Anda di halaman 1dari 5

ESSAY

KONSEP DASAR KESEHATAN PARIWISATA

Disusun oleh :

Nama : Arya Adhi Yoga wikrama Jaya

Nim : 018.06.0031

Kelas : A

Blok : PPD

Dosen : dr. I Made Ady Wirawan, MPH, PhD.

UNIVRSITAS ISLAM AL-AZHAR

FAKULTAS KEDOKTERAN

MATARAM

2021
Latar Belakang

Perjalanan internasional dapat menimbulkan berbagai risiko kesehatan, tergantung


pada karakteristik wisatawan dan pada jenis Travellers wisata mungkin mengalamin
perubahan mendadak dan signifikan dalam ketinggian, kelembaban, suhu dan mikroba, yang
dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Selain itu, risiko kesehatan yang serius mungkin
timbul di daerah yang akomodasinya memiliki kualitas yang buruk, kebersihan dan sanitasi
tidak memadai, pelayanan medis tidak dikembangkan dengan baik dan air bersih yang tidak
tersedia. Kecelakaan adalah penyebab paling umum dari morbiditas dan mortalitas pada
wisatawan. tetapi selain kecelakaan hal tidak kalah penting yang menjadi perhatian adalah
melindungi wisatawan terhadap penyakit menular.

Peningkatnya teknologi kedokteran, teknologi informasi, dan transportasi juga


mempunyai dampak yang menimbulkan alasan untuk berwisata, sehingga wisatawan semakin
banyak. Perkembangan industri pariwisata yang sangat maju akan mempunyai dampak:

1. Peningkatan jumlah wisatawan baik domestik maupun internasional


2. Peningkatan risiko kesehatan dan keselamatan pada wisatawan

Akibat dari dampak perkembangan wisatawan diatas akan menimbulkan dampak pada
kesehatan penduduk di daerah destinasi wisata termasuk dampak pada lingkungan yang
lebih luas, baik alam, sosial, budaya dan ekonomi. Oleh karena itu wisatawan serta penduduk
disekitar daerah pariwisata sangat membutuhkan dokter yang fokus pada kesehatan
pariwisata untuk menanggulangi terjadinya penyakit khusunya ditempat wisata.

