Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

PRAKTIKUM PCD

SWAMEDIKASI NYERI KEPALA

Dosen Pengampu :
Mamik Ponco Rahayu, M.Si., Apt.

Oleh :
Lyga Ristyana 1920384263

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Swamedikasi merupakan suatu istilah upaya masyarakat untuk mengobati dirinya
sendiri. Swamedikasi biasanya dilakukan untuk mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit
ringan yang sering dialami masyarakat, seperti demam, nyeri, pusing, batuk, influenza, sakit
maag, kecacingan, diare, penyakit kulit dan lain-lain. Swamedikasi menjadi alternatif yang
diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaannya
swamedikasi dapat menjadi sumber terjadinya kesalahan pengobatan (medication error)
karena keterbatasan pengetahuan masyarakat akan obat dan penggunaannya. Dalam hal ini
Apoteker dituntut untuk dapat memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat sehingga
masyarakat dapat terhindar dari penyalahgunaan obat (drug abuse) dan penggunasalahan obat
(drug misuse). Masyarakat cenderung hanya tahu merk dagang obat tanpa tahu zat
berkhasiatnya.
Salah satu penyakit yang dapat diobati sendiri (swamedikasi) adalah diare. Pada banyak
pasien, onset diare terjadi secara tiba-tiba tetapi tidak terlalu parah dan dapat sembuh sendiri
tanpa memerlukan pengobatan. Pada kasus yang lebih parah, resiko terbesar adalah dehidrasi
dan ketidakseimbangan elektrolit terutama pada bayi, anak-anak dan manula yang lemah. Oleh
karena itu, terapi rehidrasi oral merupakan kunci utama penanganan untuk pasien sakit diare
akut.

B. Tujuan
Sebagai pedoman bagi masyarakat yang ingin melakukan swamedikasi dan sebagai
bahan bacaan Apoteker untuk membantu masyarakat dalam melakukan swamedikasi.
BAB II

PEMBAHASAN

A. DEFINISI

Nyeri menurut International Association for the Study of Pain (IASP) merupakan
perasaan sensori dan/atau emosional yang tidak menyenangkan yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan baik yang sudah terjadi maupun yang berpotensi terjadi. Salah satu
alasan tersering pasien mengunjungi ahli neurologi adalah nyeri kepala atau cephalgia.
The International Headache Society (IHS) pada tahun 2013 membagi nyeri kepala
menjadi dua kategori utama yaitu nyeri kepala primer dan nyeri kepala sekunder. Nyeri
kepala primer adalah nyeri kepala tanpa penyebab yang jelas dan tidak berhubungan
dengan penyakit lain, mencakup migraine, tension-type headache, dan trigeminal
autonomic cephalalgias (TACs). Sedangkan nyeri kepala sekunder terjadi akibat gangguan
organik lain, seperti infeksi, trauma, tumor, trauma, gangguan homoeostasis, dan penyakit
sistemik lain.
Migrain diartikan sebagai nyeri kepala berulang yang penyebabnya belum diketahui
secara pasti dengan kelainan yang kompleks (neruovaskular) ditandai dengan sakit kepala
berulang, unilateral, dan pada beberapa kasus dikaitkan dengan adanya aura yang timbul
sebelum atau setelah nyeri kepala.

B. EPIDEMIOLOGI

Menurut Nuprin Pain Report sebanyak 73% nyeri pada kepala adalah tipe nyeri
yang paling sering dialami. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lipton, Steward, dan
Korff (1997) menyatakan bahwa migren mengenai hampir 30 juta orang di Amerika Serikat
dan menyebabkan kerugian langsung dan tidak langsung lebih dari 13 milyar US$ per
tahun. Diperkirakan 14% dari populasi dunia menderita migren dan pada tahun 2010-2011
diperkirakan sekitar 8,3% dari 2,7 juta jiwa penduduk Kanada dilaporkan terdiagnosis
dengan migren.
Prevalensi migren di Kanada menunjukkan 23 hingga 26% dapat terjadi pada
wanita dan 7,8 hingga 10% pada pria. Rasio prevalensi perempuan terhadap pria dengan
migren sangat bervariasi sesuai usia, dimana sebelum usia 12 tahun, migren lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Setelah pubertas, migren
semakin sering dijumpai pada perempuan dan pada usia 20 tahun, rasio perbandingan
perempuan terhadap laki-laki adalah sekitar 2:1.
Migren diperkirakan dua sampai tiga kali lebih sering pada perempuan daripada
laki-laki dan paling sering terjadi pada perempuan berusia kurang dari 40 tahun, cenderung
dijumpai dalam satu keluarga dan diperkirakan memiliki dasar genetik. Sekitar 70% hingga
80% penderita migren memiliki anggota keluarga dekat yang menderita nyeri kepala. Di
Indonesia maupun negara berkembang lainnya, prevalensi penderita migren cukup sulit
diketahui secara pasti karena sebagian besar penderita tidak terdiagnosis dan terobati
dengan baik.

C. PATOFISIOLOGI
D. PENYEBAB
E. GEJALA
F. TERAPI FARMAKOLOGI
G. TERAPI NON FARMAKOLOGI
SAKIT KEPALA

KASUS 2

Seorang Ibu yang berumur 35 tahun datang ke apotik dengan keluhan nyeri bagian kepala,
diikuti dengan mual, muntah dan sensitive terhadap suara dan cahaya.

METODE ISBAR

1. Identifikasi pasien :
Ibu berumur 35 tahun
2. Simtoms/ gejala :
Nyeri bagian kepala, mual, muntah sensitive terhadap suara dan cahaya.
3. Background :
4. Assesment :
5. Recomendation :

Pasien : “Selamat siang mbak”.

Apoteker : “Iya bu, selamat siang. Apakah ada yang bisa saya bantu?”

Pasien : “Iya mbak, saya mengalami sakit kepala mbak”.

Apoteker : “Perkenalkan bu, nama saya Lyga, Saya Apoteker di apotek ini. Maaf bu
sebelumnya, apakah saya bisa meminta waktunya sebentar bu?”

Pasien : “Iya bu tidak apa-apa.”

Apoteker : “Oh iya bu, sakit kepalanya sudah berapa lama ya bu?”

Pasien : “Sudah 2 hari ini mbak”

Apoteker : “Keluhan yang dirasakan bagaimana ya bu?”

Pasien : “Pusing disertai mual, muntah. Kalau terkena suara dan cahaya pusingnya
tambah sakit mbak”.

Apoteker : “Maaf bu sebelumnya, ibu sudah pernah minum obat atau belum ya bu?”

Pasien : “Belum bu, saya juga belum periksa ke dokter”.


Apoteker : “Maaf bu apakah ibu ada alergi obat?”

Pasien : “Tidak mbak”.

Apoteker :“
BAB III

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai