Anda di halaman 1dari 8

REFLEKSI KASUS

Stroke Infark
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti
Program Pendidikan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri

oleh :
S. Dewi Ardiana
10711156
Pembimbing:
dr. Misnahati Sp.S

KEPANITERAAN
KLINIK
RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2016

FORM REFLEKSI KASUS


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
_____________________________________________________________________________
Nama Dokter Muda : S. Dewi Ardiana

NIM

: 10711156
Page 1

Stase

: Ilmu Penyakit Saraf

Identitas Pasien
Nama / Inisial

: Tn. S

No RM

: 462711

Umur

: 41 tahun

Jenis kelamin

: Laki - laki

Diagnosis/ kasus : Stroke Infark


Pengambilan kasus pada minggu ke: 3
Jenis Refleksi: lingkari yang sesuai (minimal pilih 2 aspek, untuk aspek ke-Islaman sifatnya
wajib)
a.
b.
c.
d.
e.

Ke-Islaman*
Etika/ moral
Medikolegal
Sosial Ekonomi
Aspek lain

Form uraian
1.

Resume kasus yang diambil (yang menceritakan kondisi lengkap pasien/ kasus yang diambil
).

RINGKASAN ANAMNESIS

Pasien datang ke IGD dengan keluhan tidak dapat berbicara. Keluhan dirasakan sejak 10 jam
SMRS. Istri pasien mengatakan bahwa keluhan timbul secara tiba - tiba saat pasien bangun dari
tempat tidur. Tangan dan kaki kiri pasien masih bisa digerakkan.
Menurut istri pasien, pasien juga mengeluhkan pusing sebelumnya. Sehari - hari bicara pasien
juga agak pelo, sehingga agak sulit dipahami.
Pasien sudah pernah menderita keluhan serupa 2 tahun yang lalu
Pasien memiliki riwayat hipertensi sejak 10 tahun yang lalu tidak terkontrol dan pasien tidak
rutin berobat.
Terdapat riwayat kolesterol tinggi sejak 10 tahun yang lalu
RINGKASAN PEMERIKSAAN JASMANI & NEUROLOGIK
B.B 60 Kg
T.B 163 cm

Tekanan darah
Denyut nadi

: 176/ 92mmHg

: 80 x/menit

Suhu

36,6C

Pernafasan

Nyeri

(Facies Scale) tidak ada

: 18 kali/menit

STATUS NEUROLOGIK
Page 2

Kesadaran

: Baik

Kwantitatif : GCS E4MafasiaV6


Kwalitatif

: cm

N. V (TRIGEMINUS)
Membuka mulut :

asimetris

N. VII (FASIALIS)
N. XII (HIPOGLOSUS)
Artikulasi

: pelo

Menjulurkan lidah
Gerakan

: ada deviasi ke kanan


: kelemahan anggota gerak badan kiri

Reflek fisiologis : normal


Reflek patotogi
Kekuatan otot:
CT SCAN

: Babinski (+)

- curiga kista subarachnoid parietal dektra dan serebellum dextra

Diagnosis/Diagnosis banding Klinik :


Hemiplegi sinistra
Afasia
Cephalgia
HT grade II
Diagnosis/Diagnosis banding Topik :
Hemisfer dektra
Diagnosis/Diagnosis banding Kausal :
Curiga kista subarachnoid parietal dektra dan serebellum dextra
Page 3

2.

Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


Definisi stroke menurut WHO Monica Project adalah manifestasi klinis dari gangguan

