Anda di halaman 1dari 83

MODUL PRAKTIKUM

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH (KMB) 1

Penyusun :

Eska Dwi Prajayanti, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES ‘AISYIYAH SURAKARTA 2019

1
Penulis  : Eska Dwi Prajayanti, S.Kep., Ns., M.Kep.
Editor  Materi : TIM KMB (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Prodi Sarjana
Keperawatan)
 
 
Hak Cipta © 2019, Prodi Sarjana Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah Surakarta
MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN 
Semua hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak (mereproduksi),
mendistribusikan, atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku teks dalam bentuk
apapun atau dengan cara apapun, termasuk fotokopi, rekaman, atau melalui metode (media)
elektronik atau mekanis lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam kasus lain,
seperti diwujudkan dalam kutipan singkat atau tinjauan penulisan ilmiah dan penggunaan
non-komersial tertentu lainnya diizinkan oleh perundangan hak cipta. Penggunaan untuk
komersial harus mendapat izin tertulis dari Penerbit. Hak publikasi dan penerbitan dari
seluruh isi buku teks dipegang oleh Prodi Sarjana Keperawatan. Untuk permohonan izin
dapat ditujukan kepada Prodi Sarjana Keperawatan. STIKES ‘Aisyiyah melalui alamat
berikut ini:

Program Studi Sarjana Keperawatan


Jln. Kapulogo No 3 Pajang Laweyan Surakarta
0271711270
www.stikes-aisyiyah.ac.id

ii
VISI MISI TUJUAN STIKES

A. Visi
Menjadi Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah yang unggul dalam bidang kesehatan
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berakhlakul karimah dan
kompetitif di tingkat nasional tahun 2028
B. Misi
a. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan yang unggul
bertaraf nasional di bidang akademik serta non akademik yang
bernafaskan islam
b. Mengembangkan dan melaksanakan penelitian untuk menghasilkan teori
yang mendukung pembelajaran
c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang mendukung
peningkatan mutu pendidikan
d. Mengembangkan jejaring dengan lembaga pendidikan, lembaga
penelitian, lembaga pemerintah dan masyarakat di tingkat nasional
C. Tujuan
a. Menghasilkan tenaga kesehatan yang unggul dan berakhlakul karimah
b. Menghasilkan karya penelitian berupa pengetahuan, metode dan
teknologi yang mendukung pembelajaran dan berguna bagi masyarakat
c. Menghasilkan karya pengabdian kepada masyarakat di bidang kesehatan
d. Menghasilkan kerja sama kemitraan yang mendukung kegiatan
akademik, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara nasional

iii
VISI MISI TUJUAN PRODI

1. Visi
Mewujudkan Program Studi Ners yang unggul dalam bidang
keperawatan komunitas yang berakhlakul karimah dan kompetitif di tingkat
nasional pada tahun 2028
2. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan, pembelajaran dan bimbingan profesi
Ners yang bermutu dan Islami.
2) Melaksanakan penelitian yang mendukung pengembangan IPTEK di
bidang keperawatan.
3) Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
4) Mengembangkan jejaring dengan institusi lain di tingkat nasional
3. Tujuan
1) Menghasilkan Ners yang berkualitas dan Islami di bidang keperawatan
komunitas
2) Menghasilkan penelitian yang menunjang pengembangan IPTEK
keperawatan berbasis komunitas
3) Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang
keperawatan
4) Menghasilkan kerjasama dengan pemerintah maupun swasta dalam
penyelenggaraan Catur Dharma PT di tingkat nasional

iv
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr. Wb

Setiap institusi pendidikan Perguruan Tinggi yang telah melaksanakan


pendidikan keperawatan harus menggunakan kurikulum sebagai dasar utama.
Berdasarkan kompetensi atau kemampuan yang dijabarkan ke dalam
keterampilan pengetahuan dan sikap.

Untuk mencapai kompetensi tersebut diperlukan metode pembelajaran


yang baik. Disamping pemberian kuliah dikelas juga diperlukan pembelajaran
laboratorium dalam bentuk praktek mandiri maupun dengan didampingi atau
dibimbing oleh dosen. Pelaksanaan praktikum membutuhkan pedoman yang
berisi panduan praktikum beserta SOP tindakan. Oleh karena itu tim
Keperawatan Medikal Bedah (KMB) 2 telah menyusun “Modul Praktikum KMB
1”

Dengan tersusunnya pedoman praktek ini diharapkan proses pembelajaran


di laboratorium akan lebih terarah dan mahasiswa dapat memanfaatkan buku
pedoman ini dengan sebaik-baiknya. Sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai
dengan baik.

Wassalamu’alaikum, wr. Wb

v
DAFTAR ISI

Hal

Hal Cover…………………………………………………………………………i
Visi Misi Tujuan STIKES ....................................................................................ii
Visi Misi Tujuan Prodi………………………………………………………….iii
Kata Pengantar…………………………………………………………………..iv
Daftar isi................................................................................................................v
Rencana Pembelajaran Semester..........................................................................vi
Glosarium
BAB I PENDAHULUAN
A. Ayat Al-Qur’an yang relevan ..............................................................1
B. Deskripsi Mata Ajar..............................................................................2
C. Prasyarat………………………………………………………………3
D. Petunjuk Penggunaan Modul…………………………………………4
1. Penjelasan Bagi Peserta didik……………………………………..5
2. Peran Dosen……………………………………………………….6
E. Tujuan Akhir..............................................................................................
F.Capaian
Pembelajaran…………………………………………………….
G. Cek Kemampuan Awal
………………………………………………….
BAB II PEMBELAJARAN
A. MATERI I ................................................................................................3
B. MATERI II................................................................................................3
C. MATERI III...............................................................................................3
D. MATERI IV...............................................................................................3
E. MATERI V................................................................................................4

vi
F. MATERI VI ..............................................................................................4
G. MATERI VII.............................................................................................4
H. MATERI
VIII……………………………………………………………
I. MATERI IX
……………………………………………………………...
J. MATERI X
………………………………………………………………
K. MATERI XI
……………………………………………………………..
L. MATERI XII
…………………………………………………………….
M. MATERI XIV
…………………………………………………………..
BAB III EVALUASI

vii
viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Ayat Al Qur’an Yang Relevan


Al-Quran Surah Al-Anbiyaa’ :83-84

Artinya :
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah.

B. Deskripsi Mata Ajar


Praktek laboratorium KMB 1 merupakan penerapan tentang teori terkait
dengan keterampilan dalam implementasai asuhan keperawatan pada pasien
dewasa dengan masalah medical dan bedah. Fokus mata ajar ini adalah
mempraktekkan keterampilan yang terkait dengan implementasi untuk
mengatasi gangguan sistem pernafasan, kardiovaskuler dan hematologi
C. Prasyarat
Mata Kuliah Prasarat

1
D. Petunjuk Penggunaan modul
a. Penjelasan Bagi Peserta didik
Modul ini terdiri dari 14 materi yang ternasuk dalam keperawatan
medikal bedah 1 yang berisi tentang sistem pernafasan, kardiovaskuler
dan hematologi.
Materi 1: Pemeriksaan Paru
Materi 2: Fisioterapi dada
Materi 3: Postural Drainage
Materi 4: Perawatan Trakeostomi
Materi 5: Perawatan WSD
Materi 6: Suction dan Terapi Oksigen
Materi 7: Pemeriksaan Jantung
Materi 8: Pengukuran JVP
Materi 9: Pemasangan EKG
Materi 10: Interpretasi Hasil EKG
Materi 11: Tranfusi Darah
Materi 12: Pengambilan sampel darah (Vena)
Materi 13: Torniquet Test
Materi 14: Pengambilan darah arteri
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan diatas , kami
sediakan materi, contoh soal dan tool untuk setiap prasat.
b. Peran Dosen
Melakukan evaluasi akhir pada masing-masing prasat sesuai dengan yang
diampu.

E. Tujuan Akhir
Setelah menyelesaikan praktek laboratorium ini mahasiswa mampu
melakukan tindakan keperawatan terkait dengan masalah keperawatan
Medikal Bedah

2
F. Capaian Pembelajaran
Mg Ke- Sub CP-MK Indikator Kriteria dan Bentuk Penilaian Metode Pembelajaran Materi Pembelajaran Bobot
(Sbg kemampuan akhir (Estimasi Waktu) (Pustaka) Penilaian
yang diharapkan) (%)
1 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Pemeriksaan paru 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] mulai dari inspeksi,
keperawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -1: Membuat resume materi perkusi, palpasi dan
Pemeriksaan paru-paru  Pretest-postest yang diajarkan auskultasi
perkenalan,
 Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pemeriksaan paru
paru dengan
menggunakan cara
inspeksi, perkusi
palpasi auskultasi
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan

1
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

2,3 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Claping, vibrating, 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 2x(1x50”)] batuk efektif
keperawatan Fisioterapi orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -1: Membuat resume materi  Postural drainase
dada  Pretest-postest fisioterapi dada
perkenalan,
Mahasiswa mampu  Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
melakukan tindakan menyampaikan
mandiri  Tugas -1: Membuat resume materi
keperawatan nebulizer tujuan dan prosedur postural drainase
tindakan serta [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
fisioterapi dada
mulai dari claping,
vibrating dan batuk
efektif
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan

2
berlangsung

4 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Perawatan 10%


melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] trakeostomi
keperawatan perawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -2: Membuat resume materi
trakeostomi  Pretest-postest fisioterapi dada
perkenalan,
 Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri  Tugas -4: Membuat resume materi
tujuan dan prosedur perawatan trakeostomi
tindakan serta [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
perawatan
trakeostomi
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

5 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Perawatan WSD 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan perawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -5: Membuat resume materi

