Dosen Pengampu :
Disusun oleh:
FAKULTAS FARMASI
SURAKARTA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
A. DEFINISI UMUM
Monitoring Efek Samping Obat, adalah program pemantauan keamanan obat sesudah
beredar (pasca-pemasaran). Program ini dilakukan secara berkesinambungan untuk
mendukung upaya jaminan atas keamanan obat, sejalan pelaksanaan evaluasi aspek efikasi,
MESO oleh tenaga kesehatan di Indonesia masih bersifat sukarela (voluntary reporting)
dengan menggunakan formulir pelaporan ESO berwarna kuning, yang dikenal sebagai Form
Kuning (Lampiran 1). Monitoring tersebut dilakukan terhadap seluruh obat yang beredar dan
digunakan dalam pelayanan kesehatan di Indonesia. Aktifitas monitoring ESO dan juga
pelaporannya oleh sejawat tenaga kesehatan sebagai healthcare provider merupakan suatu
tool yang dapat digunakan untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya ESO yang serius dan
jarang terjadi (rare). Keamanan dan mutu sebelum suatu obat diberikan ijin edar (pra-
pemasaran).
E. PELAKSANAAN MESO
F. DERMATITIS KONTAK
Dermatitis adalah istilah yang sangat luas yang berarti “peradangan pada kulit”. Jika kulit
mengalami kontak dengan zat iritan tertentu, maka dapat mengalami dermatitis kontak.
Terdapat 2 jenis utama dermatitis kontak: iritan dan alergi. Dermatitis kontak iritan paling
umum terjadi, yaitu apabila kulit meradang akibat kontak dengan benda-benda seperti bahan
kimia, zat asam, sabun dan deterjen. Dermatitis kontak iritan dapat muncul baik jika
penderita pernah mengalami kontak dengan zat iritan atau belum. Sering penderita memiliki
ruam pada tangan disertai dengan rasa perih, gatal, dan nyeri. Reaksi tersebut akan terus
berlangsung sampai penyebabnya diketahui dan penderita dapat menghindarinya.
Dermatitis kontak alergi dapat terjadi apabila penderita memiliki sensitivitas atau alergi
pada suatu zat, seperti nikel atau bahan metal lainnya, atau pewangi tertentu. Pada dermatitis
kontak alergi, ruam pada kulit dapat muncul pada area yang tersentuh zat dalam 24 sampai
48 jam. Gejala utama adalah gatal. Penderita yang sering mengalami dermatitis kontak alergi
dapat melakukan tes alergi.
Eksim biasanya muncul pada satu bagian kulit yang terasa sangat gatal, merah, bengkak,
dan pecah-pecah akibat garukan. Ruam biasanya muncul pada muka, bagian dalam siku,
bagian belakang lutut, serta pada tangan dan kaki. Penyebab tepat eksim tidak diketahui,
namun telah dikaitkan dengan faktor genetik dan lingkungan. Jenis eksim yang paling umum
adalah dermatitis atopik, kondisi alergi yang sering muncul pada bayi dan anak-anak.
Kondisi ini dapat hilang pada usia 2 tahun atau berlangsung hingga dewasa.
Zat tertentu dapat memicu eksim, sehingga penting untuk mengidentifikasi dan
menghindarinya. Zat iritan biasanya berupa pembersih rumah tangga, deterjen, sabun, klorin
dan wol. Stres serta perubahan suhu yang ekstrem juga dapat menyebabkan munculnya
eksim. Untuk memastikan, dokter akan menanyakan riwayat alergi pada keluarga dan
meminta Anda melakukan tes alergi atau tes darah.
Psoriasis adalah kondisi permanen yang menyebabkan bagian kulit menebal, merah, dan
bersisik. Area yang mengalami psoriasis biasanya gatal, sakit, dan bahkan terasa panas.
Psoriasis biasanya terletak pada bagian luar siku dan lutut, namun juga sering terjadi pada
kulit kepala dan kuku.
