Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

“KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DI RUANG DAHLIA”

RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA

Disusun Oleh :
Etda Sepriono
PO.62.20.1.19.053

Prodi/Reguler :
DIII Keperawatan Reguler XXII B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA
TAHUN AJARAN 2020/2021
I. KONSEP DASAR
A. DEFINISI KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

1. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
salah satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh (Haswita, Reni Sulistyowati, 2017). Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Fungsi cairan dan elektrolit yaitu untuk mempertahankan panas tubuh dan pengaturan
temperature tubuh, transfortasi nutrisi ke sel, transfortasi hasil sisa metabolisme, 'transfortasi
hormone, pelumas antar organ, dan mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem
kardiovaskuler (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal
dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500 ml/hari.
Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 - 1.500 ml/hari, paru-paru 300 -
500 ml, dan kulit 600 - 800 ml (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Dalam keadaan normal kebutuhan cairan adalah 35 cc/KgBB/hr. Namun bila dirata-
ratakan, kebutuhan intake (masukan) air pada orang dewasa adalah ingesti liquid 1500 cc,
dari makanan 700 cc, air dari oksidasi 200 cc sehingga totalnya menjadi 2400 cc/hari. Air
menempati posisi yang besar dalam tubuh dimana terbagi menjadi dua (Jurnal UNW, 2017) ,
yaitu :
a. Cairan Intraseluler (CIS) adalah cairan yang terdapat di dalam sel tubuh dan
menyusun sekitar 70% total cairan tubuh (TBW) CIS merupakan tempat
terjadinya aktivitas sel kimia.
b. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskuler,
cairan interstitial (terdapat dalam ruang antar sel, plasma darah dan cairan
serebrospinal, limfe serta cairan rongga serosa serta sendi), dan cairan transeluler.

2. Faktor-Faktor Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


Faktor-faktor yang berpengaruh pada keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh antara
lain (Tarwoto & Wartonah, 2010), sebagai berikut :
a. Umur
Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengaruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan. Infant dan
anak-anak lebih mudah mengalami gangguan keseimbangan cairan dibanding usia
dewasa. Pada usia lanjut sering terjadi gangguan keseimbangan cairan dikarenakan
gangguan fungsi ginjal atau jantung.
b. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udaranya rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit melalui
keringat. Sedangkan seseorang yang beraktifitas di lingkungan yang panas dapat
kehilangan cairan sampai dengan 5 L per hari.
c. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intake cairan dan elektrolit. Ketika
intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak sehingga
akan serum albumin dan cadangan protein akan menurun padahal keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan sehingga hal ini akan menyebabkan
edema.
d. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan pemecahan
glikogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium dan retensi air sehingga
bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume darah.
e. Kondisi Sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh Misalnya :
1) Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui IWL.
2) Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses Pasien
dengan penurunan tingkat kesadaran.
3) Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk memenuhinya
secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat haus
dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari kondisi dehidrasi
intraseluler, sekresi angiotensin II sebagai respon dari penurunan tekanan darah, perdarahan
yang mengakibatkan penurunan volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi
bersama dengan sensasi haus walaupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus gastrointestinal.
Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute ( LP Fajar Pujiyastuti, 2010) yaitu :
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus urinarius merupakan
proses output cairan tubuh yang utama. Dalam kondisi normal outputurine sekitar 1400-1500
ml per 24 jam, atau sekitar 30-50 ml per jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat
kemungkinan produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar keringat
meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya tetap mempertahankan
keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan mekanisme difusi. Pada orang
dewasa normal kehilangan cairan tubuh melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL per
hari, tapi bila proses respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang panas, respon ini
berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang
belakang yang dirangsang oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL per hari, yang diatur
melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus besar (kolon).

3. Pergerakan Cairan dan Elektrolit Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh berlangsung dalam empat proses transport
(Buku KDM II, 2016 ) yaitu :
a. Difusi yaitu perpindahan larutan dari area berkonsentrasi tinggi menuju area
berkonsentrasi rendah dengan melintasi membrane semipermiabel. Kecepatan
difusi dipengaruhi oleh tiga hal, yakni ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan
temperatur larutan
b. Filtrasi yaitu pergerakan cairan dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Filtrasi penting
dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. Ini memungkinkan
kekuatan yang memungkinkan ginjal untuk memfilter 180 liter/hari.
c. Transport Aktif aitu proses pengangkutan yang digunakan oleh molekul untuk
berpindah melintasi membrane sel melewati gradien konsentrasinya (gerakan
partikel dari konsentrasi satu ke konsentrasi lain tanpa memandang tingkatannya.
d. Osmosis yaitu perpindahan cairan melintasi membran semipermiabel dari area
berkonsentrasi menuju area yang berkonsentrasi tinggi. Osmosis dapat melewati
semua membran bila konsentrasi yang terlarut keduanya berubah.

