Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIARE

DEPARTEMEN
KEPERAWATAN DASAR

Disusun Oleh:
DIANA PUTRI DAMAYANTI
191210007

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Definisi
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit
adalah zat kimia yang menghasilkan partikelpartikel bermuatan listrik yang disebut ion jika
berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan di distribusikan ke seluruh tubuh. Kebutuhan cairan dan elektrolit
adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh membutuhkan perubahan yang tetap
untuk berespon terhadap stressor fisiologi dan lingkungan. Keseimbangan cairan tubuh adalah
keseimbangan antara jumlah cairan yang masuk dan keluar.
Terdapat tiga jenis masalah yang berkaitan dengan gangguan kebutuhan cairan yaitu terdiri dari :
a. Kelebihan volume cairan atauhipervolemia adalah istilah medis yang menggambarkan
kondisi ketika tubuh menyimpan terlalu banyak cairan dan juga menggamabrakna kondisi
kelebihan cairan dalam aliran darah. Tanda dan gejala klinik hipervolemia antara lain sesak
napas, dan ortopnea. Hipervolemia juga menimbulkan gagal jantung dan edema pulmumer,
khususnya pada pasien dengan disfungsi kardiovaskuler.
b. Kekurangan volumeatau hipovolemia adalah kondisi yang umumnya terjadi gangguan
dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan perpimdaham cairan interseluler
menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Tanda dan
gejala klinik biasanya pusing, kelemahan, keletihan, anoreksia, mual, haus, muntah,
kekacauan mental, konstipasi, oliguria.kekurangan cairan pun dapat menimbulkan gagal
ginjal akut.
2. Etiologi
 Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
a. Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV)
d. Perpindahan interstisial plasma
 Hipovolemia terjadi dapat disebabkan karena :
a. Penurunan masukan
b. Kehilangan cairan yang abnormal melalui kulit, gstro intestinal, ginjal abnormal
c. perdarahan
3. Klasifikasi
A. Klasifikasi menurut distribusi cairan tubuh yaitu :
a) Cairan Ekstrasel (CES) terdiri dari :
 Cairan Interstitial (CI_ yaitu cairan yang berada diantara sel yang menyusun sekita
15% berat tubuh.
 Cairan Intravascular (CIV) terdiri dari plasma dan darah yang menyusun sekitar 5%
berat tubuh.
 Cairan Transeluler yang terdiri dari cairan serebrospinalis, synovia, cairan
peritoneum, cairan dalam rongga mata yang menyusun sekitar 3% berat tubuh.
b) Cairan Intrasel (CIS) yaitu cairan dalam membran sel yang membentuk 40% berat
tubuh.
B. Hipovolemia / dehidrasi merupakan kekurangan cairan ekstenal yang terjadi karena
penurunana intake cairan dan kelebihan pengeluaran cairan. Ada tiga macam kekurangan
cairan yaitu dehidrasi isotonok, hipertonik, dan hipotonik. Dehidrasi berdasarkan
derajatnya yaitu :
 Dehidrasi berat jika kehilangan cairan 4-6 liter atau mencapai lebih dari 10% dari berat
tubuh, serum natrium 156-160 mEq/lt, hipotensi, turgor kulit buruk, oliguri, nadi, dan
pernapasan meningkat.
 Dehidrasi sedang jika kehilangan cairan 2-4 liter atau diantara 5-10% dari berat tubuh,
serum natrium 152-158 mEq/lt dan mata cekung
 Dehidrasi ringan jika kehilangan cairan mencapai 5% dari berat badan atau 1,5-2 liter
C. Hipervolemia terdapat dua manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan cairan yaitu
hipervolume dan edema. Pada kelebihan ektrasel, gejala yang sering ditimbulkan adlah
edema perifer (pitting edema0, arsites, kelopak mata membengkak, suara napas ronchi
basah, penambahan berat badan secara tidak normal, nilai hematokrit pada umumnya
normal akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.
D. Hiponatrenia merupakan suatu keadaaan kekurangan kadar natriun dalam plasma daraj
ditandai dengan adnaya rasa kehausan yang berlebihan, rasa cemas, takut dan bingung,
kejang perut, denyut nadi cepat hipotensi, konvulsi, membran mukosa kering, kadar
natrium dalam plasma kurang dari 135mEq/lt.
E. Hipoklaemia adalah suatu keadaaan kekurangan kadar kalium dalam darah ditandai dengan
denyut nadi lemah, tekanan darah menurun, tidak nafsu makan dan muntah-muntah, perut
kembung, otot lemah dan lunak, detak jantung tidak beraturan (aritmia), penurunan bising
usus, kadar kalium plasma menurun kurang dari 3,5mEq/lt.
