Puji dan syukur kami haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan
lain
yang
membahas
mengenai
migrain
dari
definisi
hingga
Penulis
Veri Sudiarsa
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................1
DAFTAR ISI.............................................................................................2
I.
II.
III.
PENDAHULUAN.........................................................................3
A. Latar Belakang.........................................................................3
B. Tujuan......................................................................................4
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................5
A. Definisi.....................................................................................5
B. Etiologi.....................................................................................5
C. Epidemiologi............................................................................6
D. Faktor risiko.............................................................................7
E. Tanda dan gejala.......................................................................7
F. Penegakan diagnosis................................................................9
G. Patogenesis.............................................................................12
H. Patofisiologi...........................................................................13
I. Gambaran histopatologi.........................................................14
J. Penatalaksanaan.....................................................................15
K. Komplikasi.............................................................................17
L. Prognosis................................................................................17
KESIMPULAN............................................................................18
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................19
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Sakit kepala merupakan gejala yang paling sering di keluhkan oleh
seorang pasien saat berkunjung ke seorang dokter. Namun karena sering di
dengar dan biasanya di kemukakan secara samar-samar, maka keluhan ini
justru termasuk keluhan atau gejala yang pada umumnya masih dianggap
ringan dan tidak di tanggapi secara tepat. Sakit kepala sendiri bisa di
sebabkan oleh karena faktor fisik dan psikis. Untuk sakit kepala yang di
sebabkan oleh faktor fisik memang mudah untuk di diagnosa karena pada
pasien akan di temukan gejala fisik lain yang menyertai sakit kepala, namun
tidak begitu halnya bila sakit kepala di sebabkan oleh faktor psikis untuk itu
di perlukan waktu yang lebih lama untuk mencai tahu penyebabnya
(Marjono, 2008).
Migrain kadang sulit di bedakan dengan sakit kepala jenis lain.
Migrain merupakan salah satu sakit kepala dengan gejala yang cukup berat
dan berulang. Selain sakit kepala yang khas pada satu sisi kepala (beberapa
kasus bisa menyerang kedua sisi kepala), bersamaan dengan itu pasien juga
merasakan gejala lain seperti gangguan pada penglihatan dan mual-mual.
Sebelum pasien merasakan sakit kepala migrain, terlebih dahulu mereka akan
merasakan semacam aura (gejala peringatan akan timbulnya migrain) seperti
kepala terasa berdenyut-denyut (Price, 2012).
Migrain merupakan salah satu penyakit tertua yang telah di
deskripsikan oleh Galen pada tahun 200 M, dalam bukunya di gambarkan
nyeri kepala yang disebut hernicrania, dari istilah tersebut muncul istilah
migrain yang digunakan sampai saat ini (Hashizume,2011). Migrain
merupakan salah satu penyakit yang paling sering dialami oleh masyarakat.
Hampir 28 juta orang setiap tahunnya mengalami migrain, oleh karena itu
kami membuat referat ini untuk menambah pengetahuan masyarakat maupun
pembaca mengenai definisi migrain, penyebab, faktor resiko maupun cara
pengobatannya.
B Tujuan
1 Mengetahui dan memahami Pengertian Migrain.
2 Mengetahui tanda dan gejala Migrain.
3 Mengetahui dan memahami penyebab terjadinya Migrain.
4 Memahami patogenesis dan patofisiologi batu Migrain.
II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiMigrain
Migrain merupakan gangguan nyeri kepala berulang, serangan
berlangsung selama 4-72 jam dengan karakteristik khas seperti berlokasi
unilateral, nyeri berdenyut (pulsating), intensitas sedang atau berat, diperberat
oleh aktivitas fisik rutin, dan berhubungan dengan mual atau fotofobia
(Anurogo,2012).Migrain adalah kondisi medic yang memiliki gejala sakit
kepala yang intens, nyeri pada sebelah bagian kepala atau kedua bagian
kepala. Kebanyakan pasien merasakan sakit pada salah satu belakang mata
atau telingannya. Selain itu migrain juga dapat menimbulkan gejala seperti
mual muntah dan sensistif terhadap cahaya maupun suara (Goadsby,2013).