4. Regulasi Elektrolit
Adapun pembagian regulasi elektrolit terbagi menjadi 2 (Buku Ajar KDM II, 2016),
yaitu sebagai berikut :
a. Kation
Kation utama, yaitu narium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca²+), dan
magnesium (Mg²+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion ini
memengaruhi transmisi neurokimia dan neuromuskular, yang memengaruhi fungsi
otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan dan perilaku, fungsi saluran
pencernaan, dan proses lain.
 Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ekstrasel.
Nilai natrium serum 135-145 mEq/L. Natrium diatur oleh asupan garam,
aldosteron, dan haluaran urine.
 Kalium merupakan kation intrasel utama, nilai kalium serum 3,5-5,3 mEq/L.
Kalium diatur oleh ginjal, dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium di
tubulus ginjal. Kalsium banyak terdapat di dalam tubuh. Nilai kalsium serum 4-5
mEq/L. Kalsium diatur melalui kerja kelenjar paratiroid dan tiroid.
 Magnesium merupakan kation terpenting kedua di dalam cairan intrasel. Nilai
magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui
mekanisme ginjal.
b. Anion
Anion utama adalah klorida (Clon bikarbonat (HCOlam cairan intrasel. Nilai
magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui
mekanisme ginjal. aliran, elektrolit, dan asam basa.
 Klorida ditemukan di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai klorida serum 100-
106 mEq/L. Klorida diatur melalui ginjal.
 Bikarbonat adalah bufer dasar kimia yang utama di dalam tubuh, ditemukan dalam
cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai bikarbonat arteri mEq/L, dan bikarbonat vena
24-30 mEq/L, bikarbonat diatur oleh ginjal
 Fosfat merupakan anion bufer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Nilai fosfat
serum 2,5-4,5 mg/100 ml. Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon
paratiroid, dan vitamin D teraktivasi.

B. ETIOLOGI
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit menurut Burner & Sudarrth, 2010 :
a) Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
 Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah.
 Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral,
penggunaan obat-obatan diuretic.
2. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)
 Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium berlebih.
b) Ketidakseimbangan elektrolit
1. Hiponatremia (Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic)
2. Hipernatremia (Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat,
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic)
3. Hipokalemia gastrointestinal (Penggunaan diuretic yang dapat membuang
kalium, diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran)
4. Hiperkalemia (Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah
seperti akibat luka bakar dan trauma)
5. Hipokalsemia (Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit
neoplastik, pancreatitis)
6. Hiperkalsemia (Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama)
C. TANDA DAN GEJALA

Adapun tanda dan gejala dari gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, yaitu sebagai
berikut
 Kelelahan  Kejang
 Kram otot dan kejang  Palpitasi
 Mual  Tekanan darah naik turun
 Pusing  Kurangnya koordinasi
 Pingsan  Sembelit
 Lekas marah  Kekakuan sendi
 Muntah  Rasa haus
 Mulut kering  Suhu naik
 Denyut jantung lambat  Berat badan menurun

D. PATOFISIOLOGI/ PATHWAYS

Sumber :LP Puji Setyowati, 2014


E. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Berikut ini adalah pemeriksaan yang dilakukan pada pasien dengan gangguan cairan
dan elektrolit (Buku Ajar KDM II, 2016), yaitu sebagai berikut :
a. Kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum diukur untuk menentukan status hidrasi, konsentrasi
elektrolit, dan keseimbangan asam basa. Elektrolit yang sering diukur mencakup
natrium, kalium, klorida, bikarbonat, dan daya gabungan karbon dioksida.
b. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe eritrosit dan
leukosit per milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit terjadi sebagai respons
terhadap dehidrasi atau overhidrasi. Anemia juga dapat memengaruhi status
oksigenasi.
c. Kadar kreatinin
Kadar kreatinin darah bermanfaat untuk mengukur fungsi ginjal. Kreatinin
adalah produk normal metabolisme otot dan diekskresikan dalam kadar yang cukup
konstan, terlepas dari faktor asupan cairan, diet, dan olah raga.
d. Berat jenis urine
Pemeriksaan berat jenis urine mengukur derajat konsentrasi urine. Rentang
berat jenis urine normal antara 1,003 – 1,030.
e. Analisis gas darah arteri
Pemeriksaan gas darah arteri memberikan informasi tentang status
keseimbangan asam basa dan tentang keefektifan fungsi ventilasi dalam
mengakomodasi oksigen-karbon dioksida secara normal. Pemeriksaan pH darah arteri
mengukur konsentrasi hidrogen. Penurunan pH dihubungkan dengan asidosis, dan
peningkatan pH dihubungkan dengan alkalosis. PaCO2 mengukur tekanan parsial
karbon dioksida dalam darah arteri, dan PaO2 mengukur tekanan parsial oksigen
dalam darah arteri. SaO2 mengukur derajat hemoglobin yang disaturasi oleh oksigen.
Bikarbonat mencerminkan porsi pengaturan asam basa ginjal.