3
WSD perkenalan,  Pretest-postest perawatan WSD
menyampaikan  Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
tujuan dan prosedur mandiri
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
perawatan WSD
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

6 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Suction dan terapi 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] oksigen
keperawatan suction dan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -6: Membuat resume materi
terapi oksigen  Pretest-postest suction dan terapi oksigen
perkenalan,
 Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan

4
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan suction
dan terapi oksigen
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

7 Evaluasi Tengah Semester


8 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Pemeriksaan jantung 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -7: Membuat resume materi
pemeriksaan jantung  Pretest-postest pemeriksaan jantung
perkenalan,
 Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pemeriksaan jantung

5
mulai dari inspeksi,
palpasi, perkusi
auskultasi
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

9 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Pengukuran JVP 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan pengukuran orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -8: Membuat resume materi
JVP  Pretest-postest pengukuran JVP
perkenalan,
 Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pengukuran JVP
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana

6
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

10,11 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Pemeriksaan EKG 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]  Interpretasi hasil
keperawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -9: Membuat resume materi EKG
pemeriksaan EKG  Pretest-postest Pemeriksaan EKG
perkenalan,
Mahasiswa mampu  Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menginterpretasikan menyampaikan
mandiri  Tugas -10: Membuat resume materi
hasil gambaran EKG tujuan dan prosedur interpretasi hasil EKG
tindakan serta [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pemeriksaan EKG
 Ketepatan dalam
menginterpretasikan
hasil EKG
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan

7
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

12 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Tranfusi darah 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan tranfusi orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -11: Membuat resume materi
darah  Pretest-postest tranfusi darah
perkenalan,
 Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan tranfusi
darah
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

13 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Pengambilan darah 10%

8
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] vena
keperawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -11: Membuat resume materi  AGD
pengambilan darah vena perkenalan,  Pretest-postest pengambilan darah vena dan AGD
dan arteri  Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pengambilan darah
vena dan AGD
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

14 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Torniquet test 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan tourniquet orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -11: Membuat resume materi
test  Pretest-postest tourniquet test
perkenalan,
 Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur

9
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
tourniquet test
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

15 Mahasiswa mampu  Ketepatan Kreteria:  Demonstrasi oleh dosen  Pengukuran pitting 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] edema dan CRT
keperawatan pengukuran orientasi mulai dari Bentuk Non-Test:  Tugas -11: Membuat resume materi
pitting edema dan CRT  Pretest-postest pengukuran pitting edema dan CRT
perkenalan,
 Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
 Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan

10
pengukuran pitting
edema dan CRT
 Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
 Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung

16 UJIAN LAB

11
G. Cek Kemampuan Awal

12
BAB II
PEMBELAJARAN

MATERI I
as PRAKTIKUM
Pemeriksaan Paru

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang pemeriksaan fisik paru dan melakukan prosedur pemeriksaan
fisik paru dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi Pemeriksaan fisik paru
2. Tujuan
3. Indikasi pemeriksaan paru
4. Prosedur pemeriksaan paru
C. Rangkuman

1. Definisi
Pemeriksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas system
pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
2. Tujuan
a. Mengetahui bentuk, kesimetrisan,ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
b. Mengetahui frekuensi sifat irama pernapasan.
c. Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, taktil frektus.
d. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura
e. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
f. Mengetahui aliran udara melalui batang trakheabronkial
g. Mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
3. Indikasi pemeriksaan fisik paru
Pada pasien dengan gangguan system respiratory  
4. Prosedur Pemeriksaan
INSPEKSI
a. Bentuk dada
1) Normal  : diameter Anterior Posterior – transversal = 1:2

13
2) Pigeont Chest/ dada burung : sternum menonjol kedepan, diameter Anterior
Posterior  >  transversal.
3) Barrel Chest/ dada tong : Anterior Posterior : transversal = 1:1
4) Funnel Chest : anterior Posterior mengecil, sternum menonjol ke dalam
b. Ekspansi  : simestris / tidak
c. Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut
d. Frekuensi pernafasan : 
1) 16 – 18 x/menit : orang dewasa
2) 18 – 20 x/menit : anak-anak
3) >20x/menit : tachypnea
4) <16x/menit : bradipnea
5) Apnea : tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara periodik)

e. Ritme pernafasan
1)      Eupnea : irama normal
2)      Kusmaul : cepat dan dalam
3)      Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal
4)      Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf).
5)      Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea
(kerusakan saraf)

PALPASI
Palpasi pada dinding thorax menggunakan seluruh telapak tangan dan jari kiri dan
kanan dengan maksud meraba dan merasakan getaran dinding dada sewaktu pasien
mengucapkan kata “tujuh puluh tujuh…….” berulang-ulang.

Getaran yang dirasakan disebut: Vocal fremitus, perabaan dilakukan diseluruh


permukaan dada (kiri, kanan, depan dan belakang).

Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih bergetar
atau kurang bergetar. Pemadatan jaringan baru (Pneumonia, keganasan) akan terasa
lebih bergetar. Pleural effusion dan pneumo thorax akan terasa kurang bergetar.

PERKUSI

14
Perkusi dinding thorax, dengan cara mengetuk dengan jari tengah tangan kanan
pada jari tengah-tangan kiri yang ditempelkan dengan erat di dinding dada dicelah
intercosta (kecuali pemeriksa kidal tentu sebaliknya). Ilmu ini meniru para pembuat
anggur yang bisa memeriksa tong-tong anggur yang mereka perkusi dan memastikan
dimana batas permukaan cairan anggur mereka karena memberikan getaran suara yang
jelas berbeda.
Pada  praktek laboratorium dan bangsal, diminta berlatih baik sampai trampil
dengan cara yang benar. Penilaian suara yang ditimbulkan oleh perkusi:
a. Sonor adalahsuara perkusi jaringan paru yang normal.
b. Redup adalahsuara perkusi jaringan yang lebih padat/konsolidasi paru-paru seperti
pneumonia.
c. Pekak adalahsuara perkusi jaringan yang padat seperti pada ;
1) Adanya cairan di rongga pleura
2) Perkusi daerah jantung
3) Perkusi daerah hepar
d. Hipersonor/tympany adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong
seperti : daerah Caverne-caverne paru, penderita asthma kronik terutama dengan
bentuk dada barrel-chest akan terdengar seperti ketukan benda-benda kosong,
bergema. Perkusi dilakukan dengan cara membandingkan kiri-kanan pada setiap
daerah permukaan thorax.

AUSKULTASI

Auskultasi paru adalah mendengarkan suara pada dinding thorax dengan


menggunakn stetoskop, caranya : pasien diminta bernafas cukup dalam dengan mulut
terbuka dan letakan stetoskop secara sistematik dari atas kebawah dengan
membandingkan kiri-kanan.
Ada  3 suara yang di dengar pada pemeriksaan auskultasi :
a. Suara nafas
1) Vesicular, suara nafas vesicular terdengar di semua lapangan paru yang normal.
Barsifat halus, nada rendah, inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
2) Broncho-vesicular, suara nafas broncho-vesicular terdengar di daerah
percabangan broncus dan trache. Jadi sekitar sternum dan region interscapular,
nadanya sedang lebih kasar di bandingkan vesicular, inspirasi sama panjang
dengan ekspirasi.

15
3) Bronchial, suara nafas bronchial terdengar di daerah trachea (leher) dan supra
sternal notch. Bersifat kasar, nada tinggi/inspirasi lebih pendek di bandingkan
dengan ekspirasi.
b. Suara ucapan (= vocal resonans)
1) Suara normal, perlu mengenal atau membiasakan mendengar pada orang sehat.
Intensitas dan kualitas di kiri sama dengan kanan
2) Brochoponi, suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras dibandingkan
daerah sisi lain. Umumnya, ini akibat dari adanya proses pemadatan/konsolidasi
paru.
3) Pectoriloquy, suara terdengar “jauh” dan tidak jelas (= ngereyem). Bisa terdapat
pada effusion atau atelaktasis.
4) Egophony, sura bergema seperti seorang yang hidungnya tersumbat(= bindeng)
dan terasa dekat. Suara semacam ini bisa didapat pada pemadatan paru yang
disertai caverne/berongga-rongga besar.
c. Suara tambahan
Pada pernfasan normal tidak didapati suara tambahan. Suara tambahan menun jukan
ada kelainan. Macam-macam suara tambahan :
1) Rales, bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran-saluran halus
pernfasan mengembang pada inspirasi :
a) Rales halus, terdengar “meritik” halus pada akhir inspirasi jadi pendek saja.
b) Rales sedang, terdengar lebih kasar dan di tengah fase akhir inspirasi.
c) Rales kasar, terdengar lebih lama, yaitu pada seluruh fase inspirasi
2) Ronchi, ciri khas ronchi adalah pada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada
inspirasi maupun ekspirasi. Ciri lain ronchi adalah akan hilang bila pasien
disuruh batuk. Ronchi terjadi akibat terkumpulnya cairan mucus dalam trachea
atau bronchus-bronchus besar (misalnya pada edema paru).
3) Wheezing, adalah bunyi musical terdengar “ngiii….ik” atau pendek ngiik. Yang
bisa didapat  pada fase inspirasi dan atau ekspirasi, bahkan biasanya lebih jelas
pada ekspirasi. Wheezing terjadi karena adanya exsudat lengket tertiup aliran
udara dan bergetar nyaring.
Pleural Friction-Rub, suatu bunyi yang terdengar “kering” persis seperti suara gosokan
Amplas pada kayu. (catatan; Rales dan Ronchi terdengar “basah” karena seperti
gemercik cairan), pleural friction –rub terjadi karena  peradangan  pleura  terdengar
sepanjang  fase pernapasan  (inspirasi sepenuhnya). Paling jelas suara ini terdengar di
daerah posteri-lateral bawah dinding thorax.
D. Tugas
Melaksanakan pemeriksaan paru secara mandiri dan dibuat dalam bentuk video
E. Cek list

