Penyusun :
1
Penulis : Eska Dwi Prajayanti, S.Kep., Ns., M.Kep.
Editor Materi : TIM KMB (Dosen Keperawatan Medikal Bedah Prodi Sarjana
Keperawatan)
Hak Cipta © 2019, Prodi Sarjana Keperawatan STIKES ‘Aisyiyah Surakarta
MILIK NEGARA TIDAK DIPERDAGANGKAN
Semua hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak (mereproduksi),
mendistribusikan, atau memindahkan sebagian atau seluruh isi buku teks dalam bentuk
apapun atau dengan cara apapun, termasuk fotokopi, rekaman, atau melalui metode (media)
elektronik atau mekanis lainnya, tanpa izin tertulis dari penerbit, kecuali dalam kasus lain,
seperti diwujudkan dalam kutipan singkat atau tinjauan penulisan ilmiah dan penggunaan
non-komersial tertentu lainnya diizinkan oleh perundangan hak cipta. Penggunaan untuk
komersial harus mendapat izin tertulis dari Penerbit. Hak publikasi dan penerbitan dari
seluruh isi buku teks dipegang oleh Prodi Sarjana Keperawatan. Untuk permohonan izin
dapat ditujukan kepada Prodi Sarjana Keperawatan. STIKES ‘Aisyiyah melalui alamat
berikut ini:
ii
VISI MISI TUJUAN STIKES
A. Visi
Menjadi Perguruan Tinggi ‘Aisyiyah yang unggul dalam bidang kesehatan
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berakhlakul karimah dan
kompetitif di tingkat nasional tahun 2028
B. Misi
a. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan yang unggul
bertaraf nasional di bidang akademik serta non akademik yang
bernafaskan islam
b. Mengembangkan dan melaksanakan penelitian untuk menghasilkan teori
yang mendukung pembelajaran
c. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat yang mendukung
peningkatan mutu pendidikan
d. Mengembangkan jejaring dengan lembaga pendidikan, lembaga
penelitian, lembaga pemerintah dan masyarakat di tingkat nasional
C. Tujuan
a. Menghasilkan tenaga kesehatan yang unggul dan berakhlakul karimah
b. Menghasilkan karya penelitian berupa pengetahuan, metode dan
teknologi yang mendukung pembelajaran dan berguna bagi masyarakat
c. Menghasilkan karya pengabdian kepada masyarakat di bidang kesehatan
d. Menghasilkan kerja sama kemitraan yang mendukung kegiatan
akademik, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat secara nasional
iii
VISI MISI TUJUAN PRODI
1. Visi
Mewujudkan Program Studi Ners yang unggul dalam bidang
keperawatan komunitas yang berakhlakul karimah dan kompetitif di tingkat
nasional pada tahun 2028
2. Misi
1) Menyelenggarakan pendidikan, pembelajaran dan bimbingan profesi
Ners yang bermutu dan Islami.
2) Melaksanakan penelitian yang mendukung pengembangan IPTEK di
bidang keperawatan.
3) Mengembangkan pengabdian kepada masyarakat untuk meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat
4) Mengembangkan jejaring dengan institusi lain di tingkat nasional
3. Tujuan
1) Menghasilkan Ners yang berkualitas dan Islami di bidang keperawatan
komunitas
2) Menghasilkan penelitian yang menunjang pengembangan IPTEK
keperawatan berbasis komunitas
3) Menghasilkan pengabdian kepada masyarakat dalam bidang
keperawatan
4) Menghasilkan kerjasama dengan pemerintah maupun swasta dalam
penyelenggaraan Catur Dharma PT di tingkat nasional
iv
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum, wr. Wb
Wassalamu’alaikum, wr. Wb
v
DAFTAR ISI
Hal
Hal Cover…………………………………………………………………………i
Visi Misi Tujuan STIKES ....................................................................................ii
Visi Misi Tujuan Prodi………………………………………………………….iii
Kata Pengantar…………………………………………………………………..iv
Daftar isi................................................................................................................v
Rencana Pembelajaran Semester..........................................................................vi
Glosarium
BAB I PENDAHULUAN
A. Ayat Al-Qur’an yang relevan ..............................................................1
B. Deskripsi Mata Ajar..............................................................................2
C. Prasyarat………………………………………………………………3
D. Petunjuk Penggunaan Modul…………………………………………4
1. Penjelasan Bagi Peserta didik……………………………………..5
2. Peran Dosen……………………………………………………….6
E. Tujuan Akhir..............................................................................................
F.Capaian
Pembelajaran…………………………………………………….
G. Cek Kemampuan Awal
………………………………………………….
BAB II PEMBELAJARAN
A. MATERI I ................................................................................................3
B. MATERI II................................................................................................3
C. MATERI III...............................................................................................3
D. MATERI IV...............................................................................................3
E. MATERI V................................................................................................4
vi
F. MATERI VI ..............................................................................................4
G. MATERI VII.............................................................................................4
H. MATERI
VIII……………………………………………………………
I. MATERI IX
……………………………………………………………...
J. MATERI X
………………………………………………………………
K. MATERI XI
……………………………………………………………..
L. MATERI XII
…………………………………………………………….
M. MATERI XIV
…………………………………………………………..
BAB III EVALUASI
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Artinya :
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku),
sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha
Penyayang di antara semua penyayang". Maka Kamipun memperkenankan
seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami
kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka,
sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua
yang menyembah Allah.
1
D. Petunjuk Penggunaan modul
a. Penjelasan Bagi Peserta didik
Modul ini terdiri dari 14 materi yang ternasuk dalam keperawatan
medikal bedah 1 yang berisi tentang sistem pernafasan, kardiovaskuler
dan hematologi.
Materi 1: Pemeriksaan Paru
Materi 2: Fisioterapi dada
Materi 3: Postural Drainage
Materi 4: Perawatan Trakeostomi
Materi 5: Perawatan WSD
Materi 6: Suction dan Terapi Oksigen
Materi 7: Pemeriksaan Jantung
Materi 8: Pengukuran JVP
Materi 9: Pemasangan EKG
Materi 10: Interpretasi Hasil EKG
Materi 11: Tranfusi Darah
Materi 12: Pengambilan sampel darah (Vena)
Materi 13: Torniquet Test
Materi 14: Pengambilan darah arteri
Untuk membantu anda dalam menguasai kemampuan diatas , kami
sediakan materi, contoh soal dan tool untuk setiap prasat.
b. Peran Dosen
Melakukan evaluasi akhir pada masing-masing prasat sesuai dengan yang
diampu.
E. Tujuan Akhir
Setelah menyelesaikan praktek laboratorium ini mahasiswa mampu
melakukan tindakan keperawatan terkait dengan masalah keperawatan
Medikal Bedah
2
F. Capaian Pembelajaran
Mg Ke- Sub CP-MK Indikator Kriteria dan Bentuk Penilaian Metode Pembelajaran Materi Pembelajaran Bobot
(Sbg kemampuan akhir (Estimasi Waktu) (Pustaka) Penilaian
yang diharapkan) (%)
1 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Pemeriksaan paru 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] mulai dari inspeksi,
keperawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -1: Membuat resume materi perkusi, palpasi dan
Pemeriksaan paru-paru Pretest-postest yang diajarkan auskultasi
perkenalan,
Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pemeriksaan paru
paru dengan
menggunakan cara
inspeksi, perkusi
palpasi auskultasi
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
1
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
2,3 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Claping, vibrating, 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 2x(1x50”)] batuk efektif
keperawatan Fisioterapi orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -1: Membuat resume materi Postural drainase
dada Pretest-postest fisioterapi dada
perkenalan,
Mahasiswa mampu Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
melakukan tindakan menyampaikan
mandiri Tugas -1: Membuat resume materi
keperawatan nebulizer tujuan dan prosedur postural drainase
tindakan serta [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
fisioterapi dada
mulai dari claping,
vibrating dan batuk
efektif
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
2
berlangsung
5 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Perawatan WSD 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan perawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -5: Membuat resume materi
3
WSD perkenalan, Pretest-postest perawatan WSD
menyampaikan Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
tujuan dan prosedur mandiri
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
perawatan WSD
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
6 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Suction dan terapi 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] oksigen
keperawatan suction dan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -6: Membuat resume materi
terapi oksigen Pretest-postest suction dan terapi oksigen
perkenalan,
Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
4
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan suction
dan terapi oksigen
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
5
mulai dari inspeksi,
palpasi, perkusi
auskultasi
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
9 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Pengukuran JVP 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan pengukuran orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -8: Membuat resume materi
JVP Pretest-postest pengukuran JVP
perkenalan,
Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pengukuran JVP
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
6
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
10,11 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Pemeriksaan EKG 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] Interpretasi hasil
keperawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -9: Membuat resume materi EKG
pemeriksaan EKG Pretest-postest Pemeriksaan EKG
perkenalan,
Mahasiswa mampu Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menginterpretasikan menyampaikan
mandiri Tugas -10: Membuat resume materi
hasil gambaran EKG tujuan dan prosedur interpretasi hasil EKG
tindakan serta [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pemeriksaan EKG
Ketepatan dalam
menginterpretasikan
hasil EKG
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
7
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
12 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Tranfusi darah 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan tranfusi orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -11: Membuat resume materi
darah Pretest-postest tranfusi darah
perkenalan,
Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan tranfusi
darah
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
13 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Pengambilan darah 10%
8
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] vena
keperawatan orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -11: Membuat resume materi AGD
pengambilan darah vena perkenalan, Pretest-postest pengambilan darah vena dan AGD
dan arteri Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
pengambilan darah
vena dan AGD
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
14 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Torniquet test 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)]
keperawatan tourniquet orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -11: Membuat resume materi
test Pretest-postest tourniquet test
perkenalan,
Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
9
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
tourniquet test
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
15 Mahasiswa mampu Ketepatan Kreteria: Demonstrasi oleh dosen Pengukuran pitting 10%
melakukan tindakan melakukan fase Ketepatan dan penugasan [TM: 1x(1x50”)] edema dan CRT
keperawatan pengukuran orientasi mulai dari Bentuk Non-Test: Tugas -11: Membuat resume materi
pitting edema dan CRT Pretest-postest pengukuran pitting edema dan CRT
perkenalan,
Demonstrasi secara [BT+BM(1+1)x(1x120”)]
menyampaikan
mandiri
tujuan dan prosedur
tindakan serta
menanyakan
kesediaan pasien
Ketepatan dalam
melakukan tindakan
keperawatan
10
pengukuran pitting
edema dan CRT
Ketepatan
melakukan evaluasi
tindakan dan rencana
tindak lanjut
Ketepatan dalam
menjaga keamanan
dan kenyamanan
pasien selama proses
tindakan
berlangsung
16 UJIAN LAB
11
G. Cek Kemampuan Awal
12
BAB II
PEMBELAJARAN
MATERI I
as PRAKTIKUM
Pemeriksaan Paru
1. Definisi
Pemeriksaan fisik paru adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
melakukan pengkajian fisik pada pasien yang mengalami abnormalitas system
pernapasan yang meliputi, inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
2. Tujuan
a. Mengetahui bentuk, kesimetrisan,ekspansi, keadaan kulit dinding dada.
b. Mengetahui frekuensi sifat irama pernapasan.
c. Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, taktil frektus.
d. Mengetahui keadaan paru, rongga pleura
e. Mengetahui batas paru-paru dengan organ lain di sekitarnya.
f. Mengetahui aliran udara melalui batang trakheabronkial
g. Mengetahui adanya sumbatan aliran udara.
3. Indikasi pemeriksaan fisik paru
Pada pasien dengan gangguan system respiratory
4. Prosedur Pemeriksaan
INSPEKSI
a. Bentuk dada
1) Normal : diameter Anterior Posterior – transversal = 1:2
13
2) Pigeont Chest/ dada burung : sternum menonjol kedepan, diameter Anterior
Posterior > transversal.
3) Barrel Chest/ dada tong : Anterior Posterior : transversal = 1:1
4) Funnel Chest : anterior Posterior mengecil, sternum menonjol ke dalam
b. Ekspansi : simestris / tidak
c. Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut
d. Frekuensi pernafasan :
1) 16 – 18 x/menit : orang dewasa
2) 18 – 20 x/menit : anak-anak
3) >20x/menit : tachypnea
4) <16x/menit : bradipnea
5) Apnea : tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara periodik)
e. Ritme pernafasan
1) Eupnea : irama normal
2) Kusmaul : cepat dan dalam
3) Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal
4) Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf).
5) Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea
(kerusakan saraf)
PALPASI
Palpasi pada dinding thorax menggunakan seluruh telapak tangan dan jari kiri dan
kanan dengan maksud meraba dan merasakan getaran dinding dada sewaktu pasien
mengucapkan kata “tujuh puluh tujuh…….” berulang-ulang.
Umumnya pemeriksaan ini bersifat membandingkan bagian mana yang lebih bergetar
atau kurang bergetar. Pemadatan jaringan baru (Pneumonia, keganasan) akan terasa
lebih bergetar. Pleural effusion dan pneumo thorax akan terasa kurang bergetar.
PERKUSI
14
Perkusi dinding thorax, dengan cara mengetuk dengan jari tengah tangan kanan
pada jari tengah-tangan kiri yang ditempelkan dengan erat di dinding dada dicelah
intercosta (kecuali pemeriksa kidal tentu sebaliknya). Ilmu ini meniru para pembuat
anggur yang bisa memeriksa tong-tong anggur yang mereka perkusi dan memastikan
dimana batas permukaan cairan anggur mereka karena memberikan getaran suara yang
jelas berbeda.
Pada praktek laboratorium dan bangsal, diminta berlatih baik sampai trampil
dengan cara yang benar. Penilaian suara yang ditimbulkan oleh perkusi:
a. Sonor adalahsuara perkusi jaringan paru yang normal.
b. Redup adalahsuara perkusi jaringan yang lebih padat/konsolidasi paru-paru seperti
pneumonia.
c. Pekak adalahsuara perkusi jaringan yang padat seperti pada ;
1) Adanya cairan di rongga pleura
2) Perkusi daerah jantung
3) Perkusi daerah hepar
d. Hipersonor/tympany adalah suara perkusi pada daerah yang lebih berongga kosong
seperti : daerah Caverne-caverne paru, penderita asthma kronik terutama dengan
bentuk dada barrel-chest akan terdengar seperti ketukan benda-benda kosong,
bergema. Perkusi dilakukan dengan cara membandingkan kiri-kanan pada setiap
daerah permukaan thorax.
AUSKULTASI
15
3) Bronchial, suara nafas bronchial terdengar di daerah trachea (leher) dan supra
sternal notch. Bersifat kasar, nada tinggi/inspirasi lebih pendek di bandingkan
dengan ekspirasi.
b. Suara ucapan (= vocal resonans)
1) Suara normal, perlu mengenal atau membiasakan mendengar pada orang sehat.
Intensitas dan kualitas di kiri sama dengan kanan
2) Brochoponi, suara terdengar jelas ucapannya dan lebih keras dibandingkan
daerah sisi lain. Umumnya, ini akibat dari adanya proses pemadatan/konsolidasi
paru.
3) Pectoriloquy, suara terdengar “jauh” dan tidak jelas (= ngereyem). Bisa terdapat
pada effusion atau atelaktasis.
4) Egophony, sura bergema seperti seorang yang hidungnya tersumbat(= bindeng)
dan terasa dekat. Suara semacam ini bisa didapat pada pemadatan paru yang
disertai caverne/berongga-rongga besar.
c. Suara tambahan
Pada pernfasan normal tidak didapati suara tambahan. Suara tambahan menun jukan
ada kelainan. Macam-macam suara tambahan :
1) Rales, bunyi yang dihasilkan oleh exudat lengket saat saluran-saluran halus
pernfasan mengembang pada inspirasi :
a) Rales halus, terdengar “meritik” halus pada akhir inspirasi jadi pendek saja.
b) Rales sedang, terdengar lebih kasar dan di tengah fase akhir inspirasi.
c) Rales kasar, terdengar lebih lama, yaitu pada seluruh fase inspirasi
2) Ronchi, ciri khas ronchi adalah pada rendah dan sangat kasar terdengar baik pada
inspirasi maupun ekspirasi. Ciri lain ronchi adalah akan hilang bila pasien
disuruh batuk. Ronchi terjadi akibat terkumpulnya cairan mucus dalam trachea
atau bronchus-bronchus besar (misalnya pada edema paru).
3) Wheezing, adalah bunyi musical terdengar “ngiii….ik” atau pendek ngiik. Yang
bisa didapat pada fase inspirasi dan atau ekspirasi, bahkan biasanya lebih jelas
pada ekspirasi. Wheezing terjadi karena adanya exsudat lengket tertiup aliran
udara dan bergetar nyaring.
Pleural Friction-Rub, suatu bunyi yang terdengar “kering” persis seperti suara gosokan
Amplas pada kayu. (catatan; Rales dan Ronchi terdengar “basah” karena seperti
gemercik cairan), pleural friction –rub terjadi karena peradangan pleura terdengar
sepanjang fase pernapasan (inspirasi sepenuhnya). Paling jelas suara ini terdengar di
daerah posteri-lateral bawah dinding thorax.
D. Tugas
Melaksanakan pemeriksaan paru secara mandiri dan dibuat dalam bentuk video
E. Cek list
16
FORMAT PENILAIAN PEMERIKSAAN FISIK PARU
N DILAKUKAN
BOBOT
O YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1 Mengucap salam 2
2 Memperkenalkan diri 2
3 Menjelaskan tujuan 2
4 Menjelaskan prosedur 2
5 Menanyakan kesiapan klien
B FASE KERJA
1 Mencuci tangan 5
2 Menjaga privacy pasien 5
3 Membuka dan meyiapkan peralatan 3
4 Membuka atau membebaskan area dada pasien 3
5 Melakukan inspeksi dada 10
6 Melakukan palpasi dada:
a. Untuk mengetahui ekspansi dada 10
b. Tactil fremitus 10
7 Melakukan Perkusi SIC I-V dada kanan dan kiri 10
Melakukan auskultasi pernapasan pasien (suara
trakheal, bronkeal, bronkovesikuler dan 10
8 vesikuler)
9 Memakaikan baju pasien dan merapikan pasien 3
10 Membereskan peralatan 3
11 Mencuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan 3
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3 Berpamitan 3
D PENAMPILAN
1 Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2 Menjaga keamanan pasien 2
3 Menggunakan bahasa yang mudah dipahami 2
JUMLAH 100
17
F. Tes Formatif
1. Suara paru yang terdengar dengan intensitas dan kualitas kanan dan kiri sama
disebut………
a. Suara normal
b. Brochoponi
c. Pectoriloqu
d. Egophony
2. Suara tambahan paru yang terbentuk dari exudat lengket saat saluran saluran halus
pernafasan mengembang disebut……….
a. Rules
b. Ronchi
c. Whezing
d. Pleural Friction-Rub
18
MATERI II
as PRAKTIKUM
Fisioterapi Dada
1. Definisi
Fisioterapi dada merupakan tindakan keperawatan yang disusun untuk meningkatkan
efisiensi pernapasan, meningkatkan pengembangan paru, kekuatan otot pernapasan,
dan mengeliminasi sekret yang berasal dari sistem pernapasan.
2. Jenis-Jenis Fisioterapi Dada
a. Perkusi (Clapping)
Perkusi disebut juga clapping adalah pukulan kuat, bukan berarti sekuat kuatnya,
pada din ding dada dan punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkuk.
b. Vibrasi (Vibrating)
19
Vibrasi adalah getaran kuat secara serial yang dihasilkan perawat yang
diletakkan datar pada din ding dada klien.
c. Postural Drainage
Postural drainage merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi
dari berbagai segmen paru-paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi.
Waktu yang terbaik untuk melakukannya yaitu sekitar 1 jam sebelum
sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum tidur pada malam hari. Postural
drainage harus lebih sering dilakukan apabila lendir klien berubah warnanya
rnenjadi kehijauan dan kental atau ketika klien menderita demam.
Hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan postural drainage antara lain :
b. Batuk dua atau tiga kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi.
c. Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter.
d. Jika harus menghirup bronkodilator, lakukanlah 15 menit sebelum melakukan
postural drainage.
e. Lakukanlah latihan napas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan
lendir.
3. Indikasi
a. Pofilaksis (antibiotik) untuk mencegah penumpukan secret yaitu pada pasien :
1) Pasien yang memakai ventilasi
2) Pasien dengan tirah baring lama
3) Pasien dengan produksi sputum meningkat
4) Pasien dengan batuk yang tidak efektif
20
a. Tenson pneumototraks (tekanan akibat adanya akumulasi udara)
b. Hemoptysis
c. Gangguan system kardivaskuler seperti hipertensi, infark miokard akud dan aritmia
d. Edema paru
e. Efusi pleura
Meningkatkan tekanan intrakranial
D. Tugas
Mahasiswa mempraktikkan fisoterapi dada secara mandiri
E. Cek list
FORMAT INSTRUMEN FISIOTERAPI DADA
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TID
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privacy pasien 2
3. Melakukan pemeriksaan auskultasi untuk memastikan letak 5
sputum
4. Meminta pasien untuk minum air putih hangat 2
5. Memasang perlak pengalas sesuai dengan posisi pasien 2
6. Melakukan penepukan/clapping sesuai dengan area
10
penumpukan sputum
7. Menganjurkan pasien inspirasi dalam, tahan 2-3 hitungan,
5
kedua tangan perawat dipunggung pasien
8. Meminta pasien melakukan ekspirasi, pada saat yang
10
bersamaan tangan perawat melakukan vibrasi
9. Menganjurkan pasien untuk melakukan batuk efektif 5
10. Menampung sputum pasien pada sputum pot yang telah 5
disediakan
11. Membersihkan sputum di area sekitar mulut pasien 5
12. Meminta pasien minum air hangat 5
13 Memberikan postural drainage sesuai dengan letak sputum 5
14. Melakukan auskultasi kembali pada area penumpukan sputum 5
15. Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
21
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
1. Getaran kuat secara serial yang dihasilkan perawat yang diletakkan datar pada
dinding dada klien disebut…………
a. Vibrasi
b. Postural Drainage
c. Fisoterapi dada
d. Clapping
2. Pukulan kuat, bukan berarti sekuat kuatnya, pada dinding dada dan punggung
dengan tangan dibentuk seperti mangkuk disebut……….
a. Vibrasi
b. Postural Drainage
c. Fisoterapi dada
d. Clapping
G. Kunci Jawaban Formatif
1. A
2. D
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
22
MATERI III
as PRAKTIKUM
PITTING EDEMA DAN CRT
1. PITTING EDEMA
a. Definisi
Edema merupakan terkumpulnya cairan di dalam jaringan interstisial lebih dari
jumlah yang biasa atau di dalam berbagai rongga tubuh mengakibatkan gangguan
sirkulasi pertukaran cairan elektrolit antara plasma dan jaringan interstisial.
Menurut Brunner and Suddart (2012) pitting edema adalah edema yang akan
tetap cekung bahkan setelah penekanan ringan pada ujung jari , baru jelas terlihat
setelah terjadinya retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg dari berat badan
normal selama mengalami edema.
b. Penilaian
1) Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm dengan waktu kembali 3 detik
2) Derajat I I : kedalamannya 3-5 mm dengan waktu kembali 5 detik
3) Derajat III : kedalamannya 5-7 mm dengan waktu kembali 7 detik
4) Derajat IV : kedalamannya 7 mm atau lebih dengan waktu kembali 7 detik
23
2. Capillary Refill Time (CRT)
a. Definisi
Capillary refill time adalah tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku
untuk memonitor dehidrasi dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi). Jaringan
membutuhkan oksigen untuk hidup, oksigen dibawa kebagian tubuh oleh system
vaskuler darah. Nilai normal Jika aliran darah baik ke daerah kuku, warna kuku
kembali normal kurang dari 2 detik.
CRT memanjang (> 2 detik) pada :
1) Dehidrasi (hipovolumia)
2) Syok
3) Peripheral vascular disease
4) Hipotermia
D. Tugas
Mahasiswa mempraktikkan secara mandiri
E. Cek list
INSTRUMEN PENILAIAN PEMERIKSAAN PITTING EDEMA
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Memakai handscoon 5
3. Inspeksi daerah edema (simetris, apakah ada tanda 10
peradangan)
4. Melakukan palpasi 10
5. Mengamati waktu kembalinya lokasi yang 5
dipalpasi
6. Cuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
24
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 5
2. Memakai handscoon 5
3. Memegang tangan pasien lebih tinggi dari jantung 10
4. Menekan kuku jari tangan atau kaki sampai terlihat 10
pucat
5. Mencatat waktu yang dibutuhkan sampai warna 5
kembali normal
6. Cuci tangan 5
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
1. Tes yang dilakukan cepat pada daerah dasar kuku untuk memonitor dehidrasi
dan jumlah aliran darah ke jaringan (perfusi) disebut
a. CRT Tes
b. Pitting Edema Test
25
c. Pemeriksaan Jantung
d. Pemeriksaan JVP
26
MATERI IV
as PRAKTIKUM
PERAWATAN TRAKEOSTOMI
1. Definisi
Trakeostomi adalah suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea
untuk mempertahankan jalan nafas agar udara dapat masuk ke paru-paru dan memintas
jalan nafas bagian atas.
2. Indikasi trakeostomi
a. Edema trakea karena trauma atau respon alergi
b. Obstruksi laring STD III & IV
c. Ventilasi mekanik
d. Ketidakmampuan untuk membersihkan jalan napas
e. Luka bakar jalan napas
f. Perdarahan jalan napas atas
g. Fraktur laring, mandibula, maksilaris
h. Cedera kepala berat
i. Trauma tembus cranium & thorak
27
j. Persiapan operasi tractus respiratorius bagian atas
k. Orotracheal intubasi susah pada waktu Anasthesi umum
D. Tugas
Mahasiswa melakukan praktik perawatan trakeostomi secara mandiri
E. Cek list
FORMAT PENILAIAN PERAWATAN TRAKEOSTOMi
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TID
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Mengatur posisi yang nyaman (terlentang/semi fowler) 3
3. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien 3
4. Mengempiskan cuff tracheostomi 3
5. Memakai sarung tangan 2
6. Melepaskan/mengangkat balutan trakeostomi yang kotor 5
7. Lakukan penghisapan lendir pada trakeostomi 5
8. Buka balutan trakeostomi steril (antara stoma dengan kanul) 5
9. Bersihkan daerah sekitar stoma dengan NaCl 10
10. Keringkan daerah sekitar stoma 5
11. Beri salep antibiotik pada sekeliling kanul 5
12. Tutup dengan kassa steril diantara stoma dengan sayap 5
kanul
13. Ganti pita kanul (pegang kanul pada waktu mengganti pita 5
kanul)
14. Isi kembali cuff dengan udara secukupnya (5-6 cc) & ukur 5
tekanannya (lihat & pegang cuff untuk memastikan jika cuff
sudah terisi)
15. Pasang kassa yang dibasahi air steril pada lubang kanul. 3
16. Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
28
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
1. Suatu tindakan dengan membuka dinding depan/anterior trakea untuk
mempertahankan jalan nafas disebut
a. Trakeostomi
b. Endoskopi
c. Laparotomi
d. Appendiktomi
2. Prinsip yang digunakan dalam melakukan perawatan trakeostomi adalah……..
a. Prinsip bersih
b. Prinsip steril
c. Prinsip terbuka
d. Prinsip tertutup
G. Kunci Jawaban Formatif
1. A
2. B
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………...
29
MATERI V
as PRAKTIKUM
PERAWATAN Water Seal Drainage (WSD)
1. Definisi
Merupakan selang drainage intra pleural yang diinsersi untuk mengeluarkan udara
dan cairan dari ruang pleura, mencegah udara atau cairan supaya tidak masuk ruang
pleura, dan membentuk kembali tekanan yang normal pada intrapleura dan
intrapulmonal
2. Indikasi
a. Setelah pembedahan dada dan trauma dada
b. Flail chest yang membutuhkan pemasangan ventilator
c. Efusi pleura
30
d. The preventive of cardiac tamponade after open heart surgery
e. Pneumothoraks (spontan, iatrogenic / therapeutic traumatic)
f. Hemothoraks
g. Hemopneumothoraks
h. Chylothoraks
i. Empyema
31
E. Cek list
32
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
1. Indikasi dilakukan pemasangan WSD adalah sebagai berikut, kecuali……
a. Hematothorak
b. Emphiema
c. Pneumotorak
d. Edema Pulmo
2. Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien dengan WSD adalah, kecuali…….
a. Keadaan balutan luka
b. Lokasi WSD
c. Tanda-tanda infeksi
d. Status neurologi
33
MATERI VI
as PRAKTIKUM
NEBULIZER
1. Definisi
2. Tujuan
3. Indikasi terapi nebulizer
C. Rangkuman
1. Definisi
Nebulizer dan penguapan merupakan suatu cara pemberian obat melalui
inhalasi/ pernafasan. Fungsinya sama dengan seperti dengan pemberian obat
lainnya namun mempunyai daya effectivitas lebih tinggi dibandingkan melalui
mulut/ oral.
