DISUSUN OLEH:
TINJAUAN TEORI
A. Konsep fisiologi
Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Persentase cairan tubuh
tergantung pada usia, jenis kelamin, dan derajat status gizi seseorang. Seiring dengan
pertumbuhan seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat badan menurun.
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi ke dalam 2 kompartemen,
yaitu intraselular dan ekstraselular (Khrisna, I Nyoman Endi Ananda,2017).
1. Cairan intraselular
Pada orang dewasa, sekitar 2/3 dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular.
Sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan cairan
intraselular.
2. Cairan ekstraselular
Jumlah relatif cairan ekstraselular menurun seiring dengan bertambahnya usia, yaitu
sampai sekitar sepertiga dari volume total pada dewasa.Cairan ekstraselular terbagi
menjadi cairan interstitial dan cairan intravaskular. Cairan interstitial adalah cairan
yang mengelilingi sel dan termasuk cairan yang terkandung diantara rongga
tubuh(transseluler)seperti serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial,
intraokular dan sekresi saluran pencernaan. Sementara, cairan intravaskular
merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah, dalam hal ini plasma
darah.
Terdapat dua jenis bahan yang terkandung di dalam cairan tubuh, yaitu elektrolit dan
non-elektrolit.
1. Elektrolit
Adalah zat yang terdisosiasi dalam cairan, dibedakan menjadi ion positif (kation) dan
ion negatif (anion). Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+),
sedangkan kation utama dalam cairan intraselular adalah potasium (K+). Anion utama
dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat (HCO3-), sedangkan
anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat (PO43-). Kandungan elektrolit
dalam plasma dan cairan interstitial kurang lebih sama, sehingga nilai elektrolit
plasma mencerminkan komposisi dari cairan ekstraseluler (Khrisna, I Nyoman Endi
Ananda,2017).
2. Non elektrolit
Zat-zat yang termasuk ke dalam nonelektrolit adalah glukosa, urea, kreatinin, dan
bilirubin yang tidak terdisosiasi dalam cairan (Khrisna, I Nyoman Endi
Ananda,2017).
Total jumlah volume cairan tubuh (Total Body Water = TBW) kira- kira 60% dari
BB pria dan 50% dari BB wanita. Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output
cairan. Intake cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari
antara 1.800 – 2.500 ml/hari. Sekitar 1.200ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari
makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200-1.500
ml/hari, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.
B. Definisi
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan ketidakseimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan (Tarwoto,
Wartonah 2016 dalam Mardiyana, Yeni 2019)
C. Karakteristik
1. Datamayor
a. Ketidakcukupan masukancairan
b. Penurunan beratbadan
c. Kulit/ membran mukosakering
d. Keseimbangan negatif antara masukan dankeluaran
e. Edema
f. Kulitmenegang/mengilap
2. Data minor
a. Haus/ mual/anoreksia
b. Peningkatan natriumserum
c. Penuruna turgorkulit
d. Penurunan keluaran urin atau keluaran urinberlebihan
e. Urin memekat atau seringberkemih
f. Asupan lebih banyak daripadakeluaran
g. Sesaknapas
h. Peningkatan beratbadan
1. Overhidrasi
Terjadi jika asupan cairan lebih besar daripada pengeluaran cairan. Kelebihan cairan
dalam tubuh menyebabkan konsentrasi natrium dalam aliran darah menjadi sangat
rendah. Penyebab overhidrasi meliputi, adanya gangguan ekskresi air lewat ginjal
(gagal ginjal akut), masukan air yang berlebihan pada terapi cairan, masuknya cairan
irigator pada tindakan reseksi prostat transuretra, dan korban tenggelam.
Gejala overhidrasi meliputi, sesak nafas, edema, peningkatan tekanan vena jugular,
edema paru akut dan gagal jantung (Rahman, Diya Rashida Binti Abu, 2017).
2. Dehidrasi
Dehidrasi merupakan suatu kondisi defisit air dalam tubuh akibat masukan yang
kurang atau keluaran yang berlebihan. Kondisi dehidrasi bisa terdiri dari 3 bentuk,
yaitu: isotonik (bila air hilang bersama garam, contoh: GE akut, overdosis diuretik),
hipotonik (Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak
dibandingkan air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di
kompartemen intravaskular berpindah ke ekstravaskular, sehingga menyebabkan
penurunan volume intravaskular), hipertonik (Secara garis besar terjadi kehilangan
air yang lebih banyak dibandingkan natrium yang hilang. Karena kadar natrium
tinggi, air di kompartemen ekstravaskular berpindah ke kompartemen intravaskular,
sehingga penurunan volume intravaskular minimal) (Rahman, Diya Rashida Binti
Abu, 2017).