F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mencegah komplikasi (KTI Nurfiyatna Utami, 2017), yaitu sebagai berikut.
1. Dialysis.
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia, menyebabkan cairan, protein
dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas serta menghilangkan kecendrungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemia
Mengendalikan kalium darah sangat penting karenadapat menimbulkan
kematian mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia.
Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari
apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan mEq natrium
bikarbonat diberi intervensi perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi.
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Fokus Pengkajian
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit ditujukan
atau difokuskan pada:
a) Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa:
 Usia: sangat muda, sangat tua
 Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif),
penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal
ginjal prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
 Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
 Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
 Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan
nasogastrik, fistula.
b) Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan.
c) Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia,
kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
d) Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah maupun
frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh banyak
mengeluarkan cairan? Bila ya ! melalui apa? Muntah, diare, berkeringat.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a) Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b) Berat badan (Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena
gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan dapat dideteksi
lebih dini karena 2,5–5 kg cairan tertahan di dalam tubuh sebelum muncul edema.
Perubahan dapat turun, naik, atau stabil.)
c) Intake dan output cairan (Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan
parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster,
drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance cairan seimbang,
positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine)
d) Bayi: fontanela cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol jika
kelebihan cairan.
e) Mata:
 Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
 Edema periorbital, papiledema
f) Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah
dan kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
g) Sistem kardiovaskular:
 Inspeksi : Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi, central
venus pressure (CVP) abnormal, dan bagian tubuh yang tertekan, pengisian
vena lambat
 Palpasi: Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki), denyut nadi: frekuensi,
kekuatan, dan pengisian kapiler
 Auskultasi: Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya,stabil, meningkat, atau menurun. Bunyi jantung: adakah bunyi
tambahan
h) Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
i) Sistem gastro intestinal: Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare. Saat
auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
j) Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
k) Sistem neuromuskular :
 Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
 Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
 Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada, hiperaktif/meningkat)
l) Kulit: Suhu tubuh meningkat/menurun dan Inspeksi: kering, kemerahan
Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
3. Pemeriksaan diagnostik
a) Kadar elektrolit serum
b) Hitung darah lengkap
c) Kadar kreatinin
d) Berat jenis urine
e) Analisis gas darah arteri
(Sumber : Buku Ajar KDM II, 2016)

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan gangguan kebutuhan cairan,
elektrolit, dan asam basa (PPNI, 2016) adalah :
1. Hipervolemia (SDKI No. D.0022)
Definisi: Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular
Penyebabnya :
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium
d. Gangguan aliran balik vena
e. Efek agen farmakologis (Kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide, vinchristine,
dan tryptilinescarbamazepine)
Tanda dan gejala :
Mayor Minor
Subjektif : Subjektif : -
1. Orthopnea
2. Dispnea Objektif :
3. Paroxysmal Nocturnal Dispnea 1. Distensi vena jugular
(PND) 2. Terdengar suara nafas tambahan
3. Hepatomegali
Objektif : 4. Kadar HB dan HT TURUN
1. Edema anasarka dan/atau edema 5. Oliguria
perifer 6. Intake > Output
2. Berat badan meningkat dalam waktu 7. Kongesti paru
singkat
3. Jugular Venous Pressure (JVP)
dan/atau Central Venous Pressure
(CVP) Meningkat
4. Refleks Hepatojugular positif

2. Hipovolemia (SDKI No. D.0023)


Definisi: Penurunan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular
Penyebab :
a. Kehilangan cairan aktif
b. Kegagalan mekanisme regulasi
c. Peningkatan permeabilitas kapiler
d. Kekurangan intake cairan
e. Evaporasi
Tanda dan Gejala :
Mayor Minor
Subjektif : - Subjektif :
1. Merasa lemah
Objektif : 2. Mengeluh haus
1. Frekuensi nadi meningkat
2. Nadi teraba lemah Objektif :
3. Tekanan darah menurun 1. Pengisian vena menurun
4. Tekanan nadi menyempit 2. Status mental berubah
5. Turgor kulit menurun 3. Suhu tubuh meningkat
6. Membran mukosa kering 4. Konsentrasi urin meningkat
7. Volume urine menurun 5. Berat badan turun tiba-tiba
8. HT meningkat

