Disusun Oleh :
Etda Sepriono
PO.62.20.1.19.053
Prodi/Reguler :
DIII Keperawatan Reguler XXII B
1. Pengertian
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut).
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang
disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka
menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah
salah satu bagian dari fisiologi homeostasis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan dan Elektrolit masuk ke dalam
tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh
bagian tubuh (Haswita, Reni Sulistyowati, 2017). Keseimbangan cairan dan elektrolit berarti
adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam seluruh bagian
tubuh. Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya, jika
salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.
Fungsi cairan dan elektrolit yaitu untuk mempertahankan panas tubuh dan pengaturan
temperature tubuh, transfortasi nutrisi ke sel, transfortasi hasil sisa metabolisme, 'transfortasi
hormone, pelumas antar organ, dan mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem
kardiovaskuler (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake dan output cairan. Intake cairan berasal
dari minuman dan makanan. Kebutuhan cairan setiap hari antara 1.800 – 2.500 ml/hari.
Sekitar 1.200 ml berasal dari minuman dan 1.000 ml dari makanan. Sedangkan
pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk urine 1.200 - 1.500 ml/hari, paru-paru 300 -
500 ml, dan kulit 600 - 800 ml (Tarwoto & Wartonah, 2010).
Dalam keadaan normal kebutuhan cairan adalah 35 cc/KgBB/hr. Namun bila dirata-
ratakan, kebutuhan intake (masukan) air pada orang dewasa adalah ingesti liquid 1500 cc,
dari makanan 700 cc, air dari oksidasi 200 cc sehingga totalnya menjadi 2400 cc/hari. Air
menempati posisi yang besar dalam tubuh dimana terbagi menjadi dua (Jurnal UNW, 2017) ,
yaitu :
a. Cairan Intraseluler (CIS) adalah cairan yang terdapat di dalam sel tubuh dan
menyusun sekitar 70% total cairan tubuh (TBW) CIS merupakan tempat
terjadinya aktivitas sel kimia.
b. Cairan Ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang terdapat diluar sel dan
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES meliputi cairan intravaskuler,
cairan interstitial (terdapat dalam ruang antar sel, plasma darah dan cairan
serebrospinal, limfe serta cairan rongga serosa serta sendi), dan cairan transeluler.
4. Regulasi Elektrolit
Adapun pembagian regulasi elektrolit terbagi menjadi 2 (Buku Ajar KDM II, 2016),
yaitu sebagai berikut :
a. Kation
Kation utama, yaitu narium (Na+), kalium (K+), kalsium (Ca²+), dan
magnesium (Mg²+), terdapat di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Kerja ion ini
memengaruhi transmisi neurokimia dan neuromuskular, yang memengaruhi fungsi
otot, irama dan kontraktilitas jantung, perasaan dan perilaku, fungsi saluran
pencernaan, dan proses lain.
Natrium merupakan kation yang paling banyak jumlahnya dalam cairan ekstrasel.
Nilai natrium serum 135-145 mEq/L. Natrium diatur oleh asupan garam,
aldosteron, dan haluaran urine.
Kalium merupakan kation intrasel utama, nilai kalium serum 3,5-5,3 mEq/L.
Kalium diatur oleh ginjal, dengan pertukaran ion kalium dengan ion natrium di
tubulus ginjal. Kalsium banyak terdapat di dalam tubuh. Nilai kalsium serum 4-5
mEq/L. Kalsium diatur melalui kerja kelenjar paratiroid dan tiroid.
Magnesium merupakan kation terpenting kedua di dalam cairan intrasel. Nilai
magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui
mekanisme ginjal.
b. Anion
Anion utama adalah klorida (Clon bikarbonat (HCOlam cairan intrasel. Nilai
magnesium serum 1,5-2,5 mEq/L. Magnesium terutama diekskresi melalui
mekanisme ginjal. aliran, elektrolit, dan asam basa.
Klorida ditemukan di dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai klorida serum 100-
106 mEq/L. Klorida diatur melalui ginjal.
Bikarbonat adalah bufer dasar kimia yang utama di dalam tubuh, ditemukan dalam
cairan ekstrasel dan intrasel. Nilai bikarbonat arteri mEq/L, dan bikarbonat vena
24-30 mEq/L, bikarbonat diatur oleh ginjal
Fosfat merupakan anion bufer dalam cairan intrasel dan ekstrasel. Nilai fosfat
serum 2,5-4,5 mg/100 ml. Konsentrasi fosfat serum diatur oleh ginjal, hormon
paratiroid, dan vitamin D teraktivasi.
B. ETIOLOGI
Etiologi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit menurut Burner & Sudarrth, 2010 :
a) Ketidakseimbangan Volume Cairan
1. Kekurangan volume cairan (Hipovolemik)
Kehilangan cairan dari system gastrointestinal seperti diare, muntah.
Keringat berlebihan, demam, penurunan asupan cairan per oral,
penggunaan obat-obatan diuretic.
2. Kelebihan volume cairan (Hipervolemik)
Gagal jantung kongestif, gagal ginjal, sirosis, asupan natrium berlebih.
b) Ketidakseimbangan elektrolit
1. Hiponatremia (Penyakit ginjal insufisiensi adrenal kehilangan melalui
gastrointestinal pengeluaran diuretic)
2. Hipernatremia (Mengkonsumsi sejumlah besar larutan garam pekat,
Pemberian larutan salin hipertonik lewat IV secara iatrogenic)
3. Hipokalemia gastrointestinal (Penggunaan diuretic yang dapat membuang
kalium, diare, muntah atau kehilangan cairan lain melalui saluran)
4. Hiperkalemia (Gagal ginjal, dehidrasi hipertonik, kerusakan selular yang parah
seperti akibat luka bakar dan trauma)
5. Hipokalsemia (Pemberian darah yang mengandung sitrat dengan cepat,
hipoalbuminemia, hopoparatiroidisme, difisiensi vitamin D, penyakit-penyakit
neoplastik, pancreatitis)
6. Hiperkalsemia (Metastase tumor tulang, osteoporosis, imobilisasi yang lama)
C. TANDA DAN GEJALA
Adapun tanda dan gejala dari gangguan kebutuhan cairan dan elektrolit, yaitu sebagai
berikut
Kelelahan Kejang
Kram otot dan kejang Palpitasi
Mual Tekanan darah naik turun
Pusing Kurangnya koordinasi
Pingsan Sembelit
Lekas marah Kekakuan sendi
Muntah Rasa haus
Mulut kering Suhu naik
Denyut jantung lambat Berat badan menurun
D. PATOFISIOLOGI/ PATHWAYS
F. PENATALAKSANAAN MEDIS
Tujuan penatalaksanaan adalah menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dan
mencegah komplikasi (KTI Nurfiyatna Utami, 2017), yaitu sebagai berikut.
1. Dialysis.
Dialysis memperbaiki abnormalitas biokomia, menyebabkan cairan, protein
dan natrium dapat dikonsumsi secara bebas serta menghilangkan kecendrungan
perdarahan dan membantu penyembuhan luka.
2. Koreksi hiperkalemia
Mengendalikan kalium darah sangat penting karenadapat menimbulkan
kematian mendadak. Bila terjadi hiperkalemia, maka pengobatannya adalah dengan
mengurangi intake kalium, pemberian Na bikarbonat, dan pemberian infuse glukosa.
3. Koreksi anemia.
Usaha pertama ditujukan untuk mengatasi faktor defisiensi, kemudian mencari
apakah ada perdarahan yang mungkin dapat diatasi.
4. Koreksi asidosis.
Pemberian asam melalui makanan dan obat-obatan harus dihindari. Natrium
bikarbonat dapat diberikan peroral atau parenteral. Pada permulaan mEq natrium
bikarbonat diberi intervensi perlahan-lahan, jika diperlukan dapat diulang.
5. Pengendalian hipertensi.
Pemberian obat beta bloker, alpa metildopa, dan vasodilator dilakukan.