2. Tujuan
a. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.
b. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
c. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
d. Melegakan pernafasan.
e. Mengurangi pembekakan selaput lender.
f. Mencegah pengeringan selaput lender.
g. Mengendurkan otot dan penyembuhan batuk.
h. Menghilangkan gatal pada kerongkongan.
3. Indikasi Terapi Nebulizer
Untuk memberikan medikasi secara langsung pada saluran napas untuk
mengobati, berikut ini:
a. Bronchospasme akut
b. Produksi mukus yang berlebihan
c. Batuk dan sesak napas
d. Epiglotitis
34
D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemberian inhalasi nebulizer secara mandiri
E. Cek list
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privasi 3
3. Mengatur posisi pasien (duduk/semifowler) 3
4. Mendekatkan alat 2
5. Mengisi set nebulizer dengan NaCl sesuai takaran 10
6. Memastikan alat berfungsi dengan baik 10
7. Memasukan obat sesuai dengan dosis 10
8. Memasang masker pada pasien 10
9. Menghidupkan mesin nebulizer 6
10. Meminta klien untuk nafas dalam dan menghirup uap 6
sampai habis
11. Membersihkan mulut dan hidung dengan tissue 6
12. Mencuci tangan 2
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
35
a. Fisioterapi dada
b. Batuk efektif
c. Nebulizer
d. WSD
2. Tujuan dari nebulizer adalah sebagai berikut, kecuali…………
a. Mengobati peradangan saluran pernafasan bagian atas.
b. Menghilangkan sesak karena selaput lendir saluran nafas bagian atas
sehingga lendir menjadi encer dan mudah keluar.
c. Menjaga selaput lendir dalam keadaan lembab.
d. Mengeluarkan cairan yang menumpuk di pleura
1. C
2. D
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………
………
36
MATERI VII
as PRAKTIKUM
PEMASANGAN EKG
1. Pengertian EKG
2. Cara Pemasangan EKG
3. Interpretasi EKG
C. Rangkuman
1. Pengertian
EKG (Elektrokardiogram) adalah rekaman potensial listrik (tegangan) yang timbul
sebagai akibat aktivitas jantung, yang dapat direkam adalah aktivitas listrik yang
timbul pada waktu otot-otot jantung berkontraksi. Pemasangan EKG dianjurkan
untuk pasien trauma atau memiliki riwayat gangguan/ kelainan jantung. Tujuan
pemasangan EKG adalah untuk mengetahui keadaan irama jantung.
2. Cara Pemasangan EKG
Pemasangan EKG pada tubuh menggunakan 10 buah elektroda, yaitu 4 buah
elektroda pada ektremitas (tangan dan kaki) dan 6 buah elektroda prekordial
(permukaan dada).
Tempat pemasangan 4 buah elektroda pada tangan dan kaki.
Elektroda-elektroda masing-masing dilekatkan pada :
Lengan kanan (LKa).
Lengan kiri (LKi).
Tungkai kanan (TKa).
Tungkai kiri (TKi)
37
Gambar 1. Pemasangan Elektroda Ekstremitas
3. Interpretasi
Untuk membaca/ interpretasi sebuah EKG, paling sedikit kita harus mempunyai
data-data tentang hal-hal di bawah ini :
a. Umur penderita : karena bentuk EKG normal pada bayi dan anak-anak sangat
berbeda dengan EKG normal orang dewasa.
b. Tinggi, berat dan bentuk badan : orang yang gemuk mempunyai dinding dada
yang tebal, sehingga amplitudo semua komplek EKG lebih kecil, sebab
voltase berbanding berbalik dengan kuadrat jarak elektroda dengan sel otot
jantung.
c. Tekanan darah dan keadaan umum penderita : Hal ini penting apakah
peningkatan voltase pada komplek ventrikel kiri ada hubungannya dengan
kemungkinan hipertofi dan dilatasi ventrikel kiri.
d. Penyakit paru pada penderita : posisi jantung dan voltase dari komplek-
komplek EKG dapat dipengaruhi oleh adanya empisema pulmonum yang
berat, pleural effusion dan lain-lain.
38
D. Tugas
Mahasiswa mampu menentukan titik lokasi pemasangan sadapan-sadapan EKG
E. Cek list
39
8. Matikan mesin EKG dengan menekan tombol power 2
9. Lepaskan elektroda dan bersihkan kulit jelly dari yang tersisa 2
Bantu klien merapikan baju
10. Dokumentasikan (nama klien, usia, waktu pelaksanaan, hasil 2
interpretasi di kertas EKG)
11. Melepas sarung tangan dan cuci tangan 2
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
F. Tes Formatif
1. Sadapan yang berada di sela iga ke 4 garis pada sternal kiri adalah………
a. V1
b. V2
c. V3
d. V4
2. Sadapan yang sejajar dengan V4 pada garis aksila tengah kiri adalah………..
a. V3
b. V4
c. V5
d. V6
1. B
2. C
40
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
41
MATERI VIII
as PRAKTIKUM
INTERPRETASI EKG
C. Rangkuman
Electrocardiogram (ECG atau EKG) merupakan alat diagnose yang digunakan untuk
mengukur dan merekam aktivitas listrik jantung yang sangat detail. Mervin J Goldman
(2010) mendefinisikan elektrokardiogram (ECG) adalah grafik yang merekam potensial
listrik yang dihasilkan denyutan jantung. EKG diperoleh dengan menempatkan elektrode
pada posisi tertentu (sesuai standar) pada dada dan ekstremitas.
Mesin EKG merekam aktivitas jantung dari beberapa “sudut pandang” yang disebut
dengan “lead”. Untuk mendukung interpretasi EKG, diperlukan pencatatan data umur
pasien, jenis kelamin, tekanan darah (TD), BB, TB, gejala dan obat-obatan (khususnya
digitalis dan antiaritmia).
Dalam mesin EKG yang banyak digunakan di Indonesia, terdapat 12 lead: I, II, III,
aVR, aVL, aVF, V1, V2, V3, V4, V5, V6. Artinya jantung dilihat dari 12 sudut
pandang.
42
Lead I, II, III adalah lead bipolar. Maksudnya, ia terdiri dari dua elektroda yang
memiliki potensi muatan yang berbeda (positif dan negatif).
Lead aVR, aVL, aVF adalah lead unipolar, yang terdiri dari satu elektroda positif dan
satu titik referensi (yang bermuatan nol) yang terletak di pusat medan jantung
Lead V1-V6 adalah lead unipolar, terdiri dari sebuah elektroda positif dan sebuah titik
referensi yang terletak di pusat listrik jantung
Pengenalan Gelombang
43
Pembacaan dasar (Interpretasi Dasar) terdiri atas :
1. Rate
Frekuensi jantung normal adalah 60-100 x/menit.
a. Bila lebih dari 100 x/menit : (sinus) takikardi
b. Kurang dari 60 x/menit : (sinus) bradikardi
c. Antara 140 – 250 x/menit : abnormal takikardi
d. Antara 250 – 350 x/menit : flutter
e. Lebih besar dari 350 x/menit : fibrilasi
f. Frekuensi jantung dapat dihitung dengan ; 300 dibagi jarak puncak gelombang R ke
R berikutnya. Contohnya, bila jarak R-R adalah 4 kotak sedang, berarti 300/4 = 75
x/menit.
g. Atau dengan cara menghitung interval R-R dalam 30 kotak besar (30 kotak besar =
6 detik), kemudian hasilnya dikalikan 10.
