Oleh:
Ni Wayan Krisma Andiani
(P07120014063)
A. Pengertian
Eliminasi merupakan proses pembuangan sisa-sisa metabolism tubuh.
Pebuangan dapat melalui urin ataupun bowel. (Tarwoto, Wartonah, 2006,
Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi 3, halaman 58).
Defekasi adalah proses pembuangan atau pengeluaran sisa metabolism
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Tarwoto, Wartonah, 2006, Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan
Edisi 3, halaman 67).
Defekasi adalah proses pengosongan usus yang sering disebut dengan buang
air besar. (A. Aziz Alimul Hidayat, Musrifatul Uliyah, 2015, Pengantar Kebutuhan
Dasar Manusia Edisi 2 - Buku 2, halaman 107).
1) Proses Defekasi
a. Reflex defekasi intrinsic Reflex ini berawal dari fases yang masuk ke
rectum ehingga terjadi distensi rectum, yang kemudian menyebabkan
rangsangan pada fleksus mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic.
Setelah fases sampai anus, secara sistematis sfingter interna relaksasi,
maka terjadilah defekasi.
2. Diet
Asupan makanan setiap hari secara teratur membantu
mempertahankan pola peristaltic yang teratur di dalam kolon. Makanan
yang dikonsumsi individu mempengaruhi eliminasi. Serat, residu
makanan yang tidak dapat dicerna, memungkinkan terbentuknya masa
dalam materi feses. Makanan pembentuk masa mengabsorbsi cairan
sehingga meningkatkan masa feses. Dinding usus teregang, menciptakan
gerakan peristaltic dan menimbulkan reflex defekasi. Dengan
menstimulasi peristaltic, masa makanan berjalan dengan cepat melalui
usus, mempertahankan feses tetap lunak. Makanan-makanan berikut
mengandung serat dalam jumlah tinggi (masa).
1) Buah-buahan mentah (apel,jeruk)
3) Sayur-sayuran (bayam,kangkung,kubis)
3. Asupan Cairan
Asupan cairan yang tidak adekuat atau gangguan yang
menyebabkan kehilangan cairan (seperti muntah) mempengaruhi karakter
feses, tubuh mengabsorpsi cairan dari chymus dan menyebabkan feses
menjadi keras dan sulit dikeluarkan adanya gerak peristaltic yang
meningkat, waktu untuk mengabsorpsi berkurang menyebabkan feses
encer dan lunak. Cairan mengencerkan isi usus, memudahkannya
bergerak melalui kolon. Asupan cairan yang menurun memperlambat
pergerakan makanan yang melalui usus. Orang dewasa harus minum 6-8
gelas (1500 – 2000 ml) cairan setiap hari. Minuman ringan yang hangat
dan jus buah memperlunak feses dan meningkatkan peristaltic. Konsumsi
susu dalam jumlah besar dapat memperlambat peristaltic pada beberapa
individu dan menyebabkan konstipasi.
4. Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik meninkatkan peristaltic, sementara imobilisasi
menekan motilitas kolon. Ambulasi dini setelah klien menderita suatu
penyakit dianjurkan untuk meningkatkan dipertahankannya eliminasi
normal. Upaya mempertahankan tonus otot rangka, yang digunakan
selama proses defekasi, merupakan hal yang penting. Melemahnya otot-
otot dasar panggul dan abdomen merusak kemampuan individu untuk
meningkatkan tekanan intraabdomen dan untuk mengontrol sfingter
eksterna. Tonus otot dapat melemah atau hilang akibat penyakit yang
berlangsung dalam jangka waktu lama atau penyakit neurologis yang
merusak transmisi saraf.
5. Faktor Psikologis
Cemas akut/kronik, marah, takut, depresi dan emosional dapat
meningkatkan motilitas isi usus atau sekresi mucus sehingga
menimbulkan diare. Begitu pula hospitalisasi, perubahan pekerjaan,
gangguan personal/hubungan keluarga dapat menyebabkan stress akut.
Sedangkan stress kronik dapat menurunkan aktivitas isi usus sehingga
menurunkan frekuensi defekasi.
6. Kebiasaan pribadi
9. Nyeri
10. Kehamilan
Seiring dengan meningkatnya usia kehamilan dan ukuran fetus,
tekanan diberikan pada rectum. Obsetruksi semenmtara akibat keberadaan
fectus mengganggu pengeluaran feses. Konstipasi adalah masalah umum
yang muncul pada trimester terakhir. Wanita hamilselama defekasi dapat
menyebabkan terbentukannya hemoroid yang permanen.
12. Obat-obatan
membentuk stoma.
1. Konstipasi
2. Impaksi Feses
3. Diare
Diare ditandai warna feses menjadi coklat terang sampai kuning atau
hijau, kram perut dan dorongan kuat untuk defekasi, nausea (dengan atau
tanpa vomiting), rasa nyeri, panas pada anus (akibat pengeluaran feses
diare yang berulang memaparkan kulit perineum dan bokong pada materi
usus yang mengiritasi).
4. Inkontinensia Feses
5. Flatulen
6. Distention
Distention adalah akumulasi dari flatus yang berlebihan atau isi usus
yang padat, yang menyebabkan distensi abdomen. Keluhan klien adalah
perut penuh, tidak nyaman mengeluarkan flatus dan feses serta gelisah.
Penyebab distensi abdomen adalah abstruksi pencernaan (seperti
ileus paralitik, infeksi abdomen dan tumor abdomen), bedrest atau
aktivitas terbatas, operasi dengan GA, manipulasi usus saat pembedahan
(24-72 jam post operasi), konstipasi dan impaksi fekal.
7. Hemoroid
2. Diare
Mayor (mungkin ada, satu atau lebih)
Fesef lunak dan/atau cair
Peningkatan frekuensi defekasi (lebih dari rtiga kali sehari)
Minor (mungkin ada)
Urgensi
Kram atau nyeri abdomen
Frekuensi bising usus mningkat
Keenceran atau volume feses meningkat
C. Pohon Masalah
Bakteri, virus,
parasit
Masuk dalam
saluran cerna
Berkembang biak
di usus
Reaksi pertahanan
dari bakteri E.coli
Pertahanan tubuh
menurun
Kurangnya asupan Pola makan Pengaruh Penyakit
cairan dan terganggu medikasi
makanan obat
Gangguan
eliminasi fekal
Konstipasi Diare Inkontinensia
defekasi
D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik pada masalah eliminasi alvi adalah:
a. Anuskopi
b. Proktosigmoidoskopi
c. Rontgen dengan kontras
d. Pemeriksaan laboratorium feses
E. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
2. Menolong BAB dengan menggunakan pispot
3. Memberikan huknah rendah
Kurangnya
asupan cairan
4. Memberikan huknah rendah dengan cara memasukan cairan hangat ke
dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula recti melalui anus.
5. Memberikan huknah tinggi
Memberikan huknah tinggi dengan cara memasukan cairan hangat ke
dalam kolon desendens dengan menggunakan kanula usus melalui anus.
6. Memberikan gliserin
Memberikan gliserin dengan cara memasukan cairan gliserin ke dalam
poros usus menggunakan spuit gliserin
7. Mengeluarkan feses dengan jari
Mengeluarkan feses dengan jari dengan cara memasukan jari ke dalam
rectum pasien, deigunakan untuk mengambil atau menghancurkan massa
feses sekaligus mengeluarkannya.
F. Pengkajian Keperawatan
1. Riwayat keperawatan
a. Pola defekasi : frekuensi, pernah berubah
b. Perilaku defekasi : penggunaan laksatif, cara mempertahankan pola.
c. Deskripsi feses : warna, bau, dan tekstur.
d. Diet : makanamempengaruhi defekasi, makanan yang biasa dimakan,
makanan yang dihindari, dan pola makan yang teratur atau tidak.
e. Cairan : jumlah dan jenis minuman/hari
f. Aktivitas : kegiatan sehari-hari
g. Kegiatan yang spesifik.
h. Sters : stres berkepanjangan atau pendek, koping untuk menghadapi atau
bagaimana menerima.
i. Pembedahan/penyakit menetap.
2. Pengkajian fisik
Perawat melakukan pengkajian fisik sistem dan fungsi tubuh yang
kemungkinan dipengaruhi oleh adanya masalah eleminasi. Ada beberapa
pemeriksaan fisik pada seorang klien yaitu :
a. Mulut: inspeksi gigi, lidah, dan gusi klien.
b. Abdomen: perawat menginspeksi keempat kuadaran abdomen untuk
melihat warna, bentuk, kesimetrisan, dan warna kulit..
c. Rektum: perawat menginspeksi daerah sekitar anus untuk melihat adanya
lesi, perubahan warna, inflamasi dan hemoroid.
3. Karakteristik feses
a. Warna yang normal: kuning (bayi), cokelat (dewasa)
b. Bau yang normal: menyengat yang dipengaruhi oleh tipe makanan
c. Konsistensi yang normal: lunak, berbentuk
d. Frekuensi yang normal:
Bayi 4-6 kali sehari ( jika mengonsumsi ASI) atau 1-3 kali sehari
( jika mengonsumsi susu botol )
Orang dewasa setiap hari atau 2-3 kali seminggu
e. Jumlah yang normal: 150 gr per hari ( orang dewasa)
f. Bentuk yang normal: menyerupai diameter rektum
g. Unsur-unsur yang normal: makanan tidak dicerna, bakteri mati, lemak,
pigmen empedu, sel-sel yang melapisi mukosa usus, air.