3. Risiko Ketidakseimbangan Cairan (SDKI No. 0036)


Definisi : Berisiko mengalami penurunan, peningkatan, atau percepatan perpindahan
cairan dari intravaskular, interstisial, dan intraselular
Faktor Risiko :
a. Prosedur pembedahan mayor
b. Trauma/perdarahan
c. Luka bakar
d. Aferesis
e. Asites
f. Obstruksi intestinal
g. Peradangan pankreas
h. Penyakit ginjal dan kelenjar
i. Disfungsi intestinal

4. Risiko ketidakseimbangan Elektrolit (SDKI No. 0037)


Definisi : Berisiko mengalami perubahn kadar serum elektrolit
Faktor Risiko :
a. Ketidakseimbangan cairan (dehidrasi/intoksikasi air)
b. Kelebihan volume cairan
c. Gangguan mekanisme regulasi
d. Efek samping prosedur (pembedahan)
e. Diare
f. Muntah
g. Disfungsi ginjal
h. Disfungsi regulasi endokrin

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan meliputi tujuan dan rencana tindakan keperawatan. Rencana
tindakan keperawatan bertujuan untuk mencegah, menangani penyebab, dan mengoreksi
ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Adan rencana keperawatannya (PPNI,
2016), yaitu sebagai berikut :
1. Hipervolemia ( SIKI No. 03114)
Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
b. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine adekuat,
tekanan darah stabil, membran mukosa mulut lembab, dan turgor kulit baik

No. Intervensi Rasional


1. Monitor dan catat setiap 4 jam : intake Menetukan kehilangan dan kebutuhan
dan output cairan. cairan dalam tubuh
2. Timbang berat badan setiap hari pada Mengetahui ada/tidaknya penambahan
waktu yang sama berat badan
3. Batasi asupan cairan dan garam Mencegah terjadinya penumpukan cairan
yang berlebihan dalam tubuh
4. Monitor kecepatan infus secara ketat Agat tidak terjadi edema pada pembuluh
darah dan jaringan
5. Tinggikan kepala tempat tidur Meningkatkan sirkulasi dan mobilisasi
(Semifowler)
6. Ajarkan cara membatasi cairan dan Meningkatkan pengetahuan informasi dan
mencatat asupan nutrisi kerja sama
2. Hipovolemia (SIKI No. I.03116)
Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
b. Meningkatkan kebutuhan cairan dan elektrolit
c. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan dengan kriteria frekuensi nadi
normal, tekanan darah normal, suhu tubuh normal, dan intake cairan adekuat.
No. Intervensi Rasional
1. Monitor dan hitung intake output cairan Untuk mengetahui tanda dan gejala
serta TTV penyebab terjadinya hipovolemia
2. Hitung Kebutuhan cairan Mengetahui kebutuhan cairan yang
dibutuhkan oleh pasien
3. Berikan asupan cairan oral Memenuhi kebutuhan cairan yang
diperlukan dalam tubuh
4. Pada pasien yang bedrest : Ubah posisi Mengurangi edema pada sel jaringan
setiap 2 jam dan beri latihan pasif/ beri tubuh dan mencegah penumpukan cairan
posisi Trendelenburg
5. Berikan edukasi kesehatan tentang Menambah informasi dan pengetahuan
perlunya asupan cairan oral dan pasien dan keluarga agar kooperatif dalam
menghindari perubahan posisi secara memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
mendadak pasien

D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
kepada pasien (Riyadi, 2010) serta pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan .

E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

1. Harnanto, Addi Mardi. Sunarsih Rahayu. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II.
Jakarta: PusDik SDM Kesehatan
2. PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :Edisi 1 Cetakan III. Jakarta :
DPP PPNI
3. PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Edisi 1 Cetakan II. Jakarta :
DPP PPNI
4. PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Edisi 1 Cetakan II. Jakarta :
DPP PPNI
5. https://123dok.com/document/yrk89eoz-laporan-pendahuluan-kebutuhan- lp-
cairan.html (Diakses pada hari Minggu, 07 Maret 2021, pukul 11.20 WIB)
6. https://www.academia.edu/35597608/LAPORAN_PENDAHULUAN_KEBUTUHA
N_CAIRAN_DAN_ELEKTROLIT (Diakses pada hari Minggu, 07 Maret 2021, pukul
11.45 WIB)
7. https://id.scribd.com/doc/111421821/Lp-Cairan-Dan-Elektrolit (Diakses pada hari
Minggu, 07 Maret 2021, pukul 12.30 WIB)
8. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/NURFRIYATNA_UTAMI_143110180_3A%281%29.pdf
(Diakses pada hari Minggu, 07 Maret 2021, pukul 13.00 WIB)

Anda mungkin juga menyukai