16
FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK PARU

N DILAKUKAN
  BOBOT
O YA TIDAK
         
A FASE ORIENTASI      
1 Mengucap salam 2  
2 Memperkenalkan diri 2  
3 Menjelaskan tujuan 2  
4 Menjelaskan prosedur 2  
5 Menanyakan kesiapan klien  
B FASE KERJA  
1 Mencuci tangan 5  
2 Menjaga privacy pasien 5  
3 Membuka dan meyiapkan peralatan 3  
4 Membuka atau membebaskan area dada pasien 3  
5 Melakukan inspeksi dada 10  
6 Melakukan palpasi dada:  
a. Untuk mengetahui ekspansi dada 10  
b. Tactil fremitus 10  
7 Melakukan Perkusi SIC I-V dada kanan dan kiri 10  
Melakukan auskultasi pernapasan pasien (suara
trakheal, bronkeal, bronkovesikuler dan 10
8 vesikuler)  
9 Memakaikan baju pasien dan merapikan pasien 3  
10 Membereskan peralatan 3  
11 Mencuci tangan 5  
C FASE TERMINASI  
1 Melakukan evaluasi tindakan 3  
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3  
3 Berpamitan 3  
D PENAMPILAN  
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 2  
2 Menjaga keamanan pasien 2  
3 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami 2  
JUMLAH 100    

17
F. Tes Formatif
1. Suara paru yang terdengar dengan intensitas dan kualitas kanan dan kiri sama
disebut………
a. Suara normal
b. Brochoponi
c. Pectoriloqu
d. Egophony
2. Suara tambahan paru yang terbentuk dari exudat lengket saat saluran saluran halus
pernafasan mengembang disebut……….
a. Rules
b. Ronchi
c. Whezing
d. Pleural Friction-Rub

G. Kunci Jawaban Formatif


1. A
2. A
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...

18
MATERI II
as PRAKTIKUM
Fisioterapi Dada

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang fisioterapi dada dan melakukan prosedur fisioterapi dada
dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi fisioterapi dada
2. Jenis-jenis fisioterapi dada
3. Indikasi dilakukan fisioterapi dada
4. Kontraindikasi dilakukan fisioterapi dada
C. Rangkuman

1. Definisi
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang disusun untuk meningkatkan
efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan paru, kekuatan otot pernapasan,
dan mengeliminasi sekret yang berasal dari sistem pernapasan.
2. Jenis-Jenis Fisioterapi Dada
a. Perkusi (Clapping)
Perkusi disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat kuatnya,
pada din ding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.

b. Vibrasi (Vibrating)

19
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan perawat yang
diletakkan datar pada din ding dada klien.

c. Postural Drainage
Postural drainage merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi
dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Waktu yang terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum
sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural
drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya
rnenjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage antara lain :
b. Batuk dua atau tiga kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi.
c. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
d. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan
postural drainage.
e. Lakukanlah latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan
lendir.

3. Indikasi
a. Pofilaksis (antibiotik) untuk mencegah penumpukan secret yaitu pada pasien :
1) Pasien yang memakai ventilasi
2) Pasien dengan tirah baring lama
3) Pasien dengan produksi sputum meningkat
4) Pasien dengan batuk yang tidak efektif

b. Mobilisasi sekret yang tertahan


1) Pasien dengan atelectasis ( pengkerutan paru-paru/collaps ) yang disebabkan oleh
sekret
2) Pasien dengan absesparu ( penumpukan pus di paru )
3) Pasiendengan pneumonia
4) Pasien pre dan post operatif
5) Pasien neorologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
4. Kontraindikasi

20
a. Tenson pneumototraks (tekanan akibat adanya akumulasi udara)
b. Hemoptysis
c. Gangguan system kardivaskuler seperti hipertensi, infark miokard akud dan aritmia
d. Edema paru
e. Efusi pleura
Meningkatkan tekanan intrakranial
D. Tugas
Mahasiswa mempraktikkan fisoterapi dada secara mandiri
E. Cek list
FORMAT INSTRUMEN FISIOTERAPI DADA

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TID
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privacy pasien 2
3. Melakukan pemeriksaan auskultasi untuk memastikan letak 5
sputum
4. Meminta pasien untuk minum air putih hangat 2
5. Memasang perlak pengalas sesuai dengan posisi pasien 2
6. Melakukan penepukan/clapping sesuai dengan area
10
penumpukan sputum
7. Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan 2-3 hitungan,
5
kedua tangan perawat dipunggung pasien
8. Meminta pasien melakukan ekspirasi, pada saat yang
10
bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi
9. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif 5
10. Menampung sputum pasien pada sputum pot yang telah 5
disediakan
11. Membersihkan sputum di area sekitar mulut pasien 5
12. Meminta pasien minum air hangat 5
13 Memberikan postural drainage sesuai dengan letak sputum 5
14. Melakukan auskultasi kembali pada area penumpukan sputum 5
15. Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2

21
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif
1. Getaran kuat secara serial yang dihasilkan perawat yang diletakkan datar pada
dinding dada klien disebut…………
a. Vibrasi
b. Postural Drainage
c. Fisoterapi dada
d. Clapping
2. Pukulan kuat, bukan berarti sekuat kuatnya, pada dinding dada dan punggung
dengan tangan dibentuk seperti mangkuk disebut……….
a. Vibrasi
b. Postural Drainage
c. Fisoterapi dada
d. Clapping
G. Kunci Jawaban Formatif
1. A
2. D
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...

22
MATERI III
as PRAKTIKUM
PITTING EDEMA DAN CRT

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang pemeriksaan pitting edema dan CRT dan melakukan
prosedur pemeriksaan pitting edema dan CRT dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
a. Definisi Edema
b. Penilaian Edema
c. Definisi Capillary Refill Time (CRT)
C. Rangkuman

1. PITTING EDEMA
a. Definisi
Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial lebih dari
jumlah yang biasa atau di  dalam berbagai rongga tubuh mengakibatkan gangguan
sirkulasi pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan interstisial.
Menurut Brunner and Suddart (2012) pitting edema adalah edema yang akan
tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat
setelah terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan
normal selama mengalami edema.

b. Penilaian
1) Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
2) Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
3) Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
4) Derajat IV : kedalamannya 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 7 detik

23
2. Capillary Refill Time (CRT)
a. Definisi
Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku
untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Jaringan
membutuhkan oksigen untuk hidup, oksigen dibawa kebagian tubuh oleh system
vaskuler darah. Nilai normal Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku
kembali normal kurang dari 2 detik.
CRT memanjang (> 2 detik) pada :
1) Dehidrasi (hipovolumia)
2) Syok
3) Peripheral vascular disease
4) Hipotermia

D. Tugas
Mahasiswa mempraktikkan secara mandiri
E. Cek list
INSTRUMEN PENILAIAN PEMERIKSAAN PITTING EDEMA

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Memakai handscoon 5
3. Inspeksi daerah edema (simetris, apakah ada tanda 10
peradangan)
4. Melakukan palpasi 10
5. Mengamati waktu kembalinya lokasi yang 5
dipalpasi
6. Cuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3

24
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

INSTRUMEN PENILAIAN PEMERIKSAAN CAPILLARY


REFILL TIME (CRT)

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Memakai handscoon 5
3. Memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung 10
4. Menekan kuku jari tangan atau kaki sampai terlihat 10
pucat
5. Mencatat waktu yang dibutuhkan sampai warna 5
kembali normal
6. Cuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif
1. Tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi
dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi) disebut
a. CRT Tes
b. Pitting Edema Test

25
c. Pemeriksaan Jantung
d. Pemeriksaan JVP

2. Kedalaman 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik termasuk dalam pitting


edema derajad
a. I
b. II
c. III
d. IV
G. Kunci Jawaban Formatif
1. A
2. B
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...

26
MATERI IV
as PRAKTIKUM
PERAWATAN TRAKEOSTOMI

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang perawatan trakeostomi dan melakukan prosedur
perawatan trakeostomi dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi trakeostomi
2. Indikasi trakeostomi
C. Rangkuman

1. Definisi
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea
untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas
jalan nafas bagian atas.

2. Indikasi trakeostomi
a. Edema trakea karena trauma atau respon alergi
b. Obstruksi laring STD III & IV
c. Ventilasi mekanik
d. Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas
e. Luka bakar jalan napas
f. Perdarahan jalan napas atas
g. Fraktur laring, mandibula, maksilaris
h. Cedera kepala berat
i. Trauma tembus cranium & thorak

27
j. Persiapan operasi tractus respiratorius bagian atas
k. Orotracheal intubasi susah pada waktu Anasthesi umum

D. Tugas
Mahasiswa melakukan praktik perawatan trakeostomi secara mandiri
E. Cek list
FORMAT PENILAIAN PERAWATAN TRAKEOSTOMi

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TID
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Mengatur posisi yang nyaman (terlentang/semi fowler) 3
3. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien 3
4. Mengempiskan cuff tracheostomi 3
5. Memakai sarung tangan 2
6. Melepaskan/mengangkat balutan trakeostomi yang kotor 5
7. Lakukan penghisapan lendir pada trakeostomi 5
8. Buka balutan trakeostomi steril (antara stoma dengan kanul) 5
9. Bersihkan daerah sekitar stoma dengan NaCl 10
10. Keringkan daerah sekitar stoma 5
11. Beri salep antibiotik pada sekeliling kanul 5
12. Tutup dengan kassa steril diantara stoma dengan sayap 5
kanul
13. Ganti pita kanul (pegang kanul pada waktu mengganti pita 5
kanul)
14. Isi kembali cuff dengan udara secukupnya (5-6 cc) & ukur 5
tekanannya (lihat & pegang cuff untuk memastikan jika cuff
sudah terisi)
15. Pasang kassa yang dibasahi air steril pada lubang kanul. 3
16. Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI

28
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif
1. Suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas disebut
a. Trakeostomi
b. Endoskopi
c. Laparotomi
d. Appendiktomi
2. Prinsip yang digunakan dalam melakukan perawatan trakeostomi adalah……..
a. Prinsip bersih
b. Prinsip steril
c. Prinsip terbuka
d. Prinsip tertutup
G. Kunci Jawaban Formatif
1. A
2. B
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...

