Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DISUSUN OLEH

TRI AGUSTINE

(201101064)

POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PRODI DIII KEPERAWATAN SINGKAWANG

TAHUN AJARAN 2022/2023


KONSEP DASAR GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

A. PENGERTIAN
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat
tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan (Abdul 2008).
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena
metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam merespon
terhadap stressor fisiologis dan lingkungan (Tarwoto dan Wartonah, 2004).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500 ml - 3.500 ml/hari,
biasanya pengaturan cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.

B. ETIOLOGI
Faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh
antara lain :
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat
badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu :
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari 1000
ml/kgBB
b. Berat badan 11 – 20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000 ml + 50
ml/kgBB
c. Berat badan >20 kg, kebutuhan cairan per hari 1500 ml + 20
ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus 30 – 50
ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan
kelembapan udara rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan
tubuh dan elektrolit
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar
protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein
akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan
nartium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan dapat
meningkatkan volume darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan
cairan dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air
melalui IWL
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami
gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan
untuk memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus.
Pusat haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus
berasal dari kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II
sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan yang
mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut
biasanya terjadi bersama dengan sensasi haus walupun kadang
terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan segera hilang setelah
minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses) yaitu :
(1) Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui
tractus urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang
utama. Dalam kondisi normal output urine sekitar 1400-1500
ml/24 jam, atau sekitar30-50 ml/jam pada orang dewasa.
Pada orang yang sehat kemungkinan produksi urine
bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun
sebagai upaya tetap mempertahankan keseimbangan dalam
tubuh.
(2) IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan
cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400
mL/hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat
maka IWL dapat meningkat.
(3) Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh
yang panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus,
sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada
kulit.
(4) Feses
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200
mL/hari, yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam
mukosa usus besar (kolon).

C. PATOFISIOLOGI
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan
elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisiseperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawalidengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahancairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunancairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini,
tubuhmelakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit
volumecairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan
abnormalmelalui kulit, penurunan asupancairan , perdarahan dan pergerakan
cairanke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah
untukmengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan
ekstraseluleristirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler
menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga
sendi. Selainitu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam
saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.
Pathway

Kehilangan cairan dan protein

Hilangnya cairan jaringan

Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit

D. TANDA DAN GEJALA


 Tanda-tanda vital yang abnormal
 Asupan dan pengeluaran cairan yang tidak simbang
 Tugor kulit yang buruk
 Peningkatan berat badan yang tiba-tiba
 Temperatur tubuh yang sangat tinggi akibat kehilangan cairan yang
berlebih

E. KOMPLIKASI
1) Pada pemenuhan kebutuhan cairan
 Dehidrasi
 Overhidrasi
2) Pada pemenuhan kebutuhan elektrolit
 Hiponatremia
 Hipernatremia
 Hipokalemia
 Hiperkalemia
 Hipokalsemia
 Hiperkalsemia
 Hipomagnesia
 Hipermagnesia

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan darah
Darah perifer lengkap, gas darah dan elektrolit
2. Pemeriksaan feses
Makrokospis dan mikrokospis, pH dan kadar gula

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Pemberian cairan intravena untuk yang kehilangan cairan akut/berat
2. Pengkajian masalah yang berat, bunyi nafas dan warna kulit
3. Imobilisasi cairan dengan memposisikan pasien pada posisi supine
4. Menghentikan infus bila pemberian natrium cairan berlebihan
5. Frekuensi pemberian aliran didasarkan keparahan, kekurangan dan
respon kemodinamik pasien terhadap penggantian cairan
6. Pemberian deuretik jika pembatasan diet natrium tidak cukup untuk
mengurangi edema dengan mencegah reabsorpsi natrium dan air oleh
ginjal

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1) Intake dan output cairan dan makanan (oral, perentral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
6) Status perkembangan seperti usia dan situasi sosial
7) Faktor psikologi seperti perilaku emosional yang mengganggu
pengobatan

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Hipovolemia
2) Risiko hipovolemia
3) Hipervolemia

C. INTERVENSI
1) Manajemen hipovolemia
 Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. Frekuensi nasi
meningkat, nadi teraba lemah, dll)
 Berikan asupan cairan oral
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCI, RL)
2) Manajemen syok hipovolemia
 Monitor status oksigenasi (oksimetri nadi, AGD)
 Pertahankan jalan napas paten
 Kolaborasi pemberian infus cairan kristaloid 1-2 L pada dewasa

D. IMPLEMENTASI
Dilakukan berdasarkan intervensi

E. EVALUASI
1) Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
2) Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran
mukosa lembab, turgor kulit baik
3) Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik
4) Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral,
terapi intravena atau TPN)
5) Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA

Alimul H. A. Aziz. (2006). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi


Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Carpenito, L.J. (1995). Buku Saku: Diagnosa Keperawatan. Edisi ke-6. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran ECG.

Perry, Potter. (1997). Fundamental of Nursing. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC

Potter, Patricia A, Anne Geryfin Perry. (2006). Fundamental Keperawatan:


Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi ke-4. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran ECG

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai