Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PEMBUKAAN
A. Latarblakang
Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting
menuju kehamilan yang sehat. Boleh dikatakan pemeriksaan kehamilan
merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para ibu hamil. Pemeriksaan kehamilan
dapat dilakukan melalui dokter kandungan atau bidandengan
minimal pemeriksaan 3 kali selama kehamilan yaitu pada usia kehamilan
trimester pertama, trimester kedua dan pada kehamilan trimester ke tiga, itupun
jika kehamilan normal. Namun ada baiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan
sebulan sekali hingga usia 6 bulan, sebulan dua kali pada usia 7 - 8 bulan dan
seminggu sekali ketika usia kandungan menginjak 9 bulan.
Pemeriksaan kehamilan atau ante natal care (ANC) sangat disarankan bagi
para ibu hamil untuk memonitor kesehatan ibu dan janin dalam kandungan.
Pemeriksaan kehamilan adalah serangkaian pemeriksaan yang dilakukan secara
berkala dari awal kehamilan hingga proses persalinan untuk memonitor kesehatan
ibu dan janin agar tercapai kehamilan yang optimal.
Asuhan Antenatal Care meliputi pengawasan terhadap kehamilan untuk
mendapatkan informasi kesehatan umum ibu, menegakkan secara dini penyakit
yang menyakit kehamilan, menegakkan secara dini komplikasi kehamilan dan
menetapkan resiko kehamilan (resiko tinggi, resiko meragukan, resiko rendah).
(Manuaba, 2008).
Pemeriksaan Fisik (Pemeriksaan fisik umum terdiri dari : Keadaan Umum :
Compos mentis atau tampak sakit, pemriksaan : Tekanan Darah, Nadi,
Pernafasan, Suhu, dan berat badan serta hal lain yang perlu dipandang,
Pemeriksaan khusus obstetri ( Inspeksi terdiri Tinggi Fundus Uteri, Keadaan
dinding abdomen, Gerak janin yang tampak), palpasi Menurut leopold, auskultasi,
perkusi dan pemeriksaan penunjang.
Pemeriksaan kehamilan adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan
fositif bagi ibu dan bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya
dengan ibu, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa,
mempersiapkan kelahiran dan memberikan pendidikan. Asuhan antenatal penting
untuk menjamin proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan.
Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat.
Sekarang ini secara umum sudah diterima bahwa setiap kehamilan membawa
resiko bagi ibu.
Menurut World health organizations (WHO) tahun 2008, menyatakan
bahwa masih tingginya mortalitas dan morbilitas pada ibu hamil dan bersalin
adalah masalah besar di negara berkembang. di Negara miskin berkisar 25 –
30% kematian usia subur disebabkan oleh hal yang berkaitan dengan kehamilan
dan persalinan.
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi
dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang aterm
(Guyton, 1997). Sementara menurut manuaba (2005), kehamilan adalah
pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterine mulai sejak konsepsi dan
berakhir sampai permulaan persalinan. menurut Federasi Obstetri Ginekologi
Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi (sarwono,
2008).
Kematian ibu atau kematian maternal adalah kematian seorang ibu
sewaktu hamil atau dalam waktu 42 hari sesudah berakhirnya kehamilan, tidak
bergantung pada tempat atau usia kehamilan (sarwono, 2008).
Menurut data umum IBI (Ikatan Bidan Indonesia) Harni Kusmo
berdasarkan hasil survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001,
penyebab kematian ibu secara langsung diantaranya perdarahan 30%, Eklampsia
25%, infeksi 12%, abortus 5%, Partus lama 5%, Emboli obstetric 3%, komplikasi
masa nifas 16%, penyebab lain 12% sedangkan penyebab tidak langsungnya
seperti terlambat mengenali tanda bahaya karena tidak mengeteahui tanda
kehamilannya dalam resiko tinggi, terlambat untuk mencapai fasilitas untuk
persalinan dan terlambat untuk mendapatkan pelayanan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
standar pelayanan di ruang KIA puskesmas tegalrejo yogyakarta
2. Tujuan Khusus
a. Dapat mengidentifikasi diagnose pada ibu hamil di ruang KIA puskesmas
tegalrejo yogyakarta.
b. Dapat merencanakan Asuhan yang dibutuhkan dan yang akan dilakukan
secara menyeluruh pada ibu hamil ruang KIA puskesmas tegalrejo
yogyakarta.