29
MATERI V
as PRAKTIKUM
PERAWATAN Water Seal Drainage (WSD)

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang perawatan Water Seal Drainage (WSD) dan melakukan
prosedur perawatan Water Seal Drainage (WSD) dengan baik dan benar
B. Uraian Materi
1. Definisi
2. Indikasi
3. Lokasi Pemasangan WSD
4. Pengkajian pada pasien yang terpasang WSD
5. Cara Mengganti Botol WSD
6. Pencabutan selang WSD
C. Rangkuman

1. Definisi
Merupakan selang drainage intra pleural yang diinsersi untuk mengeluarkan udara
dan cairan dari ruang pleura, mencegah udara atau cairan supaya tidak masuk ruang
pleura, dan membentuk kembali tekanan yang normal pada intrapleura dan
intrapulmonal

2. Indikasi
a. Setelah pembedahan dada dan trauma dada
b. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
c. Efusi pleura

30
d. The preventive of cardiac tamponade after open heart surgery
e. Pneumothoraks (spontan, iatrogenic / therapeutic traumatic)
f. Hemothoraks
g. Hemopneumothoraks
h. Chylothoraks
i. Empyema

3. Lokasi Pemasangan WSD


a. Untuk mengeluarkan udara ruangan intercostal ke-2 atau ke-3, pada bagian
anterior, daerah apex paru, mid clavicula atau mid axillary line. Note : ingat 3A
(anterior, apex, air)
b. Untuk mengeluarkan cairan : ruang intercostal ke-5 atau ke-6, pada bagian
posterior, daerah basal paru, mid clavicula atau mid axillary line Note : ingat 3B
(back, basal, blood)

4. Pengkajian pada pasien yang terpasang WSD


a. Kaji tipe WSD yang digunakan, lokasi luka WSD, keadaan balutan luka, kondisi
luka, daerah sekitar luka, apakah ada tanda-tanda infeksi, serta kondisi selang
WSD (kebersihan, ada/tidak bekuan darah, tergulung/ tidak )
b. Kaji skala nyeri klien terutama saat inspirasi
c. Kaji status pernapasan klien (mis : RR dan kedalaman pernapasan, suara nafas,
kesimetrisan pengembangan dinding dada) serta denyut nadi
d. Kaji adanya undulasi serta karakteristik cairan drainase (jenis, jumlah, warna)
e. Kaji tingkat pengetahuan klien terhadap tujuan perawatan luka
f. Review status medis klien terhadap perawatan luka

5. Cara Mengganti Botol WSD


a. Siapkan set yang baru
b. Botol berisi cairan aquadest ditambah desinfektan
c. Selang WSD di klem dulu
d. Ganti botol WSD dan lepas kembali klem
e. Amati undulasi dalam slang WSD

6. Pencabutan selang WSD


Indikasi pengangkatan WSD adalah bila :
a. Paru-paru sudah reekspansi yang ditandai dengan :
· Tidak ada undulasi
· Cairan yang keluar tidak ada
· Tidak ada gelembung udara yang keluar
· Kesulitan bernafas tidak ada
· Dari rontgen foto tidak ada cairan atau udara
· Dari pemeriksaan tidak ada cairan atau udara
b. Slang WSD tersumbat dan tidak dapat diatasi dengan spooling atau pengurutan pada
slang
D. Tugas
Mahasiswa mempraktikkan secara mandiri

31
E. Cek list

FORMAT PENILAIAN PERAWATAN WSD


No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Cuci tangan 2
2. Jaga privasi 2
3. Memposisikan klien semi fowler 3
4. Letakkan pengalas dibawah punggung 2
5. Memakai sarung tangan 2
6. Periksa balutan luka pada insersi selang dada terhadap 4
adanya rembesan cairan, bunyi berdesis
7. Periksa selang dada terhadap kemungkinan selang 4
tertekuk/terpelintir. Cek produk drainase (warna,jumlah
dll)
8. Anjurkan klien untuk tarik nafas dalam 5x 4
9. Lakukan klem sebelum melakukan perawatan balutan 5
pada WSD
10. Ganti sarung tangan dengan sarung tangan steril 3
11. Lepas balutan luka pada insersi selang dada, cek ulang 5
adanya suara berdesis
12. Bersihkan denganNaCl dibagian insersi dan selang 5
sepanjang 8 – 10 cm
13. Keringkan dengan kasa kering 5
14. Berikan salep pada daerah insersi 4
15. Tutup dengan kasa steril, hati- hati dengan benang jahitan 5
jangan sampai tertarik simpulnya.
16. Lakukan fiksasi selang dada dengan baik dan benar 5
17. Ganti botol WSD dan cairan desinfektan jika diperlukan 3
18. Buka klem selang dada 5
19. Lepas sarung tangan 2
20. Cuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2

32
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif
1. Indikasi dilakukan pemasangan WSD adalah sebagai berikut, kecuali……
a. Hematothorak
b. Emphiema
c. Pneumotorak
d. Edema Pulmo
2. Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan WSD adalah, kecuali…….
a. Keadaan balutan luka
b. Lokasi WSD
c. Tanda-tanda infeksi
d. Status neurologi

G. Kunci Jawaban Formatif


1. D
2. D
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……….

33
MATERI VI
as PRAKTIKUM
NEBULIZER

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu melakukan prosedur
pemberian nebulizer dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Definisi
2. Tujuan
3. Indikasi terapi nebulizer

C. Rangkuman
1. Definisi
Nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui
inhalasi/ pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat
lainnya namun mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui
mulut/ oral.
2. Tujuan
a. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.
b. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
c. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
d. Melegakan pernafasan.
e. Mengurangi pembekakan selaput lender.
f. Mencegah pengeringan selaput lender.
g. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.
h. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.
3. Indikasi Terapi Nebulizer
Untuk memberikan medikasi secara langsung pada saluran napas untuk
mengobati, berikut ini:
a. Bronchospasme akut
b. Produksi mukus yang berlebihan
c. Batuk dan sesak napas
d. Epiglotitis 

34
D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemberian inhalasi nebulizer secara mandiri
E. Cek list

FORMAT INSTRUMEN PEMBERIAN INHALASI NEBULIZER

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privasi 3
3. Mengatur posisi pasien (duduk/semifowler) 3
4. Mendekatkan alat 2
5. Mengisi set nebulizer dengan NaCl sesuai takaran 10
6. Memastikan alat berfungsi dengan baik 10
7. Memasukan obat sesuai dengan dosis 10
8. Memasang masker pada pasien 10
9. Menghidupkan mesin nebulizer 6
10. Meminta klien untuk nafas dalam dan menghirup uap 6
sampai habis
11. Membersihkan mulut dan hidung dengan tissue 6
12. Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif

1. Suatu cara pemberian obat melalui inhalasi/pernafasan dsebut

35
a. Fisioterapi dada
b. Batuk efektif
c. Nebulizer
d. WSD
2. Tujuan dari nebulizer adalah sebagai berikut, kecuali…………
a. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.
b. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
c. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
d. Mengeluarkan cairan yang menumpuk di pleura

G. Kunci Jawaban Formatif

1. C
2. D

H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………

36
MATERI VII
as PRAKTIKUM
PEMASANGAN EKG

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang EKG dan mempraktekkan cara melakukan pemasangan EKG
dengan tepat
B. Uraian Materi

1. Pengertian EKG
2. Cara Pemasangan EKG
3. Interpretasi EKG

C. Rangkuman

1. Pengertian
EKG (Elektrokardiogram) adalah rekaman potensial listrik (tegangan) yang timbul
sebagai akibat aktivitas jantung, yang dapat direkam adalah aktivitas listrik yang
timbul pada waktu otot-otot jantung berkontraksi. Pemasangan EKG dianjurkan
untuk pasien trauma atau memiliki riwayat gangguan/ kelainan jantung. Tujuan
pemasangan EKG adalah untuk mengetahui keadaan irama jantung.
2. Cara Pemasangan EKG
Pemasangan EKG pada tubuh menggunakan 10 buah elektroda, yaitu 4 buah
elektroda pada ektremitas (tangan dan kaki) dan 6 buah elektroda prekordial
(permukaan dada).
Tempat pemasangan 4 buah elektroda pada tangan dan kaki.
Elektroda-elektroda masing-masing dilekatkan pada :
Lengan kanan (LKa).
Lengan kiri (LKi).
Tungkai kanan (TKa).
Tungkai kiri (TKi)

37
Gambar 1. Pemasangan Elektroda Ekstremitas

Tempat pemasangan 6 buah elektroda pada permukaan dada.


