Nutrisi adalah zat-zat gizi dan zat lain yang berhubungan dengan kesehatan dan penyakit, termasuk keseluruhan proses dalam tubuh manusia untuk menerima makanan atau bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan bahan-bahan tersebut untuk aktivitas penting dalam tubuhnya serta mengeluarkan zat sisa. Masalah nutrisi erat kaitannya dengan intake makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi adalah faktor fisiologis untuk kebutuhan metabolisme basal, faktor patofisiologi seperti adanya enyakit tertentu yang mengganggu pencernaan atau meningkatkan kebutuhan nutrisi, faktor sosio-ekonomi seperti adanya kemampuan individu dalam memenuhi kebutuhan nutrisi. Cairan tubuh dibagi dalam dua kelompok besar yaitu: cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler. Cairan intraseluler adalah cairan yang berada di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan ekstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu: cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut) Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh, Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
2. Faktor yang mempengaruhi
1) Usia Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini, usia berpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh, kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal. 2) Aktivitas Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi kelenjar keringat. 3) Iklim Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya, orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan hingga dua liter per jam. 4) Diet Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit. Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen. Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin. 5) Stress Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat mengurangi produksi urine. 6) Penyakit Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar). Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan (hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru. Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat. Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (missalnya gagal ginjal) individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/24 jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam). 7) Tindakan Medis Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium. 8) Pengobatan Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam tubuh. Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat. Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan air dalam tubuh. 9) Pembedahan Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat obat-obat anastesia (Situmorang, 2010). 3. Patofisiologi dan Mekanisme Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupancairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan. Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang. Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses regulasi keseimbangan cairan. 3.1 Tanda dan Gejala A. Tanda dan Gejala Diare Gejala dan Tanda Mayor Subjektif : (tidak tersedia) Objektif : 1. Defekasi lebih dari tiga kali dalam 24 jam. 2. Feses lembek atau cair. Gejala dan Tanda Minor Subjektif : 1. Urgency. 2. Nyeri/kram abdomen.
Objektif :
1. Frekuensi peristaltik meningkat.
2. Bising usus hiperaktif. B. Tanda dan Gejala Resiko 3.2 Pathway (Pohon Masalah) 4. Konsep Asuhan Keperawatan 4.1 Pengkajian fokus
4.2 Diagnosa yang mungkin muncul
1. Diare berhubungan dengan iritasi gastrointestinal dibuktikan dengan pasien mengatakan nyeri di daerah perut, BAB 4x/hari, Feses pasien tampak lembek dan cair berwarna hitam seperti petis.
4.3 Rencana keperawatan
Diagnosa Luaran dan Kriteria Hasil Intervensi keperawatan
Keperawatan Diare Eliminasi Fekal (L.04033) Manajemen Diare (1.03101) Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x 24 jam, maka eliminasi Observasi : fekal membaik dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab diare 1. Kontrol pengeluaran ( mis. Inflamasi feses meningkat gastrointestinal, iritasi 2. Keluhan defekasi lama gastrointertinal, proses dan sulit menurun infeksi, malabsrobsi, 3. Mengejan saat defekasi ansietas, strees, efek obat- menurun obatan, pemberian botol 4. Distensi abdomen susu) menurun 2. Identifikasi riwayat 5. Terasa massa pada pemberian makanan rektal menurun 3. Identifikasi gejala 6. Urgency menurun invaginasi (mis. Tangisan 7. Nyeri abdomen keras) menurun 4. Monitor warna, volume, 8. Kram abdomen frekwensi, dan konsistensi menurun tinja 9. Kosistensi feses 5. Monitor tanda dan gejala membaik hipovolemia 10. Frekuensi defekasi 6. Monitor iritasi dan ulserasi membaik kulit di daerah perianal 11. Peristaltik usus 7. Monitor jumlah membaik pengeluaran diare 8. Monitor keamanan penyiapan makanan
Teraupetik :
1. Berikan asupan cairan oral,
(misalnya larutan gula garam, oralit, atau pedialit) 2. Pasang jalur kanulasi intravena (infus) 3. Berikan cairan intravena jika perlu 4. Ambil sampel darah untuk pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit 5. Ambil sampel feses untuk kultur jika perlu
Edukasi :
1. Anjurkan makanan porsi
kecil dan sering secara bertahap 2. Anjurkan menghindari makanan pembentuk gas, pedas, dan mengandung laktosa 3. Anjurkan melanjutkan pemberian ASI 4. Kolaborasi pemberian obat antimotilitas 5. Kolaborasi pemberian obat antispasmodik 6. Kolaborasi pemberian obat pengeras feses seperti atapulgit
(L.01001) Manajemen Hipovolemia (1.01006)
Setelah dilakukan Observasi : intervensi keperawatan selama Observasi 3x 24 jam, maka Bersihan 1. Periksa tanda dan gejala jalan napas meningkat dengan hipovolemia (mis. kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, 1. Kekuatan nadi nadi teraba lemah, tekanan meningkat darah menurun, tekanan 2. Turgor kulit nadi menyempit, turgor 3. Output urine kulit menurun membran 4. Pengisian vena mukosa kering, volume 5. Ortopnea urin menurun, hematokrit 6. Dipsnea meningkat, haus, lemah) 7. Paroxysmal nocturnal 2. Monitor intake dan output dypsnea (PND) cairan 8. Edema perifer Terapeutik 9. Berat badan 10. Distensi vena jugularis 1. Hitung kebutuhan cairan
11. Suara napas tambahan 2. Berikan posisi modified
12. Kongesti paru Trendelenburg
13. Perasaan lemah 3. Berikan asupan cairan oral
14. Keluhan haus Edukasi
15. Konsentrasi urine 1. Anjurkan memparbanyak
16. Frekuensi nadi asupan cairan oral
17. Tekanan darah 2. Anjurkan menghindari
18. Tekanan nadi perubahan posisi mendadak
19. Membrane mukosa Kolaborasi
20. Kadar Hb Kolaborasi
21. Berat badan inteake 1. Kolaborasi pemberian
cairan cairan IV isotonis (mis.
22. Status mental NaCl. RL)
2. Kolaborasi pemberian 23. Suhu tubuh cairan IV hipotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCI 0,4%) 3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate) Kolaborasi pemberian produk darah.