DISUSUN OLEH:
NAMA : MARFIA UMAGAPY
NIM :14420212203
B .Etiologi
a. Usia ; Berkaitan dengan permukaan tubuh, metabolisme yang
diperlukan, berat badan, dan perkembangan.
b. Temperatur ; Panas yang berlebihan menyebabkan keringat dimana
seseorang dapat kehilangan NaCl melalui keringat.
c. Diet ; Pada saat tubuh mengeluarkan nutrisi, tubuh akan memesan
cadangan energi. Proses ini akan menimbulkan pergerakan cairan dari
insterstitial ke intraseluler.
d. Stress ; Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, konsentrasi
darah dan glikolisis otot. Metabolisme ini dapat menimbulkan retensi
sodium dan air. Proses ini meningkatkan produksi ADH dan
menurunkan produksi urine..
e. Kondisi sakit ; kondisi sankit sangat berpengaruh terhadap kondisi
keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh misalnya, trauma seperti
luka bakar akan meningkatkan kehilangan cairan melalui IWL
(Insesible Water Loss), penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat
mempengaruhi proses regulator keseimbangan cairan dan elektrolit
tubuh, dan pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan
mengalami gangguan pemenuhan intake cairan karena kehilangan
kemampuan untuk memenuhinya secara mandiri. (.R, 2017)
B. Patofisiologi
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan
interstitial masuk kedalam sel. Pembuluh darah kapiler dan membran sel
yang merupakan membran semipermiabel mampu memfilter tidak semua
substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah. Metode
perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan beberapa cara yaitu :
a. Difusi adalah perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah melalui membran sel yang permeable terhadap
substansi materi baik padat maupun partikel zat terlarut.
b. Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat
terlarut secara bersamaan AW sebagai respon terhadap adanya cairan
yang mempunyai perbedaan tekanan.
c. Osmosis adalah perpindahan cairan melalui membrane selaktif
permeable dari area yang konsentrasi rendah ke area dengan
konsentrasi tinggi.
d. Transpor aktif adalah perpindahan cairan menggunakan ATP yang
melawan gradien konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi
tinggi. (Herman, 2017)
C. Manifestasi Klinik
a. Hipomelemi atau dehidrasi
Kekurangan cairan eksternal terjadi karena asupan cairan
dan kelebihan pengeluaran cairan. Tubuh akan merespons kekurangan
cairan tubuh dengan mengosongkan cairan vaskuler. Sebagai
kompensasi akibat penurunan cairan interstisial, tubuh akan
mengalirkan cairan keluar sel. Pengosongan cairan ini terjadi pada
pasien diare dan muntah. Ada tiga macam kekurangan volume cairan
eksternal, yaitu :
1) Dehidrasi isotonic, terjadi jika tubuh kehilangan sejumlah
cairan dan elektrolit secara seimbang.
2) Dehidrasi hipertonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih
banyak air daripada elektrolit.
3) Dehidrasi hipitonik, terjadi jika tubuh kehilangan lebih banyak
elektrolit daripada air.
Kehilangan cairan ekstrase secara berlebihan
menyebabkan volume ekstrasel berkurang (hipovolume) dan
perubahan hematokrit. Pada keadaan dini, tidak terjadi perpindahan
cairan daerah intrasel ke permukaan, sebab osmolaritasnya sama.
Jika terjadi kekurangan cairan ekstrasel dalam waktu yang lama,
kadar urea, nitrogen dan kreatinin meningkat dan menyebabkan
perpindahan cairan intrasel ke pembuluh darah. Kekurangan cairan
dalam tubuh dapat terjadi secara lambat atau cepat dan tidak terlalu
cepat diketahui.