Isi

I. Definisi Kesehatan Pariwisata


 Wisata menurut KBBI: bepergian bersama-sama (untuk memperluas pengetahuan,
bersenang-senang, dsb); bertamasya; piknik
 Pariwisata (KBBI): yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi;
pelancongan; turisme
 Menurut (WHO) health atau kesehatan adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental
dan sosial yang lengkap dan bukan sekedar tidak adanya penyakit atau kelemahan.
Wisata kesehatan adalah kategori yang paling luas dari semua kemungkinan
kategori aktivitas terkait kesehatan yang melibatkan perjalanan.
o Kesehatan Wisata (Travelers’ Health, Travel Health) adalah Cabang ilmu
kesehatan yang mempelajari berbagai aspek terkait upaya untuk menjamin
wisatawan tetap sehat selama melakukan perjalanan dan aktivitas wisata
o Kedokteran Wisata (Travel Medicine) adalah Cabang ilmu kedokteran
yang secara khusus mempelajari penyakit dan kondisi kesehatan akibat
perjalanan wisata dan upaya penangannya
o Kesehatan Pariwisata dapat didefinisikan sebagai cabang ilmu kesehatan
masyarakat yang mempelajari berbagai aspek yang berkaitan dengan
kesehatan wisatawan, kesehatan masyarakat lokal, dan semua pihak yang
terlibat pada industri pariwisata. Kesehatan pariwisata (health tourism)
dapat diartikan sebagai industri atau bisnis yang terkait dengan aktivitas
perjalanan ke daerah wisata dengan tujuan memperoleh pengobatan, atau
meningkatkan kesehatan dan kebugaran (Ismayanti, 2010)
o Wisata Kesehatan adalah Aktivitas perjalanan ke daerah wisata dengan
tujuan memperoleh pengobatan, atau meningkatkan kesehatan dan
kebugaran.
o Wisata Kedokteran adalah Aktivitas perjalanan wisata ke negara lain
dengan tujuan utama mendapatkan pelayanan medis (pengobatan, layanan
gigi, layanan fertilitas, dll)
II. Ruang Lingkup Kesehatan Pariwisata (kuliah dr. Andy)
a. Kesehatan wisatawan
b. Kesehatan masyarakat lokal (penjamu)
c. Kesehatan pekerja di industri pariwisata
d. Kesehatan lingkungan daerah wisata
e. Keamanan pangan daerah wisata
f. Kebijakan terkait kesehatan dan pariwisata
Gambar 1. Ruang lingkup kesehatan pariwisata (Kuliah prof. Tuti, 2021).
III. Pelayanan Kesehatan Pariwisata
Karena sifatnya yang promotif dan preventif, pelayanan kedokteran wisata harus
diberikan sebelum seseorang melakukan perjalanan. Saat yang paling baik adalah 6-8
minggu sebelum tanggal keberangkatan. Namun, jika terlambat, 1-2 hari sebelum
keberangkatan pun masih dimungkinkan. Di samping itu, klien juga mungkin akan
kembali ke travel clinic setelah ia pulang dari bepergian, terutama jika terjadi gejala-
gejala penyakit tertentu. Pelayanan kedokteran wisata yang perlu dan dapat diberikan
di travel clinic adalah konsultasi pra-perjalanan: imunisasi, bekal profilaksis, stand-by
treatment, dan medical kit. Serta konsultasi dan penatalaksanaan penyakit pasca
perjalanan. Di samping itu, setiap klinik perlu mengembangkan sistem dokumentasi
rekam medik dan sarana tambahan seperti konsultasi via telepon, apotik dan
pelayanan penjualan alat-alat untuk pencegahan penyakit (Pakasi, 2006).
a) Konsultasi Pra-Perjalanan
Konsultasi ini bertujuan untuk memberikan saran terbaru dan akurat kepada
wisatawan sebelum perjalanan mereka mengenai risiko kesehatan dan
pencegahannya. Untuk menilai kebugaran wisatawan untuk bepergian.
Mengidentifikasi individu berisiko tinggi individu tertentu mungkin berisiko lebih
tinggi terkena penyakit perjalanan seperti Wanita hami, Anak-anak, Pasien
dengan kondisi medis kronis (misalnya diabetes, penyakit jantung, penyakit
pernapasan), Pasien dengan penekanan kekebalan, termasuk mereka yang
terinfeksi HIV, mereka yang minum obat penekan asam lambung, Pelancong
lansia, Ekspatriat dan pelancong jangka panjang, Ada banyak penyakit yang
berpotensi dapat menyebar melalui: Makanan dan air, Vektor serangga, Tanah dan
air, Kontak seksual, Paparan cairan tubuh, dan Hewan (Pakasi, 2006).
b) Konsultasi Pasca Perjalanan
Pelayanan kedokteran wisata yang ideal merupakan suatu kesinambungan
sejak sebelum berangkat sampai setelah pulang dari perjalanan. Sebanyak 1-5%
orang yang bepergian dari negara-negara maju ke negara berkembang dilaporkan
mengalami penyakit yang cukup serius selama perjalanan; 0,01-0,1% orang
membutuhkan evakuasi medik, dan 1 dari antara 100.000 orang telah meninggal.
Orang-orang yang mengalami sakit berat umumnya mereka yang mengunjungi
kenalan atau sanak saudara dan tinggal di rumah mereka sehingga risiko terpapar
patogen lebih besar daripada turis biasa. Pelayanan konsultasi pasca-perjalanan
membutuhkan lebih banyak keahlian dan sumber daya (dokter spesialis,
laboratorium dan penunjang diagnostik lainnya). Hal ini dapat disiasati dengan
membangun kerja sama antara beberapa provider kesehatan, misalnya rumah
sakit, laboratorium 24 jam, dan lain sebagainya (Pakasi, 2006).

Refrensi:

1. Ady Wirawan, I Made. 2016. Peran Profesi Kesehatan dalam Upaya Kesehatan
Pariwisata. Disampaikan Pada Seminar Nasional Peran SKM dalam Upaya Kesehatan
Pariwisata dan Muswil ISMKMI Wilayah 3, 13 Mei 2016.
2. Kuliah dr. Andy wirawan tentang konsep dasar kesehatan pariwisata
3. Ismayanti. (2010). Pengantar Pariwisata. Jakarta: PT Gramedia Widisarana Indonesia
4. Kuliah Prof. Dr. dr. Ketut Tuti Parwati Merati, Sp. PD-KPTI, FINASIM. Tentang
Pengantar Kesehatan Pariwisata. 2021.
5. Pakasi, Levina S. 2006. Kesehatan Pariwisata dalam Cermin Dunia Kedokteran. No.
152, 2006. Grup PT. Kalbe Farma Tbk.
6. WHO, 2020
7. KBBI

Anda mungkin juga menyukai