BAB II
DASAR TEORI

A. Defenisi
Antenatal care adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan untuk
memeriksa keadaan ibu dan janin secara berkala, yang diikuti dengan upaya
koreksi terhadap penyimpangan yang ditemukan.
Antenatal care adalah perawatan selama masa kehamilan sebagai suatu
manajemen kehamilan dimana ibu dan anaknya diharapkan sehat dan baik.
B. Tujuan Pelayanan Antenatal Care
Secara umum antenatal care bertujuan untuk menjaga agar ibu hamil dapat
melalui masa kehamilan, persalinan, dan nifas dengan baik dan selamat serta
menghasilkan bayi yang sehat. Secara rinci tujuan antenatal care adalah:
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh
kembang janin
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu.
3. Mengenali dan mengurangi sedini mungkin adanya penyulit/komplikasi yang
dapat muncul selama kehamilan, termasuk riwayat penyakit secara umum,
kebidanan dan pembedahan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup builan dan persalinan yang aman dengan
trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan dengan normal dan mempersipkan ibu
agar dapat memberi asi secara eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran janin agar
tumbuh kembang secara normal
7. Mengurangi angka kematian bayi prematur, kelahirran mati dan kematian
neonatal.
C. Standar pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal mengacu pada konsep 7T yaitu:
1. Timbang badan dan ukur badan.
Tujuannya adalah untuk mengetahui sesuai tidaknya berat badan ibu.
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap berkunjung ke tempat pelayanan
kesehatan. Selama triwulan I berat badan ibu harus naik 0,5 sampai dengan
0,75 kg setiap bulan, pada triwulan ketiga harus naik 0,25 kg setiap
minggunya. Dan pada trisemester III berat badan ibu harus naik sekitar 0,5 kg
setiap minggunya, atau secara umum berat badan meningkat sekitar 8 kg
selama kehamilan.
2. Ukur tekanan darah.
Tujuannya untuk mendeteksi apakah tekanan darah normal atau tidak.
Pemeriksaan ini juga dilakukan pada setiap kunjungan. Tekanan darah yang
tinggi dapat membuat ibu keracunan kehamilan, baik ringan maupun berat
bahkan sampai kejang-kejang. Sementara tekanan darah yang rendah
menyebabkn pusing dan lemah.
3. Skrinin status imunisasi Tetanus Toxoid (TT).
Tujuannya untuk melindungi ibu dan bayi yang dilahirkan nanti dari
tenanus neonatorum. Imunisasi TT diberikan pada kunjungan antenatal I, TT2
deberikan empat minggu setelah TT1, TT3 diberikan setelah enam bulan TT2,
TT4 diberikan 1 Tahun setelah TT3, dan TT5 diberikan setelah setahun TT4
4. Ukur tinggi fundus uteri.
Tujuannya untuk melihat pembesaran rahim, dilakukan dengan cera meraba
perut dari luar, selain itu untuk mengetahui presentasi janin, serta mengetahui
posisi janin dalam rahim. Pada pemeriksaan ini juga dilakukan pngukuran
tinggi puncak rahim untuk kemudian disesuaikan dengan umur kehamilan. Jika
diperoleh besarnya rahim tidak sesuai dengan umur kehamilan maka
direncanakan pemeriksaan lanjutan.
5. Pemberian tablet besi (90 Tablet) selama kehamilan.
Pemberian tablet besi diberikan sesuai dengan kebijakan nasional yang
berlaku diseluruh puskesmas di Indonesia. Pemberian satu tablet besi sehari
sesegera mungkin setelah rasa mual hilang pada awal kehamilan
6. Temu wicara/ pemberian komunikasi interpersonal atau konseling.
Untuk menghindari kesalahan penanganan kehamilan, komunikasi dengan
suami dan keluarga diperlukan gunan mempersiapkan rujukan nantinya.
Dengan manajemen rujukan yang benar, cepat, dan tepat maka ibu dan janin
akan memperoleh pelayanan persalinan dan kelahiran yang benar sehingga
membantu menurunkan angka kematian ibu dan bayi. Program ini lebih
diutamakan pada tempat pelayanan kesehatan terpencil dan jauh dari akses
transfortasi yang memadai
7. Test laboratorium sederhana (Hb,Protein, dan Urine) berdasarkan indikasi
(HbsAg, sifilis, HIV, malaria, tuberkulosis paru (TBC) , PMS).
Wanita yang sedang hamil merupakan kelompok dengan risiko tinggi
terhadap penyakit menular seksual yang dapat menimbulkan kematian pada ibu
dan janin yang dikandungnya.
D. Tanda dan Gejala Kehamilan
1. Tanda presumsi
a. Subyektif
a) Amenorrhea.
Dapat disebabkan oleh: gangguan endokrin, abnormalitas sistem saraf,
penyakit infeksi, anemia, obstruksi servikal, atau ketegangan emosi
b) Kelemahan/dan keletihan, dapat diakibatkan karena anemia atau
infeksi.
c) Mual dan muntah (morning sickness)
Merupakan respon awal tubuh terhadap tingginya kadar progesteron,
dapat disebabkan karena gangguan pada saluran cerna atau alergi.
Terjadi antara minggu ke-2-6 dan menghilang pada minggu ke-12.
d) Perubahan payudara
Terasa penuh dan nyeri, hiperpigmentasi areola mammae, perubahan
nipple, sekresi kolostrum, pelebaran vena.
e) Peningkatan sekresi berkemih.
Kongesti darah pada organ-organ pelvik meningkatkan sensitivitas
jaringan, tekanan karena pembesaran uterus menstimulasi saraf dan
mentrigger keinginan untuk berkemih selama hamil. Dapat pula
disebabkan oleh penyakit infeksi saluran kencing, trauma dan
pertumbuhan tumor vesika urinaria.
f) Perubahan mood: letih, pusing, sakit kepala.
g) Leukorea Quickening
Sensasi adanya gerakan dapat dirasakan pada minggu ke- 22 pada
primipara dan minggu ke-20 pada multipara.
b. Obyektif (probabilitas)
a) Perubahan fisiologi dan anatomi
b) Peningkatan temperatur basal tubuh (basal body temperature)
c) Perubahan kulit: Striae gravidarum dan pigmentasi (kloasma, linea
nigra)
d) Perubahan payudara
e) Pembesaran abdomen
f) Perubahan rahim dan vagina
2. Tanda kemungkinan hamil
Merupakan tanda-tanda yang dapat diobservasi oleh pemeriksa. Bila
digabung dengan tanda dan gejala presumsi, maka tanda kemungkinan
memberi dugaan kuat adanya kehamilan. Tandanya meliputi:
a. Pembesaran rahim
b. Uterin shouffle adalah goyangan, desiran nadi yang terdengar di atas uterus
ibu hamil.
c. Kontraksi Braxton Hicks
d. Ballotement → pantulan yang terjadi ketika bayi pemeriksa mengetuk janin
yang mengapung dalam uterus, menyebabkan janin berenang menjauh dan
kemudian kemudian kembali ke posisinya semula.
e. Hegar sign : melunaknya segmen bawah rahim
f. Goodell sign : melunaknya serviks.
g. Test kehamilan positif.
3. Tanda positif kehamilan (absolut)
a. Terlihat bentuk tubuh janin melalui USG dan rangka janin pada X-Ray
b. Terdengar detak jantung janin
c. Teraba bagian-bagian janin
d. Teraba gerakan janin.
E. Patofisiologi
Setiap bulan wanita melepaskan 1 atau 2 sel telur dari indung telur,
kemudian terjadi peningkatan hormon estrogen sehingga selaput lendir mulai
menebal dan terjadi proses ovulasi (keluarnya sel telur dari indung telur).
Kehamilan terjadi bila senggama (koitus) dilakukan pada sekitar saat ovulasi (14
hari atau 2 minggu setelah haid). Apabila tidak terjadi pembuahan, maka sel telur
akan berdegenerasi dan sel telur akan keluar bersama-sama dengan darah haid.
Apabila terjadi pembuahan (bertemunya sel telur dan sel sperma), terjadi
penyatuan kedua pronuklei yang disebut dengan zigot, kemudian akan mengalami
pembelahan (mitosis).
Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi ke dalam
endometrium. Blastula diselubungi oleh suatu simpai, disebut trofoblas, yang
mampu menghancurkan dan mencairkan jaringan. Ketika blastula mencapai
rongga rahim, jaringan endometrium berada dalam masa sekresi (blastolisis).
Kemudian terbentuk plasenta pada bagian luar, dan membentuk embrio yang
kemudian menjadi janin pada bagian dalam. Pembentukan plasenta menyebabkan
peningkatan hormon estrogen dan progesteron yang dapat menyebabkan banyak
perubahan fisik pada ibu sehingga ibu mengalami ketidaknyamanan dan terjadi
perubahan pola seksualitas. Selain itu, juga mempengaruhi sistem urinarius,
sistem pernapasan, sistem pencernaan dan sistem kardiovaskuler.
Perubahan pada sistem urinarius, terjadi dilatasi, pemanjangan dan
penekukan ureter. Penumpukan urin dalam ureter bagian bawah dan penurunan
tonus kandung kemih menyebabkan pengosongan kandung kemih tidak tuntas
dapat menyebabkan resiko tinggi infeksi traktus urinarius. Semakin bertambahnya
usia kehamilan, maka besar uterus juga dapat menyebabkan penekanan pada
traktus urinarius sehingga bladder tidak dapat menampung urine secara maksimal
dan frekuensi BAK menjadi lebih sering.
Pada sistem pernapasan, terjadi pergeseran diafragma karena paru-paru
terdesak oleh pembesaran uterus. Hal ini menyebabkan sesak napas sehingga
terjadi ketidakefektifan pola napas.
Pada sistem pencernaan, terjadi penurunan peristaltik usus dan penekanan uterus
sehingga menyebabkan konstipasi. Selain itu, terjadi perubahan hormon-hormon
dalam tubuh yang menyebabkan mual dan/atau muntah. Keadaan ini dapat
mempengaruhi status nutrisi menjadi berkurang dari kebutuhan tubuh dan
beresiko defisit volume cairan dan elektrolit.
Proses kehamilan juga berpengaruh pada sistem kardiovaskuler yaitu
terjadi hemodilusi yang mengakibatkan penurunan kadar Hemoglobin dalam
darah ibu. Ibu menjadi mudah lelah dan apabila tekanan darah juga ikut menurun,
dapat menyebabkan pingsan (hipotensi ortostatik) sehingga beresiko cidera dan
dapat mengganggu aktivitas.

F. Penatalaksanaan ibu hamil


Penatalaksanaan ibu hamil secara keseluruhan meliputi komponen-
komponen sebagai berikut:
1. Informasi yang dapat diberikan
a. Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
b. Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena
selama kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
c. Pemilihan makanan sebaiknya yang bergizi dan tinggi serat.
d. Pemakian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau tenaga
medis lainnya.
e. Wanita perokok atau peminum alkohol harus menghentikan kebiasaannya.
Suami perlu diberi pengertian tentang keadaan istrinya yang sedang hamil.
2. Anamnesis
a. Pada wanita dengan haid terlambat dan diduga hamil. Ditanyakan hari
pertama haid terakhir (HPHT). Taksiran partus dapat ditentukan bila HPHT
diketahui dan siklus haidnya teratur + 28 hari dengan menggunakan rumus
Naegele.
b. Bila ibu lupa HPHT, tanyakan tentang hal lain seperti gerakan janin. Untuk
primigravida gerakan janin terasa pada kehamilan 18 minggu, sedangkan
multigravida 16 minggu. Nausea biasanya hilang pada kehamilannya 12-14
mingggu.
c. Tanyakan riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya serta berat
bayi yang pernah dilahirkan. Demikian pula riwayat penyakit yang pernah
diderita seperti penyakit jantung, paru, ginjal, diabetes melitus. Selain itu
ditanyakan riwayat menstruasi, kesehatan, keluarga, sosial, obstetri,
kontrasepsi, dan faktor risiko yang mungkin ada pada ibu.
3. Pemeriksaan umum
Pada ibu hamil yang datang pertama kali lakukan penilaian keadaan
umum, status gizi dan tanda vital. Pada mata dinilai ada tidaknya konjungtiva
pucat, sklera ikterik, edema kelopak mata, dan kloasma gravidarum. Periksa
gigi untuk melihat adanya infeksi lokal. Periksa pula jantung, paru, mammae,
abdomen, anggota gerak secara lengkap.