Migrain adalah kondisi neurologis yang kompleks dan dapat
mempengaruhi tubuh dengan berbagai macam gejala. Gejala yang
ditumbulkan dapat berbagai macam, dan biasanya dokter dapat menegakkan
diagnosis migrain jika sakit kepala tergolong sakit yang berat, tetapi beberapa
pasien ada yang mengalami migrain ringan bahkat tidak merasakan gejala
migrain. Pasien yang mengalami migrain cendering lebih senang berbaring
dalam ruangan yang gelap dan sunyi (Geffen, 2011).
B. Etiologi
Ada banyak hipotesis tentang migrain. Hipotesis neurovaskular
menyatakan bahwa migrain adalah kepekaan sistem trigeminal vaskular yang
diturunkan. Depresi menyebar (spreading depression, SD), suatu bentuk selfpropagating front of depolarization yang dihubungkan dengan penurunan
aktivitas bioelektrik persarafan selama beberapa menit, dikemukakan
berperan penting dalam induksi fase aura. SD tampaknya bertanggung jawab
menimbulkan nyeri dan gejala-gejala lain.SD dan aura dapat disebabkan oleh
kadar glutamat abnormal pada individu rentan. Hal ini berbeda pada fase awal
migrain tanpa aura, dimana platelet activating factor (PAF) dilepaskan dari
plateletdan leukosit, menyensitisasi trigeminalvascular endings. Riset terbaru
membuktikan bahwa amina, seperti tiramin dan oktopamin, berperan penting
dalam patogenesis migrain.Trace amine receptors (TAARs) dijumpai di
berbagai jaringan dan organ, termasuk area otak yang spesifik, seperti
rinensefalon, sistem limbik, amigdala, hipotalamus, sistem ekstrapiramidal,
dan locus coeruleus (Chakravarty A,2010).
C. Epidemiologi
Migrain dialami oleh lebih dari 28 juta orang di seluruh dunia.
Diperkirakan prevalensinyadi dunia mencapai 10%, wanita lebih banyak
daripada pria. Beberapa studi menunjukkan bahwa prevalensi seumur hidup
(lifetime prevalence) pada wanita sebesar 25%, sedangkan pada pria hanya
sebesar 8%. Usiapenderita terbanyak sekitar 25-55 tahun. Total biaya
langsung dan tak langsung (direct and indirect costs) diperkirakan 5,6 hingga
17,2 milyar dolar Amerika berdasarkan hilangnya waktu kerja dan
produktivitas akibat migrain.Migrain menduduki peringkat ke-19 di antara
semua penyakit penyebab hendaya (disability) atau cacat di dunia, dan
peringkat ke-12 di antara wanita di seluruh dunia. Di Inggris, migrain diderita
oleh lebih dari 14% (7,6% pria dan 18,3% wanita) populasi lebih dari 6 juta
orang. Sekitar 5,7 hari efektif kerja hilang per tahun untuk setiap pekerja atau
pelajar penderita migrain, dan pada setiap hari kerja hingga 90.000 orang
tidak masuk kerja atau sekolah karena migrain. Di Amerika Serikat, sekitar
18% wanita dan 6% pria menderita migrain, prevalensinya meningkat
tajam.Di Inggris dan Amerika Serikat, diperkirakan sekitar dua pertiga
penderita migrain tidak pernah berkonsultasi ke dokter, tidak diberi tahu
diagnosis yang tepat, dan hanya diobati dengan obat-obat bebas tanpa resep
dokter (WHO,2011).
D. Faktor Risiko
Pemicu serangan migrain akut bersifat multifaktorial, meliputi faktor
hormonal (menstruasi, ovulasi, kontrasepsi oral, penggantian hormon), diet
(alkohol, daging yang mengandung nitrat, monosodium glutamat, aspartam,
cokelat, keju yang sudah lama atau basi, tidak makan, puasa, minuman
mengandung kafein), psikologis (stres, kondisi setelah stress atau liburan
akhir minggu, cemas, takut, depresi), lingkungan fisik (cahaya menyilaukan,
cahaya terang, stimulasi visual, sinar berpendar atau berpijar, bau yang kuat,
perubahan cuaca, suara bising, ketinggian, mandi keramas), faktor yang
berkaitan dengan tidur (kurang tidur, terlalu banyak tidur), faktor yang
berkaitan
dengan
obat-obatan
(atenolol,
kafein,
simetidin,
danazol,
Gambar 2.1. Deskripsi vision loss pada pasien migrain dengan aura (1)
(Chawla et all, 2016).
