Anda di halaman 1dari 65

OLEH

Afdhilla Zirva, S.Ked


M. Iqbal Abdillah, S.Ked
M. Anugrah Riski L, S.ked

Preseptor :
Dr. Zulfa Zahra, Sp.KJ
 NAPZA (Narkotika, Psikotropiks dan Zat
Adiktif lainnya), sering disebut juga sebagai
zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada
otak, sehingga menimbulkan perubahan
perilaku, perasaan, dan pikiran
 Penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat
adiktif (NAPZA) sudah menjadi masalah di tingkat
nasional, regional maupun global. Bagi pengguna
napza, penyalahgunaannya berdampak bagi fisik,
mental, emosional serta sosial.
 Dari laporan United Nations Office on Drugs and
Crime perkembangan situasi narkoba dunia tahun
2014, diketahui angka estimasi pengguna narkoba di
tahun 2012 adalah antara 162 juta hingga 324 juta
orang atau sekitar 3,5% -7%. Jenis yang paling
banyak digunakan adalah ganja, opioid, kokain atau
tipe amfetamin dan kelompok stimulan
Di Indonesia
diperkirakan jumlah
Angka prevalensi
penyalahguna
jumlah pengguna
narkoba setahun
narkoba pada tahun diikuti oleh
terakhir sekitar 3,1
2014 yaitu provinsi Kalimantan Timur
juta sampai 3,6 juta
DKI Jakarta (4,73%) (3,07%), Kepulauan
orang atau setara
memiliki angka Riau (2,94%), Jawa
dengan 1,9 % dari
prevalensi yang barat (2,30%), dan
populasi
paling tinggi Jawa timur (2,00%).
penyalahguna
dibandingkan
narkoba akan
provinsi lainnya,
meningkat sekitar
2,6% di tahun 2013
 Kanabis adalah nama singkatan untuk
tanaman Cannabis Sativa.
 Tanaman ini rata-rata akan tumbuh 5-12
kaki tingginya tapi bahkan sampai mencapai
20 kaki.3 seluruh bagian tanaman
mengandung kanabinoid psikoaktif, yaitu
delta 9 tetrahidrocannabinol (THC) dan
bersifat adiktif, dan larut dalam lemak
 Istilah kanabis umumnya mengacu kepada
pucuk daun, bunga dan batang dari tanaman
yang dipotong, dikeringkan dan dicacah dan
biasanya dibentuk menjadi rokok.
 umumnya diperjual-belikan dalam nentuk
lintingan, gram-an, kilo-an hingga berton-
ton, atau bentuk lain seperti budha stick dan
minyak ganja.
 Nama lain untuk tanaman kanabis adalah
marijuana, grass, weed, pot, tea, Mary Jane,
dan produknya hemp, hashish, charas, bhang,
ganja, dagga dan sinsemilla. konsentrasi
tertinggi dari kanabinoid psikoaktif
ditemukan pada puncak bunga dari kedua
jenis tanaman jantan (male) dan betina
(female).
 paling sering digunakan. Dari tahun 2000, kanabis
digunakan oleh 76% pengguna obat pengguna obat
terlarang saat ini. Sekitar 96% pengguna obat
terlarang hanya menggunakan kanabis, 17%
memakai kanabis dan obat terlarang lainnya, dan
24% melaporkan menggunakan obat terlarang
selain kanabis.2
 Di indonesia, terdapat 2-3 juta orang yang pernah
menghisap ganja (di Amerika Serikat 5 juta
orangpernah menggunakan ganja sepekan sekali).
Pengguna pemula ganja, terutama dikalangan anak
usia muda, meningkat tajam 4-5tahun terakhir,
karena ganja mudah diperoleh dimana-mana
(produk lokal).1
A. Intoksikasi Akut
Pedoman diagnostik intoksikasi akut menurut PPDGJ-III,
sebagai berikut:
 Intoksikasi akut merupakan fenomena peralihan. Intensitas
intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu dan pada
akhirnya efeknya menghilang bila tidak terjadi penggunaan zat
lagi (kembali ke kondisi semula), kecuali jika ada jaringan yang
rusak atau terjadi komplikasi lainnya.
 Intoksikasi akut sering dikaitkan dengan tingkat dosis zat yang
digunakan (dose-dependent), pada individu dengan kondisi
organik tertentu yang mendasarinya (misal: insufisiensi ginjal
atau hati) yang dg dosis kecil dapat menyebabkan efek
intoksikasi berat yang tidak proporsional.
 Disinhibisi sosial (penyimpangan perilaku yang masih dapat