Kelebihan asupan pelarut seperti protein dan
klorida/natrium akan menyebabkan ekskresi atau pengeluaran urine
secara berlebihan serta berkeringat dalam waktu lama dan terus-
menerus. Hal ini dapat terjadi pada pasien yang mengalami
gangguan hipotalamus, kelenjar gondok, ginjal diare, muntah secara
terus-menerus, pemasangan drainase dan lain-lain.
a. Hipervolume atau Overhidrasi
Terdapat 2 manifestasi yang ditimbulkan akibat kelebihan
cairan yaitu hipervolume (peningkatan volume darah) dan edema
(kelebihan cairan pada interstisial). Normalnya cairan interstisial
tidak terikat dengan air, tetapi elastic dan hanya terdapat diantara
jaringan. Pitting edema merupakan edema yang berada pada darah
perifer atau akan berbentuk cekung setelah ditekan pada daerah yang
bengkak, hal ini disebabkan oleh perpindahan cairan ke jaringan
melalui titik tekan.
Cairan dalam jaringan yang edema tidak digerakkan ke
permukaan lain dengan jari. Nonpitting edema tidak menunjukkan
tanda kelebihan cairan ekstrasel, tetapi sering karena infeksi dan
trauma yang menyebabkan membekunya cairan pada permukaan
jaringan. Kelebihan cairan vascular meningkatkan hidrostatik cairan
dan akan menekan cairan ke permukaan interstisial.
Edema anasarka adalah edema yang terdapat di seluruh
tubuh. Peningkatan tekanan hidrostatik yang sangat besar menekan
sejumlah cairan hingga ke membrane kapiler paru sehingga
menyebabkan edema paru dan dapat mengakibatkan kematian.
Manifestasi edema paru adalah penumpukan sputum, dispnea, batuk
dan adanya suara napas ronnchi basah. Keadaan edema ini
disebabkan oleh gagal jantung sehingga dapat mengakibatkan
peningkatan penekanan pada kapiler darah paru dan perpindahan
cairan ke jaringan paru.
Perawat harus melakukan observasi secara cermat bila
memberikan cairan intravena pada pasien yang mempunyai masalah
jantung, sebab kelebihan cairan pada kapiler paru terutama pada
anak/bayi dan orang tua dapat membahayakan. Pada anak, paru dan
kapasitas vaskularnya kecil sehingga tidak mampu menampung
cairan dalam jumlah besar. Pada pasien tua, elastisitas pembuluh
darah menurun dan hanya mampu menampung sedikit cairan.
Kelebihan cairan ekstrasel dihubungkan dengan gagal jantung,
sirosis hati dan kelainan ginjal.
Pada kelebihan ekstrasel, gejala yang sering ditimbulkan
adalah edema perifer (pitting edema), asites, kelopak mata
membengkak, suara napas ronchi basah, penambahan berat badan
secara tidak normal/sangat cepat dan nilai hematokrit pada umumnya
normal, akan tetapi menurun bila kelebihan cairan bersifat akut.
b. Hiponatremia
Merupakan suatu keadaan kekurangan kadar natrium dalam
plasma darah yang ditandai dengan adanya kadar natrium dalam
plasma sebanyak < 135 mEq/lt, rasa haus berlebihan, denyut nadi
yang cepat, hipotensi konvulsi dan membrane mukosa kering.
Hiponatremia disebabkan oleh hilangnya cairan tubuh secara
berlebihan, misalya ketika tubuh mengalami diare yang
berkepanjangan.
c. Hipernatremia.
Merupakan suatu keadaan dimana kadar natrium dalam
plasma tinggi, ditandai dengan adanya mukosa kering, oliguri/anuria,
turgor kulit buruk dan permukaan kulit membengkak, kulit
kemerahan, lidah kering dan kemerahan, konvulsi, suhu badan naik
serta kadar natrium dalam plasma lebih dari 145 mEq/lt. Kondisi ini
dapat disebabkan karena dehidrasi, diare, pemasukan air yang
berlebihan sementara asupan garam sedikit.
d. Hipokalemia
Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kram otot dankram perut, kejang,
bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan
kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
e. Hipokalsemia
Merupakankondisi kekurangan kadar kalsium dalam plasma
darah yang ditandai dengan adanya kram otot dankram perut, kejang,
bingung,kadar kalsium dalam plasma kurang dari 4,3 mEq/lt dan
kesemutan pada jari dan sekitar mulut yang dapat disebabkan oleh
pengaruh pengangkatan kelenjar gondok serta kehilangan sejumlah
kalsium karena sekresi intestinal.
f. Hiperkalsemia
Merupakan suatu keadaan kelebihan kadar kalsium darah
yang dapat terjadi pada pasien yang mengalami pengangkatan
kelenjar gondok dan makan vitamin D secara berlebihan, ditandai
dengan adanya nyeri pada tulang, relaksasi otot, batu ginjal, mual-
mual, koma dan kadar kalsium dalam plasma mencapai lebih dari 4,3
mEq/lt.
g. Hipomagnesia
Merupakan kondisi kekurangan kadar magnesium dalam
darah, ditandai dengan adanya iritabilitas, tremor, kram pada kaki
dan tangan, takikardi, hipertensi, disoriensi dan konvulasi. Kadar
magnesium dalam darah mencapai kurang dari 1,3 mEq/lt.
h. Hipermagnesia
Merupakan kondisi berlebihnya kadar magnesium dalam
darah, ditandai dengan adanya koma, gangguan pernapasan dan
kadar magnesium mencapai lebih dari 2,5 mEq/lt. (Wartonah, 2015)
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Fokus
a. Riwayat keperawatan
1) Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral,
parenteral)
2) Tanda umum masalah elektrolit
3) Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
4) Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis
cairan dan elektrolit
5) Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu
minus status cairan
6) Status perkembangan seperti usia atau status sosial
7) Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang
mengganggu pengobatan
b. Pengukuran klinik
1) Berat badan
Kehilangan/bertambahnya berat badan menunjukkan adanya
masalah keseimbangan cairan.
a) ± 2% : Ringan
b) ± 5% : Sedang
c) ± 10% : Berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu
yang sama.
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda vital seperti suhu, tekanan darah, nadi,
pernafasan, dan tingkat kesadaran.
E. Diagnosa Keperawatan
a. Hipovolemia
Penyebab
1) Kehilangan cairan aktif
2) Kegagalan mekanisme regulasi
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Kekurangan intake cairan
5) Evaporasi
b. Hipervolemia
Definisi : Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial,
dan/atau intraseluler
Penyebab
Hipervolemia
Kerusakan pada liver
Data Subjektif
Dispenea dan bernafas
Penurunan tekanan
dangkal ostomic
Data Objektif
Perubahan elektrolit
Tekanan aliran ke vena
Terdengar suara nafas
meningkat
tambahan
Oliguria
Penumpukan cairan
Asites
G. DATA UMUM
1. Identitas Klien
Nama : Ny S
Tempat/Tgl lahir : Makasar /15 Juni 1995
Status Perkawinan :-
Pendidikan terakhir : SMA
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Jl.Onta Baru
Tanggal masuk RS :
Umur : 27
Jenis Kelamin :P
Agama : Islam
Suku : Makassar
2. Penanggung Jawab/Pengantar
Nama : Tn.Z
Pendidikan Terakhir :-
Hubungan anatara klien : Ayah
Alamat : Jl.Onta Baru
Umur : 29 thn
Pekerjaan : PNS
Keterangan :
: Laki-Laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
G1 : Kakek dan nenek dari pihak ayah dan ibu sudah meninggal karena faktor
usia
G2 : Ayah dan ibu klien tidak pernah menderita penyakit yang sama dengan
klien dan
berbadan sehat. Ayah klien berusia 40 tahun dan merupakan anak ketiga
dari 5
bersaudara. Sedangkan ibu merupakan anak pertama dari 3 bersaudara.
G3 : Klien merupakan anak tunggal dan berumur 27 tahun
IV .RIWAYAT PSIKO-SOSIO-SPRITUAL
V. PEMERIKSAAN FISIK
1. Head to toe
Kulit/integumen :
Inspeksi : Kulit klien berwarna kuning langsat tidak terdapat
adanya lesi
Palpasi : tidak terdapat adanya edema. Kulit klien teraba hangat
Kepala & rambut :
Inspeksi :Kepala klien berbentuk bulat, tidak tampak adanya
benjolan, tidak ada lesi di kepala, rambut tampak lurus berwarna
hitam.
Palpasi : Tidak teraba adanya benjolan di kepala dan tidak ada
fraktur.
Kuku :
Inspeksi : kuku klien tampak bersih.
Palpasi : Capillary refill time kurang dari 2 detik.
Mata/penglihatan :
Inspeksi : Mata klien tampak simetris kiri dan kanan, Kelopak
mata tidak ada dropping dan ptosis. Konjungtiva tampak anemis,
sclera mata tampak putih, pupil bereaksi dengan normal ketika
tekanan cahaya, gerak bola mata normal.
Palpasi : Tidak ada peningkatan tekanan pada bola mata.
Hidung/penghiduan :
Inspeksi : Hidung Klien tampak normal, sputum normal, tidak ada
sekret, potensi hidung normal,
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus prontalis, maxilaris dan
sinus otmodialis
Telinga/pendengaran :
Inspeksi : Telinga klien tampak simestris kiri dan kanan,
Palpasi : tidak ada luka, daun telinga tampak bersih, tidak ada
cairan, tidak ada serumen pada telinga, klien dapat mendengar.
Mulut & gigi :
Inspeksi : Bibir klien tampak pucat dan kering, tidak ada luka, gigi
tidak ada karies gigi, dan mulut tampak bersih.
Leher :
Inspeksi : Tidak ada pembengkaka pada kelenjar tiroid, tidak ada
distensi vena jugularis.
Palpasi : Tidak teraba adanya pembengkakan kelenjar tiroid
Dada :Inspeksi : Bentuk dada: normal chest. Ekspansi dada =
simetris kiri dan kanan saat inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi
napas normal
H. Intervensi keperawatan
Hipovolemia
Definisi : Penurunan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intraseluler.
Hipervolemia
Definisi : Peningkatan volume cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau
intraseluler. Kategori : Fisiologis
Subkategori : Nutrisi dan Cairan
Kriteria hasil (SLKI) Intervensi (SIKI) Rasional
Setelah dilakukan tindakan Pemantauan
keperawatan selama 3x24 jam Cairan
diharapkan status cairan tubuh pasien (I.03121)
normal dengan kriteria hasil : Mandiri :
1. Monitor 1. Merupakan data dasar terhadap
Status Cairan (L.03028) frekuensi kemampuan beraktivitas dan untuk
Indikator Awal Target nafas
tindakan berikutnya.
Output urine 3 4
Keterangan : 2. Monitor berat 2. Memberikan catatan lanjut
1 = Menurun badan penrunan dan / atau peningkatan
2 = Cukup menurun berat badan yang akurat, juga
3 = Sedang menurunkan obsesi tentang
4 = Cukup meningkat peningkatan dan / atau penurunan.
3. Monitor intake
5 = Meningkat 3. Indikator keadekuatan volume
dan output
Status Cairan cairan sirkulasi.
Indikator Awal Target 4. Identifikasi 4. Merupakan tanda-tanda letargi
tanda-tanda cairan yang menambah kerja dari
Dipsnea 4 5
hipervolemia jantung dan menuju edema
Edema perifer 4 5 (dyspnea, pulmoner dan gagal jantung
Berat badan 4 5 edema perifer)
Keterangan : 1. Indikator kontrol status cairan
1 = Meningkat Pemberian informasi akan
2= cukup Meningkat
Manajemen memberikan pemahaman terhadap
3= Sedang
cairan Mandiri perilaku sehingga memungkinkan
4=Cukup Menurun
: terwujud perilaku yang konsisten.
5= Menurun 1. Berikan
asupan cairan,
sesuai
kebutuhan 1.Menambah permeabilitas tubulus
ginjal terhadap air dan merangsang
Pemantauan penyerapan kembali air pada
cairan tubulus ginjal
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
Manajemen
Hipervolemia
Kolaborasi
pemberian
diuretiklemia
DAFTAR PUSTAKA