4. Pemeriksaan Laboratorium
a. Analisis kandungan feses : untuk mengetahui kondisi patologis seperti :
tumor, perdarahan dan infeksi.
b. Tes Guaiak : pemeriksaan darah samar di feses yang mengitung jumlah
darah mikroskopik di dalam feses.
G. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Konstipasi
Definisi
Penurunan pada frekuensi normal defekasi yang disertai oleh
kesulitan atau pengeluaran tidak lengkap feses dan/atau pengeluaran feses yang
keras, kering, dan banyak.
Batasan karakteristik
Nyeri abdomen Darah merah pada feses
Nyeri tekan abdomen dengan Perubahan pada pola defekasi
Penurunan frekuensi
teraba resistensi otot.
Nyeri tekan abdomen tanpa Penurunan volume feses
Distensi abdomen
teraba resistensi otot. Rasa rektal penuh
Anoreksia Rasa tekanan rektal
Penampilan tidak khas pada Keletihan umum
lansia (misal, perubahan pada Feses keras dan berbentuk
status mental, inkontinensia Sakit kepala
Bising usus hiperaktif
urinarius, jatuh yang tidak ada Bising usus hipoaktif
penyebabnya, peningkatan suhu Peningkatan tekanan abdomen
tubuh Tidak dapat makan
Borborigmi Mual
Rembesan feses cair Perkusi abdomen pekak
Nyeri pada saat defekasi Sering flatus
Masa abdomen yang dapat diraba Mengejan pada saat defekasi
Masa rektal yang dapat diraba Tidak dapat mengeluarkan feses
Adanya feses lunak, seperti pasta Muntah
di dalam rektum
Faktor yang berhubungan
Fungsional
Kelemahan otot abdomen
Kebiasaan mengabaikan dorongan defekasi
Ketidakadekuatan toileting (misal, batasan waktu, posisi untuk defekasi,
privasi)
Kurang aktivitas fisik
Kebiasaan defekasi tidak teratur
Perubahan lingkungan saat ini
Psikologis
Depresi Konfusi mental
Stres emosi
Farmakologis
Antasida mengandung aluminium Garam besi
Antikolinergik Penyalahgunaan laksatif
Antikonvulsan Agens antiinflamasi
Antidepresan Nonsteroid
Agens antilipemik Opiat
Garam bismuth Penotiazid
Kalsium karbonat Sedatif
Penyekat saluran kalsium Simpatomimetik
Diuretik
Mekanis
Ketidakseimbangan elektrolit. Obstruksi pasca bedah
Hemoroid Kehamilan
Penyakit Hirschsprung. Pembesaran prostat
Gangguan neurologis Abses rektal
Obesitas Fisura anal rektal
Striktur anal rektal Rektokel
Prolaps rektal Tumor
Ulkus rektal
Fisiologis
Perubahan pola makan Ketidakadekutan gigi geligi
Perubahan makanan Ketidakadekuatan higiene oral
Penurunan motilitas traktus Asupan serat tidak cukup
Asupan cairan tidak cukup
gastrointestinal
Dehidrasi Kebiasaan makan buruk
2. Diare
Definisi: Pasase feses yang lunak dan tidak berbentuk
Batasan karakteristik
Nyeri abdomen Kram
Bising usus hiperaktif
Sedikitnya tiga kali defekasi
perhari
Ada dorongan
Faktor yang berhubungan
Psikologis
Ansietas Tingkat stres tinggi
Situasional
Efek samping obat Radiasi
Penyalahgunaan alkohol Toksin
Kontaminan Melakukan perjalanan
Penyalahgunaan laksatif Selang makan
Fisiologis
Proses infeksi Iritasi
Malabsorpsi
Inflamasi
Parasit
3. Inkontinensia defekasi
Definisi
Perubahan pada kebiasaan defekasi normal yang dikarakteristikkan dengan
pasase feses involunter.