Banyak hal yang dapat memicu psoriasis, seperti stress, udara dingin, kerusakan kulit, dan
obat-obatan tertentu. Berbeda dengan dermatitis atopik, psoriasis biasanya tidak muncul
sebelum usia 10 tahun dan lebih sering ditemukan pada orang dewasa.
G. ETIOLOGI
DKAK dapat dibagi menjadi dua, DKI dan DKA. DKI, yang bersifat non-spesifik,
terjadi karena adanya kontak kulit secara langsung dengan satu atau lebih bahan iritan yang
dapat menyebabkan kerusakan. Sedangkan DKA bersifat spesifik, terjadi sebagai akibat
terpajannya kulit oleh bahan yang bersifat alergen pada individu yang telah tersensitisasi,
melalui mekanisme hipersensitivitas tipe lambat (tipe-IV). Bahan penyebab DKA pada
umumnya adalah bahan kimia yang terkandung dalam alat-alat yang dikenakan oleh
penderita (asesoris, pakaian, sepatu, kosmetika, obat topikal dll), atau yang berhubungan
dengan pekerjaan atau hobi (semen, sabun cuci, pestisida, bahan pelarut, bahan cat, tanaman
dll) dapat pula oleh bahan yang berada disekitarnya (debu semen, bulu binatang atau polutan
yang lain). Disamping bahan penyebab ada faktor penunjang yang mempermudah timbulnya
dermatitis kontak tersebut yaitu suhu udara, kelembaban, gesekan dan oklusi.
Seringkali dijumpai beberapa bahan iritan yang juga bisa menjadi suatu alergen dan
begitu pula sebaliknya, oleh karena itu untuk pembedaannya, diperlukan pemahaman yang
lebih lanjut tentang patofisiologi dan gejala klinis pasien yang dapat membedakan antara
DKA dan DKI.
H. PATOGENESIS
Karakteristik utama dari dermatitis kontak adalah adanya edema interseluler pada
epidermis. Reaksi awal biasanya menimbulkan vesikel intraepidermal dan pembentukan
bula pada kasus akut dan pada kasus kronik terdapat papul, skuama, dan likenifikasi. Pada
lapisan dermal, banyak terdapat berbagai macam jenis sel radang yang berkumpul di sekitar
pembuluh darah kapiler yang dilatasi yang semakin membantu terjadinya respon inflamasi.
Terdapat dua jenis dermatitis kontak yang dibagi berdasarkan patofisiologinya, yaitu DKI
dan DKA. Jika dilihat dari penyebabnya, banyak agen atau bahan yang dapat sebagai iritan
sekaligus sebagai alergen. Gejala klinis yang ditimbulkan dari keduanya mirip, namun
patogenesisnya berbeda (Made & Rusyati, 2012).
Pada DKI, kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan
melalui kerja kimia atau fisis. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin,
menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air di kulit.
Kebanyakan bahan iritan merusak membran lemak keratinosit, tetapi sebagian dapat
menembus membran sel dan merusak lisosom, mitokondria, atau komponen inti. Kerusakan
membran mengaktifkan fosfolipase dan melepas asam arakidonat (AA), diasilgliserida
(DAG), platelet activating factor (PAF), dan inositida (IP3). AA dirubah menjadi
prostaglandin (PG) dan leukotrien (LT). PG dan LT menginduksi vasodilatasi, dan
meningkatkan permeabilitas vaskular sehingga mempermudah transudasi komplemen dan
kinin. PG dan LT juga bertindak sebagai kemoatraktan kuat untuk limfosit dan neutrofil,
serta mengaktivasi sel mast melepaskan histamin, LT dan PG lain, dan PAF, sehingga
memperkuat perubahan vascular (Sularsito SA & Djuanda S, 2009).