2. Irama
Irama jantung yang normal ialah irama yang ditentukan oleh SA node atau disebut
irama sinus (= reguler sinus rhytm = normal sinus rhytm), dan mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut :
a. Frekuensi antara 60-100 x/menit
b. Teratur
c. Gelombang P negatif di aVR dan positif di lead II
d. Tiap gelombang P diikuti oleh kompleks QRS-T
Penyimpangan ciri-ciri di atas disebut aritmia (arrhythmia).
Secara garis besar, aritmia dapat disebabkan oleh :
a. Gangguan pembentukan impuls yang meliputi :
1) Ekstrasistole (premature contraction)
2) Abnormal takikardi
3) Flutter
4) Fibrillasi
5) Escaped beat
6) Arrest
7) Wandering pace-maker
b. Gangguan penghantaran impuls, yang meliputi :
1) Blok, yaitu : SA blok, AV blok, dan Intra ventrikular blok/ BBB
2) Accelerated conduction, misalnya sindroma WPW (Wolf Parkinson White)
3. Posisi
Untuk menentukan posisi, silakan sudara lihat pada lead aVL dan aVF, kemudian
cocokkan dengan tabel di bawah ini.
aVL aVF Posisi
+ + aVL Intermediate
aVF Posisi Lihat Lead Axis
0 + Semi vertikal (derajat)
+ 0 + +
Semi Intermediet
horisontal sama tinggi 30
+ - Horisontal lebih tinggi aVF 40
- + Vertikal lebih tinggi aVL 20
- + Vertikal Lead I = 0 90
Lead I = + 80
Lead I = - 100
+ - Horizontal Lead II = 0 -30
Lead II = + -20 44
Lead II = - -40
0 + Semi vertikal 60
+ 0 Semi 0
horisontal
4. Axis
Aksis listrik jantung adalah sudut yang dibentuk oleh vector listrik.
5. Zona Transisi
Zona transisi normalnya ada di V3-V4, yaitu pergeseran gambaran
gelombang/kompleks QRS dari negatif ke positif.
6. Interval PR dan QT
dapat dilihat pada kertas grafik EKG dan dicocokkan dengan nilai normalnya.
D. Tugas
Membaca interpretasi hasil EKG
E. Cek list
45
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 2
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 3
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
F. Tes Formatif
1. A
2. A
H. Lembar Kerja
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………
………
46
MATERI IX
as PRAKTIKUM
PEMERIKSAAN JANTUNG
C. Rangkuman
Pemeriksaan dada adalah untuk mendapatkan kesan dari bentuk dan fungsi dari dada
dan organ di dalamnya. Pemeriksaan dilaksanakan dengan cara melihat (inspeksi), meraba
(palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Umumnya pemeriksaan ini
dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi).
INSPEKSI
Secara umum hal-hal yang berkaitan dengan akibat penyakit jantung harus diamati,
misal tampak kelelahan akibat cardiac output, frekuensi nafas yang meningkat, sesak yang
menunjukan adanya bendungan paru atau edema paru. Sianosis sentral dengan clubbing
finger dan kaki berkaitan dengan adanya shunt kanan ke kiri.
Inspeksi kulit
Melihat ada sianosis atau tidak.
Inspeksi kuku
Sering kali, splinter hemorhage dapat terlihat sebagai garis kecil coklat kemerahan didasar
kuku. Perdarahan ini berjalan dari tepi bebas proksimal dan secara klasik dikaitkan dengan
endokarditis bakterial sub akut. Tetapi penemuan ini tidak spesifik karena ditemukan pula
pada banyak keadaan, bahkan termasuk trauma setempat pada kuku.
Inspeksi wajah
Kelainan jantung dapat pula dikaitkan dengan kelainan wajah dan kepala. Stenosis aorta
supravalvular, suatu kelainan kongenital, dijumpai bersama-sama dengan mata yang
terletak berjauhan, strabismus, telinga letak rendah, hidung yang menengadah, dan
hipoplasia mandibula. Wajah bulat seperti bulan dan mata yang terletak berjauhan
mengarah kepada stenosis pulmonal. Wajah tanpa ekspresi dengan kelopak mata bengkak
dan hilangnya sepertiga luar alis dijumpai pada hipotiroidisme.
Inspeksi Leher
47
Pemeriksaan leher dapat memperlihatkan webbing, yang sering dijumpai pada orang
dengan sindrom turner, yang mungkin mengalami koarktasio aorta, atau pada
sindrom Noonan. Stenosis pulmonal merupakan kelainan jantung yang menyertai keadaan
ini.
PALPASI
1. Letak ictus cordis
Pada orang dewasa normal, IC ada pada Spatium intercostal (SIC) V di sebelah medial
linea midklavikularis sinistra.
Letak IC Kesan
Tidak bergeser Jantung terkompensasi
Bergeser Kardiomegali
Ke lateral Right ventricle enlargement (RVE)
Ke kaudolateral Left ventricle enlargment (LVE)
2. Kekuatan IC
Kekuatan IC Kesan
Tidak kuat
Jantung terkompensasi
angkat
Gizi kurang
Kuat angkat
Kardiomegali
PERKUSI
2. Batas jantung normal pada orang dewasa
a. Kanan atas : SIC II Linea Para Sternalis Dextra
b. Kanan bawah : SIC IV Linea Para Sternalis Dextra
c. Kiri atas : SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d. Kiri bawah : SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
3. Kesan perkusi batas jantung
Batas Jantung Kesan
Jantung
Kesan tidak melebar
terkompensasi
Kesan melebar Kardiomegali
Ke lateral o RVE
Ke kaudolateral o LVE
AUSKULTASI
Bunyi jantung dibangkitkan oleh kattup :
Mitral : paling jelas terdengar di apeks
Trikuspid : di sternum dekat sendi sternum sela iga 5 kanan
Aorta : pada sendi antara sternum sela iga 2 kanan / apeks
48
Pulmonal : pada sela iga 2 kiri dekat tepi sternum
Penting dipahami :
2. BJ 1 dan BJ 2 yang normal
3. Belajar memusatkan pendengaran pada BJ 1 dan BJ 2 sendiri-sendiri, sehingga dapat
dibedakan apakah bunyi itu terdengar sebagai satu suara atau terpisah
4. Terganggu oleh bunyi jantung
Bunyi jantung :
1. BJ 1 : ditimbulkan oleh penutupan katup mitral dan tricuspid
2. BJ 2 : ditimbulkan oleh penutupan katup aorta dan pulmonal
3. Normal BJ 1 lebih keras dari BJ 2, tetapi BJ 1 nadanya rendah sedang BJ 2 nadanya
tinggi.
D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemeriksaan jantung secara mandiri
49
E. Cek list
F. Tes Formatif
50
c. SIC II Linea Para Sternalis Sinistra
d. SIC IV Linea Medio Clavicularis Sinistra
1. A
2. B
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
51
MATERI X
as PRAKTIKUM
PENGUKURAN JVP
1. Definisi
2. Letak pengukuran JVP
C. Rangkuman
Jugular venous pressure (JVP) atau tekanan vena jugularis adalah tekanan sistem vena
yang dapat diamati secara tidak langsung. Pengukuran tekanan vena jugularis
merupakan tindakan mengukur besarnya jarak pertemuan dua sudut antara pulsasi vena
jugularis dan sudut sternum tepatnya di Angle of Louis yang berguna untuk
mengetahui tentang fungsi jantung klien.
