Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

OLEH:
TRI AGUSTINA WULANDARI
NIM : 191210020

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah salah satu bagian dari
fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan komposisi dan
perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan
zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel
bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan Elektrolit masuk ke
dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke
seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti adanya distribusi yang
normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan
dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika salah satu terganggu maka
akan berpengaruh pada yang lainnya.
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespon terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan (Tarwoto & Wartonah, 2015).
Keseimbangan cairan yaitu keseimbangan antara intake dan output. Dimana
pemakaian cairan pada orang dewasa antara 1.500ml - 3.500ml/hari, biasanya pengaturan
cairan tubuh dilakukan dengan mekanisme haus.
Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan
intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh
bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya; jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.

2. Etiologi
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit (Burner & Sudarrth, 2016) :
a. Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
 Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah.
 Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral, penggunaan obat-
obatan diuretic.
2. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik) Gagal jantung kongestif, gagal ginjal,
sirosis, asupan natrium berlebih.
b. Ketidakseimbangan Elektrolit
1. Hiponatremia Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui gastrointestinal
pengeluaran diuretic.
2. Hipernatremia Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat, Pemberian larutan
salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic.
3. Hipokalemiagastrointestial Penggunaan diuretic yang dapat membuang kalium, diare,
muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran.
4. Hiperkalemia Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah seperti
akibat luka bakar dan trauma.
5. Hipokalsemia Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit
neoplastik, pancreatitis.
6. Hiperkalsemia Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama.

3. Faktro Resiko
Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain:
1. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan berpengaruh
pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan anak-anak lebih
mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia dewasa. Pada usia lanjut
sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan gangguan fungsi ginjal atau
jantung.
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban udaranya rendah
memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui keringat. Sedangkan
seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat kehilangan cairan sampai
dengan 5 L per hari.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit. Ketika intake nutrisi tidak
adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga akan serum albumin dan
cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan glikogen otot.
Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga bila berkepanjangan
dapat meningkatkan volume darah.
5. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh.
4. Patofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit
ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik). Kondisi seperti ini disebut juga
hipovolemia. Umumnya, gangguan ini diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu
diikuti dengan perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan
penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan
pemindahan cairan intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan asupan cairan ,
perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi tempat cairan berpindah dan tidak
mudah untuk mengembalikanya ke lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat).
Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti pleura,
peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu, seperti
terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.

5. Pathway

kehilangan cairan intravaskuler kehilangan cairan abnormal melalui kulit

perpindahan cairan interseluler penurunan asupan cairan

Intravaskuler Tekanan darah terganggu

Kekurangan cairan dan elektrokit

Lemah Lemas Muntah Cemas

Gangguan defisit nutrisi


6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang didapatkan pada klien dengan hipovolemia antara
lain : pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntah, haus, kekacauan
mental, konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai
ketidak seimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia
adalah dapat berupa peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekwensi
jantung, inotropik (kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon
antideuritik (ADH), dan pelepasan aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkn
gagal ginjal akut.
7. Pemeriksaan Diganostik
1. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
a. Integument : keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan otot, tetani dan
sensasi rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin dan bunyi
jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-muntah dan.
2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb), hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun: adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi urine.
Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.
8. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan dan elektrolit per oral
a. Penambahan intake cairan dapat diberikan per oral pada pasien-pasien tertentu,
misalnya pasien dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I.
b. Penambahan inteke cairan biasanya di atas 3000 cc per hari.
c. Pemberian elektrolit per oral biasanya melalui makanan dan minuman.
2. Pemberian therapy intravena
a. Pemberian terapy intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan
extrasel secara langsung.
b. Tujuan terapy intravena :
1) Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi
cairan per oral secara adekuat.
2) Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan
elektrolit.

9. Komplikasi
Akibat lanjut dari kelebihan volume cairan adalah :
a. Gagal ginjal, akut atau kronik, berhubungan dengan peningkatan preload, penurunan
kontraktilitas, dan penurunan curah jantung.
b. Infark miokard.
c. Gagal jantung kongestif.
d. Gagal jantung kiri.
e. Penyakit katup.
f. Takikardi/aritmia berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotik koloid plasma
rendah, etensi natrium.
g. Penyakit hepar : Sirosis, Asites, Kanker, berhubungan dengan kerusakan arus balik vena.
h. Varikose vena.
i. Penyakit vaskuler perifer.
j. Flebitis kronis

10. Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
mendapatkan data identitas pasien meliputi :
 Nama,Umur, Jenis Kelamin, Pendidikan., Pekerjaan., Alamat, No. Registrasi.,
Diagnosa Medis, Tanggal MRS.
2. Riwayat Kesehatan :
 Keluhan Utama.
Buang air besar lebih dari 3x sehari dengan freluensi sering dan konsistensi encer.
 Riwayat Penyakit Sekarang.
 Suhu badan meningkat,nafsu makan berkurang
 Feses cair dan disertai lendir
 Sering muntah sebe;im dan sesudah diare
 Riwayat Penyakit Lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga.
3. Riwayat Keperawatan
a. Pola Intake
 Jumlah Cairan yang dikonsumsi.
 Tipe cairan yang biasa dikonsumsi.
b. Pola Eliminasi
 Mual muntah, Diare
 Feses cair mengandung Lendir dan darah
 Perubahan jumlah maupin frekuensi.
 Karakteristik urine.
c. Evaluasi status kehilangan cairan klien
 Tanda-tanda.
 Edema.
 Rasa haus berlebihan.
 Membran mukosa kering.
d. Proses penyakit yang dapat mengganggu keseimbangan cairan.
 Kanker, luka bakar.
4. Pemeriksaan Fisik :
 Kesadaran : kesadaran cukup atau menurun.
 Berat badan : pasien diare dengan dehidrasi biasanya mengalami penurunan berat
badan :dehidrasi ringan : bila terjadi penurunan berat badan 5%
 Kepala : normal atau abnormal.
 Wajah : tampak pucat atau tidak, tampak lemas atau tidak, dll.
 Mata : mata cekung atau cowong, air mata kering atau tidak, dll.
 Mulut & Bibir : Mukosa bibir kering atau lembab, Lidah putih atau tidak, dll.
 Hidung : normal atau abnormal.
 Leher : adanya pembesaran kelenjar limfa atau tidak.
 Integumen : turgor kulit
b. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume cairan b.d out put yang berlebih
2. Gangguan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi nutrien, status
hipermetbolik
3. Cemas b.d faktor psikologis/rangsangan simpati ( proses inflamasi ). Ancaman konsep
diri, ancaman terhadap status kesehatan.
c. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa SLKI SIKI
o Keperawatan
1 Kekurangan Cairan  Keseimbangan Cairan  Manajemen Cairan
b.d output yang Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
berlebih keperawatan selama 3x24 jam a. Monitor
diharapkan pasien memenuhi status hidrasi ( mis.
Kriteria Hasil : Frekusensi nadi,
1. As kekuatan nadi, akral,
upan Cairan Cukup pengisian,
meningkat b. kelemba
2. Kel pan mukosa,turgor
embapan membran mukosa kulit, tekanan darah)
cukup meningkat c. Monitor
3. De berat badan
hidrasi menurun d. Monitor
4. Te berat badan sebelum
kanan darah cukup membaik dan sesudah dialisis
5. Me 2. Terapeutik
mbran mukosa cukup a. Catat intake- output
membaik dan hitung balans
6. Tur caitran 24 jam
gor kulit cukup membaik b. Berikan asupan cairan,
sesuai kebutuhan
3. Kolaborasi pemberian
diuretik,jika perlu

2. Gangguan Nutrisi  Status Nutrisi  Manajemen Nutrisi


kurang dari Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
kebutuhan tubuh b.d keperawatan selama 3x24 jam a. Identifikasi alergi
gangguan absorbsi diharapkan pasien memenuhi dan intoleransi
nutrien, status Kriteria Hasil : makanan
hipermetbolik 1. Porsi makanan yang b. Monitor asupan
dihabiskan meningkat makanan
2. Berat bada membaik c. Identifikasi
3. Nafsu makan membaik perubahan berat
4. Indeks masa tubuh (IMT) badan
membaik d. Monitor berat badan
5. Frekuensi makan e. Timbang berat bada
membaik 2. Terapeutik
a. Berikan makanan
tinggi kalori dan
protein Kolaborasi
3. Kolaborasi dengan ahl
gizi tentang cara
meningkatkan asupan
makanan

3. Cemas b.d faktor  Tingkat Ansietas  Reduksi Ansietas


psikologis/rangsanga Setelah dilakukan tindakan 1. Observasi
n simpati (proses keperawatan selama 3x24 jam a. Identifikasi saat
inflamasi ). Ancaman diharapkan pasien memenuhi tingkat ansietas
konsep diri, ancaman Kriteria Hasil : berubah (mis.
terhadap status 1. Verbalisasi kebingungan Kondisi,
kesehatan cukup menurun waktu,stresor)
2. Verbalisai khawatir akibat b. Monitor tanda-tanda
kondisi yang dihadapi ansietas (verbal dan
cukup menurun non verbal)
3. Perilaku gelisah cukup 2. Terapeutik
menurun a. Temani pasien
4. Perilaku tegang cukup untuk mengutrangi
menurun kecemasan, jika
5. Pucat cukup menurun memungkinkan
6. Konsentrasi cukup b. Pahami situasi yang
membaik membuat ansietas
c. Motivasi
mengidentifikasi
situasi yang
memicu kecemasan
3. Edukasi
a.
mengungkapkan
perasaan
b.
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
obat antiansietas,jika
perlu

d. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang
menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana dan intervensi. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kondisi pasien mulai membaik daripada
sebelum dilakukan tindakan.

Anda mungkin juga menyukai