Anda di halaman 1dari 2

Nama : Afra Nafiul Ilma Q

NIM : 015.06.0002

Topik : Kegawatdaruratan dalam Kedokteran Pariwisata

Oleh : dr. Audy Hidayatullah, Sp. OT

Kegawatdaruratan dalam Kedokteran Pariwisata

Wisata menyebabkan berbagai risiko kesehatan, tergantung dari keadaan fisik


wisatawan maupun tipe perjalanannya.Wisatawan mungkin terpapar secara tiba-tiba dengan
perubahan ketinggian, kelembaban, suhu, dan mikroba, yang dapat menyebabkan masalah
kesehatan. Risiko kesehatan serius juga bisa terjadi di daerah dimana mutu akomodasinya
buruk dalam hal kualitas, kebersihan dan sanitasi, layanan medis yang kurang memadai, dan
kurangnya penyediaan air bersih. Semua calon wisatawan yang akan melaksanakan
perjalanan hendaknya mendapat pengetahuan yang cukup tentang potensi bahaya di tempat
tujuan dan memahami apa yang terbaik yang harus dilakukan untuk melindungi kesehatannya
dan meminimalkan risiko terhadap penyakit.

Travel medicine atau kedokteran wisata adalah bidang ilmu kedokteran yang
mempelajari persiapan kesehatan dan penatalaksanaan masalah kesehatan orang yang
bepergian (travellers). Bidang ilmu ini baru saja berkembang dalam tiga dekade terakhir
sebagai respons terhadap peningkatan arus perjalanan internasional di seluruh dunia.

Bidang praktek travel medicine tidak hanya diminati oleh para dokter dan perawat,
tetapi juga oleh banyak profesional lain seperti ahli farmasi, psikologi, ahli sanitasi
lingkungan, ahli kesehatan masyarakat, pelaku industri wisata dan sebagainya. Lingkup
keahlian mereka berada dalam bidang kesehatan wisata, bukan kedokteran wisata.
Kedokteran wisata masih belum dianggap sebagai suatu spesialisasi tersendiri di kalangan
medik dan belum ada standar pelayanan untuk itu. Namun jelas bahwa praktek kedokteran
wisata berbeda dari praktek kedokteran konvensional. Jika praktek dokter biasanya ditujukan
untuk kuratif, maka praktek kedokteran wisata lebih banyak pada aspek promotif dan
preventif. Dalam pelayanan kedokteran wisata, orang yang datang umumnya adalah orang
yang sehat yang membutuhkan informasi dan tidak menganggap dirinya seorang pasien,
meskipun mungkin saja statusnya berubah menjadi pasien setelah pulang dari perjalanan.
Dalam bidang travel medicine, dokter tidak hanya mengupayakan pecegahan penyakit
serta menangani masalah-masalah kesehatan pada travellers namun juga mengambil bagian
dalam advokasi untuk perbaikan pelayanan kesehatan dan keamanan untuk wisatawan. Oleh
karena itu, dokter kedokteran wisata perlu mempunyai pengetahuan yang luas dan selalu up-
todate karena perubahan-perubahan yang cepat di seluruh dunia, yang meliputi pengetahuan
wabah penyakit, tertutama emerging infectious disease, pola resistensi antibiotika, iklim
global, ekologi dan bahkan perubahan politik negara lain.

Dimana kegawatdaruratan pada wisata bisa terjadi karena beberapa resiko. Seperti
cidera akibat kecelakaan, bahaya lingkungan, begal, gigitan dan sengatan hewan, penyakit
kulit, dan tekanan pada ketinggian.

Adapun beberapa penyakit infeksi yang terjadi saat wisata berupa, malaria, diare,
dengue, rabies, meningococcal meningitis, TBC, dan polio. Sehingga dokter bisa memberikan
edukasi preventif agar pasien tidak terkena beberapa penyakit tersebut. Salah satunya dengan
memberikan imunisasi terhadap pasien. Imunisasi terbagi dua, imunisasi rutin dan imunisasi
yang berkaitan dengan perjalanan.

Persiapan yang bisa dilakukan oleh wisatawan yaitu, melengkapi asuransi kesehatan
baik secara pengobatan, perawatan rumah sakit dan evakuasi. Serta memperhatikan
peringatan tanda bahaya. Dan selalu menjaga higenitas. Pada saat perjalanan pun, ada hal
yang perlu diperhatikan terutama dari segi lingkungan. Seperti saat penerbangan, sinar
matahari, cuaca panas dan dingin, ketinggian, serta saat berwisata wisata air. Karena cuaca
panas bisa menyebabkan dehidrasi dan heat stroke, serta cuaca dingin yang bisa
menyebabkan hypothermia dan frostbite yang bisa menjadi keadaan kegawatdaruratan.

Kecelakaan dan kejahatan juga perlu dipertimbangkan, biar agar supaya tidak terjadi
hal hal yang di inginkan. Resiko pengguna jalan, berkendara di malam hari, dan perlengkapan
berkendara juga menjadi faktor faktor mengurangi resiko terjadinya trauma saat kecelakaan.

Anda mungkin juga menyukai