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Fokus Pengkajian
Pengkajian riwayat keperawatan dalam pemenuhan cairan dan elektrolit ditujukan
atau difokuskan pada:
a) Faktor risiko terjadinya ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa:
Usia: sangat muda, sangat tua
Penyakit kronik: kanker, penyakit kardiovaskular (gagal jantung kongestif),
penyakit endokrin (cushing, DM), malnutrisi, PPOK, penyakit ginjal (gagal
ginjal prorogresif), perubahan tingkat kesadaran.
Trauma: cedera akibat kecelakaan, cedera kepala, combostio.
Terapi: diuretik, steroid, terapi IV, nutrisi parental total.
Kehilangan melalui saluran gastrointestinal: gastroenteritis, pengisapan
nasogastrik, fistula.
b) Riwayat keluhan: kepala sakit/pusing/pening, rasa baal dan kesemutan.
c) Pola intake: jumlah dan tipe cairan yang biasa dikonsumsi, riwayat anoreksia,
kram abdomen, rasa haus yang berlebihan.
d) Pola eliminasi: kebiasaan berkemih, adakah perubahan baik dalam jumlah maupun
frekuensi berkemih, bagaimana karakteristik urine, apakah tubuh banyak
mengeluarkan cairan? Bila ya ! melalui apa? Muntah, diare, berkeringat.
2. Pemeriksaan Fisik
Dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Pemeriksaan fisik meliputi:
a) Keadaan umum: iritabilitas, letargi, bingung, disorientasi
b) Berat badan (Timbang berat badan setiap hari untuk mengetahui risiko terkena
gangguan cairan dan elektrolit. Dengan demikian, retensi cairan dapat dideteksi
lebih dini karena 2,5–5 kg cairan tertahan di dalam tubuh sebelum muncul edema.
Perubahan dapat turun, naik, atau stabil.)
c) Intake dan output cairan (Intake cairan meliputi per oral, selang NGT, dan
parenteral. Output cairan meliputi urine, feses, muntah, pengisapan gaster,
drainage selang paska bedah, maupun IWL. Apakah balance cairan seimbang,
positif atau negatif. Kaji volume, warna, dan konsentrasi urine)
d) Bayi: fontanela cekung jika kekurangan volume cairan, dan menonjol jika
kelebihan cairan.
e) Mata:
Cekung, konjungtiva kering, air mata berkurang atau tidak ada
Edema periorbital, papiledema
f) Tenggorokan dan mulut : Membran mukosa kering, lengket, bibir pecah-pecah
dan kering, saliva menurun, lidah di bagian longitudinal mengerut
g) Sistem kardiovaskular:
Inspeksi : Vena leher: JVP/jugularis vena pressur datar atau distensi, central
venus pressure (CVP) abnormal, dan bagian tubuh yang tertekan, pengisian
vena lambat
Palpasi: Edema: lihat adanya pitting edema pada punggung, sakrum, dan
tungkai (pre tibia, maleolus medialis, punggung kaki), denyut nadi: frekuensi,
kekuatan, dan pengisian kapiler
Auskultasi: Tekanan darah: ukur pada posisi tidur dan duduk, lihat
perbedaannya,stabil, meningkat, atau menurun. Bunyi jantung: adakah bunyi
tambahan
h) Sistem pernapasan: dispnea, frekuensi, suara abnormal (creckles)
i) Sistem gastro intestinal: Inspeksi: abdomen cekung/distensi, muntah, diare. Saat
auskultasi: hiperperistaltik disertai diare, atau hipoperistaltik
j) Sistem ginjal: oliguria atau anuria, diuresis, berat jenis urine meningkat
k) Sistem neuromuskular :
Inspeksi: kram otot, tetani, koma, tremor
Palpasi: hipotonisit, hipertonisitas
Perkusi: refleks tendon dalam (menurun/tidak ada, hiperaktif/meningkat)
l) Kulit: Suhu tubuh meningkat/menurun dan Inspeksi: kering, kemerahan
Palpasi: turgor kulit tidak elastik, kulit dingin dan lembab.
