Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH PRAKTEK COMPOUNDING AND DISPENSING

“MONITORING EFEK SAMPING OBAT”

Dosen Pengampu :

Siti Aisiyah, S.Farm., M.Sc., Apt

Disusun oleh:

Clarista Apriani Ujan 1820364004

FAKULTAS FARMASI

PROGRAM PROFESI APOTEKER

UNIVERSITAS SETIA BUDI

SURAKARTA

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI UMUM

Monitoring Efek Samping Obat, adalah program pemantauan keamanan obat sesudah
beredar (pasca-pemasaran). Program ini dilakukan secara berkesinambungan untuk
mendukung upaya jaminan atas keamanan obat, sejalan pelaksanaan evaluasi aspek efikasi,
MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih bersifat sukarela (voluntary reporting)
dengan menggunakan formulir pelaporan ESO berwarna kuning, yang dikenal sebagai Form
Kuning (Lampiran 1). Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat yang beredar dan
digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Aktifitas monitoring ESO dan juga
pelaporannya oleh sejawat tenaga kesehatan sebagai healthcare provider merupakan suatu
tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya ESO yang serius dan
jarang terjadi (rare). Keamanan dan mutu sebelum suatu obat diberikan ijin edar (pra-
pemasaran).

B. PEMANTAUAN DAN PELAPORAN EFEK SAMPING OBAT (ESO)


MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih bersifat sukarela (voluntary reporting)
dengan menggunakan formulir pelaporan ESO berwarna kuning, yang dikenal sebagai Form
Kuning (Lampiran 1). Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat beredar dan
digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Aktifitas monitoring ESO dan juga
pelaporannya oleh sejawat tenaga kesehatan sebagai healthcare provider merupakan suatu
tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya ESO yang serius dan
jarang terjadi (rare).
C. PETUGAS YANG TERLIBAT DALAM MELAKUKAN MESO MESO DI RUMAH
SAKIT
Merupakan salah satu tugas PFT Tim Meso dalam PFT adalah :
 Para Klinisi Terkait
 Ahli Farmakologi
 Apoteker
 Perawat
D. SIAPA YANG MELAPORKAN MESO
Tenaga kesehatan, dapat meliputi:
1.dokter
2.dokter spesialis
3.dokter gigi
4.apoteker
5.bidan
6.perawat
7.tenaga kesehatan lain.

E. PELAKSANAAN MESO

Program MESO menggunakan metode pelaporan secara sukarela (Voluntary reporting)


dari tenaga kesehatan dengan formulir pelaporan yang dirancang sesederhana mungkin
sehingga memudahkan pengisiannya (formulir kuning). Hasil pengkajian aspek keamanan
berdasarkan laporan ESO di indonesia atau informasi ESO internasional, dapat digunakan
untuk pertimbangan suatu tindak lanjut regulatori berupa pembatasan indikasi, pembatasan
dosis, pembekuan atau penarikan ijin edar dan penarikan obat dari peredaran untuk
menjamin perlindungan keamanan masyarakat. Indonesia telah tercatat sebagai negara
anggota dalam kegiatan WHO-UMC Collaborating Centre for International Drug
Monitoring. Untuk itu laporan ESO di Indonesia yang diterima oleh Pusat MESONasional
dari Saudara, akan dikirim ke “Pusat Monitoring Efek Samping Obat Internasional” (WHO
UMC Collaborating Centre), di Uppsala, Swedia. Data ESO dari seluruh dunia yang
dikirimkan termasuk dari Indonesia, selanjutnya akan masuk dalam data base Pusat MESO
Internasional. Drug Regulatory Authorities (DRAs) dari negara-negara anggota saling
bertukar menukar informasi berkaitan drug safety melalui e-mail Vigimed Lists. Laporan
efek samping yang dikaji/evaluasi sesuai derajat/tingkat kegawatan efek samping dan/atau
insidens atau hal lain, hasilnya dapat berbentuk saran serta tindak lanjut terhadap kasus yang
bersangkutan oleh pihak regulatori, dan dipublikasi di dalam bulletin BERITA MESO.
Pusat MESO Nasional sangat mengharapkan dan menghargai peran aktif untuk
berpartisipasi di dalam kegiatan MESO dengan cara mengirimkan laporan efek samping
produk terapetik yang Saudara jumpai.

F. DERMATITIS KONTAK

Dermatitis adalah istilah yang sangat luas yang berarti “peradangan pada kulit”. Jika kulit
mengalami kontak dengan zat iritan tertentu, maka dapat mengalami dermatitis kontak.
Terdapat 2 jenis utama dermatitis kontak: iritan dan alergi. Dermatitis kontak iritan paling
umum terjadi, yaitu apabila kulit meradang akibat kontak dengan benda-benda seperti bahan
kimia, zat asam, sabun dan deterjen. Dermatitis kontak iritan dapat muncul baik jika
penderita pernah mengalami kontak dengan zat iritan atau belum. Sering penderita memiliki
ruam pada tangan disertai dengan rasa perih, gatal, dan nyeri. Reaksi tersebut akan terus
berlangsung sampai penyebabnya diketahui dan penderita dapat menghindarinya.

Dermatitis kontak alergi dapat terjadi apabila penderita memiliki sensitivitas atau alergi
pada suatu zat, seperti nikel atau bahan metal lainnya, atau pewangi tertentu. Pada dermatitis
kontak alergi, ruam pada kulit dapat muncul pada area yang tersentuh zat dalam 24 sampai
48 jam. Gejala utama adalah gatal. Penderita yang sering mengalami dermatitis kontak alergi
dapat melakukan tes alergi.

Eksim biasanya muncul pada satu bagian kulit yang terasa sangat gatal, merah, bengkak,
dan pecah-pecah akibat garukan. Ruam biasanya muncul pada muka, bagian dalam siku,
bagian belakang lutut, serta pada tangan dan kaki. Penyebab tepat eksim tidak diketahui,
namun telah dikaitkan dengan faktor genetik dan lingkungan. Jenis eksim yang paling umum
adalah dermatitis atopik, kondisi alergi yang sering muncul pada bayi dan anak-anak.
Kondisi ini dapat hilang pada usia 2 tahun atau berlangsung hingga dewasa.

Zat tertentu dapat memicu eksim, sehingga penting untuk mengidentifikasi dan
menghindarinya. Zat iritan biasanya berupa pembersih rumah tangga, deterjen, sabun, klorin
dan wol. Stres serta perubahan suhu yang ekstrem juga dapat menyebabkan munculnya
eksim. Untuk memastikan, dokter akan menanyakan riwayat alergi pada keluarga dan
meminta Anda melakukan tes alergi atau tes darah.
Psoriasis adalah kondisi permanen yang menyebabkan bagian kulit menebal, merah, dan
bersisik. Area yang mengalami psoriasis biasanya gatal, sakit, dan bahkan terasa panas.
Psoriasis biasanya terletak pada bagian luar siku dan lutut, namun juga sering terjadi pada
kulit kepala dan kuku.