DAG dan second messengers lain menstimulasi ekspresi gen dan sintesis protein,
misalnya interleukin-1 (IL-1) dan granulocyte macrophage colony stimulatunf factor
(GMCSF). IL-1 mengaktifkan sel T-penolong mengeluarkan IL-2 dan mengekspresi reseptor
IL-2, yang menimbulkan stimulasi autokrin dan proliferasi sel tersebut.Keratinosit juga
membuat molekul permukaan HLA-DR dan adesi intrasel-1 (ICAM-1). Pada kontak dengan
iritan, keratinosit juga melepaskan TNFα, suatu sitokin proinflamasi yang dapat
mengaktifkan sel T, makrofag dan granulosit, menginduksi ekspresi molekul adesi sel dan
pelepasan sitokin (Sularsito SA & Djuanda S, 2009).
Dermatitis kontak alergi dimediasi oleh reaksi hipersensitivitas tipe lambat (IV)
yang terbatas pada sejumlah orang tertentu setelah terpapar satu atau beberapa substansi
antigenik. Reaksi ini terjadi melalui dua fase, yaitu fase sensitisasi dan fase elisitasi.
Hanya individu yang telah mengalami sensitisasi dapat menderita DKA (Sularsito SA &
Djuanda S, 2009).
1) Fase Sensitisasi
Hapten yang masuk ke dalam epidermis melewati stratum korneum akan ditangkap
oleh sel langerhans dengan cara pinositosis dan diproses secara kimiawi oleh enzim
lisosom atau sitosol. Di dalam kelenjar limfe, sel langerhans mempresentasikan
kompleks HLA-DR-antigen kepada sel-T penolong spesifik, yaitu yang
mengekspresikan CD4 yang mengenali HLA-DR sel langerhans, dan kompleks reseptor
sel-T-CD3 yang mengenali antigen yang telah diproses. Sel langerhans mensekresi IL-1
yang kemudian menstimulasi sel- T untuk mensekresi IL-2 dan mengekspresi reseptor-
IL-2 (IL- 2R). Sitokin ini akan menstimulasi proliferasi sel T spesifik sehingga menjadi
lebih banyak. Turunan sel ini yaitu sel-T memori (sel-T teraktivasi) akan meninggalkan
kelenjar getah bening dan beredar ke seluruh tubuh. Pada saat tersebut individu menjadi
tersensitisasi. Fase ini rata-rata berlangsung selama 2-3 minggu (Sularsito SA &
Djuanda S, 2009).
2) Fase Elisitasi
Fase elisitasi terjadi pada pajanan ulang alergen (hapten). Seperti pada fase
sensitisasi, hapten akan ditangkap oleh sel langerhans dan diproses secara kimia menjadi
antigen, diikat oleh HLA-DR kemudian diekspresikan di permukaan sel.Selanjutnya
kompleks HLA-DR-antigen akan dipresentasikan kepada selT yang telah tersensitisasi
baik di kulit maupun di kelenjar limfe sehingga terjadi aktivasi. Keratinosit
menghasilkan sejumlah sitokin dan eikosanoid yang akan mengaktifkan sel mast dan
makrofag. Sel mast yang berada dekat pembuluh darah dermis akan melepaskan
histamin, berbagai jenis faktor kemotaktik, PGE2 dan PGD2, dan leukotrien B4 (LTB4).
Eikosanoid, baik yang berasal dari sel mast (prostaglandin) maupun dari keratinosit atau
leukosit menyebabkan dilatasi vaskular dan meningkatkan permeabilitas sehingga
molekul larut seperti komplemen dan kinin mudah berdifusi ke dalam dermis dan
epidermis. Selain itu faktor kemotaktik dan eikosanoid akan menarik neutrofil, monosit
dan sel darah lain dari pembuluh darah masuk ke dalam dermis. Rentetan kejadian
tersebut akan menimbulkan respon klinik DKA. Fase elisitasi umumnya berlangsung
24- 48 jam (Sularsito SA & Djuanda S, 2009).
