Anda di halaman 1dari 2

Essay Kuliah NAPZA dan Gangguan putus obat/zat

Nama : Afra Nafiul Ilma Q

NIM : 015.06.0002

Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif) bukan menjadi


masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for Youth on Drug, badan
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menempatkan penyalahgunaan NAPZA sebagai salah satu
dari sepuluh isu global utama yang berkaitan dengan kehidupan pemuda yang harus
mendapatkan perhatian dengan prioritas tinggi. Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya catatan
kriminal dari berbagai negara di dunia bahwa penggunaan NAPZA dimulai saat usia muda. PBB
mencatat bahwa para pemuda di seluruh negara mengkonsumsi NAPZA dengan frekuensi yang
meninggi dan cara yang lebih berbahaya daripada yang dilakukan oleh usia lanjut.

Napza merupakan suatu zat yang jika masuk ke dalam tubuh akan mempengaruhi fungsi
system tubuh, terutama susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan fisik, psikis, dan
fungsi sosial. Adapun bebrapa golongan zat yag termaksuk NAPZA yaitu; opiat, alkohol,
amfetamin, kokain, kannabis, sedative-hipnotik, halusinogen. Di Indonesia sendiri telah
mengatur mengenai NAPZA pada Undang-undang nomor 22 dan 27 tahun 1997 dan undang-
undang nomor 5 tahun 1997 mengenai psikotropika, narkotika dibagi menjadi 3 golongan
berdasarkan penggunaan dan tingkat penyalahgunaan akibat ketergantungan dari zat tersebut,
sedangkan psikoitropika terdiri dari 4 golongan yang digolongkan berdasarkan seperti
penggolongan pada narkotika dan untuk zat adiktif sendiri merupakan zat diluar narkotika dan
psikotropika yang dapat menebabkan ketergantungan dan bersifat psikoaktif. Sedangkan untuk
klasifikasi NAPZA berdasarkan efek yang ditimbulkan pada system saraf pusat yaitu; stimulant,
depresan, dan halusinogen.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sehingga menggunakan zat yaitu; factor
individu karena rassa ingin tahu, coba-coba, faktor keluarga karena kurangnya pengawasan atau
kontrol dari keluarga, faktor lingkungan karena pengaruh disekitar rumah atau sekolah, adanya
pengaruh sindikat perdagangan narkoba sehingga penyebaran nya yang mudah dantersebar luas.
penggunaan zat dapat mempengaruhi kondisi fisik, mental dan sosial karena intoksikasi, adiksi,
dan putus zat.

Gejala putus zat adalah sekumpulan gejala klinis yang terjadi sebagai akibat
menghentikan zat atau mengurangi dosis obat yang persisten digunakan sebelumnya.
Gejala putus zat terjadi pada individu yang kecanduan obat dan alkohol yang menghentikan atau
mengurangi penggunaan obat pilihan mereka. Kecemasan, insomnia, mual, keringat, nyeri tubuh,
dan tremor adalah hanya beberapa dari gejala fisik dan psikologis dari penghentian obat.

Pemeriksaan pada pasien dengan masalah penggunaan zat yang biasanya dilakukan yaitu;
pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikologis dimana lebih mengutamakan wawancara, pada setiap
zat yang digunakan memiliki gejala khas yang dikeluhkan dan diperlihatkan dengan
penatalaksaan yang diberikan berdasarkan gejala dan zat yang digunakan dengan melakukan
detoksifikasi, rehabilitasi utuk mengatsi sesuai dengan keluhan dan gejala yang ditimbulkan
akibat penggunaan dari zat tersebut. Terapi rehabilitasi memiliki tiga tahap. Tahap yang pertama
yaitu Detoksifikasi di mana dokter memberikan obat tertentu yang bertujuan untuk mengurangi
gejala putus obat (sakau) yang muncul. Sebelum pasien diberikan obat pereda gejala, dokter
terlebih dahulu akan memeriksa kondisinya secara menyeluruh. Kedua yaitu Terapi perilaku
kognitif dimana pada tahap ini, pasien akan dibantu psikolog atau pskiater berpengalaman.
Terapis terlebih dahulu akan melakukan pemeriksaan kondisi guna menentukan tipe terapi yang
sesuai. Beberapa tujuan dilakukannya terapi perilaku kognitif, antara lain adalah untuk mencari
cara mengatasi keinginan menggunakan obat disaat kambuh, dan membuat strategi untuk
menghindari dan mencegah kambuhnya keinginan menggunakan obat. Yang ketiga yaitu Bina
lanjut. Tahap ini memungkinkan pasien ikut serta dalam kegiatan yang sesuai dengan minat.
Pasien bahkan dapat kembali ke sekolah atau tempat kerja, namun tetap dalam pengawasan
terapis.

Anda mungkin juga menyukai