Banyak hal yang dapat memicu psoriasis, seperti stress, udara dingin, kerusakan kulit, dan
obat-obatan tertentu. Berbeda dengan dermatitis atopik, psoriasis biasanya tidak muncul
sebelum usia 10 tahun dan lebih sering ditemukan pada orang dewasa.

G. ETIOLOGI

DKAK dapat dibagi menjadi dua, DKI dan DKA. DKI, yang bersifat non-spesifik,
terjadi karena adanya kontak kulit secara langsung dengan satu atau lebih bahan iritan yang
dapat menyebabkan kerusakan. Sedangkan DKA bersifat spesifik, terjadi sebagai akibat
terpajannya kulit oleh bahan yang bersifat alergen pada individu yang telah tersensitisasi,
melalui mekanisme hipersensitivitas tipe lambat (tipe-IV). Bahan penyebab DKA pada
umumnya adalah bahan kimia yang terkandung dalam alat-alat yang dikenakan oleh
penderita (asesoris, pakaian, sepatu, kosmetika, obat topikal dll), atau yang berhubungan
dengan pekerjaan atau hobi (semen, sabun cuci, pestisida, bahan pelarut, bahan cat, tanaman
dll) dapat pula oleh bahan yang berada disekitarnya (debu semen, bulu binatang atau polutan
yang lain). Disamping bahan penyebab ada faktor penunjang yang mempermudah timbulnya
dermatitis kontak tersebut yaitu suhu udara, kelembaban, gesekan dan oklusi.

Seringkali dijumpai beberapa bahan iritan yang juga bisa menjadi suatu alergen dan
begitu pula sebaliknya, oleh karena itu untuk pembedaannya, diperlukan pemahaman yang
lebih lanjut tentang patofisiologi dan gejala klinis pasien yang dapat membedakan antara
DKA dan DKI.

H. PATOGENESIS

Karakteristik utama dari dermatitis kontak adalah adanya edema interseluler pada
epidermis. Reaksi awal biasanya menimbulkan vesikel intraepidermal dan pembentukan
bula pada kasus akut dan pada kasus kronik terdapat papul, skuama, dan likenifikasi. Pada
lapisan dermal, banyak terdapat berbagai macam jenis sel radang yang berkumpul di sekitar
pembuluh darah kapiler yang dilatasi yang semakin membantu terjadinya respon inflamasi.
Terdapat dua jenis dermatitis kontak yang dibagi berdasarkan patofisiologinya, yaitu DKI
dan DKA. Jika dilihat dari penyebabnya, banyak agen atau bahan yang dapat sebagai iritan
sekaligus sebagai alergen. Gejala klinis yang ditimbulkan dari keduanya mirip, namun
patogenesisnya berbeda (Made & Rusyati, 2012).

1. Dermatitis Kontak Iritan (DKI)

Pada DKI, kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan
melalui kerja kimia atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air di kulit.

Kebanyakan bahan iritan merusak membran lemak keratinosit, tetapi sebagian dapat
menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan
membran mengaktifkan fosfolipase dan melepas asam arakidonat (AA), diasilgliserida
(DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi
prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan
kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil,
serta mengaktivasi sel mast melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga
memperkuat perubahan vascular (Sularsito SA & Djuanda S, 2009).

DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,
misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte macrophage colony stimulatunf factor
(GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-penolong mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor
IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.Keratinosit juga
membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1 (ICAM-1). Pada kontak dengan
iritan, keratinosit juga melepaskan TNFα, suatu sitokin proinflamasi yang dapat
mengaktifkan sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan
pelepasan sitokin (Sularsito SA & Djuanda S, 2009).

Rentetan kejadian tersebut menimbulkan gejala peradangan klasik di tempat terjadinya


kontak di kulit. Bahan iritan lemah akan menimbulkan kelainan kulit setelah berulang kali
kontak, dimulai dengan kerusakan stratum korneum oleh karena delipidasi yang
menyebabkan desikasi dan kehilangan fungsi sawarnya, sehingga mempermudah kerusakan
sel di bawahnya oleh iritan (Made & Rusyati, 2012).

2. Dermatitis Kontak Alergi (DKA)

Dermatitis kontak alergi dimediasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat (IV)
yang terbatas pada sejumlah orang tertentu setelah terpapar satu atau beberapa substansi
antigenik. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.
Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita DKA (Sularsito SA &
Djuanda S, 2009).

1) Fase Sensitisasi

Hapten yang masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap
oleh sel langerhans dengan cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh enzim
lisosom atau sitosol. Di dalam kelenjar limfe, sel langerhans mempresentasikan
kompleks HLA-DR-antigen kepada sel-T penolong spesifik, yaitu yang
mengekspresikan CD4 yang mengenali HLA-DR sel langerhans, dan kompleks reseptor
sel-T-CD3 yang mengenali antigen yang telah diproses. Sel langerhans mensekresi IL-1
yang kemudian menstimulasi sel- T untuk mensekresi IL-2 dan mengekspresi reseptor-
IL-2 (IL- 2R). Sitokin ini akan menstimulasi proliferasi sel T spesifik sehingga menjadi
lebih banyak. Turunan sel ini yaitu sel-T memori (sel-T teraktivasi) akan meninggalkan
kelenjar getah bening dan beredar ke seluruh tubuh. Pada saat tersebut individu menjadi
tersensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu (Sularsito SA &
Djuanda S, 2009).

2) Fase Elisitasi

Fase elisitasi terjadi pada pajanan ulang alergen (hapten). Seperti pada fase
sensitisasi, hapten akan ditangkap oleh sel langerhans dan diproses secara kimia menjadi
antigen, diikat oleh HLA-DR kemudian diekspresikan di permukaan sel.Selanjutnya
kompleks HLA-DR-antigen akan dipresentasikan kepada selT yang telah tersensitisasi
baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi aktivasi. Keratinosit
menghasilkan sejumlah sitokin dan eikosanoid yang akan mengaktifkan sel mast dan
makrofag. Sel mast yang berada dekat pembuluh darah dermis akan melepaskan
histamin, berbagai jenis faktor kemotaktik, PGE2 dan PGD2, dan leukotrien B4 (LTB4).
Eikosanoid, baik yang berasal dari sel mast (prostaglandin) maupun dari keratinosit atau
leukosit menyebabkan dilatasi vaskular dan meningkatkan permeabilitas sehingga
molekul larut seperti komplemen dan kinin mudah berdifusi ke dalam dermis dan
epidermis. Selain itu faktor kemotaktik dan eikosanoid akan menarik neutrofil, monosit
dan sel darah lain dari pembuluh darah masuk ke dalam dermis. Rentetan kejadian
tersebut akan menimbulkan respon klinik DKA. Fase elisitasi umumnya berlangsung
24- 48 jam (Sularsito SA & Djuanda S, 2009).