diterima masyarakat seperti: pesta, atau upacara keagamaan).
Sedangkan menurut DSM-IV-TR kriteria diagnosis intoksikasi
kanabis, jika memenuhi kriteria dibawah ini:
 Baru menggunakan ganja
 Tingkah laku maladaptif yang bermakna secara klinis atau
perobahan psikologis (sepeti gangguan koordinasi motorik,
euforia, kecemasan, sensasi waktu melambat, gangguan
penilaian, penarikan diri terhadap sosial) yang terjadi segera
setelah penggunaan ganja.
 Dua (atau lebih) dari tanda-tanda berikut, yang berkembang
dalam 2 jam penggunaan ganja:
 Injeksi konjungtiva
 Meningkatkan nafsu makan
 Mulut kering
 Takikardia
 Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis umum ataupun
gangguan mental lainnya.
B. Penggunaan yang Merugikan (Harmful
Use)
 Pola penggunaan zat psikoaktif yang
merusak kesehatan fisik (hepatitis karena
penggunaan obat melalui suntikan diri
sendiri) atau mental (gangguan depresi
sekunder karena konsumsi berat alkohol.
Sindrom ketergantungan belum tampak,
tapi sudah ada hendaya psikososial.
C. Sindrom Ketergantungan (dependence syndrome)
 Ketergantungan dan penyalahgunaan NAPZA adalah
istilah kedokteran. Seseorang disebut ketergantungan
dan mengalami penyalahgunaan NAPZA, bila memenuhi
kriteria diagnostik tertentu. Menurut PPDGJ-III,
Gangguan Penggunaan NAPZA terdiri atas 2 bentuk:
 Penyalahgunaan, yaitu yang mempunyai harmful effects
terhadap kehidupan orang, menimbulkan problem kerja,
mengganggu hubungan dengan orang lain (relationship)
serta mempunyai aspek legal
 Adiksi atau ketergantungan, yaitu yang mengalami
toleransi, putus zat, tidak mampu menghentikan
kebiasaan menggunakan, menggunakan dosis NAPZA
lebih dari yang diinginkan.
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III, sebagai berikut:11
Diagnosis ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3
atau lebih gejala di bawah ini dialami dalam masa 1 tahun
sebelumnya:
 Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa
(kompulsi) untuk menggunakan zat psikoaktif.
 Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat,
termasuk sejak mulainya, usaha penghentian, atau pada tingkat
sedang menggunakan.
 Keadaan putus zat secara fisiologis ketika penghentian
penggunaan zat atau pengurangan, terbukti dengan adanya
gejala putus zat yang khas atau orang tersebut menggunakan zat
atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk
menghilangkan atau menghindari terjadinya gejala putus zat
 Terbukti adanya toleransi, berupa peningkatan dosis zat psikoaktif
yang diperlukan guna memperoleh efek yang sama yang biasanya
diperoleh dengan dosis lebih rendah (contoh yang jelas dapat
ditemukan pada individu yang ketergantungan alkohol dan opiad yang
dosis hariannya dapat mencapai taraf yang dapat membuat tak
berdaya atau mematikan bagi pengguna pemula).
 Secara progresif mengabaikan menikmati kesenangan atau minta lain
disebabkan penggunaan zat psikoaktif, meningkatnya jumlah waktu
yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat atau
untuk pulih dari akibatnya.
 Tetap menggunakan zat meskipun ia menyadari adanya akibat yang
merugikan kesehatannya, seperti gangguan fungsi hati karena minum
alkohol yang berlebihan, keadaan depresi sebagai akibat dari suatu
periode penggunaan zat yang berta, atau hendaya fungsi kognitif
berkaitan dengan penggunaan zat; upaya perlu diadakan untuk
memastikan bahwa pengguna zat sungguh-sungguh, atau dapat
diandalkan, sadar akan hakekat dan besarnya bahaya.
Suatu pola maladaptif penggunaan zat, yang menimbulkan hendaya
atau penderitaan yang secara klinis signifikan, yang
dimanifestasikan oleh tiga (atau lebih) hal berikut, terjadi dalam