Eletroda-elektroda prekordial diberi nama V1 sampai V6, masing-masing dipasang pada
dinding dada.
V1 = Sela iga ke-4 garis pada sternal kanan.
V2 = Sela iga ke-4 garis pada sternal kiri.
V3 = Antara V2 dan V4. (pasang V4 dulu).
V4 = Sela iga ke-5 garis klavikula tengah kiri.
V5 = Sejajar dengan V4 pada garis aksila tengah kiri.
V6 = Sejajar dengan V4 pada garis skapula kiri

Gambar 2. Pemasangan Elektroda Prekordial

3. Interpretasi
Untuk membaca/ interpretasi sebuah EKG, paling sedikit kita harus mempunyai
data-data tentang hal-hal di bawah ini :
a. Umur penderita : karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-anak sangat
berbeda dengan EKG normal orang dewasa.
b. Tinggi, berat dan bentuk badan : orang yang gemuk mempunyai dinding dada
yang tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil, sebab
voltase berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot
jantung.
c. Tekanan darah dan keadaan umum penderita : Hal ini penting apakah
peningkatan voltase pada komplek ventrikel kiri ada hubungannya dengan
kemungkinan hipertofi dan dilatasi ventrikel kiri.
d. Penyakit paru pada penderita : posisi jantung dan voltase dari komplek-
komplek EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema pulmonum yang
berat, pleural effusion dan lain-lain.

38
D. Tugas
Mahasiswa mampu menentukan titik lokasi pemasangan sadapan-sadapan EKG
E. Cek list

INSTRUMEN PENILAIAN PEMASANGAN EKG

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Cuci tangan dan memakai sarung tangan 2
2. Memberikan privasi dan minta klien untuk melepaskan 2
pakaian dan perhiasan yang dipakai terutama di bagian dada,
pergelangan tangan dan mata kaki
3. Memposisikan klien supine/ semi fowler jika pasien ada 2
gangguan respirasi
4. Instruksikan pada klien untuk tetap berbaring, tidak bergerak, 2
batuk, atau berbicara saat dilakukan pencatatan EKG untuk
mencegah terjadinya artifact
5. Memberikan jelly pada permukaan elektroda 2
6. Memasang elektroda pada tubuh klien
a. Kabel RA (right arm, merah) dihubungkan dengan 5
elektroda di pergelengan lengan kanan
b. Kabel LA (left arm, kuning) dihubungkan dengan 5
elektroda di pergelengan lengan kiri
c. Kabel LL (left leg, hijau) dihubungkan dengan elektroda di 5
pergelengan kaki kiri
d. Kabel RL (right leg, hitam) dihubungkan dengan elektroda 5
di pergelengan kaki kanan
e. V1, di ruang intercostal 4, tepi kanan sternum 5
f. V2, di ruang intercostal 4, tepi kiri sternum 5
g. V4, (jangan khawatir, bukan kesalahan, tempatkan 5
elektroda keempat sebelum ketiga) ruang intercostals
kelima di garis midclavicula kiri
h. V3, di pertengahan antara elektroda ke dua dan keempat 5
i. V5, di perpotongan antara linea axillaris anterior kiri 5
dengan intercostalis lima kiri
j. V6, diperpotongan linea axillaris media kiri dengan 5
intercostalis media kiri
7. Hidupkan power mesin EKG dan tekan tombol on, dan 2
tunggu mesin mencetak hasil rekaman

39
8. Matikan mesin EKG dengan menekan tombol power 2
9. Lepaskan elektroda dan bersihkan kulit jelly dari yang tersisa 2
Bantu klien merapikan baju
10. Dokumentasikan (nama klien, usia, waktu pelaksanaan, hasil 2
interpretasi di kertas EKG)
11. Melepas sarung tangan dan cuci tangan 2
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

F. Tes Formatif

1. Sadapan yang berada di sela iga ke 4 garis pada sternal kiri adalah………
a. V1
b. V2
c. V3
d. V4
2. Sadapan yang sejajar dengan V4 pada garis aksila tengah kiri adalah………..
a. V3
b. V4
c. V5
d. V6

G. Kunci Jawaban Formatif

1. B
2. C

40
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

41
MATERI VIII
as PRAKTIKUM
INTERPRETASI EKG

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori dasar tentang intepretasi EKG dan dapat membaca hasil rekaman
EKG dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Penjelasan cara melakukan interpretasi EKG


2. Hasil interpretasi EKG

C. Rangkuman

Electrocardiogram (ECG atau EKG) merupakan alat diagnose yang digunakan untuk
mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang sangat detail. Mervin J Goldman
(2010) mendefinisikan elektrokardiogram (ECG) adalah grafik yang merekam potensial
listrik yang dihasilkan denyutan jantung. EKG diperoleh dengan menempatkan elektrode
pada posisi  tertentu (sesuai standar) pada dada dan ekstremitas.

Mesin EKG merekam aktivitas jantung dari beberapa “sudut pandang” yang disebut
dengan “lead”. Untuk mendukung interpretasi EKG, diperlukan pencatatan data umur
pasien, jenis kelamin, tekanan darah (TD), BB, TB, gejala dan obat-obatan (khususnya
digitalis dan antiaritmia). 
 Dalam mesin EKG yang banyak digunakan di Indonesia, terdapat 12 lead: I, II, III,
aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Artinya jantung dilihat dari 12 sudut
pandang.

42
 Lead I, II, III adalah lead bipolar. Maksudnya, ia terdiri dari dua elektroda yang
memiliki potensi muatan yang berbeda (positif dan negatif).
 Lead aVR, aVL, aVF adalah lead unipolar, yang terdiri dari satu elektroda positif dan
satu titik referensi (yang bermuatan nol) yang terletak di pusat medan jantung
 Lead V1-V6 adalah lead unipolar, terdiri dari sebuah elektroda positif dan sebuah titik
referensi yang terletak di pusat listrik jantung

Pengenalan Gelombang

1. Gelombang P, adalah defleksi pertama siklus jantung yang menunjukkan aktivasi


atrium (menggambarkan depolarisasi atrium). Gelombang P dari sinus normal
durasinya 0,8-0,12 detik dan amplitudonya kurang dari 2,5 mV.

2. Gelombang Q, merupakan defleksi negatif pertama setelah gelombang P, normalnya


berdurasi < 0,04 detik, dan amplitudonya kurang dari 25% gelombang R.
3. Segmen PR, segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan gelombang
P dan gelombang QRS (diukur mulai dari permulaan gelombang P sampai permulaan
gelombang Q atau R dan menggambarkan waktu yang diperlukan untuk depolarisasi
atrium dan perlambatan impuls di nodus AV sebelum depolarisasi ventrikel). Interval
normalnya bernilai 0,12-0,22 detik.
4. Gelombang kompleks QRS, ialah suatu kompleks gelombang yang merupakan hasil
dari depolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Bagian-bagian gelombang QRS antara lain :
a. Gelombang Q yaitu defleksi negatif pertama
b. Gelombang R yaitu defleksi positif pertama. Defeleksi berikutnya disebut
gelombang R’, R”; dst.
c. Gelombang S yaitu defleksi negatif pertama setelah R. Gelombang S berikutnya
disebut S’, S”, dst. Komplek QRS mempunyai durasi 0,06-0,10 detik (<0,12).
5. Segmen ST, segmen ini merupakan garis isoelektrik yang menghubungkan kompleks
QRS dan gelombang T.
6. Gelombang T, merupakan potensial repolarisasi ventrikel kanan dan kiri. Pada orang
dewasa, gelombang T tegak di semua sadapan kecuali di aVR dan V1. Durasi
normalnya 0,12 – 0,18 detik, dan amplitudonya kurang dari 10 mV di chest lead dan
kurang dari 5 mV di limb lead.
7. Gelombang U, adalah gelombang  kecil yang mengikuti gelombang T  yang asalnya
tidak jelas.
8. Interval QT, menggambarkan waktu total repolarisasi dan depolarisasi ventrikel. Durasi
normalnya 0,3-0,4 detik.

43
Pembacaan dasar (Interpretasi Dasar) terdiri atas :
1. Rate
Frekuensi jantung normal adalah 60-100 x/menit.
a. Bila lebih dari 100 x/menit : (sinus) takikardi
b. Kurang dari 60 x/menit : (sinus) bradikardi
c. Antara 140 – 250 x/menit : abnormal takikardi
d. Antara 250 – 350 x/menit : flutter
e. Lebih besar dari 350 x/menit : fibrilasi
f. Frekuensi jantung dapat dihitung dengan ; 300 dibagi jarak puncak gelombang R ke
R berikutnya. Contohnya, bila jarak R-R adalah 4 kotak sedang, berarti 300/4 = 75
x/menit.
g. Atau dengan cara menghitung interval R-R dalam 30 kotak besar (30 kotak besar =
6 detik), kemudian hasilnya dikalikan 10.
2. Irama
Irama jantung yang normal ialah irama yang ditentukan oleh SA node atau disebut
irama sinus (= reguler sinus rhytm = normal sinus rhytm), dan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Frekuensi antara 60-100 x/menit
b. Teratur
c. Gelombang P negatif di aVR dan positif di lead II
d. Tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS-T
Penyimpangan ciri-ciri di atas disebut aritmia (arrhythmia).
Secara garis besar, aritmia dapat disebabkan oleh :
a. Gangguan pembentukan impuls yang meliputi :
1) Ekstrasistole (premature contraction)
2) Abnormal takikardi
3) Flutter
4) Fibrillasi
5) Escaped beat
6) Arrest
7) Wandering pace-maker
b. Gangguan penghantaran impuls, yang meliputi :
1) Blok, yaitu : SA blok, AV blok, dan Intra ventrikular blok/ BBB
2) Accelerated conduction, misalnya sindroma WPW (Wolf Parkinson White)
3. Posisi
Untuk menentukan posisi, silakan sudara lihat pada lead aVL dan aVF, kemudian
cocokkan dengan tabel di bawah ini.
aVL aVF Posisi
+ + aVL Intermediate
aVF Posisi Lihat Lead Axis
0 + Semi vertikal (derajat)
+ 0 + +
Semi Intermediet
horisontal sama tinggi 30
+ - Horisontal lebih tinggi aVF 40
- + Vertikal lebih tinggi aVL 20
- + Vertikal Lead I = 0 90
Lead I = + 80
Lead I = - 100
+ - Horizontal Lead II = 0 -30
Lead II = + -20 44
Lead II = - -40
0 + Semi vertikal 60
+ 0 Semi 0
horisontal
4. Axis
Aksis listrik jantung adalah sudut yang dibentuk oleh vector listrik.  
5. Zona Transisi
Zona transisi normalnya ada di V3-V4, yaitu pergeseran gambaran
gelombang/kompleks QRS dari negatif ke positif.
6. Interval PR dan QT
dapat dilihat pada kertas grafik EKG dan dicocokkan dengan nilai normalnya.
D. Tugas
Membaca interpretasi hasil EKG
E. Cek list