3. Hiponatremia
Kondisi hiponatremia apabila kadar natrium plasma di bawah 130mEq/L. Jika < 120
mg/L maka akan timbul gejala disorientasi, gangguan mental, letargi, iritabilitas,
lemah dan henti pernafasan, sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul
gejala kejang, koma (Rahman, Diya Rashida Binti Abu, 2017).
4. Hipernatremia
Jika kadar natrium > 150 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan mental,
letargi, kejang, koma, lemah.3 Manifestasi neurologis akan mendominasi dahulu
pada pasien dengan hipernatremia dan umumnya diduga hasil dari dehidrasi selular.
Gelisah, lesu, dan hyperreflexia dapat berkembang menjadi kejang, koma, dan
akhirnya kematian (Rahman, Diya Rashida Binti Abu, 2017).
5. Hipokalemia
Nilai normal Kalium plasma adalah 3,5-4,5 mEq/L. Disebut hipokalemia apabila
kadar kalium <3,5mEq/L. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa disritmik
jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen depresi, hipotensi
postural, kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi glukosa (Rahman, Diya
Rashida Binti Abu, 2017).
6. Hiperkalemia
Hiperkalemia adalah jika kadar kalium > 5 mEq/L. Hiperkalemia sering terjadi
karena insufisiensi renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-
inhibitor, siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan
saraf pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,
perubahan EKG). Efek paling penting dari hiperkalemia berada di otot rangka dan
jantung. Kelemahan otot rangka pada umumnya tidak terlihat sampai plasma [K +]
lebih besar dari 8 mEq / L, dan karena depolarisasi berkelanjutan spontan dan
inaktivasi kanal Na + membran otot, akhirnya mengakibatkan kelumpuhan (Rahman,
Diya Rashida Binti Abu, 2017).
7. Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah suatu kondisi yang gawat darurat karena menyebabkan kejang
umum dan henti jantung (Rahman, Diya Rashida Binti Abu, 2017).
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi
1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuhmetabolisme yang di perlukan
dan berat badan.
2. Temperature lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan keringat.seseorang dapat kehilangan NaCI
melalui kringat sebanyak 15-30g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi , tubuh akan memecah cadangan energi proses ini
akan menimbulkan pergerakan cairan dari intersisial ke intraseluler.
4. Stress
Stress dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retensi sodium dan air proses ini
dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urin
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelainan ginjaldan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan (Mardiyana, Yeni 2019).
E. Tahapan-tahapan
a. Difusi adalah perpindahan cairan dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah
melalui membran sel yang permeable terhadap substansi materi baik padat maupun
partikel zat terlarut.
b. Filtrasi adalah suatu proses perpindahan air dan substansi yang dapat terlarut secara
bersamaan sebagai respon terhadap adanya cairan yang mempunyai perbedaan
tekanan.
c. Osmosis adalah perpindahan cairan melalui membrane selaktif permeable dari area
yang konsentrasi rendah ke area dengan konsentrasi tinggi.
d. Transpor aktif adalah perpindahan cairan menggunakan ATP yang melawan
gradien konsentrasi dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi.
F. Masalah/gangguan yang timbul pada kebutuhan dasar manusia
1. Hipovolemik
Adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan Ekstraseluler (CES), dan dapat
terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga
menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah
peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung, kontraksi
jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone ADH dan adosteron.
Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal ginjal akut.
Gejala : pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah, rasa haus, gangguan mental,
konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR meningkat, suhu meningkat,
turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda – tanda
penurunan berat badan akut , mata cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi
dan anak – anak adanya penurunana jumlah air mata.
2. Hipervolemia
Adalah penambahan/kelebihan volume cairan CES dapat terjadi pada saat :
a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
c. Kelebihan pemberian cairan
d. Perpindahan CIT ke plasma.
Gejala : sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites,
edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher dan irama gallop
(Tarwoto&Wartonah, 2010 dalam Muna, Lailul, 2016).
2) KeadaanUmum
Pengukurantanda vital sepertisuhu, tekanandarah, nadi, pernafasan,
dantingkatkesadaran.
3) Pengukuranpemasukancairan
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parenteral termasukobat-obatan IV
c) Makanan yang cenderungmengandung air
d) Irigasikateteratau NGT
4) Pengukuranpengeluarancairan
a) Urine : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses: jumlahdankonsentrasi
c) Muntah
d) Tube drainase
e) IWL
5) Ukurkeseimbangancairandenganakurat :normalnyasekitar ± 200cc.
c. PemeriksaanFisik
Pemeriksaanfisikpadakebutuhancairandanelektrolitdifokuskan pada:
1) Integumen :keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahanotot, tetani,
dansensasi rasa.
2) Kardiovaskuler :detensi vena jugularis, tekanandarah, hemoglobin,
danbunyijantung.
3) Mata : cekung, air matakering
4) Neurologi :reflek, gangguanmotorikdansensorik, tingkatkesadaran.
5) Gastrointestinal :keadaanmukosamulut, mulutdanlidah, muntah-muntah,
danbisingusus.
d. PemeriksaanLaboratorium
1) Pemeriksaandarahlengkap :pemeriksaaninimeliputijumlahseldarah,
hemoglobin (Hb), danhematokrit (Ht).
a) Htnaik : adanyadehidrasiberatdangejalasyok
b) Htturun : adanyapendarahanakut, masif, danreaksihemolitik
c) Hbnaik : adanyahemokonsentrasi
d) Hbturun : adanyapendarahanhebat, reaksihemolitik
2) Pemeriksaanelektrolitserum
:pemeriksaaninidilakukanuntukmengetahuikadarnatrium, kalium, klorida, ion
bikarbonat.
3) pHdanberatjenisurin :
beratjenismenunjukkankemampuanginjaluntukmengaturkonsentrasi urine,
normalnya pH urine adalah 4,5-8 danberatjenisnya 1,003-1,030.
4) Analisa gas darah :biasanya yang biasadiperiksaadalah pH, PO, HCO, PCO,
dansaturasi O2.
a) PCO2 normal : 35-40 mmHg
b) PO2 normal : 80-100 Hg
c) HCO3 normal : 25-29 mEq/l
d) Saturasi O2adalahperbandinganoksigendalamdarahdenganjumlahoksigen
yang dapatdibawaolehdarah, normalnya di arteri (95%-98%) dan vena
(60%-85%)(Tarwoto&Wartonah, 2010 dalam Muna, Lailul, 2016).
H. Diagnosa keperawatan terkait
1. Defisien volume cairan b.d asupan cairan berkurang
2. Kelebihan volume cairan b.d asupan cairan berlebih
3. Hipertermi b.d dehidrasi
4. Hipotermi b.d malnutrisi
I. Intervensi
1. Defisien volume cairan b.d asupan cairan berkurang
O : Monitor TTV
N : Berikan cairan yang sesuai
E : Edukasi pasien dan keluarga terkait gangguan cairan dan elektrolit
K : Kolaborasikan dengan dokter terkait pemberian elektrolit melalui obat
2. Kelebihan volume cairan b.d asupan cairan berlebih
O : Monitor tanda dan gejala retensi cairan
N : Timbang BB dan pantau gejala
E : Edukasi pasien dan keluarga terkait gangguan cairan dan elektrolit
K : Kolaborasikan dengan dokter terkait pemberian elektrolit melalui obat
3. Hipertermi b.d dehidrasi
O : Monitor TTV
N : Berikan kompres dingin pada pasien
E : Edukasi pasien terkait tanda gejala penyakit
K : Kolaborasikan obat anti menggigil sesuai kebutuhan
9. Analisa Data
TTV :
TD = 110/90 mmHg
Suhu = 37℃
RR = 21x/menit
Nadi = 80x/menit
07 Desember Menganjurkan
DS :
2020 banyak minum Klien mengatakan
11.00 besedia minum air putih
DO :
Pasien tampak rileks dan
sedang minum air putih
07 Desember Berkolaborasi
DS :
2020 dengan tim klien siap diberikan obat
14.00 DO :
dokter dlm
Tidak adanya reaksi
pemberi obat alergi
oral tri mexol
forte
TTV :
TD = 110/90 mmHg
Suhu = 37℃
RR = 21x/menit
Nadi = 80x/menit
Menganjurkan
teknik relaksasi DS :
Klien mengatakan
besedia dan siap
diberikan teknik relaksasi
DO :
Pasien tampak rileks saat
diberikan teknik relaksasi
DS: Psien mengatakan
Berkolaborasi
bersedia minum obat dari
dengan tim dokter
dokter dlm
DO: Obat tampak
pemberi obat diminum ,obat masuk
mulut
oral tri mexol
forte
4 II 8 desember 1. Mengkaji status DS: Pasien mengatakan
2020 nutrisi bersedia di kaji
14.00 nutrisinya
Berat badan saat sakit
turun, diet makan : nasi,
sayur,sop, daging
3. Menimbang BB DO : BB 46 kg menjadi
klien 49
DS : klien mengatakan
bersedia untuk ditimbang
DO : BB 35 kg, klien
mengatakan nafsu makan
berkurang sejak sakit
Menganjurkan
teknik relaksasi
DS: Pasien mengatakan
bersedia melakukan
teknik relaksaasi
DO: pasien tampak
melakukan teknik
relaksasi
Berkolaborasi
dengan tim DS: Pasien mengatakan
dokter dlm bersedia minum obat dari
pemberi obat dokter
oral tri mexol DO: pasien sedang
forte minum obat, obat masuk
melalui oral
7
D. Evaluasi
Formatif
Sumatif