Batasan karakteristik
Rembesan konstan feses lunak
Bau fekal
Warna fekal di tempat tidur
Warna vekal pada pakaian
Ketidakmampuan menunda defekasi
Ketidakmampuan untuk mengenali dorongan defekasi
Tidak perhatian terhadap dorongan defekasi
Mengenali fekal penuh tetapi tetapi menyatakan tidak mampu
mengeluarkan feses padat
Kulit perianal kemerahan
Menyatakan sendiri ketidakmampuan mengenali kepenuhan rektal
Dorongan
Faktor yang berhubungan
Tekanan abdomen abnormal tinggi
Diare kronik
Lesi kolorektal
Kebiasaan diet
Faktor lingkungan (misalnya, tidak dapat mengakses kamar mandi)
Penurunan umum tonus otot
Imobilitas
Impaksi
Gangguan kognisi
Gangguan kapasitas reservoir
Pengosongan usus tidak tuntas
Penyalahgunaan laksatif
Penurunan control sfingter rektal
Kerusakan saraf motoric bawah
Medikasi
Abnormalitas sfingter rektal stress
Defisit perawatan diri dalam toileting
Kerusakan saraf motorik atas
H. Intervensi Keperawatan
H D Tujuan Intervensi Rasional
ari/ iagnosa
T Keperaw
anggal atan
M K Setelah 1.Catat dan kaji kembali 1.Pengkajian dasar
enyesuai onstipasi diberikan asuhan warna, konsistensi, untuk mengetahui
kan keperawatan selama jumlah, dan waktu adanya masalah
dengan … x 24 jam BAB bowel
pelaksan diharapkan pola 2.Berikan cairan 2.Membantu feses lebih
aan eliminasi fekal adekuat lunak
pasien normal 3.Berikan makanan 3.Menurunkan
dengan kriteria tinggi serat dan konstipasi
hasil: hindari makanan
- Mempertahankan yang banyak
bentuk feses mengandung gas
lunak 1-3 hari dengan konsultasi
- Bebas dari bagian gizi
ketidaknyamana 4.Bantu klien dalam 4.Meningkatkan
n dan konstipasi melakukan aktivitas pergerakan usus
- Feses lunak dan pasif dan aktif
berbentuk 5.Kolaborasikan 5.Meningkatkan
pemberian laksatif eliminasi
M D Setelah 1.Monitor dan kaji 1.Dasar memonitor
enyesuai iare diberikan asuhan kembali warna, kondisi
kan keperawatan konsistensi, bau
dengan selama ...x 24 jam feses, pergerakan
pelaksan usus, cek BB setiap
diharapkan feses
aan
pasien berbentuk hari
dan lembek 2.Evaluasi intake 2.Untuk mengetahui
dengan kriteria makanan yang penyebab diare
hasil: masuk
- Feses berbentuk, 3.Ajarkan tehnik 3.Stress dapat
BAB sehari menurunkan stres meningkatkan
sekali- tiga hari stimulus bowel
- Menjaga daerah 4.Monitor dan cek 4.Mengkaji status
sekitar rektal elektrolit, intake dan dehidrasi
dari iritasi output cairan
- Tidak mengalami
diare 5.Instruksikan pasien 5.Menurunkan stimulasi
untuk makan, bowel
makanan rendah
serat
6.Kolaborasi dalam
6.Mengurangi kerja
pemberianan cairan
usus
IV dan oral
7.kolaborasi pemberian
obat antidiare 7.Mempertahankan
status hidrasi
M In Setelah 1.Tentukan penyebab 1. Memberikan data
enyesuai kontinens diberikan asuhan inkontinensia dasar untuk
kan ia keperawatan pemberian asuhan
dengan defekasi keperawatan
selama ...x 24 jam
pelaksan 2.Kaji jumlah dan 2. Menentukan pola
diharapkan pasien
aan karakteristik inkontinensia
dapat mengontrol
inkontinensia rasional
pengeluaran feses
3.Atur pola makan dan 3. Membantu
dan pola eliminasi
sampai berapa lama mengontrol BAB
norma, dengan
terjadi BAB
kriteria hasil: 4.Lakukan bowel 4. Membantu
- Defekasi lunak,
trening dengan mengontrol BAB
feses berbentuk
- Penurunan
kolaborasi
fisioterapi
insiden
5.Lakukan latiahan otot 5. Mengutkan otot
inkontinensia
panggul pelvis
usus 6.Berikan pengobatan 6. Mengontrol
- Fungsi
dengan kolaborasi frekuensi BAB
gastrointestinal
dokter
adekuat
- Status nutrisi
makanan dan
minuman
adekuat
I. Referensi
Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Edisi 13. Jakarta: EGC.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Hidayat, A. Aziz Alimul dan Uliyah, Musrifatul. 2015. Pengantar
Kebutuhan Dasar Manusia Edisi 2-Buku 2. Jakarta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara. 2011. Fundamental Keperawatan volume 1 edisi 7. Jakarta:
EGC.
Mubarak & Chayatin. 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.