INSTRUMEN PENILAIAN INTEPRETASI EKG


NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Penilaian irama (Sinus,bukan sinus) 5
2. Frekuensi (berapa kali/menit) 5
3. Axsis QRS 5
4. Penilaian gel P (normal, P mitral, P Pulmonal) (umumnya gel 8
P paling jelas di lihat di lead II dan VI )
5. Satu gel P diikuti satu QRS 8
6. Interval PR tetap (antara 0,12” – 0,20”) 8
7. Penilaian gel QRS (normal, tidk normal) 8
8. Penilaian segmen ST (normal, ST depresi, ST elevasi) 8
9. Penilaian gel T (normal/ tidak normal) 5
10. Penilaian gel QRS (normal, tidak normal) 8
11. Menarik kesimpulan EKG normal, EKG tidak normal 5

45
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 2
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

F. Tes Formatif

1. Berapakah normal gelombang P?


a. < 2,5 mm
b. < 1 mm
c. < 0,5 mm
d. < 2 mm
2. Normal Segmen PR adalah………
a. 0,12-0,22 detik
b. 0,04-0,06 detik
c. 0,02-0,06 detik
d. 0,04-0,12 detik

G. Kunci Jawaban Formatif

1. A
2. A

H. Lembar Kerja

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………

46
MATERI IX
as PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN JANTUNG

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori dasar tentang pemeriksaan fisik jantung dan dapat meelakukan
prosedur pemeriksaan fisik jantung dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Pemeriksaan fisik jantung


2. Tindakan pemeriksaan jantung

C. Rangkuman
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada
dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Umumnya pemeriksaan ini
dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).

INSPEKSI
Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati,
misal tampak kelelahan akibat cardiac output, frekuensi nafas yang meningkat, sesak yang
menunjukan adanya bendungan paru atau edema paru. Sianosis sentral dengan clubbing
finger dan kaki berkaitan dengan adanya shunt kanan ke kiri.
Inspeksi kulit
Melihat ada sianosis atau tidak.
Inspeksi kuku
Sering kali, splinter hemorhage dapat terlihat sebagai garis kecil coklat kemerahan didasar
kuku. Perdarahan ini berjalan dari tepi bebas proksimal dan secara klasik dikaitkan dengan
endokarditis bakterial sub akut. Tetapi penemuan ini tidak spesifik karena ditemukan pula
pada banyak keadaan, bahkan termasuk trauma setempat pada kuku.
Inspeksi wajah
Kelainan jantung dapat pula dikaitkan dengan kelainan wajah dan kepala. Stenosis aorta
supravalvular, suatu kelainan kongenital, dijumpai bersama-sama dengan mata yang
terletak berjauhan, strabismus, telinga letak rendah, hidung yang menengadah, dan
hipoplasia mandibula. Wajah bulat seperti bulan dan mata yang terletak berjauhan
mengarah kepada stenosis pulmonal. Wajah tanpa ekspresi dengan kelopak mata bengkak
dan hilangnya sepertiga luar alis dijumpai pada hipotiroidisme.
Inspeksi Leher

47
Pemeriksaan leher dapat memperlihatkan webbing, yang sering dijumpai pada orang
dengan sindrom turner, yang mungkin mengalami koarktasio aorta, atau pada
sindrom Noonan. Stenosis pulmonal merupakan kelainan jantung yang menyertai keadaan
ini.

PALPASI
1. Letak ictus cordis
Pada orang dewasa normal, IC ada pada Spatium intercostal (SIC) V di sebelah medial
linea midklavikularis sinistra.
Letak IC Kesan
Tidak bergeser Jantung terkompensasi
Bergeser Kardiomegali
Ke lateral Right ventricle enlargement (RVE)
Ke kaudolateral Left ventricle enlargment (LVE)

2. Kekuatan IC
Kekuatan IC Kesan
Tidak kuat
Jantung terkompensasi
angkat
Gizi kurang
Kuat angkat
Kardiomegali

PERKUSI
2. Batas jantung normal pada orang dewasa
a. Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b. Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
c. Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d. Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
3. Kesan perkusi batas jantung
Batas Jantung Kesan
 Jantung
Kesan tidak melebar
terkompensasi
Kesan melebar  Kardiomegali
 Ke lateral o RVE
 Ke kaudolateral o LVE

AUSKULTASI
Bunyi jantung dibangkitkan oleh kattup :
Mitral : paling jelas terdengar di apeks
Trikuspid : di sternum dekat sendi sternum sela iga 5 kanan
Aorta : pada sendi antara sternum sela iga 2 kanan / apeks

48
Pulmonal : pada sela iga 2 kiri dekat tepi sternum
Penting dipahami :
2. BJ 1 dan BJ 2 yang normal
3. Belajar memusatkan pendengaran pada BJ 1 dan BJ 2 sendiri-sendiri, sehingga dapat
dibedakan apakah bunyi itu terdengar sebagai satu suara atau terpisah
4. Terganggu oleh bunyi jantung
Bunyi jantung  :
1. BJ 1 : ditimbulkan oleh penutupan katup mitral dan tricuspid
2. BJ 2 : ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal
3. Normal BJ 1 lebih keras dari BJ 2, tetapi BJ 1 nadanya rendah sedang BJ 2 nadanya
tinggi.

D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemeriksaan jantung secara mandiri

49
E. Cek list

INSTRUMEN PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK


JANTUNG

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi pasien supinasi 5
3. Membebaskan daerah dada 5
4. Melakukan inspeksi terhadap bentuk dada dan pulsasi 10
5. Melakukan palpasi pada 4 area (aorta, pulmonal, mitral, 10
trikuspidal)
6. Melakukan perkusi batas jantung (atas, kiri, bawah, 12
kanan)
7. Melakukan auskultasi pada 4 area (aorta, pulmonal, 12
mitral, trikuspida)
8. Merapikan pasien 6
9. Mencuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

F. Tes Formatif

1. Batas normal jantung kanan atas adalah………….


a. SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b. SIC IV Linea Para Sternalis Dextra

50
c. SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d. SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

2. Batas normal jantung kanan bawah adalah…………..


a. SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b. SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
c. SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d. SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra

G. Kunci Jawaban Formatif

1. A
2. B

H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

51
MATERI X
as PRAKTIKUM
PENGUKURAN JVP

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori dasar tentang pemeriksaan Jugular Vena Pressure (JVP) dan
melakukan prosedur pemeriksaan Jugular Vena Pressure (JVP) dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Definisi
2. Letak pengukuran JVP

C. Rangkuman
Jugular venous pressure (JVP) atau tekanan vena jugularis adalah tekanan sistem vena
yang dapat diamati secara tidak langsung. Pengukuran tekanan vena jugularis
merupakan tindakan mengukur besarnya jarak pertemuan dua sudut antara pulsasi vena
jugularis dan sudut sternum tepatnya di Angle of Louis yang berguna untuk
mengetahui tentang fungsi jantung klien.
      Pengukuran system sirkulasi vena sendiri dapat dilakukan dengan metode non-
invasif  dengan menggunakan vena jugularis (externa dexter) sebagai pengganti
sphygmomanometer dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira-
kira berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang
yang dibentuk kedua linea midaxillaris. Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal
dengan posisi tegak. Ia baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan
musculus sternocleidomastoideus. VP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi
vena (seperti gagal jantung kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena
jugularis, yaitu JVP tampak hingga setinggi leher, jauh lebih tinggi daripada normal.
Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4cm di atas sudut sternum. Distensi vena jugularis
disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi kanan jantung.
Distensi >2 cm pada klien dalam posisi duduk, dapat mengindikasikan kelebihan

52
volume cairan. Naiknya JVP yang diikuti dengan suara jantung ketiga, merupakan
tanda yang spesifik dari gagal jantung (De Laune, 2012).

