Anda di halaman 1dari 10

1.

Devinisi Nutrisi dan Cairan


Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan
penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan
atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut
untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa.
Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Secara umum faktor yang mempengaruhi
kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor
patofisiologi seperti adanya enyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau
meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan
individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi.
Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan
cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh
tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri
dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan
transeluler.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut) Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh
melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian
tubuh, Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air
tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.

2. Faktor yang mempengaruhi


1) Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia
berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik,
serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh
yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang
diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh
laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan
ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang
besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
2) Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan
elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal
ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian,
jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang
tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan
dan aktivasi kelenjar keringat.
3) Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas
tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan.
Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water
loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu
lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang
bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja
berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak
lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan
panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang
panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat
kehilangan cairan hingga dua liter per jam.
4) Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika
asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan
terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan
penurunan kadar albumin.
5) Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat
stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi
glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan
natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti
deuritik yang dapat mengurangi produksi urine.
6) Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar
sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang
menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat
kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga
dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke
ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan
penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban
cairan (hipervelomia).
Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan
dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit
serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan
memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan
meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan
menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara.
Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin.
Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi
akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (missalnya gagal ginjal)
individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/24 jam) sehingga
anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7) Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan
penurunan kadar kalsium dan kalium.
8) Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan
dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi
defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium
sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula
menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh.
9) Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan
cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi,
sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat
asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon
ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia (Situmorang, 2010).
3. Patofisiologi dan Mekanisme
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler,
lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini,
tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan
disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupancairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan
berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi
cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan. Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen
ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik,
konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu
disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi
akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi
keseimbangan cairan.
3.1 Tanda dan Gejala
A. Tanda dan Gejala Diare
 Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif :
(tidak tersedia)
Objektif :
1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam.
2. Feses lembek atau cair.
 Gejala dan Tanda Minor
Subjektif :
1. Urgency.
2. Nyeri/kram abdomen.

Objektif :

1. Frekuensi peristaltik meningkat.


2. Bising usus hiperaktif.
B. Tanda dan Gejala Resiko
3.2 Pathway (Pohon Masalah)
4. Konsep Asuhan Keperawatan
4.1 Pengkajian fokus

4.2 Diagnosa yang mungkin muncul


1. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal dibuktikan dengan pasien mengatakan
nyeri di daerah perut, BAB 4x/hari, Feses pasien tampak lembek dan cair berwarna hitam
seperti petis.

4.3 Rencana keperawatan

Diagnosa Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan


Keperawatan
Diare Eliminasi Fekal (L.04033) Manajemen Diare (1.03101)
Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama
3x 24 jam, maka eliminasi
Observasi :
fekal membaik dengan
kriteria hasil :
1. Identifikasi penyebab diare
1. Kontrol pengeluaran
( mis. Inflamasi
feses meningkat
gastrointestinal, iritasi
2. Keluhan defekasi lama gastrointertinal, proses
dan sulit menurun infeksi, malabsrobsi,
3. Mengejan saat defekasi ansietas, strees, efek obat-
menurun obatan, pemberian botol
4. Distensi abdomen susu)
menurun 2. Identifikasi riwayat
5. Terasa massa pada pemberian makanan
rektal menurun 3. Identifikasi gejala
6. Urgency menurun invaginasi (mis. Tangisan
7. Nyeri abdomen keras)
menurun 4. Monitor warna, volume,
8. Kram abdomen frekwensi, dan konsistensi
menurun tinja
9. Kosistensi feses 5. Monitor tanda dan gejala
membaik hipovolemia
10. Frekuensi defekasi 6. Monitor iritasi dan ulserasi
membaik kulit di daerah perianal
11. Peristaltik usus 7. Monitor jumlah
membaik pengeluaran diare
8. Monitor keamanan
penyiapan makanan

Teraupetik :

1. Berikan asupan cairan oral,


(misalnya larutan gula
garam, oralit, atau pedialit)
2. Pasang jalur kanulasi
intravena (infus)
3. Berikan cairan intravena
jika perlu
4. Ambil sampel darah untuk
pemeriksaan darah lengkap
dan elektrolit
5. Ambil sampel feses untuk
kultur jika perlu

Edukasi :

1. Anjurkan makanan porsi


kecil dan sering secara
bertahap
2. Anjurkan menghindari
makanan pembentuk gas,
pedas, dan mengandung
laktosa
3. Anjurkan melanjutkan
pemberian ASI
4. Kolaborasi pemberian obat
antimotilitas
5. Kolaborasi pemberian obat
antispasmodik
6. Kolaborasi pemberian obat
pengeras feses seperti
atapulgit

(L.01001) Manajemen Hipovolemia (1.01006)


Setelah dilakukan Observasi :
intervensi keperawatan selama Observasi
3x 24 jam, maka Bersihan
1. Periksa tanda dan gejala
jalan napas meningkat dengan
hipovolemia (mis.
kriteria hasil :
frekuensi nadi meningkat,
1. Kekuatan nadi
nadi teraba lemah, tekanan
meningkat
darah menurun, tekanan
2. Turgor kulit
nadi menyempit, turgor
3. Output urine
kulit menurun membran
4. Pengisian vena
mukosa kering, volume
5. Ortopnea
urin menurun, hematokrit
6. Dipsnea
meningkat, haus, lemah)
7. Paroxysmal nocturnal
2. Monitor intake dan output
dypsnea (PND)
cairan
8. Edema perifer
Terapeutik
9. Berat badan
10. Distensi vena jugularis 1. Hitung kebutuhan cairan

11. Suara napas tambahan 2. Berikan posisi modified

12. Kongesti paru Trendelenburg

13. Perasaan lemah 3. Berikan asupan cairan oral

14. Keluhan haus Edukasi

15. Konsentrasi urine 1. Anjurkan memparbanyak

16. Frekuensi nadi asupan cairan oral

17. Tekanan darah 2. Anjurkan menghindari

18. Tekanan nadi perubahan posisi mendadak

19. Membrane mukosa Kolaborasi

20. Kadar Hb Kolaborasi

21. Berat badan inteake 1. Kolaborasi pemberian

cairan cairan IV isotonis (mis.

22. Status mental NaCl. RL)


2. Kolaborasi pemberian
23. Suhu tubuh cairan IV hipotonis (mis.
glukosa 2,5%, NaCI 0,4%)
3. Kolaborasi pemberian
cairan koloid (mis.
albumin, Plasmanate)
Kolaborasi pemberian
produk darah.

Anda mungkin juga menyukai