitas yang tidak sesuai
dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat.
 Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, “
disosiasi, isolasi, proyeksi, pengalihan ( displacement ),
Splitting, berbalik marah terhadap terhadap diri sendiri, dan
amuk.
C. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji
1. Alasan hospitalisasi atau penanganan
2. Usia dan jenis kelamin
3. Tahap perkembangan
4. Sistem keluarga, yang meliputi status perkawinan, peran dalam
keluarga, posisi sibling kandung
5. Persepsi tentang masalah kesehatan
6. Pengalaman masa lalu dengan sistem perawatan kesehatan
7. Status mental, meliputi pemikiran abstrak, penilaian atau daya tilik
diri, memori, alam perasaan, orientasi, persepsi, proses pikir

9
8. Sistem kepercayaan (norma, agama, nilai)
9. Kemampuan kognitif
10. Pola interaksi sosial
11. Status sosial, meliputi ketrampilan interpersonal, tingkat kepercayaan
terhadap orang lain, hubungan dengan anggota keluarga, tingkat harga
diri, kemampuan berfungsi dalam peran sosial dan pekerjaan.
12. Persepsi diri, meliputi citra tubuh, mekanisme koping, kemampuan
mengatasi masalah, harga diri
13. Pengalaman krisis masa lalu
14. Riwayat penanganan untuk gangguan psikososial, meliputi
hospitalisasi, pengobatan, psikoterapi, ide bunuh diri, rencana bunuh
diri, usaha bunuh diri di masa lalu.
15. Tanda-tanda neurovegetatif, meliputi kemampuan untuk mengalami
kenikmatan, nafsu makan, tingkat energi, tidur.

D. Pohon masalah

Risiko perilaku kekerasan

Gangguan persepsi sensori

Harga diri rendah

Koping individu tidak efektif

Traumatik tumbuh kembang

E. Diagnosa keperawatan

Harga diri rendah kronik


Batasan karakteristik:

10
1. Pasien menilai diri putus asa
2. Pasien memperlihatkan kecenderungan pasif
3. Pasien mengungkapkan rasa malu dan bersalah
4. Pasien mengalami masalah medis atau mental kronis
5. Pasien kesulitan mengambil keputusan
6. Pasien sangat bergantung pada pendapat orang lain
7. Pasien mencari kepastian yang berlebihan
8. Pasien mengungkapkan pikiran penyangkalan diri

F. Rencana tindakan keperawatan

1. Untuk Pasien
Tujuan:
Setelah diberi asuhan keperawatan, harga diri pasien meningkat dengan
kriteria:
a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
b. Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif yang dimilikinya
c. Pasien mengungkapkan perasaan yang berkaitan dengan harga diri
d. Pasien mengungkapkan perasaan aman di lingkungan
e. Pasien bekerja sama dalam perawatan diri dan proses pengambilan
keputusan secara bertahap
f. Pasien meningkatkan interaksi sosial dengan orang lain
g. Pasien menunjukkan penurunan perasaan negatif tentang dirinya
h. Pasien mengungkapkan penerimaan umpan balik positif maupun
negatif tanpa melebih- lebihkan

INTERVENSI RASIONAL
a. Bina hubungan saling percaya a. Hubungan saling percaya adalah
dengan pasien dasar bagi intervensi yang lain.
b. Sediakan waktu khusus di luar b. Memberi waktu bagi pasien untuk
perawatan yang tidak terganggu mengeksplorasi diri
dengan aktivitas lain untuk

11
berbicara secara profesional atau
sosial kepada pasien
c. Diskusikan kemampuan dan aspek c. Mendiskusikan hal- hal tersebut
positif yang dimiliki pasien, bantu membuat pasien menyadari aspek
pasien menilai kemampuan yang positif yang dimiliki sehiingga
masih dapat digunakan, bantu meningkatkan herga diri pasien.
pasien memilih atau menetapkan
kemampuan yang akan dilatih,
latih kemampuan yang sudah
dipilih dan susun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang
telah dilatih dalam rencana harian. d. Meningkatkan kesadaran diri dan
d. Dengarkan pasien, berikan respon mengurangi unsur ancaman
dengan penerimaan yang tidak
menghakimi, perhatian yang
sungguh-sungguh dan ketulusan e. Ansietas yang tinggi karena
e. Kaji status mental pasien melalui penolakan diri dapat menyebabkan
observasi dan wawancara minimal pasien mengalami gangguan
sekali sehari kognitif, sensori atau persepsi.
f. Harga diri yang sangat rendah dapat
f. Kaji risiko bunuh diri dan mengarah pada bunuh diri
kemungkinan perilaku mematikan g. Aktivitas terstruktur membatasi
pada pasien ansietas pasien
g. Berikan rutinitas sederhana dan h. Pasien dapat mengabaikan dirinya
terstruktur setiap hari karena perasaan benci terhadap
h. Dorong pasien merawat dirinya dirinya.
pada tingkat yang memungkinkan i. Mengurangi perasaan ambivalen,
penundaan, kurang percaya diri
i. Libatkan pasien secara bertahap dalam pengambilan keputusan
dalam pengambilan keputusan j. Gangguan hubungan interpersonal
merupakan ungkapan membenci

12
j. Atur situasi untuk mendorong diri sendiri secara langsung
interaksi sosial atau profesional k. Tindakan ini mendorong koping
antara pasien dan orang lain yang efektif di masa datang
k. Berikan umpan balik positif
kepada pasien ketika pasien l. Keparahan gejala yang menyertai
menunjukkan peningkatan harga harga diri rendah kronis
diri memerlukan psikoterapi jangka
l. Rujuk pasien ke tenaga kesehatan panjang
jiwa sesuai program.

2. Untuk Keluarga
Tujuan:
Setelah diberi asuhan keperawatan, pasien dapat memberdayakan sistem
pendukung dan keluarga mampu mengembangkan kemampuan pasien
untuk berhubungan dengan orang lain, dengan kriteria:
a. Keluarga dapatmenjelaskan perasaannya
b. Keluarga dapat memahamimasalah yang dialami pasien
c. Keluarga dapat memahami cara merawat pasien harga diri rendah,
d. Keluarga dapat mendemonstrasikan cara perawatan pasien harga diri
rendah
e. Keluarga berpartisipasi dalam perawatan pasien.
f. Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang
dimiliki pasien
g. Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki
pasien
h. Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah
dilatih dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien
i. Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan
pasien

INTERVENSI RASIONAL

13
a. Bina berhubungan saling percaya a. Hubungan saling percaya, dasar
dengan keluarga : salam hubungan terapeutik
perkenalkan diri, sampaikan tujuan,
buat kontrak, eksplorasi perasaan
b. Keluarga mungkin tidak memahami
keluarga.
masalah kesehatan pasien sehinga
b. Jelaskan tentang masalah yang
kurang peduli dengan pasien.
dialami pasien dan pentingnya
peran keluarga utk mendukung
pasien: perilaku harga diri rendah,
penyebab perilaku harga diri
rendah, akibat yang akan terjadi
jika perilaku harga diri rendah tidak c. Keluarga merupakan orang yang
ditanggapi penting bagi pasien, sehingga dapat
c. Latih keluarga cara merawat pasien membantu proses penyembuhan
1) Cara berkomunikasi dengan pasien
pasien
2) Pemberian aktivitas yang d. Apabila gangguan jiwa pasien
terjadwal kambuh, keluarga dapat
d. Beritahu atau ajarkan keluarga menghubungi sumber pelayanan
sumber-sumber pelayanan kesehatan secepatnya.
kesehatan yang dapat dijangkau e. Pasien dengan HDR jika sudah
mampu berkomunikasi dengan orang
e. Dorong anggota keluarga untuk lain, menunjukkan kemajuan yang
memberikan dukungan kepada baik.
pasien untuk berkomunikasi dengan f. Kunjungan keluarga membuat pasien
orang lain merasa lebih berharga.
f. Anjurkan anggota keluarga secara
rutin dan bergantian menjenguk g. Reinforcement memberi dukungan
pasien minimal 1 minggu sekali kepada keluarga untuk merawat
g. Beri reinforcement atas hal – hal pasien

14
yang telah dicapai oleh keluarga

DAFTAR PUSTAKA
Coopersmith. 2002. The Antecedent Of Self Esteem. San Fransisco: W. H.
Freeman & Company

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG

Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah


Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press

Townsend, M.C. 2005. Essentials of psychiatric mental health nursing 3 rd


edition. Philadelphia: F.A. Davis Company

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika


Aditama

STRATEGI PELAKSANAAN

15
Masalah Utama           : Harga Diri Rendah

Proses Keperawatan
A.    Kondisi klien

1. Mengkritik diri sendiri.


2. Perasaan tidak mampu.
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktifitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
6. terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri
7. Berpakaian tidak rapih.
8. Selera makan kurang
9. tidak berani menatap lawan bicara.
10. Lebih banyak menunduk.

B.     Diagnosa keperawatan: Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

C.   Tindakan Keperawatan

1. Tindakan keperawatan pada pasien :

Tujuan

a. Melakukan pengkajian terhadap hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya


harga diri rendah pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi,
penilaian terhadap stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien)
b. Klien dapat meningkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara
harga diri dan pemecahan masalah yang efektif.
c. Klien dapat melakukan iddentifikasi terhadap kemampuan positif yang
dimilikinya.

Tindakan Keperawatan :

16
a. Menggali hal-hal yang melatarbelakangi terjadinya harga diri
rendah pada klien (factor predisposisi, factor presipitasi, penilaian
terhadap stressor,sumber koping,dan mekanisme koping klien)
b. tingkatkan kesadaran tentang hubungan positif antara harga diri dan
pemecahan masalah yang efektif dengan cara :

1)    Bantu pasien untuk mengidentifikasi perubahan perasaan diri.

2)    Bantu pasien dalam menggambarkan dengan jelas keadaan evaluasi


diri yang positif yang terdahulu.

3)    Eksplorasi bersama pasien lingkungan organisasi pekerjaan


(kestabilan organisasi, konflik interpersonal, ancaman terhadap
pekerjaan saat ini)

4)    Ikutsertakan pasien dalam pemecahan masalah (mengidentifikasi


tujuan yang meningkat dan mengembangkan rencana tindakan untuk
memenuhi tujuan).

c. Berikan dorongan pada keterampilan perawatan diri untuk harga diri


dengan cara :

1)    Bersama pasien mengidentifikasi aspek positif yang masih dimiliki


oleh klien

2)    Latih klien untuk bisa mengoptimalkan aspek positif yang masih


dimilikinya

3)    Masukkan ke dalam jadwal, kegiatan yang dapat dilakukan untuk


mengoptimalkan aspek positif yang dimilikinya

Strategi tindakan Pelaksanaan

SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


pasien, membantu pasien menilai kemampuan yang
masih dapat digunakan, membantu pasien

17
memilih/menetapkan  kemampuan yang akan dilatih, melatih
kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana
harian

ORIENTASI :

“Selamat pagi, Perkenalkan nama saya nurhakim yudhi wibowo, dari PSIK
UNDIP. Bagaimana keadaan   bapak  hari ini ?   bapak terlihat segar“.

”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang


pernah   bapak lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat   bapak dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk
kita latih”

”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ?


Bagaimana kalau 20 menit ?

KERJA :

”   bapak, apa saja kemampuan yang    bapak miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa  bapak lakukan?
Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ? Mencuci
piring..............dst.”.            “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang   bapak miliki “.

”   bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
dikerjakan di rumah sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang
kedua.......sampai 5  (misalnya ada 3 yang masih bisa dilakukan). Bagus sekali
ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini. 

”Sekarang, coba    bapak pilih satu kegiatan  yang masih bisa dikerjakan di


rumah sakit ini”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu,
bagaimana kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur   bapak”. Mari
kita lihat tempat tidur bapak Coba lihat, sudah rapihkah tempat tidurnya?”

18
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik.  ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di sebelah atas/kepala.
Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”

”  bapak  sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba
perhatikan bedakah dengan sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba bapak lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri)


kalau bapak lakukan tanpa disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa
melakukan, dan bapak bapak (tidak) melakukan.

TERMINASI :

“Bagaimana perasaan   bapak setelah kita bercakap-cakap dan latihan


merapihkan tempat tidur ? Yach,   t ternyata banyak memiliki kemampuan yang
dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang
sudah   bapak praktekkan dengan baik sekali.  Nah kemampuan ini dapat
dilakukan juga di rumah setelah pulang.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian.   Bapak   Mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”

”Besok pagi  kita latihan lagi kemampuan yang kedua. Bapak masih ingat
kegiatan apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat
tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok
jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi  Sampai jumpa ya”

SP 2  Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

         kemampuan  pasien.    