Pengukuran system sirkulasi vena sendiri dapat dilakukan dengan metode non-
invasif dengan menggunakan vena jugularis (externa dexter) sebagai pengganti
sphygmomanometer dengan titik nol (zero point) di tengah atrium kanan. Titik ini kira-
kira berada pada perpotongan antara garis tegak lurus dari angulus Ludovici ke bidang
yang dibentuk kedua linea midaxillaris. Vena jugularis tidak terlihat pada orang normal
dengan posisi tegak. Ia baru terlihat pada posisi berbaring di sepanjang permukaan
musculus sternocleidomastoideus. VP yang meningkat adalah tanda klasik hipertensi
vena (seperti gagal jantung kanan). Peningkatan JVP dapat dilihat sebagai distensi vena
jugularis, yaitu JVP tampak hingga setinggi leher, jauh lebih tinggi daripada normal.
Pada orang sehat, JVP maksimum 3-4cm di atas sudut sternum. Distensi vena jugularis
disebabkan oleh peningkatan volume dan tekanan pengisian pada sisi kanan jantung.
Distensi >2 cm pada klien dalam posisi duduk, dapat mengindikasikan kelebihan
52
volume cairan. Naiknya JVP yang diikuti dengan suara jantung ketiga, merupakan
tanda yang spesifik dari gagal jantung (De Laune, 2012).
D. Tugas
Mahasiswa melakukan pengukuran JVP secara mandiri
E. Cek list
53
10. Cuci tangan
11. Dokumentasi 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakuka evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan (tidak panik) 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Ketelitian melakukan tindakan 3
4. Keamanan klien & perawat selama tindakan 2
Total 100
G. Tes Formatif
1. C
2. D
I. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
54
MATERI XI
as PRAKTIKUM
SUCTION dan TERAPI OKSIGEN
1. Definisi suction
2. Tujuan
3. Komplikasi
4. Indikasi
5. Definisi terapi oksigen
6. Metode pemberian oksigen
7. Rumus penghitungan kebutuhan oksigen
C. Rangkuman
1. Definisi
Suction (Pengisapan Lendir) merupakan tindakan pengisapan yang bertujuan
untuk mempertahankan jalan napas, sehingga memungkinkan terjadinya proses
pertukaran gas yang adekuat dengan cara mengeluarkan secret dari jalan nafas,
pada klien yang tidak mampu mengeluarkannya sendiri.
Suction merupakan suatu metode untuk mengeluarkan secret jalan nafas dengan
menggunakan alat via mulut, nasofaring atau trakeal.
2. Tujuan
a. Mempertahankan kepatenan jalan nafas
b. Membebaskan jalan nafas dari secret/ lendir yang menumpuk
c. Mendapatkan sampel/sekret untuk tujuan diagnosa
3. Komplikasi
a. Hipoksia
b. Trauma jaringan
c. Meningkatkan resiko infeksi
d. Stimulasi vagal dan bronkospasm
4. Indikasi
55
a. Klien mampu batuk secara efektif tetapi tidak mampu membersihkan sekret
dengan mengeluarkan atau menelan
b. Ada atau tidaknya secret yang menyumbat jalan nafas, dengan ditandai
terdengar suara pada jalan nafas, hasil auskultasi yaitu ditemukannya suara
crakels atau ronchi, kelelahan pada pasien. Nadi dan laju pernafasan
meningkat, ditemukannya mucus pada alat bantu nafas.
c. Klien yang kurang responsive atau koma yang memerlukan pembuangan
secret oral
5. Definisi
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih besar
daripada udara ruang untuk mencegah hipoksemia.
6. Metode Pemberian O2
1. Sistem aliran rendah
Kateter nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% – 44%.
Kanula nasal: aliran 1 – 6 L/mnt, konsentrasi O2 24% – 44%
Masker sederhana: aliran 5 – 8 L/mnt, konsentrasi O2 40 – 60%
Masker rebreathing: aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 60 – 80%
Masker non rebreathing: aliran 8 – 12 L/mnt, konsentrasi O2 mencapai
99%
2. Sistem aliran tinggi, contoh: masker ventury, aliran udara 4–14 L/mnt
MV = VTxRR
Keterangan:
MV= Minute Ventilation, udara yang masuk ke sistem pernapasan setiap menit
VT= Volume Tidal, 6-8 ml/kg bb
RR= Respiration Rate
Misalnya : Berat Badan 50 kg, RR 30x/menit
MV= VTxRR
= (50 kg x (6-8 ml)) x 30
= 9000-12000 ml/mnt
= 9-12 L/menit
D. Tugas
Mahasiswa melakukan suction secara mandiri dan menghitung kebutuhan oksigen
secara mandiri
56
E. Cek list
NILAI
No ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 3
2. Mengatur posisi yang nyaman pada 3
klien,kepala sedikit ekstensi
3. Meninggikan volume oksigen menjadi 3
5ltr/mnt
4. Meletakkan pengalas di bawah dagu pasien 3
5. Menurunkan volume oksigen menjadi 2 5
ltr/mnt
6. Memakai sarung tangan 5
7. Menghidupkan mesin, mengecek tekanan 5
dalam botol penampung
8. Memasukkan kanul suction dengan hati-hati 5
(mulut 10cm)
9. Menghisap lendir dengan menutup lubang 5
kanul, menarik keluar perlahan sambil
memutar (+ 5 detik untuk anak,+ 10 detik
untuk dewasa)
10. Membilas kanul dengan NaCl, beri 5
kesempatan klien untuk bernafas
11. Mengobservasi keadaan umum klien dan 5
status pernafasan klien
12. Mengulang tindakan pada point 8-9 5
13. Meninggikan volume oksigen 5 ltr/mnt 5
14. Membilas kanul dengan NaCl 5
15. Menurunkan volume oksigen sesuai dosis 5
terapi pada pasien
16. Mencuci tangan 3
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
57
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
1. B
2. A
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
58
MATERI XII
as PRAKTIKUM
TRANFUSI DARAH
1. Definisi
2. Tujuan
3. Darah dan Produk darah untuk tranfusi
C. Rangkuman
1. Definisi
Transfusi darah adalah memasukkan darah lengkap atau komponen darah
kedalam sirkulasi vena.
2. Tujuan
a. Umum
Untuk memenuhi kebutuhan sel darah : eritrosit, leukosit, trombosit, plasma atau
protein tubuh.
b. Khusus
1) Untuk mengembalikan volume darah setelah perdarahan hebat
2) Untuk mengembalikan kemampuan darah membawa oksigen
59
3) Untuk memberikan faktor plasma, seperti faktor hemolitik (antihemophilic
factor, AHF) atau faktor VII atau konsentrasi trombosit yang mencegah atau
mengobati perdarahan
3. Darah dan Produk Darah Untuk Tranfusi
Sebagian besar klien tidak membutuhkan transfusi darah lengkap. Sering kali
transfusi berupa komponen tertentu adalah transfusi yang lebih tepat.
Produk Manfaat
Darah lengkap Tidak umum digunakan
kecuali pada kasus perdarahan
akut yang ekstrem.
Menggantikan volume darah
dan semua produk darah :
SDM, plasma, protein plasma,
trombosit segar, dan faktor
pembekuan lain.