periode 12 bulan yang sama: Toleransi, seperti didefenisikan
salah satu di bawah ini:
1. Kebutuhan untuk terus meningkatkan jumlah zat untuk
mencapai intoksikasi atau efek yang diinginkan.
2. Penurunan efek yang sangat nyata dengan berlanjutnya
penggunaan zat dalam jumlah yang sama.
3. Putus zat, seperti didefenisikan salah satu di bawah ini:
4. Karakteristik sindrom putus zat untuk zat tersebut (mengacu
kriteria A dan B untuk keadaan purus zat dari suatu zat
spesifik)
5. Zat yang sama (atau berkaitan erat) dikonsumsi untuk
meredakan atau menghindari gejala putus zat
 Zat sering dikonsumsi dalam jumlah lebih
besar atau dalam periode yang lebih lama dari
seharusnya.
 Terdapat keinginan persisten atau
ketidakberhasilan upaya untuk mengurangi
atau mengendalikan aktivitas penggunaan zat.
 Menghabiskan banyak waktu melakukan
aktivitas yang diperlukan untuk memperoleh
zat (cth., mengunjungi banyak dokter atau
berkendara jarak jauh), menggunakan zat (cth.,
merokok ‘seperti kereta api’), atau untuk pulih
dari efeknya.
 Mengorbankan atau mengurangi aktivitas
reaksional, pekerjaan, atau sosial yang penting
karena penggunaan zat.
 Penggunaan zat berlanjut meski menyadari
masalah fisik atau psikologis rekuren yang
dialami mungkin disebabkan atau
dieksaserbasi zat tersebut (cth., saat ini
menggunakan kokain walau menyadari adanya
depresi terinduksi kokain atau minum
berkelanjutan meski mengetahui bahwa ulkus
akan menjadi lebih parah dengan
mengonsumsi alkohol).
Suatu pola maladaptif penggunaan zat yang menimbulkan
hendaya atau penderitaan yang secara klinis signifikan,
seperti dimanifestasikan oleh satu (atau lebih) hal berikut
yang terjadi dalam periode 12 bulan:
 Penggunaan zat berulang mengakibatkan kegagalan
memenuhi kewajiban utama dalam pekerjaan, sekolah,
atau rumah (cth., absen berulang atau kinerja buruk
dalam pekerjaan yang berhubungan dengan penggunaan
zat; absen, skors, atau dikeluarkan dari sekolah terkait
zat; penelantaran anak atau rumah tangga).
 Penggunaan zat berulang pada situasi yang secara fisik
berbahaya (cth., mengendarai mobil atau
mengoperasikan mesin saat sedang mengalami hendaya
akibat penggunaan zat).
 Masalah hukum berulang terkait zat (cth.,
penahanan karena perilaku kacau terkait
zat).
 Penggunaan zat berlanjut meski memiliki
masalah sosial atau interpersonal yang
persisten atau rekuren yang disebabkan
atau dieksaserbasi oleh efek zat (cth.,
berselisih dengan pasangan tentang
konsekuensi intoksikasi, perkelahian fisik)
 Keadaan putus zat merupakan indikator sindrom
ketergantungan (lihat Flx.2) dan diagnosis sindrom
ketergantungan zat harus turut dipertimbangkan.
 Keadaan putus zat, dicatat sebagai diagnosis utama,
bila hal ini merupakan alasan rujukan dan cukup
parah sehingga memerlukan perhatian medis secara
khusus.
 Gejala fisik bervariasi sesuai dengan zat yang
digunakan. Gangguan psikologis (misalnya anxietas,
depresi dan gangguan tidur). Yang khas ialah pasien
akan melaporkan bahwa gejala putus zat akan
mereda dengan meneruskan penggunaan zat.
 Terjadinya sindroma zat spesifik karena
penghentian mendadak (atau pengurangan)
penggunaan zat yang lama dan berat.
 Sindroma diatas menyebabkan penderitaan
yang bermakna secara klinis atau gangguan
dalam hal sosial,pekerjaan atau area fungsi-
fungsi penting lainnya
 Gejala-gejalanya tidak karena kondisi medis
umum ataupun gangguan mental lainnya.
 Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III, sebagai
berikut:
 Suatu keadaan putus zat (F1x.3) diserta komplikasi
delirium (kriteria umum delirium F05.-)
 Termasuk: Delirium tremens merupakan akibat dari