fungsi serebral, baik fokal maupun menyeluruh (global) yang berlangsung dengan cepat,
berlangsung lebih dari 24 jam, atau berakhir dengan kematian, tanpa ditemukannya penyebab
selain dari pada gangguan vascular (cit. Lamsudin, 1997).
Usia merupakan factor resiko yang paling penting bagi semua jenis stroke. Insiden stroke
meningkat dengan bertambahnya usia (Lumbantobing, 2001). Data di Indonesia menunjukkan
terjadinya kecendrungan peningkatan insidens stroke. Di Yogyakarta, dari hasil penelitian
morbiditas di 5 rumah sakit dari 1 Januari 1991 sampai dengan 31 Desember 1991 dilaporkan
sebagai berikut : (1) angka insidensi stroke adalah 84,68 per 10.000 penduduk, (2) angka
insidensi stroke wantia adalah 62,10 per 100.000 penduduk, sedangkan laki-laki 110,25 per
100.000 penduduk, (3) angka insidensi kelompok umur 30 50 tahun adalah 27,36 per 100.000
penduduk, kelompok umur 51 70 tahun adalah 142,37 per 100.000 penduduk; kelompok umur
> 70 tahun adalah 182,09 per 100.000 penduduk, (4) proporsi stroke menurut jenis patologis
adalah 74% stroke infark, 24% stroke perdarahan intraserebral, dan 2% stroke perdarahan
subarakhnoid (Lamsudin, 1998).
Pengambilan kasus stroke dirasa cukup menarik karena sebagai seorang dokter dalam
praktek klinis akan selalu berhadapan permasalahan klinis pasien. Sehingga diperlukan
kemampuan untuk mengambil keputusan klinis untuk memecahkan berbagai masalah yang
dihadapi pasien. Berbagai pendekatan yang diambil dalam pengambilan keputusan klinis tersebut
sangat dipengaruhi oleh paradigma yang dipakai oleh seorang dokter. Sehingga sangat penting
bagi seorang dokter untuk mengenal lebih dalam mengenai penyakit stroke ( Gofir, 2009 ).
3.

Refleksi dari aspek psikososial/ etika moral /medikolegal/ sosial ekonomi beserta
penjelasan evidence / referensi yang sesuai *
Stroke adalah salah satu bagian dari penyakit yang mengalami peningkatan yang cukup

signifikan dari tahun ke tahun, namun penyakit ini juga menjadi momok bagi siapa saja. Stroke
dapat mengakibatkan dampak yang banyak mengubah kehidupan penderita dari kondisi
sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian World Health Organization (WHO) menyebutkan
bahwa seperlima sampai dengan setengah dari penderita stroke mengalami kecacatan menahun
yang mengakibatkan munculnya keputus asaan, merasa diri tak berguna, tidak ada gairah hidup,
disertai keinginan berbicara, makan dan bekerja yang menurun. Namun sebanyak 25% dapat
Page 4

bekerja seperti semula (Hidayati, 2003). Feibel (dalam Hartanti, 2002) melaporkan bahwa
sepertiga dari 113 penderita strok mengalami depresi atau tekanan yang sangat besar dan akan
semakin memberat dan makin sering dijumpai sesudah 6 bulan sampai 2 tahun setelah serangan
stroke. Ada banyak gejala yang timbul bila terjadi serangan stroke, seperti lumpuh separuh
badan, mulut mencong, bicara pelo, sulit menelan, sulit berbahasa (kurang dapat
mengungkapkan apa yang ia inginkan), tidak dapat membaca dan menulis, kepandaian mundur,
mudah lupa, penglihatan terganggu, pendengaran mundur, perasaan penderita akan lebih sensitif,
gangguan seksual, bahkan sampai mengompol, dan tidak dapat buang air besar sendiri.
Berdasarkan beberapa dampak yang ditimbulkan oleh penyakit stroke di atas maka akan sangat
mempengaruhi pula fungsi psikologis dari penderita.
Secara psikologis, penderita stroke memiliki perubahan dan keterbatasan dalam bergerak,
berkomunikasi, dan berfikir yang nantinya akan sangat mengganggu fungsi peran penderita.
Perubahan fisik membuat mereka merasa terasing dari orang - orang dan mereka memiliki
persepsi bahwa dirinya tidak berguna lagi karena hidup mereka lebih banyak bergantung pada
orang lain, perasaanperasaan tersebut akan mulai timbul akibat keterbatasan fungsi fisik dari
penderita. Kondisi stroke yang demikian, penderita akan merasa dirinya cacat dan kecacatan ini
menyebabkan citra diri terganggu, merasa diri tidak mampu, jelek, memalukan. Kondisi-kondisi
tersebutlah yang mengakibatkan turunnya harga diri dan meningkatkan stres. Kondisi tersebut
dirasakan sebagai suatu bentuk kekecewaan atau krisis yang dialami oleh penderita. Hal tersebut
menimbulkan ketegangan, kecemasan, frustasi dalam menghadapi hari esok. Tekanan tekanan
tersebutlah yang biasanya mengganggu proses pengobatan secara medis maupun psikologis,
sehingga akan semakin tinggi pula resiko psikologis yang dihadapi oleh penderita. Namun
dampak dari suatu penyakit, akan sangat dipengaruhi oleh bagaimana penderita menilai penyakit
tersebut, sehingga penderita dapat mengolah tekanan yang dialami.
Stroke menyebabkan kelumpuhan, perubahan mental, gangguan daya pikir, kesadaran,
konsentrasi, kemampuan belajar dan fungsi intelektual lainnya, gangguan komunikasi, gangguan
emosional dan kehilangan indera rasa (Vitahealth, 2003). Menurut Thompson (dalam Taylor,
1991) stroke membawa pengaruh terhadap semua aspek kehidupan seseorang yang
mengalaminya baik dari aspek personal, sosial, vokasional dan fisik. Penderita stroke akan
mengalami ketergantungan pada orang lain khususnya keluarga dan menyebabkan gangguan
relasi sosial. Kejadian stroke tidak hanya menimpa penderitanya saja tetapi juga mempengaruhi
kehidupan keluarga. Salah seorang anggota keluarga mendadak tidak berdaya, menghilang
Page 5