Sel darah merah Meningkatkan kemampuan
darah dalam membawa
oksigen pada pasien anemia,
pembedahan atau klien yang
menderita gangguan
perdarahan lambat. Satu unit
meningkatkan hematokrit
sekitar 4%.
60
yang terlibat dalam jalur
pembekuan darah :
Kriopresipitat juga
mengandung fibrinogen.
D. Tugas
Mahasiswa melakukan tranfusi darah secara mandiri
E. Cek list
NILAI
No. ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
A FASE ORIENTASI
1. Memberi salam/menyapa klien 2
2. Memperkenalkan diri 2
3. Menjelaskan tujuan tindakan 2
4. Menjelaskan Prosedur 2
5. Menanyakan kesiapan pasien 2
B FASE KERJA
1. Mencuci tangan 2
2. Menjaga privasi 2
3. Memakai handscoon 3
4. Menggantungkan larutan NaCl 0,9% dalam botol 3
untuk digunakan setelah transfusi darah
5. Memberian infus NaCl 0,9% terlebih dahulu 10
sebelum pemberian transfusi darah
6. Memeriksa identifikasi kebenaran produk darah : 8
periksa kompatibilitas dalam kantong darah,
periksa kesesuaian dengan identifikasi pasien,
periksa kadaluwarsanya, dan periksa adanya
bekuan
7. Membuka set pemberian darah, klem pengatur pada 8
posisi off
8. Menusukkan kantong darah 6
9. Menekan sisi balik dengan ibu jari dan jari telunjuk 10
sehingga filter terisi sebagian
10. Membuka klem pengatur, biarkan slang infus terisi 5
darah
11. Menghubungkan slang transfusi ke kateter IV 6
dengan membuka klem pengatur bawah
12. Memantau tanda vital tiap 5 menit selama 15 menit 5
pertama, dan tiap 15 menit selama 1 jam berikutnya
13. Merapikan alat 2
14. Cuci tangan 2
61
C FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
JUMLAH 100
F. Tes Formatif
1. D
2. A
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
62
MATERI XIII
as PRAKTIKUM
PENGAMBILAN DARAH VENA DAN
ARTERI
C. Rangkuman
63
3. Definisi analisa gas darah (AGD) merupakan pemeriksaan laboratorium yang
sangat penting untuk mengukur kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam
basa (pH) didalam darah.
4. Sampel untuk pemeriksaan analisa gas darah adalah darah arteri yang diambil dari
arteri brachialis atau arteri radialis atau arteri femoralis (pergelangan tangan,
lengan atau pangkal paha)
5. Sampel darah dianalisa oleh alat analisa gas darah yang ada dilaboratorium.
Sampel darah harus dianalisis dalam waktu 10 menit dari waktu pengambilan
untuk memastikan hasil tes yang akurat.
D. Tugas
Mahasiswa melakukan pengambilan sampel darah vena dan arteri secara mandiri
E. Cek list \
64
kemudian diplester
10. Darah dimasukkan ke dalam botol yang tersedia dengan 6
posisi botol agak dimiringkan serta penyemprotan darah
kedalamannya tidak terlalu keras
11. Jarum dilepaskan, pengisap spuit dikeluarkan, kemudian 5
jarum,spuit dan pengisapmya diletakkan ke dalam bak
injeksi
12. Merapikan pasien 5
13. Mencuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi 4
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 4
3. Berpamitan 2
D. PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1. Ketenangan selama melakukan tindakan 2
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 3
3. Menjaga keamanan pasien 3
4. Menjaga keamanan perawat 2
TOTAL 100
B. FASE KERJA
1. Mendekatkan alat ke pasien 2
2. Mencuci tangan 3
3. Mengambil sarung tangan dengan prinsip steril 3
4. Memakai sarung tangan 5
5. Mengambil spuit dan mengisi dengan heparin 0,1 cc 10
dengan cara menghisap 2 cc heparin kemudian
disisakan 0,1 cc
6. Melakukan desinfektan pada area yang ditusuk 10
dengan kapas alkohol
7. Menusukkan jarum 45 atau 90 derajat pada arteri 10
radialis (darah akan mengalir sendiri / spuit akan
naik sendiri)
8. Mencabut jarum dengan cepat 5
9. Menutup jarum dengan karet 5
10. Memutar spuit agar heparin tercampur dengan 5
65
darah
11. Masukkan spuit berisi sampel darah pada tempat 5
yang berisi es batu
12. Melakukan penekanan pada tempat penusukan 5
selama 5 menit ( cukup diucapkan)
13. Cuci tangan 3
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 3
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 2
3. Berpamitan 2
F. Tes Formatif
66
d. Mengetahui kadar oksigen dalam darah
1. D
2. D
H. Lembar Kerja
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………
67
MATERI XIV
as
PRAKTIKUM
TORNIQUET TEST
1. Pengertian
2. Tujuan
C. Rangkuman
1. Tes ini juga dikenal sebagai tourniquet test adalah evaluasi nonspesifik
untuk mengukur kerapuhan dinding kapiler dan kekurangan jumlah
platelet dan fungsinya
Manset pemompa tekanan darah pada tekanan yang spesifik dengan
periode waktu yang menghasilkan peningkatan tekanan dan hipoksia
pada bagian distal dari manset. Penurunan resisten kapiler
menyebabkan kapiler darah pecah yang berujung pada perdarahan
2. Tujuan
Untuk mengukur kerapuhan dinding kapiler dan kekurangan jumlah
platelet dan fungsinya
D. Tugas
Mahasiswa melakukan pemeriksaan tourniquet secara mandiri
E. Cek list
68
INSTRUMEN PENILAIAN : TORNIQUET TEST
B. FASE KERJA
1. Mendekatkan alat ke pasien 2
2. Mencuci tangan 3
3. Pasangkan manset tekanan darah pada bagian 5
lengan dan pompa hingga mencapai pertengahan
antara tekanan sistolik dan tekanan diastolic tetapi
tidak lebih tinggi dari 100 mmHg
4. Boarkan manset dipompa selama 5 menit dan 10
perhatikan setidaknya 1 inchi bagian distal dari
lengan dekat manset untuk melihat pembentukan
petechial
5. Hasil tes dilaporkan dalam rentang dari begatif ke 10
+4, tergantung pada jumlah dari kemunculan
petechea dengan diameter 5 cm
Evaluasi:
Negative= tidak ada petechia
+1= 1-10 Petechia
+2= 11-20 Petechia
+3= 21-50 petechia
+4= > 50 petechia
6. Kempiskan dan lepaskan manset tekanan darah 10
7. Pasien dianjurkan untuk membuka dan 10
mengepalkan tangannya guna mempercepat
kembalinya darah ke bagian distal ekstremitas
tubuh.
8. Rapikan alat yang digunakan 10
9. Rapikan Pasien 5
10. Lakukan Cuci tangan 5
C. FASE TERMINASI
1. Melakukan evaluasi tindakan 3
2. Menyampaikan rencana tindak lanjut 2
3. Berpamitan 2
69
2. Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan 2
3. Ketelitian melakukan tindakan 3
4. Keamanan klien & perawat selama tindakan 3
Total 100
F. Tes Formatif
1. A
2. B
H. Lembar Kerja
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
70
BAB III
EVALUASI
71
A. Bukti Pencapaian Kompetensi
NAMA MAHASISWA :
NIM :
KELAS :
72
73