I. GEJALA KLINIS

Pada DKAK akut, gejala awal dimulai dengan makula eritema pada bagian belakang jari
dan daerah di antara jari. Selain itu, pada kulit dapat muncul papul, edema, dan vesikel/bula
yang bila pecah akan terdapat eksudasi dan basah. Biasanya lesi berbatas tidak tegas dan
terbatas di tangan. Pada fase subakut, vesikel yang pecah telah mengering dan dapat timbul
eritema, krusta, skuama, dan erosi. Sedangkan pada DKAK kronik yang biasanya timbul
karena adanya pajanan yang berulang dapat menimbulkan kulit yang menebal,
hiperpigmentasi, likenifikasi, kering dan bersisik. Pada pekerjaanpekerjaan basah seperti
penata rambut yang banyak terpajan dengan air, sabun, dan detergen, eritema ringan disertai
fisur merupakan tanda awalnya. Pada kondisi yang lebih parah dapat muncul kemerahan,
edema, bahkan sampai fisura hemoragik.

Pada DKA, gambaran klinis umumnya berupa papul, vesikel dengan dasar eritem dan
edema, disertai rasa gatal. Gejala memang agak sulit dibedakan dengan DKI, namun pada
suatu studi menunjukan bahwa DKA dapat muncul pada semua pola pada area tangan yaitu
palmar, dorsal, jari-jari, atau keseluruhan tangan; sedangkan DKI lebih sering terjadi pada
palmar. Selain itu, DKI dan DKA dapat dibedakan berdasarkan gejala yang timbul sebagai
berikut:

Gejala Klinis Dermatitis Kontak Alergik Dermatitis Kontak Iritan

Gatal ++++ (lebih cepat muncul) ++ (lebih lambat muncul)

Sakit, Burning ++ ++++ (lebih cepat muncul)

Eritema ++++ ++++

Vesikel ++++ +

Bula + +++

Ada beberapa kriteria yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis dermatitis
kontak iritan atau dermatitis kontak alergik. Berikut di bawah ini adalah kriterianya (Contact
and Occupational Dermatology, 2002):

Kriteria Dermatitis Kontak Iritan

1. Kriteria subjektif mayor:


 Gejala mulai dari beberapa menit sampai beberapa jam setelah pajanan
 Ada rasa perih, menyengat, terutama pada gejala awal

2. Kriteria subjektif minor:


 Gejala muncul dalam kurun waktu 2 minggu setelah pajanan
 Banyak orang lain pada lingkungan yang sama yang terkena atau
mempunyai gejala yang mirip

3. Kriteria objektif mayor:


 Predominasi makula eritema, hiperkeratosis, atau fisura(bula mungkin muncul
karena adanya bahan iritan yang kuat)
 Jika vesikel lebih mendominasi, kemungkinan DKA

4. Kriteria objektif minor:


 Dermatitis dengan batas yang tegas
 Kurangnya kecenderungan dermatitis untuk menyebar ke bagian tubuh lain5

Kriteria Dermatitis Kontak Alergik


1. Adanya riwayat kontak dengan suatu bahan yang berulang dan lama.
2. Terdapat tanda-tanda dermatitis seperti efloresensi kulit yang bersifat polimorf dan
berbatas kurang tegas terutama pada tempat kontak.
3. Terdapat tanda-tanda dermatitis disekitar tempat kontak tetapi lebih ringan serta
timbulnya lebih lambat.
4. Adanya rasa gatal
5. Uji tempel dengan bahan yang dicurigai hasilnya positif.
6. Dermatitis polimorf dengan batas yang tidak tegas
7. Ada kecenderungan untuk menyebar ke bagian tubuh lain
8. Gejala yang mucul bersifat kambuh-kambuhan(relaps)
9. Pada lingkungan kerja hanya satu atau sedikit orang yang mengalami gejala dermatiti.

J. PENATALAKSANAAN TERAPI

Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak akibat kerja yang baik adalah dengan
mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya. Pada kasus
yang parah, sering disarankan untuk tidak masuk kerja selama beberapa waktu atau bahkan
pindah jenis pekerjaan. Namun jika tidak memungkinkan, ada beberapa hal yang dapat
diubah seperti prosedur kerja, perlengkapan dan alat yang digunakan, atau menggunakan alat
pelindung. Untuk perlindungan dapat digunakan sarung tangan saat bekerja. Jenis sarung
tangan yang dapat digunakan tergantung dengan jenis pekerjaannya, seperti elastisitas,
ketebalan, dan tipe polimer dari sarung tangan tersebut.

Pengobatan dapat diberikan sesuai dengan derajat penyakitnya. Untuk pengobatan,


terdapat dua jenis yang dapat diberikan yaitu pengobatan topikal dan sistemik.

1. Pengobatan Topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan
dermatitis yaitu pada fase akut bila basah, dapat diberikan terapi basah (kompres
terbuka) berupa kompres salin sampai eksudasi mengering. Pada fase subakut dapat
diberikan losio, pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin) berupa krim
hidrocortisone 1%-2.5%, betamethasone valerate 0.01% atau triamcinolone acetate
0.1%. Bila fase kronik dapat diberikan salep dexoksimethasone 0.25% atau
betamethasone dipropionate 0.05%.10 Sedangkan radiasi ultraviolet (PUVA atau UVB)
dapat diberikan untuk kasus yang sulit sembuh. Perlu diingat bahwa pemakaian
kortikosteroid topikal jangka panjang perlu dihindari karena dapat merusak keratin kulit.
Selain itu, karena pekerjaan sebagai penata rambut yang banyak melakukan wet work,
salep yang lengket sebaiknya dihindari; lebih dipilih krim yang tidak lengket setelah
pemakaian.

2. Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, pada
kasuskasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenis pengobatan
yang sering digunakan adalah antihistamin dan kortikosteroid. Jika pengobatan tersebut
tidak berhasil, dapat diberikan obat-obatan second line seperti siklosporin, pentoksifilin,
takrolimus, dan kalsium antagonis.

K. KASUS 8 :
Anda Apoteker di apotek SS Farma yang akan melakukan monitoring efek samping obat ke
rumah pasien (home care pharmacy). Pasien adalah anak laki-laki usia 13 tahun yang sedang
menjalani pengobatan gatal-gatal dan ruam di seluruh badannya pada hari ke 2. Pasien
mempunyai riwayat alergi dingin dan maag akut. BB pasien: 45 kg.
Tugas :
1. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan
menggunakan data yang tersedia !
2. Komunikasikan dengan pasien !
L. RESEP :

M. SKRINING ADMINISTRASI
Nama, IzinPraktik, AlamatDokter
NamaDokter Ada: dr. Indra Suyono
IzinPraktikDokter Ada: SIP. 120.1//1179/DU/2011
AlamatdanNomorTelp.Dokter Ada: Jl Yos Sudarso No 20 Surakarta Telp
(0271)189012
Inscriptio (TanggalPenulisanResep)
Tgl. PenulisanResep Ada: Surakarta, 12 Agustus 18
Invocation (Tanda R/)
Tanda R/ padatiapresep Ada: dalam resep ada 3 tanda R/
Prasecriptio (Nama setiap obat dan komposisi)
Namasetiapobat, jumlah dan cara Ada : Setiap R/ mengandung nama obat dan
pembuatannya. cara pembuatannya
Signatura (AturanPakai)
AturanPakai Ada:
Untuk sanmetidin 2 x sehari sebelum makan
Untuk racikan kapsul heptason, molacort dan
licokalk 2 x sehari sesudah makan
Untuk H. Booster 2 kali sehari 1 sendok teh