putus alkohol secara absolut atau relatif pada
pengguna yang lama dan sangat tergantung. Onset
biasanya terjadi sesudah putus alkohol. Suatu
keadaan gaduh gelisah toksik yang berlangsung
singkat, dapat membahayakan jiwa, disertai
gangguan somatik
 Gejala prodromal khas: insomnia, gemetar dan
ketakutan. Onset dapat didahului oleh kejang
akibat putus zat.
 Trias klasik dari gejalanya adalah kesadaran
berkabut dan kebingungan, halusinasi dan ilusi
yang nyata yang mengenai salah satu modalitas
sensorik, dan tremor hebat.
 Biasanya ditemukan waham, agitasi, insomnia
atau siklus tidur yang terbalik, dan aktivitas
otonomik yang berlebihan.
Pedoman diagnostik menurut PPDGJ-III, sebagai
berikut:
 Gangguan psikotik yang terjadi selama atau segera
sesudah penggunaan zat psikoaktif (biasanya dalam
waktu 48 jam), bukan merupakan manifestasi dari
keadaan putus obat (lihat F1x.4) atau suatu onset
lebih lambat. Gangguan psikotik onset lambat
(dengan onset lebih dari 2 minggu
setelahpenggunaan zat dimasukkan dalam F1x.75).
 Gangguan psikotik yang disebabkan oleh zat
psikoaktif dapat tampil dengan pola gejala yang
bervariasi. Variasi ini akan dipengaruhi oleh jenis
zat yang digunakan dan kepribadian pengguna zat.
 Pada penggunaaan obat stimulan, seperti kokain dan
amfetamin, gangguan psikotik yang diinduksi oleh
obat umumnya berhubungan erat dengan tingginya
dosis dan/atau penggunaan zat yang
berkepanjangan
 Diagnosis gangguan psikotik jangan hanya
ditegakkan berdasarkan distorsi persepsi atau
pengalaman halusinasi, bila zat yang digunakan
ialah halusinogenika primer (misalnya lisergide
(LSD), meskalin, kanabis dosis tinggi). Perlu
pertimbangan kemungkinan diagnosis intoksikasi
akut (F1x.0)
Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III,
sebagai berikut
 Sindrom amnesik yang disebabkan oleh
alkohol atau zat psikoaktif harus memenuhi
kriteria umum sindrom amnesik organik (lihat
F04).
 Syarat utama untuk menentukan diagnosis
adalah:
 Gangguan daya ingat jangka pendek (dalam
mempelajari hal baru); gangguan sensasi waktu
(menyusun kembali urutan kronologis, meninjau
kejadian berulang kali menjadi satu peristiwa, dll.);
 Tiadanya gangguan daya ingat segera, tiadanya
gangguan kesadaran, dan tiadanya gangguan
kognitif secara umum;
 Adanya riwayat atau bukti objektif penggunaan
alkohol atau obat yang kronis (terutama dengan
dosis tinggi).
Pedoman Diagnostik menurut PPDGJ-III, sebagai
berikut
 Onset gangguan harus secara langsung berkaitan dengan
penggunaan alkohol atau zat psikoaktif. Onset pertama
yang berjarak jauh sesudah episode penggunaan zat
harus apabila ada bukti yang jelas dan kuat sebagai efek
residual zat tersebut.
 Gangguan fungsi kognitif, afek, kepribadian, atau
perilaku yang disebabkan oleh alkohol dan zat psikoaktif
lainya yang berlangsung melampaui jangka waktu
khasiat psikoaktifnya (efek residual zat tersebut terbukti
secara jelas). Gangguan tersebut harus memperlihatkan
suatu perubahan atau peningkatan yang nyata dari
fungsi sebelumnya yang normal.
 Gangguan ini harus dibedakan dari kondisi
yang berhubungan dengan peristiwa putus
zat (lihat Flx.3 dan Flx.4). Pada kondisi
tertentu dan untuk zat tertentu, fenomena
putus zat dapat terjadi beberapa hari atau
minggu sesudah zat dihentikan
penggunaannya
 Kategori untuk semua gangguan sebagai
akibat penggunaan zat yang dapat
diidentifikasi berperan langsung pada
keadaan tersebut, tetapi tidak memenuhi
kriteria gangguan yang telah disebutkan di
atas.
j. Gangguan Mental dan Perilaku YTT
Laboratorium
 Enzym- Multipllied Immunoassay Technique
(EMIT),
 Radio Immunoassay (ROA)

