Anda di halaman 1dari 4

Afra Nafiul Ilma Q

015.06.0002

TUGAS ESSAY KULIAH IKTERUS, INFEKSI, DAN TETANUS NEONATORUM

dr Ade Malikul Alim Nasiruddin, SpA

Ikterus neonatorum adalah perubahan warna menjadi kuning yang terjadi


pada neonatus atau bayi-bayi yang baru lahir. Perubahan warna ini dapat dilihat pada mata,
rongga mulut, dan kulit. Ikterus neonatorum dapat bersifat fisiologis atau normal terjadi pada
bayi baru lahir, atau patologis atau yang tidak normal pada bayi baru lahir dan dapat
mengancam nyawa. Sekitar 65% dari bayi baru lahir menderita ikterus pada minggu pertama
setelah lahir dan sekitar 1% dari bayi baru lahir mengalami ikterus hingga dapat mengancam
nyawa atau yang disebut juga sebagai kernikterus.

Pada bayi-bayi yang baru lahir, terjadi perubahan sel darah merah di dalam
kandungan menjadi sel darah merah di luar kandungan dalam jumlah besar sehingga produksi
dari bilirubin indirek menjadi tinggi. Pada bayi baru lahir kemampuan UDPGT di dalam hati
untuk dapat mengubah seluruh bilirubin indirek menjadi bilirubin direk belum maksimal.
Selain itu, usus bayi baru lahir juga masih bersih belum terdapat kuman-kuman yang dapat
mengubah bilirubin direk agar dapat dibuang bersama dengan BAB dan pergerakan atau
motilitasnya juga belum maksimal sehingga bilirubin direk tersebut dapat diserap kembali
melalui usus dan masuk ke dalam hati lagi. 
Kadar bilirubin indirek yang tinggi dapat berbahaya karena bilirubin tersebut dapat
masuk dan menembus sawar otak sehingga menimbulkan kernikterus dan mengancam
nyawa. 
Selain itu, ikterus juga dapat disebabkan oleh kurangnya asupan dari ASI pada awal-
awal proses menyusui karena produksi yang masih rendah sehingga terjadi peningkatan
penyerapan bilirubin direk di dalam usus, pada bayi-bayi yang diberi ASI terjadi peningkatan
penyerapan bilirubin direk di dalam usus karena kandungan yang terdapat di ASI. Apabila
bayi tampak sehat, berat badan bertambah, dan tidak terdapat tanda-tanda adanya gangguan
lain maka pemberian ASI dapat diteruskan dan tidak berbahaya. 

Pada bayi-bayi yang mengalami ikteris neonatorum fisiologis dapat dijemur di bawah
sinar matahari pagi antara 7-9 pagi selama 15 menit. Sinar matahari mengandung sinar biru-
hijau yang dapat mengubah bilirubin indirek menjadi bilirubin yang lebih mudah dibuang.
Selain itu, matahari pagi berguna sebagai sumber vitamin D.
Pada bayi-bayi yang kadar bilirubin indireknya tinggi dan bersifat patologis dapat
dilakukan fototerapi dengan menggunakan sinar berwarna biru - hijau.  Sinar yang berwarna
biru - hijau dapat mengubah dari bilirubin indirek agar menjadi bentuk bilirubin yang lebih
mudah buang hingga keluar dari dalam tubuh dan tidak berbahaya

Sepsis neonatorum adalah infeksi darah yang terjadi pada bayi yang baru lahir. Badan
Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar satu juta bayi di seluruh dunia meninggal
karena sepsis neonatorum. Infeksinya bisa menyerang seluruh tubuh atau terbatas pada satu
organ saja. Beragam penyebab sepsis neonatorum termasuk beberapa jenis bakteri dan virus.
Selain itu, sepsis neonatorum juga dapat disebabkan jamur, meski lebih jarang terjadi. Infeksi
ini bisa menyebabkan kecacatan hingga kematian pada bayi.

Infeksi terjadi setelah persalinan (late onset), dimana terjadi dalam jangka waktu 4-90
hari setelah bayi lahir. Kuman penyebab infeksi ini seringkali berasal dari lingkungan seperti
bakteri Staphylococcus aureus, Klebsiella, Pseudomonas, Acinetobacter, Serratia, dan
bakteri anaerob. Jamur Candida juga dapat menyebabkan sepsis pada bayi. Risiko terjangkit
sepsis neonatorum tipe ini akan meningkat apabila Si Kecil menginap di rumah sakit dalam
jangka waktu yang panjang, terlahir prematur, atau terlahir dengan berat badan rendah.

Gejala sepsis pada bayi cenderung tidak spesifik. Hal ini menyebabkan bayi yang
terkena sepsis sering dikira mengalami gangguan lain, seperti sindrom distress pernapasan
atau pendarahan otak. Namun, kecurigaan bayi yang terkena sepsis neonatorum dapat
menunjukkan ciri-ciri seperti respiratory distres, kejang, penurunan kesadaran, instabilitas
suhu, tremor, latargi, mengantuk/aktivitas berkurang, air ketuban mekoneal.

