B Ketergantungan Zat
Toleransi, yang didefinisikan sebagai salah satu dari berikut ini: (a) kebutuhan akan
peningkatan jumlah zat secara nyata untuk mencapai intoksikasi atau efek yang
diinginkan, atau (b) efek yang sangat berkurang seiring dengan penggunaan zat dalam
jumlah yang sama secara terus-menerus.
Gejala putus zat, yang dimanifestasikan oleh salah satu hal berikut: (a) karakteristik
sindrom putus zat, atau (b) zat yang sama (atau berkaitan erat) digunakan untuk
meredakan atau menghindari gejala putus zat.
B. Kriteria Ketergantungan Zat berdasarkan DSM IV-TR
Zat tersebut sering kali dikonsumsi dalam jumlah yang lebih besar atau dalam jangka
waktu yang lebih lama dari yang dimaksudkan
Adanya keinginan yang terus-menerus atau upaya yang gagal untuk mengurangi atau
mengendalikan penggunaan narkoba
Banyak waktu yang dihabiskan dalam aktivitas yang diperlukan untuk memperoleh zat,
menggunakan zat, atau memulihkan dampaknya
Kegiatan sosial, pekerjaan, atau rekreasi yang penting dihentikan atau dikurangi karena
penggunaan narkoba
Penggunaan narkoba tetap dilanjutkan meskipun diketahui bahwa ia memiliki masalah
fisik atau psikologis yang terus-menerus yang mungkin disebabkan atau diperburuk oleh
zat tersebut (misalnya, penggunaan kokain saat ini meskipun terdapat depresi yang
disebabkan oleh kokain, terus minum meskipun diketahui bahwa ia menderita maag. lebih
buruk karena konsumsi alkohol)
C. Prevalensi dan Komorbiditas Gangguan yang
Berhubungan dengan Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA umumnya terjadi karena rasa ingin tahu yang tinggi.
Selain itu, pasien gangguan mental, seperti gangguan bipolar atau skizofrenia,
juga berisiko menyalahgunakan NAPZA, dengan alasan untuk meredakan gejala
yang dialami.
Ada empat golongan NAPZA yang paling sering disalahgunakan, yakni:
Halusinogen, seperti lysergic acid diethylamide (LSD) dan phencyclidine
Depresan, seperti diazepam, alprazolam, nimetazepam (happy five),
clonazepam, dan ganja
Stimulan, seperti dextroamphetamin, kokain, methamphetamine (sabu),
dan amphetamin, serta flakka
Opioid, seperti morfin dan heroin
E. Terapi untuk Gangguan yang Berhubungan dengan
Penyalahgunaan NAPZA
Berdasarkan 10 artikel yang telah ditelaah penulis mendapatkan persamaan Art
terapi yang dilakukan pada pasien penyalahgunaan Napza yaitu terapi melukis dan
terapi musik.
Terapi melukis seperti yang dikemukakan oleh Paul (2014) dan Rahma (2008)
dalam penelitiannya dimana terapi melukis ini dapat menyalurkan perasaan klien
yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata melalui gambar.