 Chromatography-Mas Spectroscopy (GCMS).


 Umumnya tidak perlu farmakoterapi, dapat
diberikan terapi supportif dengan 'talking
down'. Untuk beberapa pasien suatu obat
antiansietas (Lorazepam, Alprazolam,
Chlordiazepoxide) mungkin berguna untuk
menghilangkan gejala putus zat jangka pendek.
 penggunaan kanabis mungkin berhubungan
dengan gangguan depresi dasar yang mungkin
berespons dengan terapi antidepresan spesifik.
Bila terdapat gejala psikotik menonjol dapat
diberikan Haloperidol 1-2 mg oral atau IM
ulangi setiap 20-30 menit
IDENTITAS PASIEN
 Nama : Yusni Jamal
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Tanggal Lahir : 01/07/1996
 Umur : 22 Tahun
 Alamat : Samudra, Aceh Utara
 Status Pernikahan : Belum Menikah
 Pekerjaan : Belum Bekerja
 Pendidikan Terakhir : SMA
 Agama : Islam
 Suku : Aceh
 TMRS : 02/11/2018
 Tanggal Pemeriksaan : 14/12/2018
Data diperoleh dari:
 Rekam medis : 016174
 Autoanamnesis : Pasien
 Alloanamnesis : Ibu Pasien
Keluhan Utama
 Pasien dibawa karena pasien mengamuk,
keluyuran, pikiran kacau, dan gelisah
Autoanamnesis:

• Pasien mengaku dirinya dibawa kerumah sakit oleh ibunya karena tidak pulang kerumah,
berbicara kacau, mudah tersinggung dan berbicara kacau. Pasien mangaku hal ini sering terjadi sejak
mengkonsumsi ganja dan sabu. Pasien mulai mengkonsumsi sejak awal SMA lewat teman – temannya.
Pasien mengaku biasanya mengkonsumsi ganja dan sabu tersebut di luar sekolah seperti di dalam
toilet masjid. Pasien biasanya membelinya dari teman dengan harga Rp. 50.000,- sampai Rp. 100.000,-.
Pasien mengatakan setelah konsumsi ganja dan sabu pasien lebih bersemangat bekerja. Pasien
mengaku tidak pernah mendengar bisikan. Riwayat Penggunaan terakhir 5 bulan yang lalu.
Sebelumnya pasien juga sudah pernah berobat di RSUD Cut Meutia dan pernah di rehabilitasi di Aceh
Utara. Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang pernah mengalami gangguan jiwa.
 Pasien dibawa keluarga karena bicara
kacau, gelisah dan mudah tersinggung.
Pasien di curigai warga menggunakan
narkoba. Selama ini pasien mengaku
menggunakan narkoba jenis sabu dan ganja
sejak 5 tahun terakhir. Terakhir
menggunakan narkoba 5 bulan yang lalu.
 Riwayat psikiatrik: Pasien pernah berobat di
RSUD Cut Meutia, dan tidak pernah di rawat
di RSJ Banda Aceh.
 Riwayat penyakit medis umum: Disangkal
 Riwayat merokok : Ada
 Penggunaan napza: Ganja dan Sabu
Riwayat Penyakit Keluarga
 Pasien mengaku bahwa tidak ada anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa

 Riwayat Pengobatan
 Obat-obatan kejiwaan.
Riwayat Sosial
 Pasien merupakan seorang remaja yang belum menikah. Pasien
merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pasien memiliki teman
saat SMA dan sering mengikuti kegiatan temannya tersebut.