Subscriptio
ParafDokter Ada
Identitas Pasien
NamadanJenisKelaminPasien Nama Ada (An. Ismail), Jenis kelamin ada
UmurPasien Ada: 13 tahun
AlamatdanNomorTelp. Pasien Ada: ngemplak Solo
N. SKRINING FARMASETIK

N Nama obat Komposisi Sediaan Dosis Aturan Ket.


o DL DM Pakai
1 Sanmetidin Cimetidine tablet 2 x sehari 1 Dosis
. tablet sesuai
sebelum
makan
2 Heptason Siproheptadin Tablet 2 x sehari 1 Dosis
. hidroklorida 4 mg tablet sesuai
sesudah
makan
dimana
pemakaian
diketahui
3 Molacort Dexamethasone Tablet 2 x sehari Dosis
. sesudah sesuai

makan

4 Licokalk Calcium Lactate Tablet 2 x sehari 1 Dosis


. tablet sesuai
sesudah
makan
H. Booster Sodium Ascorbate Syrup 2 x sehari 1 Dosis
Zinc Picolinate sendok the
Sodium Selenite sesduah sesuai
Dexpanthenol makan
Nicotinamide
Pyridoxine HCl
Thiamine HCl
dl-Alpha-Tocopheryl
Acetate
O. MONITORING EFEK SAMPING OBAT
 Kepatuhan pasien
Pertanyaannya :
1. Apakah sudah minum obat sesuai resep dokter ?
2. Berapa banyak obat yang sudah diminum pasien ?
 Efikasinya :
Pertanyaannya:
1. Bagaimana keadaan pasien setelah minum obat?
2. Apakah gatal-gatalnya membaik atau makin parah?
3. Apakah ada masih ada nyeri pada lambung pasien?
 Keamanan :
1. Apakah obat yang dikonsumsi pasien memiliki efek samping yang
dapat memperparah kondidi pasien
Obat heptasan memiliki ESO yaitu efek kegemukan yang berlebihan
maka perlu ditanyakan tentang berat badan sebelum dan sesudah
mengkonsumsi obat tersebut.
2. Apakah terdapat interaksi antar obat-obat yang diresepkan
a) Obat sanmetidin dan obat molacort memiliki interaksi dimana
sanmetidin akan meningkatkan level molacort dengan
mempengaruhi metabolism enzim CYP3A4 hati/usus.
Solusinya : gunakan obat alternative atau membuat jedah
waktu minum antar kedua obat ini.
b) Obat sanmetidin dengan heptasan memiliki interaksi dimana
dapat meningkatkan efek heptasan karena kadar heptasan
dalam plasma meningkat.
Solusinya : dibri jeda waktu minum obat.

P. OBAT-OBAT YANG ADA DI RESEP


a) SANMETIDIN
PABRIK : Sanbe farma
GOLONGAN : Harus dengan resep dokter
KEMASAN : sanmetidin dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
Dos 10 x 10 tablet 200 mg
KANDUNGAN : tiap kemasan sanmetidin mengandung zat aktif (nama generik)
sebagai berikut : Cimetidine 200 mg / tablet

INDIKASI :
Kegunaan sanmetidin (cimetidine) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :
 Sanmetidin (cimetidine) digunakan dalam pengobatan gastroesophageal
reflux disease (GERD), suatu penyakit akibat terjadinya iritasi karena
kelebihan asam lambung dimana penderita mengalami sensasi seperti
terbakar di area dada dan kerongkongan.
 Untuk mengobati tukak lambung dan tukak usus duabelas jari.
 Obat ini juga berguna untuk menangani erosif esophagitis, meskipun
efektivitasnya lebih rendah daripada obat-obat golongan penghambat pompa
proton seperti omeprazole atau lansoprazole.
 Untuk pengobatan zollinger ellison syndrome, penyakit langka karena adanya
tumor pankreas atau usus duabelas jari melepaskan hormon sehingga terjadi
kelebihan sekresi asam lambung.
 Pada pengobatan penyakit maag, antagonis H2 seperti sanmetidin
(cimetidine) lebih baik daripada antasida, misanya durasi kerja yang lebih
lama, efektivitas lebih tinggi, termasuk jika digunakan sebagai pencegahan
(profilaksis) kambuhnya maag dengan cara digunakan sebelum makan.

KONTRA INDIKASI : jangan digunakan untuk pasien yang memiliki riwayat


hipersensitif pada cimetidine atau obat golongan antagonis reseptor H2 lainnya.

EFEK SAMPING SANMETIDIN : Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan
baik, meskipun dibandingkan dengan anatagonis reseptor H2 yang lebih baru seperti
ranitidine efek sampingnya lebih banyak. Berikut adalah beberapa efek samping
sanmetidin (cimetidine) yang mungkin terjadi

 sakit kepala, pusing, dan mengantuk.


 Efek samping pada saluran kardiovaskular seperti takikardia, bradikardia,
hipotensi, perpanjangan interval QT, telah dilaporkan pada penggunaan
antagonis reseptor H2. Efek ini lebih sering terjadi pada penggunaan secara
intravena. Sedangkan penggunaan secara oral maupun infus, efek samping
ini lebih jarang terjadi.
 Meskipun jarang, diskrasia darah kadang terjadi pada pemakaian obat ini.
Jika pasien yang memakai obat ini mengalami demam, menggigil, sakit
tenggorokan, mudah memar, dan gejala lain dari diskrasia darah, pemakaian
obat ini sebaiknya dihentikan.
 Efek pada organ hati sangat secara umum jarang. Jika ciri-ciri toksisitas hati
terjadi seperti demam, ruam, eosinofilia, dan ciri-ciri hipersensitivitas lainnya
terjadi, segera hentikan pemakaian obat ini.
 Hati-hati menggunakan sanmetidin (cimetidine) pada pasien yang pernah
mengalami toksisitas hati akibat pemakaian antagonis reseptro H2 lain
seperti famotidine.
 Reaksi hipersensitivitas akibat pemakaian obat ini sangat jarang, namun jika
terjadi pertolongan medis harus segera diberikan karena bisa menyebabkan
syok anafilaksis yang berakibat fatal.
 Efek pada ginjal yang diketahui terjadi setelah pemakaian obat ini adalah
terjadinya peningkatan serum kreatinin. Peningkatan kadang bisa mencapai
20 %. Pasien-pasien dengan kelainan ginjal, sebaiknya berkonsultasi dengan
dokter jika akan menggunakan obat ini.