I. GEJALA KLINIS
Pada DKAK akut, gejala awal dimulai dengan makula eritema pada bagian belakang jari
dan daerah di antara jari. Selain itu, pada kulit dapat muncul papul, edema, dan vesikel/bula
yang bila pecah akan terdapat eksudasi dan basah. Biasanya lesi berbatas tidak tegas dan
terbatas di tangan. Pada fase subakut, vesikel yang pecah telah mengering dan dapat timbul
eritema, krusta, skuama, dan erosi. Sedangkan pada DKAK kronik yang biasanya timbul
karena adanya pajanan yang berulang dapat menimbulkan kulit yang menebal,
hiperpigmentasi, likenifikasi, kering dan bersisik. Pada pekerjaanpekerjaan basah seperti
penata rambut yang banyak terpajan dengan air, sabun, dan detergen, eritema ringan disertai
fisur merupakan tanda awalnya. Pada kondisi yang lebih parah dapat muncul kemerahan,
edema, bahkan sampai fisura hemoragik.
Pada DKA, gambaran klinis umumnya berupa papul, vesikel dengan dasar eritem dan
edema, disertai rasa gatal. Gejala memang agak sulit dibedakan dengan DKI, namun pada
suatu studi menunjukan bahwa DKA dapat muncul pada semua pola pada area tangan yaitu
palmar, dorsal, jari-jari, atau keseluruhan tangan; sedangkan DKI lebih sering terjadi pada
palmar. Selain itu, DKI dan DKA dapat dibedakan berdasarkan gejala yang timbul sebagai
berikut:
Vesikel ++++ +
Bula + +++
Ada beberapa kriteria yang dapat membantu untuk menegakkan diagnosis dermatitis
kontak iritan atau dermatitis kontak alergik. Berikut di bawah ini adalah kriterianya (Contact
and Occupational Dermatology, 2002):
J. PENATALAKSANAAN TERAPI
Pada prinsipnya penatalaksanaan dermatitis kontak akibat kerja yang baik adalah dengan
mengidentifikasi penyebab dan menyarankan pasien untuk menghindarinya. Pada kasus
yang parah, sering disarankan untuk tidak masuk kerja selama beberapa waktu atau bahkan
pindah jenis pekerjaan. Namun jika tidak memungkinkan, ada beberapa hal yang dapat
diubah seperti prosedur kerja, perlengkapan dan alat yang digunakan, atau menggunakan alat
pelindung. Untuk perlindungan dapat digunakan sarung tangan saat bekerja. Jenis sarung
tangan yang dapat digunakan tergantung dengan jenis pekerjaannya, seperti elastisitas,
ketebalan, dan tipe polimer dari sarung tangan tersebut.
1. Pengobatan Topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum pengobatan
dermatitis yaitu pada fase akut bila basah, dapat diberikan terapi basah (kompres
terbuka) berupa kompres salin sampai eksudasi mengering. Pada fase subakut dapat
diberikan losio, pasta, krim, atau linimentum (pasta pendingin) berupa krim
hidrocortisone 1%-2.5%, betamethasone valerate 0.01% atau triamcinolone acetate
0.1%. Bila fase kronik dapat diberikan salep dexoksimethasone 0.25% atau
betamethasone dipropionate 0.05%.10 Sedangkan radiasi ultraviolet (PUVA atau UVB)
dapat diberikan untuk kasus yang sulit sembuh. Perlu diingat bahwa pemakaian
kortikosteroid topikal jangka panjang perlu dihindari karena dapat merusak keratin kulit.
Selain itu, karena pekerjaan sebagai penata rambut yang banyak melakukan wet work,
salep yang lengket sebaiknya dihindari; lebih dipilih krim yang tidak lengket setelah
pemakaian.
2. Pengobatan Sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau edema, pada
kasuskasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik. Jenis-jenis pengobatan
yang sering digunakan adalah antihistamin dan kortikosteroid. Jika pengobatan tersebut
tidak berhasil, dapat diberikan obat-obatan second line seperti siklosporin, pentoksifilin,
takrolimus, dan kalsium antagonis.