Riwayat Pendidikan
 Pendidikan pasien terakhir SMA

Riwayat Kehidupan Pribadi


 Riwayat perinatal : Normal
 Riwayat masa bayi : Normal
 Riwayat masa anak : Pasien pribadi yang mudah bergaul dengan
teman-temannya
 Riwayat masa remaja : Menurut pasien masa remajanya biasa-biasa
saja seperti remaja lainnya.
Status Internus
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan Darah : 120/70 mmHg
 Frekuensi Nadi : 88 x/ menit
 Frekuensi Napas : 20 x/ menit
 Temperatur : Afebris
 Kepala : Normocephali (+)
 Leher : Distensi vena jugular (-), pembesaran
KGB(-)
 Paru : Vesikuler (+/+), wheezing (-/-), ronki (-/-)
 Jantung : BJ I >BJII , bising (-), iktus cordis di ICSV
Linea midclavicular sinistra
 Abdomen : Asites (-), hepatomegali (-), nyeri tekan (-)
 Ekstremitas
 Superior : Sianosis (-/-), ikterik (-/-) tremor (-/-)
 Inferior : Sianosis (-/-), ikterik (-/-) tremor (-/-)
 Genetalia : Tidak diperiksa
 GCS : E4V5M6
 Tanda rangsangan meningeal : (-)
 Peningatan TIK : (-)
 Mata : Pupil isokor
(+/+), Ø3mm/3mm,
 RCL (+/+), RCTL (+/+)
 Motorik : Dalam batas normal
 Sensibilitas : Dalam batas normal
 Fungsi luhur : Dalam batas normal
 Gangguan khusus : Tidak
ditemukan
A. Deskripsi Umum
 Penampilan : Rapi, sesuai usia
 Kebersihan : Pasien cukup bersih
 Kesadaran : Composmentis
 Perilaku & Psikomotor : Normoaktif
 Sikap terhadap Pemeriksa : Kooperatif
B. Mood dan Afek
 Mood : eutimia
 Afek : Terbatas
 Keserasian Afek : Serasi

C. Pembicaraan
 Spontan

D. Pikiran
Arus pikir
 Koheren : (+)
 Inkoheren : (-)
 Neologisme : (-)
 Sirkumstansial : (-)
 Tangensial : (-)
 Asosiasi longgar : (-)
 Flight of idea : (-)
 Blocking : (-)

Isi pikir
 Banyak Ide

Waham
Waham Bizzare :(-)
Waham Somatik :(-)
Waham Erotomania :(-)
Waham Paranoid
 Waham Persekutor : (-)
 Waham Kebesaran : (-)
 Waham Referensi : (-)
 Waham Dikendalikan : (-)
Thought
Thought Echo : (-)
Thought Withdrawal : (-)
Thought Insertion : (-)
Thought Broadcasting : (-)

Persepsi
 Halusinasi
Auditorik : (-)
Visual : (-)
Olfaktorius : (-)
Taktil : (-)
Ilusi : (-)
Intelektual
1. Intelektual : Terganggu
2. Daya konsentrasi : Terganggu
3. Orientasi
Diri : Baik
Tempat : Baik
Waktu : Baik
4 Daya ingat
Seketika : Baik
Jangka Pendek : Baik
Jangka Panjang : Baik
Pikiran Abstrak : Baik
Daya nilai
 Normo sosial : Baik

 Uji Daya Nilai : Baik

Pengendalian Impuls : Baik


Tilikan : T3
Taraf Kepercayaan : Tidak Dapat
dipercaya
 Pasien merupakan seorang remaja yang belum menikah. Pasien
merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Pasien memiliki teman
saat SMA dan sering mengikuti kegiatan temannya tersebut sehingga
diperkenalkan ganja dan sabu. Pasien tidak memiliki keluarga yang
mengalami gangguan jiwa.
 Hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tekanan
darah 120/70 mmHg, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi napas 20
x/menit, temperatur afebris. Hasil pemeriksaan umum didapatkan
dalam batas normal.
 Pada pemeriksaan status mental, tampak seorang remaja,
berpenampilan rapi, sesuai usia, aktivitas psikomotor: normoaktif,
sikap terhadap pemeriksa: kooperatif, mood: eutimik, afek: terbatas,
keserasian afek: serasi, pembicaraan: spontan, arus pikir: koheren, isi
pikir: banyak ide, waham (-), thought of insertion (-), thought of echo (-
), halusinasi audiotorik (-). Pasien mengalami intelektual dan daya
konsentrasi yang terganggu. Pasien mengalami tilikan T3 dengan taraf
kepercayaan tidak dapat dipercaya.
DIAGNOSIS BANDING
 F12.2 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan kanabinoida
 F41 Gangguan cemas akibat zat