PERHATIAN

 Pemakaian harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam,
gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya
muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
 Obat ini diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI). Meskipun obat ini
didegradasi dengan sangat cepat oleh kondisi asam sehingga hanya sejumlah
kecil obat yang masuk ke air susu ibu dan terminum oleh bayi, pemakaian
sanmetidin (cimetidine) oleh ibu menyusui sebaiknya dihindari. Namun jika
anda ragu, berkonsultasilah dengan dokter anda.
 Sebaiknya tidak digunakan untuk anak-anak di bawah usia 16 tahun kecuali
atas pertimbangan medis dari dokter.
 Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan
ginjal.
 obat ini bisa menyebabkan pusing. Jangan mengemudi atau menyalakan
mesin selama menggunakan obat ini.

INTERAKSI OBAT

Berikut adalah interaksi sanmetidin (cimetidine) dengan obat-obat lain :

 Sanmetidin (cimetidine) mengurangi metabolisme obat-obat seperti


antikoagulan warfarin dan kumarin, fenitoin, propanolol, nifedipin, diazepam,
tramadol dan metadon yang mengakibatkan peningkatan kadar obat-obat
tersebut dalam plasma darah sehingga meningkatkan potensi terjadinya efek
samping yang merugikan.
 Obat-obat yang bioavailabilitasnya baik dalam kondisi asam seperti
ketokonazole, atazanavir, dan ester ampicillin, penyerapannya akan menurun
sehingga mengurangi efektivitasnya.
 Sedangkan obat-obat yang labil dalam kondisi asam seperti erythromycin, dan
digoxin penyerapannya akan meningkat.
 Penggunaan dengan kontrasepsi hormonal sebaiknya dihindari karena
sanmetidin (cimetidine) adalah antagonis kompetitif dihidrotestosteron (DHT)
reseptor, yang menyebabkan efek farmakologis estrogen meningkat Hal ini
dapat menyebabkan galaktorea pada wanita, sedangkan laki-laki bisa
mengalami ginekomastia.

DOSIS SANMETIDIN

Sanmetidin (cimetidine) diberikan dengan dosis sebagai berikut :


 tukak usu 12 jari, dewasa : 3 x sehari 1 tablet bersama makan dan 2 tablet
sebelum tidur. Dosis dapat dinaikkan menjadi 4 x sehari 2 tablet selama 4-8
minggu.
 Sindrom zollinerg-ellison dan hipersekresi lambung lainnya, dewasa : 4 x
sehari 1 tablet.
 Peptik esofagitis, dewasa : 4 x sehari 2 tablet.
 Dosis maksimum 1.2 gram / hari.
 Hipersekresi lambung pada anak-anak : 20-40 mg/kg BB/hari dibagi menjadi
beberapa kali pemberian.
b) HEPTASAN
Heptasan adalah obat yang digunakan untuk mengobati berbagai jenis alergi.
Heptasan mengandung siproheptadin, suatu obat yang termasuk golongan
antihistamin generasi pertama.
Berikut ini adalah informasi lengkap heptasan yang disertai tautan merk-merk obat
lain dengan nama generik yang sama.
PABRIK : Caprifarmindo
GOLONGAN : Harus dengan resep dokter
KEMASAN : heptasan dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut : Dos 10 x 10
tablet 4 mg
KANDUNGAN : tiap kemasan heptasan mengandung zat aktif (nama generik)
sebagai berikut : Siproheptadin hidroklorida 4 mg / tablet.
INDIKASI
Kegunaan heptasan (siproheptadin) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut
:
 Obat ini digunakan untuk mengurangi gejala-gejala alergi seperti, urtikaria
(gatal-gatal), urtikaria idiopatik kronis, dan alergi kulit lainnya.
 Untuk mengobati rhinitis alergi (hay fever), efektif untuk mengurangi gejala
baik pada mata maupun hidung seperti : bersin, hidung meler, rasa gatal atau
terbakar pada mata.
 Juga digunakan untuk mengobati edema mukosa vasomotor, termasuk
vasomotor rhinitis dan edema tenggorokan.
 Heptasan (siproheptadin) juga digunakan dalam terapi kasus sedang sampai
berat sindrom serotonin, suatu gejala yang kompleks akibat penggunaan obat
serotonergik, (seperti selective serotonin reuptake inhibitor dan monoamine
oxidase inhibitor), dan dalam kasus tingginya kadar serotonin dalam darah
yang dihasilkan oleh serotonin-producing carcinoid tumor.
 Juga bisa digunakan sebagai tindakan pencegahan migrain pada anak-anak
dan remaja.
 Bisa meringankan disfungsi seksual yang diinduksi oleh penggunaan obat
golongan selective serotonin reuptake inhibitor.
 Berguna juga untuk menangani keringat berlebih akibat pemakaian obat
tertentu.
 Digunakan dalam pengobatan sindrom muntah siklik.
 Selain berefek sebagai anti alergi, siproheptadin juga berefek sebagai
antiserotonin. Efek ini menyebabkan meningkatnya nafsu makan sehingga
dapat menyebabkan kenaikan berat badan, berguna untuk orang yang
kekurangan berat badan. Namun kegunaan ini sering disalahgunakan dengan
menambahkan obat ini di produk-produk herbal penambah berat badan ilegal.
 Heptasan (siproheptadin) meningkatkan kualitas tidur, ketenangan, dan
tingkat suasana hati dan energi, dan untuk meningkatkan gejala psikotik baik
negatif ataupun positif dalam subkelompok penderita skizofrenia kronis yang
tidak merespon terapi lain.
 Heptasan (siproheptadin) dapat meningkatkan akatisia pada pasien yang
sedang diterapi dengan obat-obatan antipsikotik.

KONTRA INDIKASI : Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif pada siproheptadin atau obat golongan anti histamin lainnya.

Sebaiknya jangan digunakan untuk bayi prematur dan bayi baru lahir, pasien usia
lanjut, hipertrofi prostat, porfiria, obstruksi leher kandung kemih atau penderita asma
akut.

EFEK SAMPING HEPTASAN


Berikut adalah beberapa efek samping heptasan (siproheptadin) :

 Efek samping yang paling umum dari obat golongan anti histamin termasuk
heptasan (siproheptadin) adalah sedasi, mengantuk dan retardasi psikomotor.
Efek ini bersifat sementara dan akan segera hilang jika pemakaian obat
dihentikan.
 Efek samping yang jarang misalnya kebingungan, kegelisahan, gugup,
tremor, kejang, dan halusinasi.
 Efek samping yang lain misalnya mual, muntah, sakit kepala dan efek
antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, diare, anemia hemolitik,
leukopenia, agranulositosis, trombositopenia penglihatan kabur, dan
gangguan pencernaan.
 Heptasan (siproheptadin) dapat meningkatkan nafsu makan sehingga dapat
menyebabkan kenaikan berat badan, berguna untuk orang yang kekurangan
berat badan namun akan merugikan bagi pasien yang kegemukan.

