Anda di halaman 1dari 12

1.

DEHIDRASI
a. Definisi Dehidrasi
Dehidrasi adalah suatu keadaan penurunan total air di dalam tubuh
karena hilangnya cairan secara patologis, asupan air tidak adekuat, atau
kombinasi keduanya.
Dehidrasi terjadi karena pengeluaran air lebih banyak daripada jumlah
yang masuk, dan kehilangan cairan ini juga disertai dengan hilangnya
elektrolit.
Pada dehidrasi terjadi keseimbangan negatif cairan tubuh akibat
penurunan asupan cairan dan meningkatnya jumlah air yang keluar (lewat
ginjal, saluran cerna atau insensible water loss/IWL), atau karena adanya
perpindahan cairan dalam tubuh. Berkurangnya volume total cairan tubuh
menyebabkan penurunan volume cairan intrasel dan ekstrasel. Manifestasi
klinis dehidrasi erat kaitannya dengan deplesi volume cairan intravaskuler.
Proses dehidrasi yang berkelanjutan dapat menimbulkan syok hipovolemia
yang akan menyebabkan gagal organ dan kematian.
b. Penyebab dehidrasi
Asupan cairan yang buruk, cairan keluar berlebihan, peningkatan
insensible water loss (IWL), atau kombinasi hal tersebut dapat menjadi
penyebab deplesi volume intravaskuler. Keberhasilan terapi membutuhkan
identifi kasi penyakit yang mendasari kondisi dehidrasi.
Beberapa faktor patologis penyebab dehidrasi yang sering:
 Gastroenteritis
Diare adalah etiologi paling sering. Pada diare yang
disertai muntah, dehidrasi akan semakin progresif.
Dehidrasi karena diare menjadi penyebab utama kematian
bayi dan anak di dunia.
 Stomatitis dan faringitis
Rasa nyeri mulut dan tenggorokan dapat membatasi
asupan makanan dan minuman lewat mulut.
 Ketoasidosis diabetes (KAD)
KAD disebabkan karena adanya diuresis osmotik. Berat
badan turun akibat kehilangan cairan dan katabolisme
jaringan.
 Demam
Demam dapat meningkatkan IWL dan menurunkan
nafsu makan.

Selain hal di atas, dehidrasi juga dapat dicetuskan oleh kondisi


heat stroke, tirotoksikosis, obstruksi saluran cerna, fibrosis
sistik, diabetes insipidus, dan luka bakar.

c. Tipe Dehidrasi
1. Dehidrasi isotonik (isonatremik).
Tipe ini merupakan yang paling sering (80%). Pada dehidrasi
isotonik kehilangan air sebanding dengan jumlah natrium yang hilang,
dan biasanya tidak mengakibatkan cairan ekstrasel berpindah ke dalam
ruang intraseluler. Kadar. natrium dalam darah pada dehidrasi tipe ini
135-145 mmol/L dan osmolaritas efektif serum 275-295 mOsm/L.
2. Dehidrasi hipotonik (hiponatremik).
Natrium hilang yang lebih banyak daripada air. Penderita
dehidrasi hipotonik ditandai dengan rendahnya kadar natrium serum
(kurang dari 135 mmol/L) dan osmolalitas efektif serum (kurang dari
270 mOsml/L). Karena kadar natrium rendah, cairan intravaskuler
berpindah ke ruang ekstravaskuler, sehingga terjadi deplesi cairan
intravaskuler. Hiponatremia berat dapat memicu kejang hebat;
sedangkan koreksi cepat hiponatremia kronik (2 mEq/L/jam) terkait
dengan kejadian mielinolisis pontin sentral.
3. Dehidrasi hipertonik (hipernatremik).
Hilangnya air lebih banyak daripada natrium. Dehidrasi
hipertonik ditandai dengan tingginya kadar natrium serum (lebih dari
145 mmol/L) dan peningkatan osmolalitas efektif serum (lebih dari
295 mOsm/L). Karena kadar natrium serum tinggi, terjadi pergeseran
air dari ruang ekstravaskuler ke ruang intravaskuler. Untuk
mengkompensasi, sel akan merangsang partikel aktif (idiogenik osmol)
yang akan menarik air kembali ke sel dan mempertahankan volume
cairan dalam sel. Saat terjadi rehidrasi cepat untuk mengoreksi kondisi
hipernatremia, peningkatan aktivitas osmotik sel tersebut akan
menyebabkan influks cairan berlebihan yang dapat menyebabkan
pembengkakan dan ruptur sel; edema serebral adalah konsekuensi yang
paling fatal. Rehidrasi secara perlahan dalam lebih dari 48 jam dapat
meminimalkan risiko ini.
Ref;