3. Pemeriksaan diagnostik
a) Kadar elektrolit serum
b) Hitung darah lengkap
c) Kadar kreatinin
d) Berat jenis urine
e) Analisis gas darah arteri
(Sumber : Buku Ajar KDM II, 2016)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan gangguan kebutuhan cairan,
elektrolit, dan asam basa (PPNI, 2016) adalah :
1. Hipervolemia (SDKI No. D.0022)
Definisi: Peningkatan volume cairan intravaskular, interstisial, dan/atau intraselular
Penyebabnya :
a. Gangguan mekanisme regulasi
b. Kelebihan asupan cairan
c. Kelebihan asupan natrium
d. Gangguan aliran balik vena
e. Efek agen farmakologis (Kortikosteroid, chlorpropamide, tolbutamide, vinchristine,
dan tryptilinescarbamazepine)
Tanda dan gejala :
Mayor Minor
Subjektif : Subjektif : -
1. Orthopnea
2. Dispnea Objektif :
3. Paroxysmal Nocturnal Dispnea 1. Distensi vena jugular
(PND) 2. Terdengar suara nafas tambahan
3. Hepatomegali
Objektif : 4. Kadar HB dan HT TURUN
1. Edema anasarka dan/atau edema 5. Oliguria
perifer 6. Intake > Output
2. Berat badan meningkat dalam waktu 7. Kongesti paru
singkat
3. Jugular Venous Pressure (JVP)
dan/atau Central Venous Pressure
(CVP) Meningkat
4. Refleks Hepatojugular positif
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
Intervensi keperawatan meliputi tujuan dan rencana tindakan keperawatan. Rencana
tindakan keperawatan bertujuan untuk mencegah, menangani penyebab, dan mengoreksi
ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan asam basa. Adan rencana keperawatannya (PPNI,
2016), yaitu sebagai berikut :
1. Hipervolemia ( SIKI No. 03114)
Tujuan yang diharapkan :
a. Mempertahankan keseimbangan cairan
b. Menunjukkan adanya keseimbangan cairan seperti output urine adekuat,
tekanan darah stabil, membran mukosa mulut lembab, dan turgor kulit baik
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat
kepada pasien (Riyadi, 2010) serta pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012). Implementasi keperawatan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien dari masalah status
kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil
yang diharapkan .
E. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus dilakukan untuk
menentukan apakah rencana keperawatan efektif dan bagaimana rencana keperawatan
dilanjutkan, merevisi rencana atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
DAFTAR PUSTAKA
1. Harnanto, Addi Mardi. Sunarsih Rahayu. 2016. Kebutuhan Dasar Manusia II.
Jakarta: PusDik SDM Kesehatan
2. PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia :Edisi 1 Cetakan III. Jakarta :
DPP PPNI
3. PPNI. 2016. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :Edisi 1 Cetakan II. Jakarta :
DPP PPNI
4. PPNI. 2016. Standar Luaran Keperawatan Indonesia :Edisi 1 Cetakan II. Jakarta :
DPP PPNI
5. https://123dok.com/document/yrk89eoz-laporan-pendahuluan-kebutuhan- lp-
cairan.html (Diakses pada hari Minggu, 07 Maret 2021, pukul 11.20 WIB)
6. https://www.academia.edu/35597608/LAPORAN_PENDAHULUAN_KEBUTUHA
N_CAIRAN_DAN_ELEKTROLIT (Diakses pada hari Minggu, 07 Maret 2021, pukul
11.45 WIB)
7. https://id.scribd.com/doc/111421821/Lp-Cairan-Dan-Elektrolit (Diakses pada hari
Minggu, 07 Maret 2021, pukul 12.30 WIB)
8. http://pustaka.poltekkes-
pdg.ac.id/repository/NURFRIYATNA_UTAMI_143110180_3A%281%29.pdf
(Diakses pada hari Minggu, 07 Maret 2021, pukul 13.00 WIB)