K. KASUS 8 :
Anda Apoteker di apotek SS Farma yang akan melakukan monitoring efek samping obat ke
rumah pasien (home care pharmacy). Pasien adalah anak laki-laki usia 13 tahun yang sedang
menjalani pengobatan gatal-gatal dan ruam di seluruh badannya pada hari ke 2. Pasien
mempunyai riwayat alergi dingin dan maag akut. BB pasien: 45 kg.
Tugas :
1. Tetapkan dan tulislah rencana monitoring efikasi dan keamanan dengan
menggunakan data yang tersedia !
2. Komunikasikan dengan pasien !
L. RESEP :
M. SKRINING ADMINISTRASI
Nama, IzinPraktik, AlamatDokter
NamaDokter Ada: dr. Indra Suyono
IzinPraktikDokter Ada: SIP. 120.1//1179/DU/2011
AlamatdanNomorTelp.Dokter Ada: Jl Yos Sudarso No 20 Surakarta Telp
(0271)189012
Inscriptio (TanggalPenulisanResep)
Tgl. PenulisanResep Ada: Surakarta, 12 Agustus 18
Invocation (Tanda R/)
Tanda R/ padatiapresep Ada: dalam resep ada 3 tanda R/
Prasecriptio (Nama setiap obat dan komposisi)
Namasetiapobat, jumlah dan cara Ada : Setiap R/ mengandung nama obat dan
pembuatannya. cara pembuatannya
Signatura (AturanPakai)
AturanPakai Ada:
Untuk sanmetidin 2 x sehari sebelum makan
Untuk racikan kapsul heptason, molacort dan
licokalk 2 x sehari sesudah makan
Untuk H. Booster 2 kali sehari 1 sendok teh
Subscriptio
ParafDokter Ada
Identitas Pasien
NamadanJenisKelaminPasien Nama Ada (An. Ismail), Jenis kelamin ada
UmurPasien Ada: 13 tahun
AlamatdanNomorTelp. Pasien Ada: ngemplak Solo
N. SKRINING FARMASETIK
makan
INDIKASI :
Kegunaan sanmetidin (cimetidine) adalah untuk pengobatan kondisi-kondisi berikut :
Sanmetidin (cimetidine) digunakan dalam pengobatan gastroesophageal
reflux disease (GERD), suatu penyakit akibat terjadinya iritasi karena
kelebihan asam lambung dimana penderita mengalami sensasi seperti
terbakar di area dada dan kerongkongan.
Untuk mengobati tukak lambung dan tukak usus duabelas jari.
Obat ini juga berguna untuk menangani erosif esophagitis, meskipun
efektivitasnya lebih rendah daripada obat-obat golongan penghambat pompa
proton seperti omeprazole atau lansoprazole.
Untuk pengobatan zollinger ellison syndrome, penyakit langka karena adanya
tumor pankreas atau usus duabelas jari melepaskan hormon sehingga terjadi
kelebihan sekresi asam lambung.
Pada pengobatan penyakit maag, antagonis H2 seperti sanmetidin
(cimetidine) lebih baik daripada antasida, misanya durasi kerja yang lebih
lama, efektivitas lebih tinggi, termasuk jika digunakan sebagai pencegahan
(profilaksis) kambuhnya maag dengan cara digunakan sebelum makan.
EFEK SAMPING SANMETIDIN : Secara umum obat ini bisa ditoleransi dengan
baik, meskipun dibandingkan dengan anatagonis reseptor H2 yang lebih baru seperti
ranitidine efek sampingnya lebih banyak. Berikut adalah beberapa efek samping
sanmetidin (cimetidine) yang mungkin terjadi
PERHATIAN
Pemakaian harus dihentikan jika tanda-tanda awal reaksi alergi seperti ruam,
gatal, sakit tenggorokan, demam, arthralgia, pucat, atau tanda-tanda lainnya
muncul, karena jika terjadi bisa berakibat fatal.
Obat ini diketahui ikut keluar bersama air susu ibu (ASI). Meskipun obat ini
didegradasi dengan sangat cepat oleh kondisi asam sehingga hanya sejumlah
kecil obat yang masuk ke air susu ibu dan terminum oleh bayi, pemakaian
sanmetidin (cimetidine) oleh ibu menyusui sebaiknya dihindari. Namun jika
anda ragu, berkonsultasilah dengan dokter anda.