1) Jurnal tentang Strategi Terapi Cairan pada Dehidrasi, oleh Eri Leksana SMF Anestesi dan
Terapi Intensif RSUP dr Kariadi/ Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia. CDK-224/ vol. 42 no. 1, th. 2016
2) Jurnal Hubungan Dehidrasi Terhadap Memori Segera/Atensi oleh Mochamad Bahrudin,
dan Annisa Bunga Nafara. Vol. 15 No. 1 Juni 2019. Jurnal Saintika Medika

2. Termoregulasi
a. Definisi
Termoregulasi adalah proses fisiologis yang merupakan kegiatan
integrasi dan koordinasi yang digunakan secara aktif untuk mempertahankan
suhu inti tubuh melawan perubahan suhu dingin atau hangat.
b. Faktor yang mempengaruhi
Perubahan suhu tubuh di pengaruhi oleh berbagai faktor sehingga
menyebabkan setiap saat suhu tubuh manusia berubah secara fluktuatif. Hal -
hal tersebut adalah :
 Exercise: semakin beratnya exercise maka suhunya akan
meningkat 15 x, sedangkan pada atlet dapat meningkat menjadi
20 x dari basal ratenya.
 Hormon: Thyroid (Thyroxine dan Triiodothyronine) adalah
pengatur pengatur utama basal metabolisme rate. Hormon lain
adalah testoteron, insulin, dan hormon pertumbuhan dapat
meningkatkan metabolisme rate 5-15%.
 Sistem syaraf: selama exercise atau situasi penuh stress, bagian
simpatis dari system syaraf otonom terstimulasi. Neuron-neuron
postganglionik melepaskan norepinephrine (NE) dan juga
merangsang pelepasan hormon epinephrine dan norephinephrine
(NE) oleh medulla adrenal sehingga meningkatkan metabolisme
rate dari sel tubuh.
 Suhu tubuh: meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan
metabolisme rate, setiap peningkatan 1 % suhu tubuh inti akan
meningkatkan kecepatan reaksi biokimia 10 %.
 Asupan makanan: makanan dapat meningkatkan 10 – 20 %
metabolisme rate terutama intake tinggi protein.
 Berbagai macam factor seperti: gender, iklim dan status
malnutrisi.
c. Sumber suhu

Suhu tubuh dihasilkan dari :

1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR)


2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot
(termasuk kontraksi otot akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan
sebagian kecil hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan
(growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine,
norepineprine, dan rangsangan simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di
dalam sel itu sendiri terutama bila temperatur menurun.
d. Mekanisme pengaturan suhu
Pengeluaran panas (heat loss) dari tubuh ke lingkungan atau sebaliknya
berlangsung secara fisika. Permukaan tubuh dapat kehilangan panas melalui
pertukaran panas secara radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi air. (lihat
Gambar 17-4, sumber: Sherwood, 1993)
 Radiasi ialah emisi energi panas dari permukaan tubuh dalam
bentuk gelombang elektromagnetik melalui suatu ruang.
 Konduksi ialah perpindahan panas antara obyek yang berbeda
suhunya melalui kontak langsung obyek tersebut.
 Konveksi ialah perpindahan panas melalui aliran udara/ air.
 Evaporasi ialah perpindahan panas melalui ekskresi air dari
permukaan kulit dan saluran pernapasan saat bernapas.
Imbangan panas yang terjadi dalam tubuh dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1 Keseimbangan panas

Perubahan suhu tubuh dideteksi oleh 2 jenis termoreseptor, satu di kulit


(peripheral thermoreceptors) dan satu lagi di hipotalamus, medula spinalis, dll (central
thermoreceptors). Termoreseptor sentral memberi umpan balik yang penting dalam
mempertahankan suhu inti tubuh ketika termoreseptor perifer memberi informasi.
Hipotalamus mengintegrasikan refleks dan mengirimnya melalui saraf simpatis ke
kelenjar keringat, arteriola kulit, dan medula adrenal serta melalui saraf motorik ke
otot rangka. Suhu tubuh diatur oleh hipothalamus (lihat Gambar 4) untuk
mempertahankan suhu tubuh pada suhu lingkungan antara 27,8° - 30°C. Kisaran suhu
lingkungan ini disebut thermoneutral zone.
Gambar 2 Reflek pengturan suhu