PERHATIAN

Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan obat ini adalah sebagai
berikut :

 Heptasan (siproheptadin) memiliki aktivitas seperti atropin, oleh karena itu,


harus digunakan secara hati-hati pada pasien dengan asma bronkial,
peningkatan tekanan intraokular, hipertiroidisme, penyakit kardiovaskular,
dan hipertensi.
 Obat ini menyebabkan sedasi, mengantuk dan retardasi psikomotor.
Sebaiknya anda tidak mengemudi atau menyalakan mesin selama
menggunakan obat ini. Penggunaan alkohol akan meningkatkan efek sedasi
obat ini.
 Pemakaian antihistamin harus dihentikan sekitar 48 jam sebelum menjalani
tes alergi kulit, karena dapat mengganggu hasil tes.
 Karena resiko yang lebih tinggi dari antihistamin pada bayi terutama pada
bayi yang baru lahir dan prematures, terapi antihistamin sebaiknya tidak
dilakukan pada ibu menyusui.

INTERAKSI OBAT

Berikut adalah interaksi obat yang mengandung siproheptadin termasuk heptasan


dengan obat-obat lain :

 Obat-obat inhibitor enzim CYP3A4 seperti ketoconazole, erythromycin,


cimetidine, furanocoumarin (ditemukan dalam jeruk), amprenavir
meningkatkan kadar Heptasan (siproheptadin) dalam plasma.
 MAO inhibitor memperpanjang dan mengintensifkan efek antikolinergik dari
antihistamin.
 Antihistamin mungkin memiliki efek aditif dengan alkohol dan depresan
sistem saraf pusat lainnya, misalnya, hipnotik, sedatif, obat penenang, dan
agen anti ansietas.
DOSIS HEPTASAN : Dosis lazim pediatric untuk reaksi alergi, rhinitis alergi,
pruritus, dan urtikaria
 usia 2 – 6 tahun : 2 mg 2-3 kali sehari secara oral, tidak melebihi 12 mg /
hari.
 `usia 7 – 14 tahun : 4 mg 2-3 kali sehari secara oral, tidak melebihi 16 mg /
hari.
c) MOLACORT
Molacort adalah obat yang digunakan sebagai anti alergi, imunosupresan, anti
inflamasi dan anti shock. Obat Molacort mengandung Dexamethasone, salah satu
kortikosteroid yang sangat kuat (20-30 kali lebih kuat daripada Hydrocortisonedan 5-
7 kali lebih kuat daripada prednison).
Berikut ini adalah informasi lengkap obat Molacort yang disertai tautan merk-merk
obat lain dengan nama generik yang sama.
PABRIK : Molex ayus
GOLONGAN : Harus dengan resep dokter
KEMASAN : molacort dipasarkan dengan kemasan sebagai berikut :
dos 10 x 10 tablet 0.5 mg
pot 20 x 10 tablet 0.75 mg
KANDUNGAN : tiap kemasan obat molacort mengandung zat aktif (nama generik)
sebagai berikut :
Dexamethasone 0.5 mg / tablet
Dexamethasone 0.75 mg / tablet
INDIKASI
Kegunaan Molacort (dexamethasone) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi
berikut :
 Obat golongan kortikosteroid seperti molacort (dexamethasone) digunakan
untuk berbagai kondisi inflamasi, misalnya radang reumatik, radang usus,
radang pada ginjal, radang pada mata, radang karena asma dan radang pada
tempat lainnya.
 Obat ini juga digunakan untuk menangani penyakit-penyakit autoimun seperti
rheumatoid arthritis, berbagai jenis alergi, penyakit lupus, bronkospasme, dan
idiopatik thrombocytopenic (penurunan jumlah trombosit darah karena
masalah kekebalan tubuh). (Baca penjelasan lengkap nyeri sendi)
 Obat ini berguna untuk menangani shock anafilaktik alergi dalam dosis
tinggi. (baca juga Kenali Alergi Makanan Dan Cara Mengatasinya Dengan
Tepat)
 Obat kortikosteroid termasuk molacort (dexamethasone) juga digunakan
untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh dalam proses
pencakokkan organ.
 Bisa juga digunakan untuk pasien kanker, sebagai terapi pendukung
kemoterapi. Obat ini bisa menangkal perkembangan edema pada pasien
tumor otak. Sebagai agen kemoterapi, obat ini digunakan untuk pengobatan
multiple myeloma baik tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat-obat
seperti thalidomide, lenamide, bortezomidib, kombinasi dari adriamycin dan
vincristine atau velcade dan revlimid. Untuk mencegah efek samping mual
dan muntah saat kemoterapi, molacort (dexamethasone) bisa mendukung obat
antiemetik seperti ondansetron.
 Sering diberikan pada ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan secara
prematur. Pemberian obat ini bertujuan untuk mematangkan organ paru-paru
janin. Untuk tujuan ini, pengobatan harus dilakukan dengan pengawasan
yang ketat dari dokter karena penggunaan obat ini secara tidak tepat dapat
meningkatkan resiko kecacatan janin.
 Para pendaki gunung yang mengalami high-altitude cerebral edema (HACE),
atau high-altitude pulmonary edema (HAPE), sering menggunakan obat ini.
 Biasa digunakan sebagai pertolongan pada kondisi darurat untuk
penyelamatan nyawa.

KONTRA INDIKASI : jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif pada obat golongan kortikosteroid.

Molacort (dexamethasone), sebaiknya tidak diberikan pada pasien yang menderita


tukak lambung, osteoporosis, diabetes melitus, infeksi jamur sistemik, glaukoma,
psikosis, psikoneurosis berat, penderita TBC aktif, herpes zoster, herpes simplex,
infeksi virus lain, sindroma Cushing dan penderita dengan gangguan fungsi ginjal.

EFEK SAMPING MOLACORT

Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi pada penggunaan
molacort (dexamethasone) :

 Obat-obat glukokortikoid termasuk molacort (dexamethasone),


meningkatkan pembentukan glukosa dari protein. Hal ini menyebabkan
peningkatan kadar gula dalam darah sehingga pemberian obat ini pada
penderita diabetes mellitus sebaiknya dihindari.
 Penggunaan protein dalam proses pembentukan glukosa, juga menyebabkan
pengeroposan tulang karena matriks protein penyusun tulang menyusut
drastis. Oleh karena itu penggunaan obat ini pada pasien yang memiliki
resiko besar seperti usia lanjut sangat tidak dianjurkan. Untuk anak-anak hal
ini dapat menghambat pertumbuhan, khususnya pertumbuhan tulang.
 Molacort (dexamethasone) seperti glukokortikoid lainnya, juga
mempengaruhi proses metabolisme lemak termasuk distribusinya di dalam
tubuh. Hal ini menyebabkan efek di beberapa bagian tubuh seperti wajah
yang kelihatan lebih tembem. Efek samping ini, sering disalahgunakan
dengan cara menambahkan obat ini ke dalam produk-produk penambah berat
badan ilegal. Pemakai produk ilegal ini mengira dirinya mengalami
kenaikkan berat badan, padahal hal itu adalah efek samping dari molacort
(dexamethasone), yang sangat berbahaya jika obat ilegal itu dikonsumsi
dalam jangka waktu lama.
 Obat ini menurunkan fungsi limfa yang mengakibatkan sel limfosit
berkurang dan mengecil. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan
sistem kekebalan tubuh akibat pemakaian molacort (dexamethasone).
 Secara umum kumpulan-kumpulan efek samping ini dikenal sebagai Cushing
sindrom, yaitu gejala-gejala seperti muka tembem, penebalan seperti selulit
pada punggung dan perut, hipertensi, penurunan toleransi terhadap
karbohidrat dan gejala-gejala lainnya.