Gambar 2.2. Deskripsi vision loss pada pasien migrain dengan aura (2)
(Chawla et all, 2016).
F. Penegakan Diagnosis
Tabel 2.1. Kriteria diangosis untuk migrain tanpa aura menurut IHS
(BASH,2010)
A
B
C
berikut:
1. Mual dan atau muntah
2. Fotofobia dan fonofobia
1. Anamnesis
Pada
anamnesis
pasien
dengan
migrain
dapat
ditemukan
(Anurogo,2012):
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
Hiperosmia
Menguap
Perubahan mood
Cemas
Food craving
Sexual excitement
Fatigue
Kelabilan emosi yang berlangsung dari beberapa menit sampai
berhari-hari
i. Berkurangnya selera makan
9
j. Mual
k. Muntah
l. Sensitivitas terhadap sinar dan suara yang makin memberat
m. Gangguan mood, sensorik dan motorik.
2. Pemeriksaan Fisik
Tidak ada pemeriksaan fisik yang berarti untuk mendiagnosis
nyeri kepala. Pada pemeriksaan fisik, tanda vital harus normal,
pemeriksaan neurologis normal. Pemeriksaan yang dilakukan berupa
pemeriksaan kepala dan leher serta pemeriksaan neurologis yang
meliputi kekuatan motorik, refleks, koordinasi, dan sensasi. Pemeriksaan
mata dilakukan untuk mengetahui adanya peningkatan tekanan pada bola
mata yang bisa menyebabkan sakit kepala. Pemeriksaan daya ingat
jangka pendek dan fungsi mental pasien juga dilakukan dengan
menanyakan beberapa pertanyaan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
menyingkirkan berbagai penyakit yang serius yang memiliki gejala nyeri
kepala seperti tumor atau aneurisma dan penyakit lainnya (Akbar,2010).
3. Pemeriksaan Penunjang
Kebanyakan nyeri kepala atau migrain dapat didiagnosis tanpa
melakukan pemeriksaan penunjang. Dalam beberapa kasus, pemeriksaan
penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab nyeri kepala
sekunder. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah
neuroimaging, electrencephalography, pungsi lumbal, dan tes darah
(Evans,2009).
G. Patogenesis
Patogenesis terjadinya migren masih belum diketahui secara pasti,
namun telah dikembangkan beberapa teori. Pertama adalah teori vaskuler
tradisional. Teori ini mengungkapkan bahwa migrain disebabkan oleh
peleberan pembuluh darah otak. Namun, data yang didapatkan tidak
menunjang teori ini. Teori kedua adalah hipotesis migrain neurovaskuler.
Teori ini mengungkapkan disfungsi neuron yang menyebabkan migrain. Teori
terakhir adalah migrain yang didasarkan genetik. Teori ini mengungkapkan
10
bahwa migrain dapat diturunkan. Adanya abnormalitas dari kanal ion dari
pasien migrain diduga dapat diturunkan (Cclarks,2015).
11
hubungan
dengan
reseptor-reseptor
serotonin
dan
12
Gambar 2.3.Gambaran
13
14
K. Komplikasi
Perlu diperhatikan untuk membedakan tipe-tipe migrain sesuai dengan
klasifikasinya dengan migrain dengan komplikasi. Tipe-tipe migrain
sebagaimana dijelaskan diklasifikasikan berdasarkan migrain dengan aura,
migrain tanpa aura, dan migrain kronis. Berikut ini dijelaskan migrain dengan
komplikasi (Olesen et all, 2013):
a Status Migrainosus
Serangan migrain dengan fase nyeri kepala lebih dari 72 jam,
mendapat pengobatan atau tidak, dengan interval bebas nyeri kurang 4 jam
b
pemeriksaan neuroimaging.