Suhu lingkungan yang lebih dari suhu tubuh dapat dipertahankan dengan mekanisme
vasokonstriksi atau vasodilatasi. Suhu lingkungan di bawah atau di atas thermoneutral zone,
tubuh harus meningkatkan pembentukan panas dan selanjutnya akan meningkatkan
pengeluaran panas.

 Aklimatisasi suhu
Perubahan awal berkeringat, volume dan komposisi keringat menentukan
adaptasi terhadap suhu yang tinggi. Kehilangan natrium melalui keringat diturunkan
dengan meningkatkan reabsorpsi natrium oleh sekresi aldosteron.
 Demam dan hipertermia
Demam ialah peningkatan suhu tubuh karena ‘resetting’ termostat di
hipothalamus. Suhu tubuh selalu dipertahankan selama demam. Demam disebabkan
oleh infeksi atau stress. Peningkatan termostat tubuh akan menyebabkan sensasi
kedinginan. Vasokonstriksi dan menggigil terjadi untuk mengimbangi peningkatan
suhu tubuh. Jika termostat dihapus dan demam hilang, seseorang akan merasa
kepanasan, terjadi vasodilatasi dan berkeringat.
Perubahan termostat dilakukan oleh zat kimia yang disebut endogenous
pyrogen (EP), yang berisi interleukin 1 (IL-1) and IL6. Keduanya dilepaskan oleh
makrofag yang bekerja di hipothalamus. Peningkatan suhu tubuh menstimulasi
respons pertahanan tubuh. (Gambar 17-6, sumber: Sherwood, 1993)
Peningkatan suhu tubuh yang bukan disebabkan oleh infeksi disebut
hipertermia. Hipertermia terjadi karena ketidakseimbangan antara pembentukan panas
dengan pengeluaran panas. Hipertermia biasanya terjadi karena latihan fisik. Pada
awal latihan fisik, suhu tubuh akan meningkat karena panas yang dibentuk lebih
banyak daripada panas yang dilepaskan. Akibatnya suhu inti tubuh meningkat dan
terjadi mekanisme heat-lost. (lihat Gambar 17-7; sumber Sherwood, 1993).
 Heat exhaustion ialah suatu keadaan kolaps karena dehidrasi berat yang menyebabkan
hipotensi akibat:
o berkurangnya volume plasma karena berkeringat sehingga menyebabkan
penurunan curah jantung, dan
o vasodilatasi pembuluh darah kulit yang berlebihan sehingga menyebabkan
penurunan resistensi perifer. Pada keadan heat exhaustion suhu inti tubuh
berkisar 37,5-39°C, terjadi kram otot, mual, sakit kepala, pucat dan banyak
berkeringat. Biasanya terjadi pada orang yang aktif secara fisik pada suhu
lembab, sehingga tidak teraklimatisasi. Dapat juga terjadi pada lansia yang
sudah mengalami kerusakan pada kemampuan pengaturan suhu tubuhnya.
 Heat Stroke ialah bentuk hipertermia yang lebih berat dengan suhu tubuh yang lebih
tinggi. Heat stroke ditandai oleh kolaps, delirium, kejang, dan penurunan kesadaran.
Biasanya terjadi karena lama terpapar udara/ suhu lingkungan yang panas. Pada
keadaan ini terjadi mekanisme umpan balik positif, peningkatan suhu tubuh makin
meningkatkan metabolisme dan menghasilkan panas lebih banyak.

Refrensi:

1) Sherwood, L. (2014). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem (Introduction to


Human Physiology) (8th ed.). EGC.
2) Hall, J. E., & Hall, M. E. (2020). Guyton and hall textbook of medical physiology
E-book. Elsevier Health Sciences.
3) Ruqayyah, S. (2021, November 22). Fisiologi Dasar (Homeostasis) [PDF].
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR.
3. Hipotalamus
a. Definisi
Hipotalamus adalah bagian kecil dari diensefalon yang terletak di
bawah talamus. Hipotalamus mengendalikan banyak aktivitas tubuh dan
merupakan salah satu regulator utama homeostasis. Impuls sensorik yang
berhubungan dengan indra somatik dan viseral mengarah ke hipotalamus,
seperti halnya impuls dari reseptor untuk penglihatan, pengecapan, dan
penciuman. Reseptor lain dalam hipotalamus itu sendiri secara terus-menerus
memonitor tekanan osmotik, kadar glukosa darah, konsentrasi hormon
tertentu, dan suhu darah. Hipotalamus memiliki beberapa hubungan yang
sangat penting dengan kelenjar pituitari dan menghasilkan berbagai hormon.
b. Fungsi
Fungsi penting dari hipotalamus adalah sebagai berikut:
 Kontrol sistem saraf otonom. Hipotalamus mengontrol dan
mengintegrasikan kegiatan sistem saraf otonom, yang mengatur
kontraksi otot polos dan otot jantung serta sekresi banyak kelenjar.
Akson meluas dari nukleus hipotalamus ke nukleus parasimpatik dan
simpatetik di batang otak dan sumsum tulang belakang. Melalui sistem
saraf otonom, hipotalamus adalah pengatur utama aktivitas viseral,
termasuk pengaturan detak jantung, pergerakan makanan melewati
saluran pencernaan, dan kontraksi kandung kemih.
 Produksi hormon. Hipotalamus menghasilkan beberapa hormon dan
memiliki dua jenis koneksi penting dengan kelenjar pituitari, kelenjar
endokrin yang terletak di bawah hipotalamus. Pertama, hormon
hipotalamus yang dikenal sebagai pelepas hormon dan hormon
penghambat dilepaskan ke jaringan kapiler di median eminence. Aliran
darah membawa hormonhormon ini langsung ke lobus anterior
hipofisis, yang akan menstimulasi atau menghambat sekresi hormon
hipofisis anterior. Kedua, akson membentang dari nukleus
paraventrikular dan supraoptik melalui infundibulum ke lobus
posterior hipofisis. Badan sel dari neuron ini membuat satu dari dua
hormon (oksitosin atau hormon antidiuretik). Akson tersebut
mengangkut hormon ke hipofisis posterior.
 Pengaturan pola emosi dan perilaku. Bersama dengan sistem limbik,
hipotalamus berpengaruh dalam ekspresi kemarahan, agresi, rasa sakit,
kesenangan, dan pola perilaku yang berhubungan dengan gairah
seksual.
 Pengaturan makan dan minum. Hipotalamus mengatur asupan
makanan. Ini berisi pusat makan, yang mencetuskan makan, dan pusat
kenyang, yang menyebabkan sensasi kenyang dan penghentian makan.
Hipotalamus juga mengandung pusat rasa haus. Sel-sel tertentu di
hipotalamus dirangsang oleh meningkatnya tekanan osmotik dari
cairan ekstraseluler, yang menyebabkan sensasi haus. Asupan air
dengan minum mengembalikan tekanan osmotik ke normal,
menghilangkan rangsangan dan menghilangkan rasa haus.
 Kontrol suhu tubuh. Hipotalamus juga berfungsi sebagai termostat
tubuh. Jika suhu darah yang mengalir melalui hipotalamus melebihi
normal, hipotalamus mengarahkan sistem saraf otonom untuk
merangsang aktivitas yang meningkatkan kehilangan panas. Ketika
suhu darah di bawah normal, sebaliknya, hipotalamus menghasilkan
impuls yang mendorong produksi dan retensi panas.
 Pengaturan ritme sirkadian dan keadaan sadar. Nukleus
suprakiasmatikus hipotalamus berfungsi sebagai jam biologis internal
tubuh karena membentuk ritme sirkadian, pola aktivitas biologis
(seperti siklus tidurbangun) yang terjadi pada jadwal sirkadian.
Nukleus ini menerima input dari mata (retina) dan mengirim output ke
nukleus hipotalamus lainnya, formasi reticular, dan kelenjar pineal.

Ref;

1) Buku ajar neuroanatomi oleh Crossman. A.R dan Neary. D. Tahun 2015 edisi
ke 5
4. Demam
a. Definisi
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk
ke dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).
Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke
dalam tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh
infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan ,
ataupun obat – obatan

Anda mungkin juga menyukai