Sebaiknya tidak digunakan untuk anak-anak di bawah usia 16 tahun kecuali
atas pertimbangan medis dari dokter.
Hati-hati menggunakan obat ini pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan
ginjal.
obat ini bisa menyebabkan pusing. Jangan mengemudi atau menyalakan
mesin selama menggunakan obat ini.
INTERAKSI OBAT
DOSIS SANMETIDIN
KONTRA INDIKASI : Jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif pada siproheptadin atau obat golongan anti histamin lainnya.
Sebaiknya jangan digunakan untuk bayi prematur dan bayi baru lahir, pasien usia
lanjut, hipertrofi prostat, porfiria, obstruksi leher kandung kemih atau penderita asma
akut.
Efek samping yang paling umum dari obat golongan anti histamin termasuk
heptasan (siproheptadin) adalah sedasi, mengantuk dan retardasi psikomotor.
Efek ini bersifat sementara dan akan segera hilang jika pemakaian obat
dihentikan.
Efek samping yang jarang misalnya kebingungan, kegelisahan, gugup,
tremor, kejang, dan halusinasi.
Efek samping yang lain misalnya mual, muntah, sakit kepala dan efek
antimuskarinik seperti retensi urin, mulut kering, diare, anemia hemolitik,
leukopenia, agranulositosis, trombositopenia penglihatan kabur, dan
gangguan pencernaan.
Heptasan (siproheptadin) dapat meningkatkan nafsu makan sehingga dapat
menyebabkan kenaikan berat badan, berguna untuk orang yang kekurangan
berat badan namun akan merugikan bagi pasien yang kegemukan.
PERHATIAN
Hal-hal yang perlu diperhatikan pasien selama menggunakan obat ini adalah sebagai
berikut :
INTERAKSI OBAT
KONTRA INDIKASI : jangan menggunakan obat ini untuk pasien yang memiliki
riwayat hipersensitif pada obat golongan kortikosteroid.
Berikut adalah beberapa efek samping yang mungkin terjadi pada penggunaan
molacort (dexamethasone) :
INDIKASI :
PERHATIAN
Hal-hal yang harus diperhatikan pasien selama menggunakan obat ini adalah sebagai
berikut :
e) H. BOOSTER
H-Booster Syrup merupakan produk suplemen makanan anak-anak yang
mengandung kombinasi vitamin dan mineral, sehingga produk ini sangat efektif
untuk membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral, memelihara daya tahan
tubuh, membantu meningkatkan tumbuh-kembang anak di masa pertumbuhan, serta
mempercepat penyembuhan dari sakit.
Kegunaan :
Membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
Membantu memelihara daya tahan tubuh
Membantu masa pertumbuhan
Membantu mempercepat penyembuhan dari sakit
Khasiat Kandungan :
Sodium Ascorbate dapat membantu memelihara daya tahan tubuh
Zinc Picolinate dapat membantu pertumbuhan dan memelihara daya tahan
Sodium Selenite bekerja secara sinergis denga dl-Alpha-Tocopheryl Acetate
untuk memelihara daya tahan tubuh
Dexpanthenol dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak, penting untuk sel dan jaringan tubuh
Nicotinamide berperan pada reaksi metabolisme tubuh dan dibutuhkan dalam
masa pertumbuhan
Pyridoxine HCl dibutuhkan dalam metabolisme asam amino, produksi
antibodi, dan pembentukan sel darah merah
Thiamine HCl dibutuhkan dalam metabolisme karbohidrat, lemak, protein,
merawat sistem saraf dan otot.