Bila menderita sepsis neonatorum, pengobatan harus dimulai secepat mungkin karena
sistem imunitas bayi belum sempurna. Bayi dengan sepsis neonatorum perlu mendapat
perawatan dan evaluasi ketat di rumah sakit. Diberikan antibiotik suntikan sedini mungkin
sambil melakukan pemeriksaan lengkap.

Pemberian antibiotik dapat diberikan selama 7-10 hari jika tidak ditemukan
pertumbuhan kuman pada pemeriksaan kultur darah atau cairan otak. Jika ditemukan bakteri
pada pemeriksaan, maka antibiotik dapat diberikan hingga 3 minggu. Sedangkan jika sepsis
neonatorum disebabkan oleh virus HSV, Si Kecil akan diberi obat antivirus acyclovir.

Selain diberi obat-obatan, juga dilakukan pemantauan tanda-tanda vital dan tekanan
darah, serta melakukan pemeriksaan darah lengkap. Jika suhu tubuh tidak stabil, dia bisa
dimasukkan ke dalam inkubator. Sepsis neonatorium adalah kondisi serius dan masih menjadi
salah satu penyebab utama kematian pada bayi. Maka dari itu Ibu hamil perlu melakukan
pemeriksaan kehamilan rutin ke dokter atau bidan, dan melahirkan dengan ditolong oleh
tenaga kesehatan yang profesional. Dengan pemeriksaan dan pengobatan sedini mungkin,
harapan sembuh akan semakin baik.

Tetanus Neonatorum adalah salah satu penyakit yang terjadi pada bayi baru lahir.
Umumnya, penyakit ini terjadi di daerah pedesaan atau terpencil, karena peralatan persalinan
yang tidak steril. Pencegahan sejak dini dari tetanus neonatorum lebih diutamakan
dibandingkan pengobatan, karena tingkat kematian penderita tetanus neonatorum sangat
tinggi.

Penyebab utama tetanus adalah bakteri Clostridium tetani, yang merupakan bakteri


penghasil racun neurotoxin dan menyerang sistem saraf pusat. Bakteri ini biasa ditemukan di
tanah, debu, dan kotoran hewan, dan dapat masuk ke tubuh melalui luka goresan, sobekan
atau luka tusukan yang disebabkan oleh benda-benda yang terkontaminasi.

Pada bayi yang baru lahir, tetanus neonatorum terjadi akibat bakteri ini masuk ke
dalam tubuh bayi melalui praktik persalinan yang tidak higienis, seperti memotong tali pusar
dengan alat-alat yang tidak steril. Risiko bayi menderita tetanus neonatorum meningkat
umumnya karena ibunya tidak terlindungi oleh vaksin tetanus toxoid (TT) pada masa
kehamilan. Risiko ini meningkat bukan hanya pada bayi, tapi juga pada sang ibu.

Beberapa faktor risiko lain pada tetanus neonatorum, di antaranya seperti proses
persalinan di rumah dengan alat yang tidak steril, adanya paparan bahan yang berpotensi
menularkan bakteri tetani pada lokasi atau alat yang digunakan untuk persalinan maupun
untuk merawat tali pusat, seperti tanah atau lumpur, dan riwayat tetanus neonatorum yang
terjadi pada anak sebelumnya.
Beberapa gejala yang mungkin ditimbulkan jika bayi terinfeksi tetanus neonatorum
antara lain seperti rahang dan otot wajah bayi mengencang pada hari ke 2-3 pasca kelahiran,
mulut bayi terasa kaku seakan terkunci dan bayi tidak bisa menyusui, spasme atau kaku otot
tubuh menyeluruh yang menyebabkan tubuh bayi menegang atau tampak melengkung ke
belakang, kejang yang dicetuskan oleh suara, cahaya atau ketika disentuh.

Pencegahan yang umum dilakukan adalah pemberian vaksinasi TT bagi para ibu
hamil, yang berguna sebagai proteksi tubuh dari penyakit tetanus. Berikan dosis pertama pada
saat usia kehamilan trimester ketiga. Dosis kedua diberikan setidaknya empat minggu setelah
yang pertama. Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), juga
merekomendasikan vaksin ketiga diberikan enam bulan setelah dosis kedua, untuk
memberikan perlindungan setidaknya selama lima tahun.

Selain menggunakan vaksin, prosedur dan persalinan medis yang steril di rumah sakit
dapat mencegah bayi terkena tetanus neonatorum. Sebab, sebagian besar bayi yang
meninggal karena tetanus neonatorium disebabkan oleh persalinan di rumah tanpa prosedur
steril yang memadai dan lingkungan yang tidak bersih. Penempatan bidan desa di dalam
wilayah kerja Puskesmas, juga menjadi salah satu upaya Kementerian Kesehatan RI untuk
menjaga dan meningkatkan status kesehatan masyarakat khususnya ibu hamil, membantu
persalinan serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Anda mungkin juga menyukai