D. Tugas
Mahasiswa melakukan pengukuran JVP secara mandiri
E. Cek list

INSTRUMEN PENILAIAN : PENGUKURAN JVP


F.
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI
YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan persetujuan & kesiapan klien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi tidur yang nyaman semifowler (kepala 5
menengok ke kiri)
3. Membuka pakaian klien 5
4. Menentukan titik meniskus 10
Mencari nadi terkuat di jugularis ( Tandai)
5. Menentukan ICS ke 2 ( Tandai) 10
6. Menempatkan 2 penggaris secara tegak lurus 10
7. Membaca hasil pengukuran 5
8. Rapikan klien 5
9. Rapikan alat 5

53
10. Cuci tangan
11. Dokumentasi 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakuka evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan (tidak panik) 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian melakukan tindakan 3
4. Keamanan klien & perawat selama tindakan 2
Total 100

G. Tes Formatif

1. Nilai normal JVP adalah………..


a. < 1 cm
b. < 0,9 cm
c. < 9 cm
d. < 90 cm
2. Pengukuran tekanan vena jugularis dilakukan dengan mengukur jarak antara
pulsasi jugularis dengan…………..
a. Angulus Ludovici
b. Vena jugularis
c. Arteri jugularis
d. Angle of Louis

H. Kunci Jawaban Formatif

1. C
2. D

I. Lembar Kerja

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

54
MATERI XI
as PRAKTIKUM
SUCTION dan TERAPI OKSIGEN

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang suction dan melakukan prosedur suction dengan baik dan
benar
B. Uraian Materi

1. Definisi suction
2. Tujuan
3. Komplikasi
4. Indikasi
5. Definisi terapi oksigen
6. Metode pemberian oksigen
7. Rumus penghitungan kebutuhan oksigen

C. Rangkuman
1. Definisi
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas,
pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan
menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
2. Tujuan
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
c. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa
3. Komplikasi
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
4. Indikasi

55
a. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret
dengan mengeluarkan atau menelan
b. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai
terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara
crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan
meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
c. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan
secret oral
5. Definisi
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih besar
daripada udara ruang untuk mencegah hipoksemia.
6. Metode Pemberian O2
1. Sistem aliran rendah
Kateter nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% – 44%.
Kanula nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% – 44%
Masker sederhana: aliran 5 – 8 L/mnt, konsentrasi O2 40 – 60%
Masker rebreathing: aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 60 – 80%
Masker non rebreathing: aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 mencapai
99%
2. Sistem aliran tinggi, contoh: masker ventury, aliran udara 4–14 L/mnt

7. Rumus Kebutuhan Oksigen

MV = VTxRR
Keterangan:
MV= Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit
VT= Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb
RR= Respiration Rate
Misalnya : Berat Badan 50 kg, RR 30x/menit
MV= VTxRR
= (50 kg x (6-8 ml)) x 30
= 9000-12000 ml/mnt
= 9-12 L/menit

D. Tugas
Mahasiswa melakukan suction secara mandiri dan menghitung kebutuhan oksigen
secara mandiri

56
E. Cek list

FORMAT PENILAIAN PENGHISAPAN LENDIR (SUCTION)

NILAI
No ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Mengatur posisi yang nyaman pada 3
klien,kepala sedikit ekstensi
3. Meninggikan volume oksigen menjadi 3
5ltr/mnt
4. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien 3
5. Menurunkan volume oksigen menjadi 2 5
ltr/mnt
6. Memakai sarung tangan 5
7. Menghidupkan mesin, mengecek tekanan 5
dalam botol penampung
8. Memasukkan kanul suction dengan hati-hati 5
(mulut 10cm)
9. Menghisap lendir dengan menutup lubang 5
kanul, menarik keluar perlahan sambil
memutar (+ 5 detik untuk anak,+ 10 detik
untuk dewasa)
10. Membilas kanul dengan NaCl, beri 5
kesempatan klien untuk bernafas
11. Mengobservasi keadaan umum klien dan 5
status pernafasan klien
12. Mengulang tindakan pada point 8-9 5
13. Meninggikan volume oksigen 5 ltr/mnt 5
14. Membilas kanul dengan NaCl 5
15. Menurunkan volume oksigen sesuai dosis 5
terapi pada pasien
16. Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3

57
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif

1. Tindakan pengisapan yang bertujuan untuk mempertahankan jalan nafas


disebut…….
a. WSD
b. Suction
c. Trakeostomi
d. JVP
2. Jika aliran oksigen 1-6L/ menit konsentrasi 0,24%-44% maka menggunakan
………
a. Kanula nasal
b. Masker sederhana
c. Masker rebreathing
d. Masker non rebreathing

G. Kunci Jawaban Formatif

1. B
2. A

H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

58
MATERI XII
as PRAKTIKUM
TRANFUSI DARAH

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang pemasangan tranfusi darah dan melakukan prosedur
pemasangan tranfusi darah dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Definisi
2. Tujuan
3. Darah dan Produk darah untuk tranfusi

C. Rangkuman

1. Definisi
Transfusi darah adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah
kedalam sirkulasi vena.

2. Tujuan
a. Umum
Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit, trombosit, plasma atau
protein tubuh.
b. Khusus
1) Untuk mengembalikan volume darah setelah perdarahan hebat
2) Untuk mengembalikan kemampuan darah membawa oksigen

59
3) Untuk memberikan faktor plasma, seperti faktor hemolitik (antihemophilic
factor, AHF) atau faktor VII atau konsentrasi trombosit yang mencegah atau
mengobati perdarahan
3. Darah dan Produk Darah Untuk Tranfusi
Sebagian besar klien tidak membutuhkan transfusi darah lengkap. Sering kali
transfusi berupa komponen tertentu adalah transfusi yang lebih tepat.
Produk Manfaat
Darah lengkap Tidak umum digunakan
kecuali pada kasus perdarahan
akut yang ekstrem.
Menggantikan volume darah
dan semua produk darah :
SDM, plasma, protein plasma,
trombosit segar, dan faktor
pembekuan lain.
Sel darah merah Meningkatkan kemampuan
darah dalam membawa
oksigen pada pasien anemia,
pembedahan atau klien yang
menderita gangguan
perdarahan lambat. Satu unit
meningkatkan hematokrit
sekitar 4%.

Sel darah merah otolog Menggantikan darah setelah


pembedahan elektif yang
direncanakan. Klien
mendonorkan darahnya untuk
transfusi otolog pada minggu
4-5 minggu sebelum
pembedahan.
Trombosit Menggantikan trombosit pada
klien yang menderita
gangguan perdarahan atau
defisit trombosit. Trombosit
segar adalah yang paling
efektif.
Plasma beku segar Memperbanyak volume darah
dan memberikan faktor
pembekuan darah. Tidak perlu
digolongkan dan dicocokkan
(tidak mengandung SDM).
Fraksi albumin dan Ekspander volume darah :
protein plasma memberikan protein plasma.
Faktor pembekuan Digunakan pada klien yang
darah dan kriopresipitat mengalami defisiensi faktor
pembekuan. Masing-masing
memberikan faktor berbeda

60
yang terlibat dalam jalur
pembekuan darah :
Kriopresipitat juga
mengandung fibrinogen.

D. Tugas
Mahasiswa melakukan tranfusi darah secara mandiri
E. Cek list

FORMAT INSTRUMEN PEMASANGAN TRANFUSI DARAH

NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privasi 2
3. Memakai handscoon 3
4. Menggantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol 3
untuk digunakan setelah transfusi darah
5. Memberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu 10
sebelum pemberian transfusi darah
6. Memeriksa identifikasi kebenaran produk darah : 8
periksa kompatibilitas dalam kantong darah,
periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien,
periksa kadaluwarsanya, dan periksa adanya
bekuan
7. Membuka set pemberian darah, klem pengatur pada 8
posisi off
8. Menusukkan kantong darah 6
9. Menekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk 10
sehingga filter terisi sebagian
10. Membuka klem pengatur, biarkan slang infus terisi 5
darah
11. Menghubungkan slang transfusi ke kateter IV 6
dengan membuka klem pengatur bawah
12. Memantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit 5
pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
13. Merapikan alat 2
14. Cuci tangan 2

61
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100

F. Tes Formatif

1. Tujuan khusus dari tranfusi darah adalah, kecuali…………


a. Untuk mengembalikan volume darah setelah perdarahan hebat
b. Untuk mengembalikan kemampuan darah membawa oksigen
c. Untuk memberikan faktor plasma, seperti faktor hemolitik (antihemophilic
factor, AHF) atau faktor VII atau konsentrasi trombosit yang mencegah atau
mengobati perdarahan
d. Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit, trombosit, plasma
atau protein tubuh.
2. Manfaat pemberian tranfusi sel darah merah adalah………..
a. Meningkatkan kemampuan darah dalam membawa oksigen pada pasien
anemia, pembedahan atau klien yang menderita gangguan perdarahan lambat
b. Menggantikan darah setelah pembedahan elektif yang direncanakan
c. Menggantikan trombosit pada klien yang menderita gangguan perdarahan atau
defisit trombosit
d. Memperbanyak volume darah dan memberikan faktor pembekuan darah

G. Kunci Jawaban Formatif

1. D
2. A

H. Lembar Kerja

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

62
MATERI XIII
as PRAKTIKUM
PENGAMBILAN DARAH VENA DAN
ARTERI

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang pengambilan sampel darah vena dan arteri dan melakukan
prosedur pemasangan tranfusi darah dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Definisi pengambilan darah vena


2. Tujuan pengambilan darah vena
3. Definisi pengambilan darah arteri
4. Tujuan pengambilan darah arteri

C. Rangkuman

1. Definisi pengambilan darah vena (venipuncture), contoh darah umumnya diambil


dari vena median cubita, pada anterior lengan (sisi dalam lipatan siku). Vena ini
terletak dekat dengan permukaan kulit, cukup besar, dan tidak ada pasokan saraf
besar. Apabila tidak memungkinkan, vena Chepalica atau vena basilica bisa
menjadi pilihan berikutnya. Venipuncture pada vena basilica harus dilakukan
dengan hati-hati karena letaknya berdekatan dengan arteri brachialis dan syaraf
mediana.
2. Tujuan
a. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilaksanakan pemeriksaan.
b. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi needle stick
injury)
c. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah
(phlebotomy)

63
3. Definisi analisa gas darah (AGD) merupakan pemeriksaan laboratorium yang
sangat penting untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam
basa (pH) didalam darah.
4. Sampel untuk pemeriksaan analisa gas darah adalah darah arteri yang diambil dari
arteri brachialis atau arteri radialis atau arteri femoralis (pergelangan tangan,
lengan atau pangkal paha)
5. Sampel darah dianalisa oleh alat analisa gas darah yang ada dilaboratorium.
Sampel darah harus dianalisis dalam waktu 10 menit dari waktu pengambilan
untuk memastikan hasil tes yang akurat.