INDIKASI :

Kegunaan Molacort (dexamethasone) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi


berikut :

 Obat golongan kortikosteroid seperti molacort (dexamethasone) digunakan


untuk berbagai kondisi inflamasi, misalnya radang reumatik, radang usus,
radang pada ginjal, radang pada mata, radang karena asma dan radang pada
tempat lainnya.
 Obat ini juga digunakan untuk menangani penyakit-penyakit autoimun
seperti rheumatoid arthritis, berbagai jenis alergi, penyakit lupus,
bronkospasme, dan idiopatik thrombocytopenic (penurunan jumlah trombosit
darah karena masalah kekebalan tubuh). (Baca penjelasan lengkap nyeri
sendi)
 Obat ini berguna untuk menangani shock anafilaktik alergi dalam dosis
tinggi. (baca juga Kenali Alergi Makanan Dan Cara Mengatasinya Dengan
Tepat)
 Obat kortikosteroid termasuk molacort (dexamethasone) juga digunakan
untuk mencegah terjadinya reaksi penolakan tubuh dalam proses
pencakokkan organ.
 Bisa juga digunakan untuk pasien kanker, sebagai terapi pendukung
kemoterapi. Obat ini bisa menangkal perkembangan edema pada pasien
tumor otak. Sebagai agen kemoterapi, obat ini digunakan untuk pengobatan
multiple myeloma baik tunggal ataupun dikombinasikan dengan obat-obat
seperti thalidomide, lenamide, bortezomidib, kombinasi dari adriamycin dan
vincristine atau velcade dan revlimid. Untuk mencegah efek samping mual
dan muntah saat kemoterapi, molacort (dexamethasone) bisa mendukung
obat antiemetik seperti ondansetron.
 Sering diberikan pada ibu hamil yang memiliki resiko melahirkan secara
prematur. Pemberian obat ini bertujuan untuk mematangkan organ paru-paru
janin. Untuk tujuan ini, pengobatan harus dilakukan dengan pengawasan
yang ketat dari dokter karena penggunaan obat ini secara tidak tepat dapat
meningkatkan resiko kecacatan janin.
 Para pendaki gunung yang mengalami high-altitude cerebral edema (HACE),
atau high-altitude pulmonary edema (HAPE), sering menggunakan obat ini.
 Biasa digunakan sebagai pertolongan pada kondisi darurat untuk
penyelamatan nyawa.

PERHATIAN

Hal-hal yang harus diperhatikan pasien selama menggunakan obat ini adalah sebagai
berikut :

 Penderita gangguan pencernaan seperti tukak lambung dan kolitis ulceratif


sebaiknya hati-hati jika menggunakan molacort (dexamethasone), karena
beresiko terjadinya perdarahan pada saluran pencernaan.
 Pasien yang memiliki gangguan fungsi hati dan ginjal misalnya pasien usia
lanjut, molacort (dexamethasone) diberikan dengan dosis terendah dan durasi
sesingkat mungkin.
 Jangan menghentikan pemakaian obat ini secara tiba-tiba tanpa
sepengetahuan dokter terutama pada penggunaan jangka panjang karena
dapat mengakibatkan gejala-gejala seperti mialgia, artralgia dan malaise.
 Sistem kekebalan tubuh yang menurun menyebabkan pasien lebih rentan
terkena penyakit cacar dan campak.
 Obat-obat sistemik kortikosteroid diketahui ikut keluar bersama air susu ibu
(ASI). Karena efek obat ini bisa menggangu pertumbuhan, mengganggu
produksi kortikosteroid endogen, atau efek yang tak diinginkan lainnya, ibu
menyusui sebaiknya tidak menggunakan molacort (dexamethasone).
INTERAKSI OBAT
Berikut adalah interaksi obat molacort (dexamethasone) dengan obat-obat lain :
 Aminoglutethimide : menurunkan kadar dexamethasone, melalui induksi
enzim mikrosomal sehingga mengurangi efek farmakologisnya.
 Agen Kalium-depleting : jika diberikan bersamaan dengan obat-obat kalium-
depleting agen (misalnya, amfoterisin B, diuretik), pengamatan ketat harus
dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya hypokalemia
 Antibiotika makrolida : menurunkan klirens dexamethasone sehingga
meningkatkan kadar/efek farmakologisnya.
 Antidiabetik : kortikosteroid dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah,
oleh karena itu penyesuaian dosis obat anti diabetes mungkin diperlukan.
 Isoniazid : Konsentrasi serum isoniazid mungkin akan menurun jika
diberikan bersamaan dengan molacort (dexamethasone).
 Cholestyramine dan efedrin : Cholestyramine meningkatkan klirens
kortikosteroid sehingga menurunkan kadar/efek farmakologisnya.
 Vaksin hidup : molacort (dexamethasone) menurunkan sistem imun tubuh
sehingga meningkatkan resiko terjadinya infeksi. Penggunaan vaksin hidup
pada pasien yang menggunakan molacort (dexamethasone) sebaiknya
dihindari.
 Anti jamur azole seperti ketoconazole : mengurangi metabolisme
kortikosteroid sehingga dapat meningkatkan kadar dan efek farmakologisnya.
 NSAID : aspirin atau NSAID lainnya meningkatkan resiko efek samping
perdarahan pada saluran pencernaan.
DOSIS MOLACORT : molacort (dexamethasone) diberikan dengan dosis sebagai
berikut :
 tablet : 0.5 mg-10 mg / hari dibagi dalam 2-4 kali pemberian.
 Insufiensi adrenal : 0.0233 mg /kg BB/hari.
 Pemakaian jangka lama, dosis harus diturunkan secara bertahap untuk
menghindari terjadinya insufiensi adrenal akut.
d) LICOKALK
Kandungan : Calcium Lactate.
Indikasi : Pencegahan dan pengobatan defisiensi calcium.
Kontra Indikasi : Sedang mendapat terapi glikosa jantung.
Perhatian : Pasien dengan disfungsi ginjal atau riwayat batu saluran kemih.
Interaksi Obat :
 Mengurangi absorpsi tetrasiklin.
 Meningkatkan efek digitalis.
Efek Samping : Apabila Anda mengalami tanda-tanda reaksi alergi pada obat ini,
segera cari pertolongan medis:
 Gatal-gatal
 Kesulitan bernapas
 Pembengkakan pada wajah, Bibir, lidah, tenggorokan
Efek samping ringan dapat termasuk: mual, muntah, berkurangnya nafsu makan
Sembelit, mulut kering atau kehausan. meningkatnya frekuensi buang air kecil.
Keamanan Penggunaan Pada Wanita Hamil C: Penelitian pada hewan menunjukkan
efek samping pada janin ( teratogenik atau embriosidal atau lainnya) dan belum ada
penelitian yang terkendali pada wanita atau penelitian pada wanita dan hewan belum
tersedia. Obat seharusnya diberikan bila hanya keuntungan potensial memberikan
alasan terhadap bahaya potensial pada janin.
Dosis :
 Dewasa : 3 kali sehari 1-2 kaplet.
 Anak-anak : 3 kali sehari 1 kaplet.