Migrain Aura-triggered Seizure
Migrain dengan aura yang diikuti dengan kejang. Pada kasus ini
diagnosis migrain perlu diperhatikan diagnosis klinis pada pasien epilepsi
sebagai bahan pertimbangan.
L. Prognosis
15
Prognosis migrain masih sedikit dipelajari dan penelitian dalam hal ini
masih dalam tahap awal. Migrain adalah gangguan kronis dengan serangan
episodik dengan prognosis jangka panjang sangat bervariasi. Dalam banyak
kejadian, migrain mungkin memiliki kemungknan membaik (remisi lengkap)
atau relatif membaik (parsial remisi). Pada beberapa penderita penyakit ini
bisa membaik dan pada beberapa lainnya memburuk (progresif) (Bigal, 2008).
III
1
KESIMPULAN
lain fase prodromal, fase dormal, fase nyeri kepala, dan fase postdormal.
Migrain dapat disebabkan oleh amina, seperti tiramin dan oktopamin,
berperan penting dalam patogenesis migrain. Trace amine receptors (TAARs)
dijumpai di berbagai jaringan dan organ, termasuk area otak yang spesifik,
seperti
rinensefalon,
sistem
limbik,
amigdala,
hipotalamus,
sistem
16
DAFTAR PUSTAKA
Aminoff, M.J., Greenberg, D.A. & Simon, R.P., 2009. Clinical Neurology
9th edition. San Fransisco: McGraw-Hill Education-Medical.
Aminoff, Michael J and Kerchner, Geoffrey A., 2015. 2015 Current Medical
Diagnosis and Treatment Fifty-Fourth Edition. New York: McGraw-Hill
Education-Medical.
Bigal, M.E. and Lipton, R.B., 2008. The prognosis of migrain. Current opinion in
neurology, 21(3), pp.301-308.
British Association For The Study of Headache. 2010. Guidelines for All
Healthcare Professionals in the Diagnosis and Management of
Migrain,Tension-type Headache, Cluster Headache, Medication-overuse
Headache. Third edition. England.
British Association For The Study of Headache. 2010. Guidelines for All
Healthcare Professionals in the Diagnosis and Management of
Migrain,Tension-type Headache, Cluster Headache, Medication-overuse
Headache. Third edition. England.
CClarks.2015. Migrain Headaches in Adults. Tulane University School of
Medicine.
http://tmedweb.tulane.edu/pharmwiki/doku.php/migrain_headaches.
13
Jasvinder
et
all.,
2016.
Migrain
Headache
Clinical
(Temporal)
arteritis.http://www.pathpedia.com/education/eatlas/histopathology/blood_
vessels/giant_cell_(temporal)_arteritis.aspx. Diakses pada 12 Maraet 2016.
Harsono, 2007. Kapita Selekta Neurologi Edisi 3. Yogyakarta : Gadjah Mada
University Press.
17
Harsono. 2007. Kapita Selekta Neurologi. Edisi kedua. Cetakan kelima. Gadjah
Mada University Press. Yogyakarta.
Hashizume M. Psychosomatic approach for chronic migrain. Rinsho Shinkeigaku.
2011 Nov;51(11):1153-5
Olesen, Jess et all., 2013. Headache Classification Committee of the International
Headache Society (IHS) The International Classification of Headache
Disorders, 3rd edition (beta version). Cephalalgia An International Journal
of Headache 33(9) 629808.
Perhimpunan dokter spesialis Saraf indonesia. 2006, Buku Pedoman Standar
Pelayanan medik (SPM) & Standar Operasional (SPO)
Prof.DR. Mahar Marjono & Prof .DR. Priguna Shidharta. 2008. Neurologi Klinis
Dasar, Edisi 12. Dian Rakyat
Sylvia.A.Price & Lorraine M. Wilson.2012.Patofisiologi.EGC;Jakarta.
World Health Organization. 2011.Mental Health: New Understanding, WHO:
New Hope, Geneva.
18