ORIENTASI :

19
“Selamat pagi, bagaimana perasaan   Bapak pagi ini ? Wah, tampak cerah ”

  ”Bagaimana Bapak, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan
latihan kemampuan kedua. Masih ingat apa kegiatan itu t?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur”

”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

KERJA :

“  Bapak sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,


yaitu sabut/tapes untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring,
dan air untuk membilas.,  Bapak bisa menggunakan air yang mengalir dari kran
ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, Bapak ambil satu piring kotor, lalu


buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
Kemudian Bapak bersihkan piring tersebut dengan menggunakan sabut/tapes
yang sudah diberikan sabun pencuci piring.  Setelah selesai disabuni, bilas
dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut.
Setelah itu   Bapak bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang
sudah tersedia di dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba  Bapak yang melakukan…”

“Bagus sekali,   Bapak dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang


dilap tangannya

TERMINASI :

”Bagaimana perasaan   Bapak setelah latihan cuci piring ?”

20
  “Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari

  Bapak Mau berapa kali   t mencuci piring? Bagus sekali  Bapak mencuci piring


tiga kali setelah makan.”

”Besok kita akan latihan   untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan
latihan mengepel”

”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Latihan dapat dilanjutkan untuk  kemampuan lain sampai semua


kemampuan dilatih. Setiap kemampuan yang dimiliki akan menambah
harga diri pasien.

2.Tindakan Keperawatan Pada Keluarga

Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan
menjadi sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

a.  Tujuan :

1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki


pasien

2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien

3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih


dan memberikan pujian atas keberhasilan pasien

4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

b.  Tindakan Keperawatan :

1)   Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2)   Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien

21
3)  Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji

    pasien atas kemampuannya

4)   Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah

5)   Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

6)  Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat


pasien dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan
sebelumnya

7)   Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam


merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang
pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri
rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan
harga diri rendah, dan memberi kesempatan kepada
keluarga untuk mempraktekkan cara merawat 

ORIENTASI :

“Selamat pagi !”

  “Bagaimana keadaan  Bapak/Ibu pagi ini ?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat Bapak?
Berapa lama waktu Bapak/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan
wawancara!”

KERJA :

“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah Bapak”

“Ya memang benar sekali Pak/Bu, Bapak itu memang  terlihat tidak percaya diri


dan sering menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada Bapak, sering

22
menyalahkan dirinya dan mengatakan dirinya adalah orang paling bodoh
sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah
yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap
diri sendiri. Bila keadaan  Bapak  ini terus menerus seperti itu, Bapak bisa
mengalami masalah yang lebih berat lagi, misalnya t jadi malu bertemu dengan
orang lain dan memilih mengurung diri”

“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”

“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah t dapat menjadi masalah serius, maka kita
perlu memberikan perawatan yang baik untuk Bapak”

”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan
Bapak)

” Bapak itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat
mengingatkan Bapak untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong
bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu. Dan jangan lupa memberikan pujian
agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada jadual
yang kegiatannya”.

”Selain itu, bila Bapak sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu
tetap  perlu memantau perkembangan Bapak. Jika masalah harga dirinya
kembali muncul dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa Bapak ke
rumah sakit”

”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian


kepada Bapak”

23
”temui Bapak dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali Bapak, kamu sudah semakin terampil
mencuci piring”

”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

TERMINASI :

”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”

“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi t dan


bagaimana cara merawatnya?”

“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali


Bapak/Ibu kemari lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
memberi pujian langsung kepada Bapak”

“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien


dengan  masalah harga diri rendah langsung kepada pasien

ORIENTASI:

“Selamat pagi Pak/Bu”

” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat keluarga BapakIbu   seperti yang kita
pelajari  dua  hari yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada Bapak.”

”Waktunya 20 menit”. 

”Sekarang mari kita temui Bapak” 

24
KERJA:

”Selamat pagi Bapak. Bagaimana perasaan Bapak hari ini?”

”Hari ini saya datang bersama keluarga Bapak. Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, keluarga Bapak juga ingin merawat Bapak agar Bapak cepat pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
latihkan beberapa hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan
keluarga Bapak/Ibu”

(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti


yang telah dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

”Bagaimana  perasaan Bapak setelah berbincang-bincang dengan keluarga?”

”Baiklah,  sekarang saya dan orang tua Bapak ke ruang perawat dulu”

  (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan


keluarga)

TERMINASI:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

«  «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi


kepada Bapak»

«  tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu
melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama
seperti sekarang  Pak/Bu »

«  Sampai jumpa »

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

25
ORIENTASI:

“Selamat pagi Pak/Bu”

”Karena hari ini bapak direncanakan pulang, maka  kita akan membicarakan


jadwal Bapak selama di rumah”

”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

KERJA:

”Pak/Bu ini jadwal kegiatan Bapak selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,


apakah semua dapat dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat
selama Bapak dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal
kegiatan  maupun jadwal minum obatnya”

”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan
oleh Bapak selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus menyalahkan
diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak minum obat
atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi
segera hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung kerumah sakit”

TERMINASI:

”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian Bapak.
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang
tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

26
CATATAN PERKEMBANGAN

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari/tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi (SOAP)


Keperawatan Keperawatan
Harga diri rendah 1. Mengidentifikasi S: klien mengatakan
SP 1 kemampuan dan tidak memiliki
aspek positif yang kemampuan apa-
dimiliki klien apa hanya bisa
2. Membantu klien melakukan
menilai sedikit pekerjaan
kemampuan klien rumah tangga
yang masih yaitu menyapu
digunakan O: Klien sudah
3. Membantu klien mengerti
memilih kegiatan terhadap tugas
yang akan dilatih yang akan
sesuai dengan dikerjakannya
kemampuan klien setiap kamar
(1 kemampuan) mulai tampak
4. Melatih klien kotor
sesuai dengan A: Masalah teratasi
kemampuan yang sebagian
dipilih P: Intervensi
5. Memberi pujian dilanjutkan
yang wajar
terhadap
keberhasilan klien
6. Menganjurkan
klien memasukkan

27
jadwal kegiatan
harian
SP 2 1. mengevaluasi S: Klien
jadwal kegiatan mengatakan
harian klien sudah mengerti
2. melatih mana kelebihan
kemampuan kedua dan kekurangan
klien yang dimilikinya
3. menganjurkan serta mencoba
klien memasukkan untuk
dalam jadwal memperbaiki
kegiatan klien kekurangannya
O: Klien tampak
mulai melakukan
kegiatannya
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan
SP 3 1. mengevaluasi S: Klien mengatakan
jadwal kegiatan memilih
harian klien kegiatannya yaitu
2. melatih mencuci piring
kemampuan ketiga setiap hari
yang dimiliki klien O: Klien tampak
3. menganjurkan sudah mengerti
klien memasukkan tentang kegiatan
dalam jadwal hariannya dan
kegiatan harian juga
melaksanakan
kegiatan yang

28
telah dipilihnya
A: Masalah teratasi
sebagian
P: Intervensi
dilanjutkan

BAB III

PENUTUP

29
3.1 Kesimpulan
Perawatan kesehatan jiwa sebagai area khusus dalam praktek keperawatan
yang menggunakan ilmu perilaku manusia dan diri sendiri secara terapeutik
untuk meningkatkan, mempertahankan, memulihkan kesehatan jiwa klien
dan meningkatkan kesehatan mental masyarakat dimana klien berada.
Dalam pembuatan laporan pendahuluan, strategi pelaksanaan maupun
catatan perkembangan perawat harus selalu memikirkan apa yang
dibutuhkan klien dengan tepat sehingga tidak terjadi suatu penyimpangan.

3.2 Saran
Hendaknya para tenaga kesehatan khususnya perawat dapat mengerti dan
memahami tentang penulisan laporan pendahuluan, strategi pelaksanaan
serta catatan perkembangan sehingga selain mampu untuk melakukan
tindakan keperawatan kepada pasien, juga mampu mengerti mengenai
asuhan keperawatan pada pasien.

DAFTAR PUSTAKA

30
Coopersmith. 2002. The Antecedent Of Self Esteem. San Fransisco: W. H.
Freeman & Company

Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi


2012-2014. Jakarta: EGC

Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG

Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah


Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press

Townsend, M.C. 2005. Essentials of psychiatric mental health nursing 3 rd


edition. Philadelphia: F.A. Davis Company

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung: PT Refika


Aditama

31

Anda mungkin juga menyukai