D. Tugas
Mahasiswa melakukan pengambilan sampel darah vena dan arteri secara mandiri
E. Cek list \

FORMAT PENILAIAN PENGAMBILAN SAMPEL DARAH VENA

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT NILAI


YA TIDAK
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan langkah prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B. FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Mengatur posisi pasien supinasi 5
3. Memasang perlak pengalas pada daerah yang akan 5
ditusuk
4. Menganjurkan pasien mengepalkan tangan 5
5. Permukaan kulit yang akan ditusuk didesinfeksi dengan 5
kapas alcohol kering
6. Menegakkan kulit diatas vena supaya vena tidak 6
bergerak
7. Menusukkan jarum ke dalam vena. Tarik pengisap 6
dengan perlahan sampai darah masuk ke dalam tabung
spuit.
8. Lepaskan karet pembendung dan kepalan tangan pasien 6
dibuka
9. Jarum dicabut dengan spuitnya dan bekas tusukan 6
ditekan dengan kapas alcohol sampai darah tidak keluar

64
kemudian diplester
10. Darah dimasukkan ke dalam botol yang tersedia dengan 6
posisi botol agak dimiringkan serta penyemprotan darah
kedalamannya tidak terlalu keras
11. Jarum dilepaskan, pengisap spuit dikeluarkan, kemudian 5
jarum,spuit dan pengisapmya diletakkan ke dalam bak
injeksi
12. Merapikan pasien 5
13. Mencuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100

INSTRUMEN PENILAIAN : PENGAMBILAN DARAH ARTERI (AGD)

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT


Y T
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 3
4. Menjelaskan langkah prosedur 3
5. Menanyakan kesiapan klien 2

B. FASE KERJA
1. Mendekatkan alat ke pasien 2
2. Mencuci tangan 3
3. Mengambil sarung tangan dengan prinsip steril 3
4. Memakai sarung tangan 5
5. Mengambil spuit dan mengisi dengan heparin 0,1 cc 10
dengan cara menghisap 2 cc heparin kemudian
disisakan 0,1 cc
6. Melakukan desinfektan pada area yang ditusuk 10
dengan kapas alkohol
7. Menusukkan jarum 45 atau 90 derajat pada arteri 10
radialis (darah akan mengalir sendiri / spuit akan
naik sendiri)
8. Mencabut jarum dengan cepat 5
9. Menutup jarum dengan karet 5
10. Memutar spuit agar heparin tercampur dengan 5

65
darah
11. Masukkan spuit berisi sampel darah pada tempat 5
yang berisi es batu
12. Melakukan penekanan pada tempat penusukan 5
selama 5 menit ( cukup diucapkan)
13. Cuci tangan 3

C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 3
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 2
3. Berpamitan 2

D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN


1. Ketenangan selama melakukan tindakan (tidak 2
panik)
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 2
3. Ketelitian melakukan tindakan 3
4. Keamanan klien & perawat selama tindakan 3
Total 100

F. Tes Formatif

1. Tujuan dilaksanakan pengambilan sampel darah vena adalah sebagai berikut


kecuali……………….
a. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilaksanakan pemeriksaan.
b. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi needle stick
injury)
c. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah
(phlebotomy)
d. Mengetahui kadar oksigen dalam darah
2. Tujuan dilaksanakan pengambilan sampel darah aeteri adalah sebagai
berikut……………….
a. Untuk mendapatkan sampel darah vena yang baik dan memenuhi syarat untuk
dilaksanakan pemeriksaan.
b. Untuk menurunkan resiko kontaminasi dengan darah (infeksi needle stick
injury)
c. Untuk petunjuk bagi setiap petugas yang melakukan pengambilan darah
(phlebotomy)

66
d. Mengetahui kadar oksigen dalam darah

G. Kunci Jawaban Formatif

1. D
2. D

H. Lembar Kerja

……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………

67
MATERI XIV
as
PRAKTIKUM
TORNIQUET TEST

A. Tujuan Kegiatan Pembelajaran


Setelah mengikuti praktikum diharapkan mahasiswa mampu memahami dan
menjelaskan teori tentang tourniquet test dengan baik dan benar
B. Uraian Materi

1. Pengertian
2. Tujuan

C. Rangkuman

1. Tes ini juga dikenal sebagai tourniquet test adalah evaluasi nonspesifik
untuk mengukur kerapuhan dinding kapiler dan kekurangan jumlah
platelet dan fungsinya
Manset pemompa tekanan darah pada tekanan yang spesifik dengan
periode waktu yang menghasilkan peningkatan tekanan dan hipoksia
pada bagian distal dari manset. Penurunan resisten kapiler
menyebabkan kapiler darah pecah yang berujung pada perdarahan
2. Tujuan
Untuk mengukur kerapuhan dinding kapiler dan kekurangan jumlah
platelet dan fungsinya

D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemeriksaan tourniquet secara mandiri
E. Cek list

68
INSTRUMEN PENILAIAN : TORNIQUET TEST

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT


Y T
A. FASE ORIENTASI
1. Memberi salam dan menyapa nama klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 3
4. Menjelaskan langkah prosedur 3
5. Menanyakan kesiapan klien 2

B. FASE KERJA
1. Mendekatkan alat ke pasien 2
2. Mencuci tangan 3
3. Pasangkan manset tekanan darah pada bagian 5
lengan dan pompa hingga mencapai pertengahan
antara tekanan sistolik dan tekanan diastolic tetapi
tidak lebih tinggi dari 100 mmHg
4. Boarkan manset dipompa selama 5 menit dan 10
perhatikan setidaknya 1 inchi bagian distal dari
lengan dekat manset untuk melihat pembentukan
petechial
5. Hasil tes dilaporkan dalam rentang dari begatif ke 10
+4, tergantung pada jumlah dari kemunculan
petechea dengan diameter 5 cm
Evaluasi:
Negative= tidak ada petechia
+1= 1-10 Petechia
+2= 11-20 Petechia
+3= 21-50 petechia
+4= > 50 petechia
6. Kempiskan dan lepaskan manset tekanan darah 10
7. Pasien dianjurkan untuk membuka dan 10
mengepalkan tangannya guna mempercepat
kembalinya darah ke bagian distal ekstremitas
tubuh.
8. Rapikan alat yang digunakan 10
9. Rapikan Pasien 5
10. Lakukan Cuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 3
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 2
3. Berpamitan 2

D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN


1. Ketenangan selama melakukan tindakan (tidak 2
panik)

69
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 2
3. Ketelitian melakukan tindakan 3
4. Keamanan klien & perawat selama tindakan 3
Total 100

F. Tes Formatif

1. Hasil evaluasi pemeriksaan tourniquet tes +1 jika………….


a. 1-10 Petechia
b. 11-20 Petechia
c. 21-50 petechia
d. > 50 petechia
2. Hasil evaluasi pemeriksaan tourniquet tes +2 jika………….
a. 1-10 Petechia
b. 11-20 Petechia
c. 21-50 petechia
d. > 50 petechia

G. Kunci Jawaban Formatif

1. A
2. B

H. Lembar Kerja
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………

70
BAB III
EVALUASI

A. Nilai Proses (80%)


1. Kedisiplinan
2. Keaktifan
3. Tugas Pra Lab

B. Nilai Evaluasi (20%)


Mahasiswa yang telah memenuhi kewajibannya untuk melaksanakan 8
perasat praktikum berhak mengikuti ujian evaluasi yang akan dilaksanakan pada akhir
keseluruhan praktikum sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan oleh program
studi. Evaluasi akhir dapat dilakukan dengan metode OSCA maupun COMPRE.

C. Nilai Akhir Praktikum


No Penilaian Prosentase Nilai
1. Nilai Proses 80 %
2 Nilai Evaluasi 20 %
Total

71
A. Bukti Pencapaian Kompetensi

NILAI PROSES PRAKTIKUM KMB 1


PRODI SARJANA KEPERAWATAN STIKES 'AISYIYAH SURAKARTA

NAMA MAHASISWA :
NIM :
KELAS :

KEDISIPLINAN EVALUASI TANDA TANGAN


NO KOMPETENSI PENGAMPU KEAKTIFAN* NA
* PROSES* PENGAMPU
1 Pemeriksaan Paru-paru Ida Nur Imamah, M.Kep         1.  
2 Fisioterapi dada Ida Nur Imamah, M.Kep           2.
3 Pitting Edema dan CRT Ida Nur Imamah, M.Kep         3.  
4 Perawatan Trakeostomi Ida Nur Imamah, M.Kep           4.
5 Perawatan WSD Ika Silvitasari, M.Kep         5.  
6 Suction dan Terapi Oksigen Eska Dwi Prajayanti, M.Kep           6.
7 Pemeriksaan Jantung Eska Dwi Prajayanti, M.Kep         7.  
8 Pemasangan EKG Eska Dwi Prajayanti, M.Kep           8.
9 Pengukuran JVP Eska Dwi Prajayanti, M.Kep         9.  
10 Interpretasi hasil EKG Eska Dwi Prajayanti, M.Kep           10.
11 Tranfusi Darah Ika Silvitasari, M.Kep         11.  
12 Nebulizer Ika Silvitasari, M.Kep           12.
13 Torniquet Test Ika Silvitasari, M.Kep         13.  
14 Pengambilan sampel darah arteri dan vena Ika Silvitasari, M.Kep           14.

72
73

Anda mungkin juga menyukai