4. Pathofisiologi
Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan elektrolit ekstraseluler
dalam jumlah yang proporsional. Kondisi seperti ini disebut hipovolemia. Umunya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan ciaran intravaskuler, lalu diikuti dengan perpindahan cairan
interseluler menuju intravaskuler sehingga menyebabkan penurunana cairan ekstraseluler. Untuk
mengkompensasi konsiai ini, tubuh melakukan pemindahan cairan intraseluler. Secara umum,
kekurangan volume cairan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal
melalui kulit, penurunan asupan cairan, perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga
(lokasi tempat ciaran berpindah dan mudah untuk mengembalikannya ke lokasi semula dalam
kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat berpindah dari lokasi intravaskuler menuju
potensial seperti pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi tertentu
seperti terperangkapanya ciaran dalam saluran pencernaan dpar terjadi akibat obstruksi saluran
pencernaan.
Kelebihan volume cairan akan terjasi apabila tekanan hidrostatik intravaskuler meningkat,
tekanan osmotik koloid plasma menurun, dan gangguan aliran limfe. Meningkatnya tekana
hidrostatik cenderung memaksa cairan masuk ke dalam ruang interstitial. Penyebab peningkatan
tersebut diantaranya adalah kegagalan jantung, penurunan perfusi ginjal, aliran darah yang
lambat misalnya karena ada sumbatan. Menurunnya tekanana osmotik koloid plasma disebabkan
menurunnya kadar albumin plasma. Penurunan kadae albumin plasma diakibatkan oleh
kehilangan albumin serum yang berlebihan atau oenguranan sintesis albumin serum. Kondisi ini
misalnya dapat ditemukan pada penyakit nefrotik sindrom, penyakit hati dan pankreas, serta
kekurangan protein yang berat.

5. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor risiko dari gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit :
a) Defisiensi volume cairan dan regulasi endokrin.
b) Diare
c) Kelebihan volume cairan
d) Disfungsi ginjal
e) Muntah
f) Efek samping obat dan prosedur (misalnya: medikasi, drain, pembedahan).
g) Gangguan mekanisme regulasi (misalnya: diabetes insipid, sindrom ketidaktepatan sekresi
hormone antideuretik)
h) Ketidakseimbangan cairan (misalnya: dehidrasi dan intoksikasi air)
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipovolemia antara lain
pusing, kelemahan, keletihan, sinkope, anoreksia, mual, muntaj, haus, kekacauan mental,
konstipasi, oliguria. Tergantung jenis kehilangan cairan hipovolemia dapat disertai
ketidakseimbangan asam basa, osmolar/elektrolit. Penipisan (CES) berat dapat menimbulkan
syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hipolemia adalah dapat berupa
peningkatan rangsang sistem syaraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, inotropik
(kontraksi jantung) dan tahanan vaskuler), pelepasan hormon antideuritik (ADH), dan pelepasan
aldosteron. Kondisi hipovolemia yang lama menimbulkan gagal ginjal akut.
Tanda dan gejala klinik yang mungkin didapatkan pada klien dengan hipervolemia antara lain
sesak napas dan ortopnea. Mekanisme kompensasi tubuh pada kondisi hiperlemia adalah berupa
pelepasan Peptida Natriuretik Atrium (PNA), menimbulkan peningkatan filtrasi dan ekskresi
natrium dan air oleh ginjal dan penurunan pelepasan aldosteron dan ADH. Abnormalitas pada
homeostatisiselektrolit, keseimbangan asam-basa dan osmolalitas sering menyertai hipervolemia.
Hipervolemia dapat menimbulkan gagal jantung dan edema pulmuner khusus pada pasien
dengan disfungsi kardiovaskuler.