DIAGNOSIS KERJA
 F12.2 Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan kanabiod

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
 Axis I : Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan kanabinoida
 Axis II: Tidak ada diagnosis
 Axis III: Tidak ada diagnosis
 Axis IV: Masalah lingkungan
 Axis V: GAF 40-31
Farmakoterapi
 Risperidon 2 x 2mg

 Diazepam 1 x 2 mg
 Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakitnya dan
menjelaskan mengenai penggunaan obat yang tidak boleh
putus.
 Menjelaskan kepadaya pasien bahaya napza terhadap
tubuh dan menjelaskan cara untuk berhenti dari
ketergantungan napza.
 Meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi
diri sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal.
 Menjelaskan kepada keluarga & orang disekitar pasien
mengenai kondisi pasien dan meyakinkan mereka untuk
selalu memberi dukungan kepada pasien agar proses
penyembuhannya lebih baik.


 Quo ad Vitam : Dubia ad bonam
 Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
 Quo ad Sanactionam : Dubia ad malam
 Berdasarkan hasil autoanamnesis dan aloanamnesis
terhadap pasien dan keluarganya didapatkan pasien
dengan keluhan mengamuk, keluyuran, pikiran kacau
dan gaduh gelisah. Pasien mangaku hal ini sering terjadi
sejak mengkonsumsi ganja dan sabu saat SMA lewat
temannya. Pasien biasanya mendapatkannya dengan
cara membeli dari temannya yaitu sebesar Rp. 50.000,-
sampai Rp. 100.000,-. Pasien mengaku setelah
menggunakannya terasa lebih bersemangat bekerja.
Sebelumnya pasien pernah berobat jalan di RSUD Cut
Meutia Aceh utara dan belum pernah di rawat di RSJ
Banda Aceh. Pasien juga pernah di rehabilitasi di Aceh
Utara. Riwayat merokok (+). Riwayat percobaan bunuh
diri (-).
 Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental
didapatkan tampak seorang remaja, berpenampilan rapi,
sesuai usia, aktivitas psikomotor: normoaktif, sikap
terhadap pemeriksa: kooperatif, mood: eutimik, afek:
sesuai, keserasian afek: terbatas, pembicaraan: spontan,
arus pikir: koheren, isi pikir: banyak ide, waham (-),
thought of insertion (-), thought of echo (-), halusinasi
audiotorik (-). Pasien mengalami intelektual dan daya
konsentrasi yang terganggu. Pasien mengalami tilikan T3
dengan taraf kepercayaan tidak dapat dipercaya. Kondisi
ini sudah berlangsung sejak satu tahun setelah pasien
menjadi korban tsunami. Oleh karena itu pasien ini
didiagnosis gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan kanabinoida karena memenuhi kriteria
diagnostik berdasarkan PPDGJ III.
 Pasien ini mendapatkan terapi Risperidon 2
x 2 mg dan diazepam 1 x 2 mg. Risperidon
berfungsi sebagai antipsikotik dan
diazepam sebagai anti ansietas.
 Napza didefinisikan sebagai setiap bahan
kimia/zat yang bila masuk ke dalam tubuh
akan mempengaruhi fungsi tubuh secara
fisik dan psikologi, dan fungsi sosialnya
karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi)
serta ketergantungan (dependensi)
terhadap NAPZA
 Penyalahgunaan dan Ketergantungan adalah
istilah klinis/medik-psikiatrik yang
menunjukan ciri pemakaian yang bersifat
patologik yang perlu di bedakan dengan
tingkat pemakaian psikologik-sosial, yang
belum bersifat patologik Penyalahgunaan
Napza adalah penggunaan salah satu atau
beberapa jenis NAPZA secara berkala atau
teratur diluar indikasi medis,sehingga
menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis
dan gangguan fungsi sosial.
 Ketergantungan Napza adalah keadaan dimana
telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis,
sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA
yang makin bertambah (toleransi), apabila
pemakaiannya dikurangi atau diberhentikan
akan timbul gejala putus zat (withdrawal
symptom). Oleh karena itu ia selalu berusaha
memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya
dengan cara apapun, agar dapat melakukan
kegiatannya sehari-hari secara “normal”.
 TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai