Anda di halaman 1dari 19

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Cemas (Anxietas) merupakan istilah yang sangat akrab dengan

kehidupan sehari-hari. Istilah ini menggambarkan keadaaan khawatir,

gelisah, takut, tidak tentram dan sebagainya, disertai berbagai kondisi

atau situasi atau kehidupan berbagai gangguan fisik maupun mental

(Sulistiyawati, A, 2012).

Kecemasan dapat muncul bila seseorang mengalami suatu

perubahan dalam hidupnya misalnya dalam kehamilan. Ketika hamil

gejala emosional termaksud perasaan takut dan kecemasan berubah

dengan semakin tua umur kehamilan (Prawirohardjo, S. 2009).

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan

yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup

dalam keadaan 5 sehari-hari. Kecemasan adalah kebingungan,

kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab yang

tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan tidak menentu dan

tidak berdaya. Terjadi sebagai akibat dari ancaman terhadap harga

diri atau idintitas diri yang sangat mendasar bagi keberadaan individu

(Suliswati, 2005).

Kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas

penyebabnya dan tidak didukung oleh situasi yang ada. Salah satu

sumber stressor kecemasan adalah kehamilan. Di Indonesia terdapat


2

28,7% ibu hamil yang mengalami kecemasan dalam menghadapi

persalinan. Kecemasan lebih banyak terjadi pada ibu emesis

gravidarum. Kecemasan pada ibu emesis gravidarum dapat timbul

pada trimester pertama. Kecemasan berdampak negatif pada ibu

hamil seperti petumbuhan janin terhambat, melemahkan kontraksi otot

rahim, resiko melahirkan bayi prematur, dan berpengaruh pada

tumbuh kembang anak (Sugiyono, 2010).

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari

spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.

Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan

normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9 bulan

menurut kalender internasional (Reska Handayani, 2015).

Setiap wanita yang hamil akan mengalami proses penyesuaian

tubuh terhadap kehamilan sesuai pada tahap trimester yang sedang

dijalani. Trimester pertama merupakan awal trimester yang

menimbulkan berbagai respon pada ibu hamil. Respon yang paling

berpengaruh pada ibu hamil adalah mual dan muntah. Mual dan

muntah pada kehamilan disebut dengan emesis gravidarum atau NVP

(Nausea and Vomiting of Pregnancy) adalah gejala mual dan muntah

yang biasanya dimulai 2 sampai 4 minggu setelah fertilisasi,

puncaknya antara 9 sampai 16 minggu masa gestasi dan umumnya

akan selesai dalam 22 minggu masa gestasi (Sinclair, 2009).


3

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra

uteri mulai dari konsepsi dan berakhir sampai permulaan persalinan.

Dari peristiwa kehamilan dikenal dengan istilah primigravida dan

multigravida. Primigravida adalah wanita yang hamil pertama kali

sedangkan multigravida adalah ibu hamil yang sebelumnya sudah

pernah hamil lebih dari satu kali. Dalam proses kehamilan terjaid

perubahan anatomi fisiologi, selain perubahan tersebut ibu hamil

mengalami ketidaknyamanan dalam kehamilan seperti kelelahan,

keputihan, ngidam, sering buang air kencing dan keluhan yang paling

umum dirasakan pada ibu hamil adalah emesis gravidarum

(Kusmiyati, 2009).

Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar yang sering di

dapatkan pada ibu hamil trimester I. Mual dan muntah biasanya terjadi

pada pagi hari tetapi dapat pula timbul setiap saat pada malam hari.

Emesis gravidarum kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama

haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih dari 10 minggu.

Pada umumnya wanita dapat menyesuaikan dengan keadaan ini,

meskipun gejala mual dan muntah yang berat dapat berlangsung

sampai 4 bulan. Pekerjaan sehari-hari menjadi terganggu dan

keadaan umum menjadi buruk yang disebut hiperemesis gravidarum

(Prawirohardjo, 2015).

Kejadian emesis gravidarum dialami oleh sebagian besar ibu

hamil baik primigravida maupun multigravida. Emesis gravidarum


4

terjadi pada 60-80% dan 40-60% multigravida. Sekitar70% wanita

hamil akan mengalami rasa mual. Rasa mual ini dimulai pada minggu-

minggu pertama kehamilan dan berakhir pada bulan keempat namun

sekitar 12% ibu hamil mengalaminya sampai 9 bulan (Saswita, Y.

Bayhaki, 2011).

Kejadian emesis gravidarum dialami oleh sebagian besar ibu

hamil baik primigravida maupun multigravida. Emesis gravidarum

terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-60% multigravida. Pada

sebagian besar primigravida belum mampu beradaptasi dengan

hormon estrogen dan chorionik gonadotropin sehingga lebih sering

terjadi emesis gravidarum. Sedangkan pada multigravida sudah

mampu beradaptasi dengan perubahan hormonal karena sudah

mempunyai pengalaman terhadap kehamilan dan melahirkan (Oxorn,

harry, 2010).

Kehamilan merupakan suatu proses reproduksi yang perlu

perawatan khusus agar dapat berlangsung dengan baik demi

tercapainya persalinan yang aman, melahirkan bayi yang sehat

dengan harapan dapat menekan AKI dan AKB. Kehamilan dimulai dari

ovulasi sampai partus yang lamanya sekitar 280 hari (40 minggu).

Ditinjau dari usia kehamilannya, kehamilan dapat dibagi dalam 3

bagian, yaitu trimester 1 (0-12 minggu), trimester II (12-28 minggu),

trimester III (28-40 minggu) (Notoatmodjo, Soekidjo, 2002).


5

Berdasarkan uraian latar belakang dapat dilihat bahwa emesis

gravidarum merupakan salah satu penyebab kecemasan ibu hamil

mengalami peningkatan oleh karena itu peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan kejadian emesis

gravidarum dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester I di

Puskesmas Pampang”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : apakah ada hubungan

antara kejadian emesis gravidarum dengan tingkat kecemasan pada

ibu hamil trimester I di Puskesmas Pampang ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara emesis gravidarum dengan

tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester I di Puskesmas

Pampang.

2. Tujuan Khusus

1) Menganalisis hubungan kejadian emesis gravidarum dengan

tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester I di Puskesmas

Pampang.

2) Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester I

di Puskesmas Pampang.
6

3) Mengidentifikasi kejadian emesis gravidarum ibu hamil

trimester I di Puskesmas Pampang.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

a. Dapat dijadikan sebagai konsep baru yang berkaitan dengan

pentingnya kejadian emesis gravidarum dengan tingkat

kecemasan pada ibu hamil trimester I di Puskesmas Pampang

b. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan

pertimbangan dan masukan bagi ibu hamil yang mengalami

emesis gravidarum

c. Sebagai salah satu sumber informasi bagi petugas kesehatan

terutama bagi penentu kebijakan dan pelaksanaan program

emesis gravidarum.

2. Secara Praktis

a. Bagi ibu hamil

Menambah informasi tentang hubungan kejadian emesis

gravidarum dengan tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester

I.

b. Bagi Ilmu Pendidikan

Penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat sebagai bahan

masukan untuk penelitian berikutnya di bidan ilmu keperawatan

maupun kebidanan.

c. Bagi Tenaga Kesehatan


7

Informasi yang diperoleh dalam penelitian ini dapat dipakai

sebagai masukan untuk memberi konselin dalam

mengantisipasi adanya kecemasan dan kejadian emesis

gravidarum pada ibu hamil trimester I.

d. Bagi Peneliti

Sebagai pengalaman ilmiah yang dapat meningkatkan

pengetahuan dan menambah wawasan yang berkaitan dengan

emesis gravidarum.
8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kecemasan

1. Definisi

Kecemasan biasa disebut dengan anxientase atau anxienty

berasal dari bahasa latin yaitu angustus yang berarti kaku, dan

ango, anci yang artinya mencekik. Kecemasan merupakan

perasaan emosional individual dan pengalaman supjektif yang

tidak dapat di amati secara langsung dan perasaan yang tampa

objek yang spesifik (struart & sundeen, 2006). Kecemasan

secara umum merupakaan rasa hawatir, takut yng tidak jelas

sebabnya, menjadi kekuataan yang paling besar dalam

menggerakan tingkah lakuh, baik tingkah laku normal, maupun

tingkah langkuh yang menyimpan, yang terganggu, kedua-

duanya merupakan pertanyaan, penampilan penjelmaan dari

pertahanan terhadap kecemasan (Kanisius,2006).

Kecemasaan adalah peraan takut yang tidak jelas dan tidak

di dukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, seseoran akan

merasa tidak nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat

akan di timpah bahaya padahal seseorang tersebut tidak

mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi.

Tidak ada objek yang dapat di identifikasi sebagai stimulus

kecemasan (vedebeck, 2008). Menurut Kaplan dan sadock


9

(2010), kecemasan merupakan satu keadaan satu keadaan

yang ditandai oleh rasa khawatir disertai dengan gejala somatik

yang menandakan suatu kegiatan berlebihan dari sistem syaraf

autonomik.

2. Tanda dan Gejala Kecemasan

Hawari (2004) menyatakan bahwa tanda dan gejala yang

ditunjukan oleh kecemasan seseorang bervariasi, tergantung

dari beratnya atau tingkatan yang dirasakan oleh seseorang itu

sendiri. Keluhan yang sering dikemukakan oleh seseorang saat

mengalami kecemasan secara umum yaitu :

a. Gejala psikologi: pernyataan cemas, firasat buruk, takut

akan pikirannya sendiri, mudah tersinggung, merasa

tegang, tidak tenang, gelisah, dan mudah terkejut.

b. Gangguan pola tidur, sulit tidur, mimpi buruk.

c. Gangguan konsentrasi dan daya ingat

d. Gejala comatik: rasa sakit pada otot dan tulang jantung

berdebar-debar, sesak nafas, gangguan pencernaan, sakit

kepala, gangguan perkemihan, tangan terasa dingin dan

lembab.

Menurut Suririnah (2008) pada orang yang cemas

akanmuncul beberapa respon di timbulkan berupa:

a. Respon fisiologis individual terhadap kecemasan yaitu:

1) Kardiaveskuler
10

Respon dari kardioveskuler dapat perupa palpitasi,

jantung berdebar, peningkatan tekanan darah atau dapat

juga menurun, rasa mau pingsan, dan denyut nadi

menuru.

2) Pernapasan

Respon dari pernapasan dapat berupa nafa menjadi

cepat dangkal, nafas pendek, tekanan pada dada,

pembengkakan pada tenggorokan, serasa tercekik dan

terengah-rengah.

3) Neuromoskuler

Respon dari neuromoskuler dapat berubah reflekx

meningkat, reaksi kejutan, mata berkedip-kedip, tremor,

gelisah, wajah tegang, kelemahan umum, kaki goyang,

dan gerakan yang janggal.

4) Gastrointestinal

Respon dari gastrointina dapat berupa kehilangan

nafsu makan, menolk makan, rsa tidaqk nyaman pada

abdomen, mual dan diare.

5) Traktus urinaria

Respon dari gastrointina dapat berupa sering

berkemih, tidak dapat menahan BAK

6) Kulit
11

Respon dari kulit berupa wajah memerahan,

berkeringat setempat telapak tangan, gatal, rasa panas

dan dingin pada kulit, wajah pucat, dan berkeringat

seluruh tubuh.

b. Respon perilaku

Respon perilaku berupa gelisah, ketenagan fisik, tremlr,

gugup, bicara cepat, kurang kordinasi, cendrum mendapat

cedera, narik diri dari hubungan interpesonal, menghalangi

dan menghindari dari masalah.

c. Kongnitif

Responya berupa konstrasi terganggu dan pelupa,

salah dalam memberikan penilaian, hambatan berfikir,

kreatifitas dan produktifitas menurun, bingung, sangat

waspada, kesadaran diri meningkat, kehilangan objektifitas,

takut kehilangan kontrol, takut pada gambaran visual, takut

cederan atau kematian.

d. Afektif

Responya berupa mudah tergangg, tidak sabar, gelisah

dan tegang, ketakutan dan gugup.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Struart & sundeen (1998) menyatakan ada beberapa teori

yang telah di kembngkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang

mempengaruhi kecemasan:
12

a. Faktor predipsposisi

1) Teori psikonalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara

dua elemen kepribadiaan id superego. Id mewakili dorongan

instin dan inplus primitif seseorang, sedangkan superego

mencerminkan hati nurani seseorang dan kendalikan oleh

norma-norma budaya seseorang.

2) Teori interpesonal

Cemas timbul dari perasaan takut terhadap tidak ada

penerimaan dan penolakan interpesona. Cemas juga

berhubungan dengan perkembangan trauma, seperti

perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan

spesifik.

3) Teori perilaku

Cemas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu

yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai

tujuan yang di inginkan. Pakar perilaku lain menganggap

anseitas sebagai suatu dorongan untuk pelajari berdarkan

keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

4. Jenis Kecemasan

Menurut Kaplan dan Sadock (2010) kecemasan dibagi dua

yaitu :

a. Kecemasan normal
13

Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal

pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman suatu yang

baru dean belum di coba dan penemuan identitasnya sendiri

dari arti hidup.

b. Kecemasan patologi

Kecemasan adalah respon yang tidak sesuai terhadap

stimulus yang diberikan berdasarkan pada intensitas dan

durasinya.

c. Kecemasan Ringan

Kecemasan ringan berhubungan dengan ketegangan

dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkann seseorang

menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya.

Kecemasan dapat memotivasi belajar, menghasilkan

pertumbuhan dan kreaktivitas.

d. Kecemasan Sedang

Kecemasan sedang memungkinkan seseorang untuk

memusatkan padahal yang penting dan mengesampingkan

yang lain. sehingga seseorang mengalami perhatian seletif

namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah.

e. Kecemasan Berat

Kecemasan berat sangat mengurangi persepsi

seseorang. Cenderung untuk memusatkan pada suatu yang

terinci dan spesifik, dan tidak dapat berpikir tentang hal lain.
14

semua perilaku ditunjukan untuk megurangi ketegangan.

Orang tersebut memerlukan banyak pengarahan untuk dapat

memusatkan pada suatu area lain.

f. Panik

Tingkat panik dari kecemasan berhubungan dengan

terperangah, ketakutan dan teror. Rincian terpecah dari

proporsinya. Karena mengalami kehilangan kendali, orang

yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

dengan pengarahan. Panik ini melibatkan di organisasi

kepribadian dengan panik terjadi peningkatan aktivitas

motorik, menurungnya kemampuan berhubungan dengan

orang lain, persepsi yang menyimpang, dan kehilangan

pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan

dengan kehidupan, dan tidak berlangsung terus dalam waktu

yang lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan

kematian.

5. Rentan Respon Kecemasan

Stuart dan Stundeen (2006) mengatakan bahwa rentan

respon individu terhadap cemas berfluktuasi antara respon

adaptif dan maladaptive. Rentan respon yang paling adaptiv

adalah antisipasi dimna individu siap siaga untuk beradaptasi

dengan cemas yang mungkin muncul. Sedangkan rentan yang

paling maladaptiv adalah panik dimana individu sudah tidak


15

mampu lagi berespon terhadap cemas yang dihadapi sehingga

gangguan fisik dapat spikososial.

Rentang Respon kecemasan

Respon Adaptif

Respon Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat


Panic

6. Pengukuran Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan baik itu

kecemasan ringan sedang, berat, dan berat sekali atau panik

digunakan alat ukur kecemasan yang dikenal Halmiton Anxiety

Ranting Scale (HARS). Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok

gejala yang masing-masing dirinci lagi dengan gejala-gejala

yang lain lebih spesifik. Masing-masing kelompok gejala diberi

penilaian angka (skor) antara 0-4, yang artinya adalah nilai 0 =

tidak ada gejala (keluhan)

1= gejala ringan

2 = gejala sedang

3 = gejala berat

4 = gejala berat sekali


16

Masing-masing nilai angka (skor) dari ke 14 kelompok

gejala tersenbut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan

tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang, yaitu :

Total nilai (skor) :

< 14 = tidak ada kecemasan

14-20 = kecemasan ringan

21-27 = kecemasan sedang

28-41 = kecemasan berat

42-56 = kecemasan berat sekali atau panik.

B. Tinjauan Umum Tentang Kehamilan

1. Definisi

Kehamilan menurut pendapat Federasi Obstetri Ginekologi

International adalah fertilisasi ataun penyatusan dari spermatozoa

dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi

(Prawirohardjo, 2009).

Sedangkan menurut Sarwono (2006) kehamilan terjadi jika sel

telur wanita dibuahi oleh sel telur pria. Pristiwa ini disebut

pembuahan.hasil pembuahan ini juga berkembang menjadi

kehamilan, lamanya kehamilan yaitu 280 hari atau 40 minggu

dibagi kedalam 3 triwulan.

Kehamilan adalah dikandungnya janin hasil pembuahan sel

telur oleh sel sperma. Masa kehamilan dimulai dan konsepsi

sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40
17

minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir

(hanifa,2000).

Kehamilan adalah pertumbuhan dan perkembangan janin intra

uteri mulai dari konsepsi dan berakhir sampai permulaan

persalinan. Dari peristiwa kehamilan dikenal dengan istilah

Primigravida dan Multigravida. Primigravida adalah wanita yang

hamil pertama kali sedangkan miring multi gravida adalah ibu hamil

yang sebelumnya sudah pernah hamil lebih dari satu kali. Dalam

proses kehamilan terjadi perubahan anatomi fisiologi, selain

perubahan tersebut ibu hamil mengalami ketidaknyamanan dalam

kehamilan seperti kelleahan, keputihan, ngidam, sering buang air

kecing dan emesis gravidarum (Kusmiyati, 2009).

C. Tinjauan Umum Tentang Emesis Gravidarum (Morning Sickness)

1. Definisi

Emesis gravidarum merupakan keluhan umumyang

disampaikan pada kehamilan muda. Terjadinya kehamilan

menimbulkan perubahan hormonal pada wanita karena terdapat

peningkatan hormon estrogen, progesteron, dan dikeluarkannya

human chorionic gonadothropine plasenta. Hormon inilah yang

menyebabkan emesis gravidarum (Utami, 2008).

Emesis gravidarum adalah gejala yang wajar atau sering

terdapat pada kehamilan trimester pertama. Mual biasanya terjadi

pada [pagi hari, tetapi ada yang timbul setiap saat dan malam hari.
18

Gejala-gejala ini biasanya terjadib 6 minggu setelah hari pertama

haid terakhir dan berlangsung kurang lebih 10 minggu

(Winkjosastro, 2007).

Mual muntah yang berlebihan menyebabkan cairan tubuh

berkurang sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi) dan

sirkulasi darah ke jaringan terlambat. Jika hal itu terjadi, maka

konsumsi oksigen dan makanann ke jaringan juga ikut kurang.

Kekurangan oksigen dan makanan ke jaringan akan menimbulkan

kerusakan jaringan yang dapat mengurangi kesehatan ibu dan

perkembangan janin yang dikandungnya. Pada kasus semacam ini

diperlukan penanganan yang serius (Hidayati, 2009).

Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primigravida dan 40-

60% multigravida. Satu diantara seribu kehamilan, gejala-gejala ini

menjadi lebih berat. Perasaan mual disebabkan oleh

meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam dalam

serum meningkat, pengaruh fisiologis ini belum jelas,

mungkinkarena sistem syaraf pusat dengan pengosongan

lambung yang berkurang.

Faktor-faktor psikologis mempengaruhi terjadinya emesis

gravidarum terdiri dari stres, dukungan suami, keluarga serta faktor

lingkungan sosial, budaya dan ekonomi. Perubahan bentuk tubuh

yang terjadi pada ibu dengan emesis yaitu berat badan cenderung

turun atau ibu terlihat lebih kuru, turgor kulit berkurang dan mata
19

terlihat cekung. Apabila ibu hamil yang mengalami hal-hal tersebut

tidak melakukan penanganan dengan baik dapat menimbulkan

masalah lain yaitu peningkatan asam lambung dan selanjutnya

dapat menjadi gastritis. Peningkatan asam lambung semakin

memperparh emesis gravidarum.

Anda mungkin juga menyukai