7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Hitung darah
Hematrokit (Ht) menggambarkan persentase total darah dengna sel darah merah. Karena
hematokrit merupakan pengukuran volume sel dalam plasma, nilanya akan dipengaruhi oleh
jumlah cairan plasma. Normalnya nilai Ht pada laki-laki adalah 40%-54% dan perempuan
37%-47%
2. Pemeriksaan elektrolit serum dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium, klorida,
dan kalsium
a. Kondisi kelebihan natrium (hipertremia) dalam darah umunya disebabkan oleh
kurangnya konsumsi air, dehidrasi berat, hilangnya cairan tubuh karena demam, diare,
muntah, penyakit pernapasan, keringat berlebihan karena olahraga dan konsumsi obat
kortikosteroid. Sedangkan kondisi kekurangan natrium (hiponatremia) biasanya
disebabkan oleh malnutrisi serta gangguan kelenjar tiroid, adrenal, dan hipotalamus
b. Klaium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung serta menjaga fungsi saraf dan
otot. Kondisi kadar kalium berlebih (hiperkalemia) biasanya disebabkan oleh gagal
ginjal dan dehidrasi berat. Sedangkan kondisi kekurangan kadar kalium (hipokalemia)
umunya disebabkan oleh gangguan makan, dehidrasi, muntah, diare, dan penggunaan
obat pencahar, diuretik atau insulin
c. Klorida adalah elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam darah
dan menyebarkan impuls saraf. Kelebihan klorida (hiperkloremia) bisa disebabkan oleh
gagal ginjal kronis atau akut, gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkosis
respiratorik), dan konsumsi acetazolamide jangka panjang, sedangkan kekurangan
klorida (hipokloremia) biasanya disebabkan oleh diare atau muntah berkepanjangan,
penyakit paru-paru kronis seperrti emfisema, gagal jantung, dan gangguan pH darah
(alkalosis metabolik), penyebabnya konsumsi obat pencahar, diuretik, kortikosteroid
dan bikarbonat.
d. Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi orag ,saraf, otot dan sel tubuh.
Penyebab hiperkalsemia antara lain adalah penyakit ginjal, gangguan tiroid,
hiperparatiroidisme, obat-obatan seperti lithium, tefilin dan diuretic, penyakit paru-paru
seprti TBC. Penyebab hipokalsemia diantaranya adalah pankreatitis, gagal ginjal,
kanker prostat, dan kekurangan vitamin D
3. pH urine
pH urine menunjukkan tingkatkeasaman urine yang dapat digunakan untuk menggambarkan
ketidakseimbnagan asam basa, ph urine normal adalah 4,6-8 pada kondisi asidosis
metabolik.
4. Berat jenis urine
Berat jenis urine dapat digunakan sebagai indikator gangguan kebutuhan cairan dan
elektrolit. Berat jeniis urine dapat meningkat saat terjadi pemekatan akibat kekurangan
cairan dan menurun saat tubuh kelebihan cairan. Nilai berat jenis urine normal adalah 1,005
– 1,03.
5. Analisa gas darah biasanya yang diperiksa adalah pH, PO, HCO, PCO, dan SaO 2.
 PCO2 normal : 35 -40 mmHg
 PO2 normal : 80 -100 mmHg
 HCO2 normal : 22 – 24 mmHg
 SaO2 adalah perbandingan oksigen dalam darah dengan jumlah oksigen yang dapat
dibawa oleh darah sampai bagian perifer tubuh, normalnya 95%-98%
8. Penatalaksanaan medis
1) Pemberian cairan dan elektrolit per oral
 penambahan intake cairan dapat diberikan peroral pada pasien tertentu misal pasien
dengan dehidrasi ringan atau DHF stadium I
 penambahan intake cairan biasanya diatas 3000cc/hari
 pemberian elektrolit peroral biasanya melalui makanan dan minuman
2) pemberian terapi intravena
a. pemberian terapi intravena merupakan metode yang efektif untuk memenuhi cairan
extrasel secara langsung
b. Tujuan terapi intravena :
 Memenuhi kebutuhan cairan pada pasien yang tidak mampu mengkonsumsi cairan
peroral secara adekuat
 Memberikan masukan-masukan elektrolit untuk menjaga keseimbangan elektrolit
c. Jenis cairan intravena yang biasa digunakan :
 Larutan nutrient, berisi beberapa jenis karbohidrat dan air, yang digunakan 5%
dextrosa in water (DSW), amigen dan aminovel
 Larutan elektrolit, antara lain larutan salin baik isotonik, hipotonii, maupun
hipertonik yang banyak digunakan yaitu normal saline (isotonik) : NaCL 0,9%
 Cairan asam basa
 Blood voleme expanders berfungsi untuk meningkatan volume pembuluh darah atau
plasma cara kerjanya adalah meningkatkan tekanan osmotik darah.
3) Menghitung balance cairan
 Input
Cairan yang termasuk input yaitu minuman dan makanan, terapi infus, terapi injeksi, air
metabolisme (5cc/kgBB/hari), NGT masuk.
 Output
Cairan tersebut berupa muntah, feses, insenbile water loss (IWL) menggunakan rumus
15cc/kgBB/hari, Cairan NGT terbuka, urin, drainage dan perdarahan.
4) Hipovolemia
 Pemulihan volume cairan normal dan koreksi gangguan penyerta asam basa dan
elektrolit
 Perbaikan perfusi jaringan pada syok hipovolemik
 Rehidrasi oral pada diare pediatrik
5) Hipervolemia tindakan :
 Pembatasan natrium dan air
 Diuretik
 Dialisis atau hemofiltrasi arteriovena kontinue
9. Komplikasi
Elektrolit yang hilang dalam tubuh harus segera diseimbangkan kembali agar kesehatan tubuh
tetap terjaga. Jika dibiarkan, maka terjadi gangguan pada ginjal karena organ satu ini harus
bekerja lebih keras untuk menyaring zat-zat yang tidak diperlukan oleh tubuh. Jika tubuh
mengalami gangguan elektrolit jangka panjang, komplikasi yang terjadi termasuk kejang, koma,
hingga jantung berhenti dan kematian. 
10. Asuhan Keperawatan
a) Pengkajian keperawatan
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh BAB lebih dari 3x sehari dan cair, perut sakit
2. Riwayat penyakit sekarang
Pasien mengatakan tinja/feses semakin cair, tidak ada darah /lendir, bau busuk warna
kuning. Pasien sudah mengonsumsi obat anti diare tetapi masih mencret bahkan sampai
muntah tiap mau makan/minum, merasakan sakit perut. Kemudian pasien dibawa ke
RS oleh keluarga
3. Riwayat kesehatan dahulu
Tidak ada penyakit yang diderita secara spesifik
4. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat hipertensi, asma,, IDM dalam keluarga. Penyakit yang sering
diderita oleh keluarga yaitu panas, batuk, pilek.
b) Diagnosa keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan BAB cair dan sering
2. Resiko gangguang integritas kulit berhubungan dengan BAB
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan muntah
c) Intervensi keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan BAB cair dan sering
 Kaji status hidrasi : ubun-ubun, mata, turgor kulit, dan membran mukosa
 Kaji pengeluaran urine, gravitasi urine atau berat jenis urin (1,005-1,020) atau
sesuai dengan usia pengeluaran urine 1-2 ml/kg/jam
 Kaji pemasukan dan pengeluaran urine
 Monitor tanda-tanda vital
 Pemeriksaan laboratorium sesuai program : elektrolit, Ht, pH dan serum albumin
 Pemberian cairan dan elektrolit sesuai dengan protokol (dengan oralit dan cairan
perenteral bila indikasi)
 Pemberian obat anti diare dan antibiotik sesuai program
 Pasien diistirahatkan
b. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan BAB
 Kaji kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
 Gunakan kapas lembab dan sabun bayi untuk membersihkan anus setiap BAB
 Hindari dari pakaian dan pengalas tempat tidur yang lembab
 Ganti kain bila lembab atau basah
 Gunakan obat cream bila perlu untuk perawatan perineal
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan muntah
 Timbang BB tiap hari
 Monitor intake dan output
 Setelah rehidrasi berikan minumam obat oral dengan sering dan makanan yang
sesuai dengan diit dan usia atau berat badan
 Hindari makan buah-buahan
 Lakukan kebersihan mulut setiap habis makan
 Monitor BAB encer frekuensi, jumlah, warna
d. Implementasi keperawatan
1. Defisit volume cairan berhubungan dengan BAB cair dan sering
 Lanjutkan pemberian cairan sesuai program KAEN 3B 5 tes/mnt
 Memotivasi keluarga untuk memberikan cairan sedikit – sedikit tapi sering
 Memantau tanda-tanda vital
 Memberikan obat PO sesuai program Vit, BC, B6, ketokonazole 50 mg
 Memantau tanda-tanda dehidrasi
2. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan BAB
 Memantau kerusakan kulit atau iritasi setiap BAB
 Menganjurkan pasien untuk menggunakan kapas lembab untuk membersihkan
anus setelah BAB
 Menggganti alas tidur jika lembab
 Menggunakan obat cream untuk perawatan perineal
 Menganjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah genital
3. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake tidak
adekuat dan muntah
 Menganjurkan pasien untuk makan/minum sedikit-sedikit tapi sering
 Menimbang BB
 Memantau adanya muntuh
e. Evaluasi
 Ubun –ubun datar dan mata tidak cekung, turgor kulit baik, bibir tidak kering
 Makanan habis tidak muntah
 Feses kembali normal

Anda mungkin juga menyukai