dl-Alpha-Tocopheryl Acetate merupakan antioksidan yang bekerja secara
sinergis dengan Sodium Ascorbate yang dapat memelihara daya tahan tubuh
Cara Pakai : Kocok Dahulu Sebelum Dipakai
Anak-anak usia 1 - 2 tahun : 1/2 sendok teh sehari
Anak-anak usia 2 - 5 tahun : 1 sendok teh sehari
Usia > 5 tahun : 2 sendok teh sehari
Khasiat:
Membantu memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral
Membantu memelihara daya tahan tubuh
Perhatian
Mengandung pemanis buatan sucralose
Tidak boleh digunakan pada anak < 1 tahun
Q. DIALOG :
Apoteker Selamat pagi bu. Perkenalkan bu saya apoteker Clarista, hari ini saya
melakukan pelayanan home care untuk konsultasi sama monitoring
kondisi anak ibu terkait obat yang anak ibu gunakan. Boleh saya meminta
waktu sebentar untuk berbincang bu ?
Ibu Pasien Iya sudah mbak selesai sarapan saya kasih dia minum obat
Apoteker Oh iya saya mau tanya dulu nih pagi ini anak ibu minum obat berapa
jenis obat ?
Ibu Pasien Ada 3 obat mbak. Satu obat obat diminum sebelum makan dan 2 obatya
sesudah makan
Apoteker Oh iya bu, jadi dari catatan pengobatan, Anak ibu hari ini diberi obat oral
3 jenis, yang pertama sanmetidin, obat ini digunakan untuk mengobati
maagnya diminum 2 x sehari sebelum makan, untuk racikan kapsul yang
isinya heptasan, molacort sama licokalk itu untuk mengatasi gatal-
gatalnya dan obat H. Booster itu suplemen makananya diminum 2 kli
sehari 1 sendok teh. Nah setelah minum ketiga obat tadi, apakah anak
ibu masih merasakan nyeri di perutnya atau mual-muntah begitu atau
ngantuk dan sakit kepala bu?
Ibu Pasien Tadi iya mbak sekarang perutnya dia sudah mendingan tetapi badan anak
saya masih gatal gatal mbak dan bintik-bintik di badannya tambah parah.
Apoteker Jadi begini bu, obat dalam obat racikan kapsul yaitu licokalk yang juga
mempunyai efek samping gatal-gatal bu
Ibu Pasien Lah terus bagaimana mbak, kalau seperti itu berarti anak saya tidak usah
minum obat itu.
Apoteker Kalau di lihat dari kondisi gatal-gatalnya sebaiknya ibu segera bawah
anak ibu kedokter terkait hal ini agar anak ibu segera mendapatkan
pengobatan yang lebih tepat.
Apoteker Iya bu, dan saran sembari menunggu konfirmasi obat dari dokter
sebaiknya anak ibu di berikan caladine lotion untuk gatal-gatalnya. Dan
juga anak ibu sebaiknya tidak boleh keluar-keluar dengan cuaca dingin
seperti ini soalnya anak ibu juga punya alergi terhadap dingin, usahakan
juga suhu ruangan di rumah ibu ttp hangat. Ow iya bu atur juga pola
makan anak ibu, dan jangan sampai terlambat makan ya bu.
Apoteker Dan juga saya boleh tau berapa berat badan anak ibu sebelumnya? Dan
berapa berat badan anak ibu sesudah minum obat?
Ibu Pasien Ow iya mbak berat badannya sebelum ini 46 kg mbak tapi kayanya sudah
naik lagi setelah minum obat. Soalnya nafsu makannya bertambah mbak
Apoteker Ow iya bu, memang nafsu makan anak ibu bertambah dikarenakan efek
samping dari obat heptasan yang terkandung dalam racikan kapsul ini,
jadi sebaikknya ibu harus selalu mengecek berat badan anak ibu,
takutnya kalau anak ibu terus menerus mengkonsumsi obat ini, anak ibu
bisa jadi obesitas.
Apoteker Baik kalau begitu saya pamit ya bu kembali ke apotek. Dan segera bawa
anak ibu kedokter ya bu. Semoga anak ibu lekas sembuh.
Apoteker Sama-sama bu. Kalau ada apa-apa lagi segera hubungi dokter atau saya
ya bu.