perannya di keluarga dan menjadi beban. Readaptasi merupakan hal yang penting dalam
mempertahankan kehidupan keluarga menghadapi keadaan baru. Keluarga perlu didorong,
dimotivasi untuk menghadapi keadaan secara nyata (Lumbantobing, 2003). Pada saat salah satu
anggota keluarga mengalami stroke maka seluruh keluarga kadang-kadang ikut menderita.
Situasi ini akan bertambah sulit apabila hanya ada satu anggota keluarga yang merawat penderita
stroke (Tang, 2002). Kualitas hidup penderita pasca stroke dapat mengalami gangguan atau
hambatan karena adanya kecacatan fisik, kognisi, gangguan psikologis dan sosial. Hasil
penelitian Bays (2001) di Amerika Serikat menunjukkan adanya penurunan kualitas hidup
penderita pasca stroke yang meliputi aktivitas sehari-hari, pola komunikasi, aktivitas sosial,
pekerjaan,istirahat dan rekreasi. Kualitas hidup yang menurun dapat mempengaruhi semangat
hidup penderita dan keluarga yang mengasuh. Oleh karena itu keluarga juga berperan dalam
meningkatkan kualitas hidup penderita.
4.

Refleksi ke-Islaman beserta penjelasan evidence / referensi yang sesuai


Allah menghendaki sehat dan sakit, bukan karena kezaliman, tetapi karena kebijaksanaan-Nya. Allah

memerintahkan hamba-Nya untuk berusaha menjalani sebab- sebab yang mengantarkan kepada setiap
kebaikan, dan itu merupakan kesempurnaan tawakkal seorang hamba. Tidak selamanya manusia
merasakan kesehatan badan yang sempurna, Alloh menimpakan rasa sakit yang berbeda-beda menurut
perbedaan sebab dan kondisinya, dan tidak ada yang dapat menyembuhkan kecuali Allah (Muhammad,
2011).
Kesehatan adalah sebagian di antara nikmat Allah yang banyak dilupakan oleh manusia. Benarlah
ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Ada dua nikmat yang sering kali memperdaya
kebanyakan manusia, yaitu nikmat kesehatan dan nikmat kelapangan waktu (HR. Bukhari). Dan
tidaklah seseorang merasakan arti penting nikmat sehat kecuali setelah jatuh sakit. Kesehatan adalah
nikmat yang sangat agung dari Allah Taala di antara sekian banyak nikmat. Dan kewajiban kita sebagai
seorang hamba adalah bersyukur kepada-Nya sebagaimana firman Allah Taala yang artinya, Karena
itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku (QS Al Baqarah: 152). Satu hal yang dapat memotivasi kita
untuk terus berusaha mencari kesembuhan adalah jaminan dari Allah Taala bahwa seluruh jenis penyakit
yang menimpa seorang hamba pasti ada obatnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat untuk penyakit
tersebut (HR. Bukhari). Hadits ini menunjukkan bahwa seluruh jenis penyakit, memiliki obat yang dapat
digunakan untuk mencegah, menyembuhkan, atau untuk meringankan penyakit tersebut. Hadits ini juga
mengandung dorongan untuk mempelajari pengobatan penyakit-penyakit badan sebagaimana kita juga
Page 6

mempelajari obat untuk penyakit-penyakit hati. Karena Allah telah menjelaskan kepada kita bahwa
seluruh penyakit memiliki obat, maka hendaknya kita berusaha mempelajarinya dan kemudian
mempraktekkannya. Syaikh Abdurrahman As-Sadi) Rasulullah bersabda, Untuk setiap penyakit ada
obatnya. Apabila obat tersebut sesuai dengan penyakitnya, penyakit tersebut akan sembuh dengan seizin
Allah Taala (HR. Muslim). Maksud hadits tersebut adalah, apabila seseorang diberi obat yang sesuai
dengan penyakit yang dideritanya, dan waktunya sesuai dengan yang ditentukan oleh Allah, maka dengan
seizin-Nya orang sakit tersebut akan sembuh. Dan Allah akan mengajarkan pengobatan tersebut kepada
siapa saja yang Dia kehendaki sebagaimana sabda Rasulullah, Sesungguhnya Allah tidak menurunkan
penyakit kecuali menurunkan pula obatnya. Ada yang tahu, ada juga yang tidak tahu. Rasulullah
sbersabda, Barangsiapa mendatangi seorang dukun dan mempercayai apa yang dikatakannya, maka
sesungguhnya dia telah kafir (ingkar) dengan wahyu yang diturunkan kepada Muhammad (HR. Ibnu
Majah). Syaikh Abdurrahman bin Hasan berkata, Di dalam hadits tersebut terdapat dalil kafirnya dukun
dan tukang sihir karena keduanya mengaku mengetahui hal yang ghaib, padahal hal itu adalah
kekafiran. Demikian pula orang-orang yang membenarkannya, meyakininya, dan ridha terhadapnya
(Hakim, 2013).

Daftar Pustaka
Bays, Cathy L., 2001, Older Adults Description of Hope After Stroke, Rehabilitation Nursing,
Januari/Februari 2001.
Hartanti. 2002. Peran Sense of Humor dan Dukungan sosial Pada Tingkat Depresi Penderita
Dewasa Pasca Stroke. Anima, Indonesian Psychological Journal. Vol. 17. No. 2. H. 107-119
Hidayati, V. H. 2003. Depresi Pasca Stroke Pada Lansia di Panti Wreda Ditinjau dari Penerimaan Diri dan
Efektivitas Komunikasi Interpersonal. Skripsi. (Tidak Diterbitkan). Semarang: Fakultas Psikologi
Universitas Khatolik Soegijapranata
https://maktabahabiyahya.wordpress.com/2012/05/30/berobat-dalam-islam/ . Muhammad Ali,
2011. Diakses pada tanggal 4 Maret 2016
https://muslim.or.id/5483-kepada-siapakah-anda-berobat.html . M. Saifudin Hakim. Diakses pada tanggal
4 Maret 2016
Lamsudin R.1997. Algoritma Stroke Gajah Mada (Tesis Doctor). Yogyakarta; UGM
Lumbantobing SM. 2001. Neurogeriatri. Edisi 1. BP FK-UI. Jakarta.
Tang,Y.Y.,Chen,S.P. 2002. Health Promotion Behaviours In Chinnese Family Caregivers Of
Patiens with Stroke. Health Promotion International. Dec.Vol.17.4
Taylor, S,A., 1991, Health Psychology, USA : McGrawHill
Page 7

Vitahealth, 2003, Stroke, Jakarta : Gramedia

Page 8

Anda mungkin juga menyukai