Pemberian Obat : Dikonsumsi bersamaan dengan makanan

Kemasan dan Sediaan : Dus, 10 strip @ 10 kaplet

e) H. BOOSTER
H-Booster Syrup merupakan produk suplemen makanan anak-anak yang
mengandung kombinasi vitamin dan mineral, sehingga produk ini sangat efektif
untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral, memelihara daya tahan
tubuh, membantu meningkatkan tumbuh-kembang anak di masa pertumbuhan, serta
mempercepat penyembuhan dari sakit.

Kegunaan :
 Membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
 Membantu memelihara daya tahan tubuh
 Membantu masa pertumbuhan
 Membantu mempercepat penyembuhan dari sakit
Khasiat Kandungan :
 Sodium Ascorbate dapat membantu memelihara daya tahan tubuh
 Zinc Picolinate dapat membantu pertumbuhan dan memelihara daya tahan
 Sodium Selenite bekerja secara sinergis denga dl-Alpha-Tocopheryl Acetate
untuk memelihara daya tahan tubuh
 Dexpanthenol dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak, penting untuk sel dan jaringan tubuh
 Nicotinamide berperan pada reaksi metabolisme tubuh dan dibutuhkan dalam
masa pertumbuhan
 Pyridoxine HCl dibutuhkan dalam metabolisme asam amino, produksi
antibodi, dan pembentukan sel darah merah
 Thiamine HCl dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein,
merawat sistem saraf dan otot.
 dl-Alpha-Tocopheryl Acetate merupakan antioksidan yang bekerja secara
sinergis dengan Sodium Ascorbate yang dapat memelihara daya tahan tubuh
Cara Pakai : Kocok Dahulu Sebelum Dipakai
 Anak-anak usia 1 - 2 tahun : 1/2 sendok teh sehari
 Anak-anak usia 2 - 5 tahun : 1 sendok teh sehari
 Usia > 5 tahun : 2 sendok teh sehari
Khasiat:
 Membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
 Membantu memelihara daya tahan tubuh
Perhatian
 Mengandung pemanis buatan sucralose
 Tidak boleh digunakan pada anak < 1 tahun
Q. DIALOG :

Apoteker Selamat pagi bu. Perkenalkan bu saya apoteker Clarista, hari ini saya
melakukan pelayanan home care untuk konsultasi sama monitoring
kondisi anak ibu terkait obat yang anak ibu gunakan. Boleh saya meminta
waktu sebentar untuk berbincang bu ?

Ibu Pasien Selamat pagi mbak, iya boleh mbak

Apoteker Bagaimana kondinya anak ismail hari ini?

Ibu Pasien Badannya masih gatal-gatal mbak.

Apoteker Ow begitu ya bu, obat pagi adek ini sudah diminum bu ?

Ibu Pasien Sudah mbak, tadi baru saya berikan,

Apoteker Anak ibu sudah sarapan kan tadi ?

Ibu Pasien Iya sudah mbak selesai sarapan saya kasih dia minum obat

Apoteker Oh iya saya mau tanya dulu nih pagi ini anak ibu minum obat berapa
jenis obat ?

Ibu Pasien Ada 3 obat mbak. Satu obat obat diminum sebelum makan dan 2 obatya
sesudah makan
Apoteker Oh iya bu, jadi dari catatan pengobatan, Anak ibu hari ini diberi obat oral
3 jenis, yang pertama sanmetidin, obat ini digunakan untuk mengobati
maagnya diminum 2 x sehari sebelum makan, untuk racikan kapsul yang
isinya heptasan, molacort sama licokalk itu untuk mengatasi gatal-
gatalnya dan obat H. Booster itu suplemen makananya diminum 2 kli
sehari 1 sendok teh. Nah setelah minum ketiga obat tadi, apakah anak
ibu masih merasakan nyeri di perutnya atau mual-muntah begitu atau
ngantuk dan sakit kepala bu?

Ibu Pasien Tadi iya mbak sekarang perutnya dia sudah mendingan tetapi badan anak
saya masih gatal gatal mbak dan bintik-bintik di badannya tambah parah.

Apoteker Jadi begini bu, obat dalam obat racikan kapsul yaitu licokalk yang juga
mempunyai efek samping gatal-gatal bu

Ibu Pasien Lah terus bagaimana mbak, kalau seperti itu berarti anak saya tidak usah
minum obat itu.

Apoteker Kalau di lihat dari kondisi gatal-gatalnya sebaiknya ibu segera bawah
anak ibu kedokter terkait hal ini agar anak ibu segera mendapatkan
pengobatan yang lebih tepat.

Ibu Pasien Oh iyaa mbak.

Apoteker Iya bu, dan saran sembari menunggu konfirmasi obat dari dokter
sebaiknya anak ibu di berikan caladine lotion untuk gatal-gatalnya. Dan
juga anak ibu sebaiknya tidak boleh keluar-keluar dengan cuaca dingin
seperti ini soalnya anak ibu juga punya alergi terhadap dingin, usahakan
juga suhu ruangan di rumah ibu ttp hangat. Ow iya bu atur juga pola
makan anak ibu, dan jangan sampai terlambat makan ya bu.

Ibu Pasien Ow iya baik mbak.

Apoteker Dan juga saya boleh tau berapa berat badan anak ibu sebelumnya? Dan
berapa berat badan anak ibu sesudah minum obat?

Ibu Pasien Ow iya mbak berat badannya sebelum ini 46 kg mbak tapi kayanya sudah
naik lagi setelah minum obat. Soalnya nafsu makannya bertambah mbak

Apoteker Ow iya bu, memang nafsu makan anak ibu bertambah dikarenakan efek
samping dari obat heptasan yang terkandung dalam racikan kapsul ini,
jadi sebaikknya ibu harus selalu mengecek berat badan anak ibu,
takutnya kalau anak ibu terus menerus mengkonsumsi obat ini, anak ibu
bisa jadi obesitas.

Ibu Pasien Oww jadi beitu ya mbak.

Apoteker Apakah ibu sudah mengerti dengan penjelasan saya?

Ibu Pasien Iya mbak, saya sudah mengerti.

Apoteker Baik kalau begitu saya pamit ya bu kembali ke apotek. Dan segera bawa
anak ibu kedokter ya bu. Semoga anak ibu lekas sembuh.

Ibu pasien Baik mbak. Terima kasih banyak

Apoteker Sama-sama bu. Kalau ada apa-apa lagi segera hubungi dokter atau saya
ya bu.

Ibu pasien Iya mbak.

Anda mungkin juga menyukai