4. Pemeriksaan Obstetri
Terdiri dari pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Sebelum
pemeriksaan kosongkan kandung kemih. Kemudian ibu diminta berbaring
terlentang dan pemeriksaan dilakukan di sisi kanan ibu.
5. Pemeriksaan luar
a. Lihat apakah uterus berkontraksi atau tidak. Bila berkontraksi, harus
ditunggu sampai dinding perut lemas agar dapat diperiksa dengan teliti.
Agar tidak terjadi kontraksi dinding perut akibat perbedaan suhu dengan
tangan pemeriksa, sebelum palpasi kedua tangan pemeriksa digosokkan
dahulu.
b. Cara pemeriksaan yang umum digunakan cara Leopold yang dibagi dalam 4
tahap. Pada pemeriksaan Leopold I, II, dan III pemeriksa menghadap ke
arah muka ibu, sedangkan pada Leopold IV ke arah kaki. Pemeriksaan
Leopold I untuk menentukan tinggi fundus uteri, sehingga usia kehamilan
dapat diketahui. Selain secara anatomi, tinggi fundus uteri dapat ditentukan
dengan pita pengukur. Bandingkan usia kehamilan yang didapat dengan hari
pertama haid terakhir. Selain itu, tentukan pula bagian janin pada fundus
uteri: Kepala teraba sebagai benda keras dan bulat, sedangkan bokong lunak
dan tidak bulat. Dengan pemeriksaan Leopold II ditentukan batas samping
uterus dan posisi punggung pada bayi letak memanjang. Pada letak lintang
ditentukan kepala. Pemeriksaan Leopold III menentukan bagian janin yang
berada di bawah. Leopold IV selain menentukan bagian janin yang berada
di bawah, juga bagian kepala yang telah masuk pintu atas panggul (PAP).
Bila kepala belum masuk PAP teraba balotemen kepala.
c. Dengarkan DJJ pada daerah punggung janin dengan stetoskop monoaural
atau doppler. Dengan stetoskop monoaural BJJ terdengar pada kehamilan
18-20 minggu, sedangkan dengan Doppler terdengar pada kehamilan 12
minggu.
d. Dari pemeriksaan luar diperoleh data berupa usia kehamilan, letak janin,
persentase janin, kondisi janin, serta taksiran berat janin.
Taksiran berat janin ditentukan berdasarkan rumus Johnson Toshack.
Perhitungan penting sebagai pertimbangan memutuskan rencana persalinan
pervaginam secara spontan. Rumus tersebut:
Taksiran Berat Janin (TBJ) = (Tinggi fundus uteri (dalam cm) – N) X 155.
· N = 13 bila kepala belum melewati PAP
· N = 12 bila kepala masih berada di atas spina iskiadika
· N = 11 bila kepala masih berada di bawah spina iskiadika.
6. Pemeriksaan dalam
a. Siapkan ibu dalam posisi-litotomi lalu bersihkan daerah vulva dan perineum
dengan larutan antiseptik. Inspeksi vulva dan vagina apakah terdapat luka,
varises, radang, atau tumor. Selanjutnya lakukan pemeriksaan inspekulo.
Lihat ukuran dan warna porsio, dinding, dan sekret vagina. Lakukan
pemeriksaan colok vagina dengan memasukan telunjuk dan jari tengah.
Raba adanya tumor atau pembesaran kelenjar di liang vagina. Periksa
adanya massa di adneksa dan parametrium. Perhatikan letak, bentuk, dan
ukuran uterus serta periksa konsistensi, arah, panjang, porsio, dan
pembukaan servik. Pemeriksaan dalam ini harus dilakukan dengan cara
palpasi bimanual.
b. Ukuran uterus wanita yang tidak hamil kira-kira sebesar telur ayam. Pada
kehamilan 8 minggu sebesar telur bebek, 12 minggu sebesar telur angsa, dan
16 minggu sebesar kepala bayi atau tinju orang dewasa.
7. Pemeriksaan panggul
Lakukan penilaian akomodasi panggul bila usia kehamilan 36 minggu
karena jaringan dalam rongga panggul lebih lunak, sehingga tidak
menimbulkan rasa sakit. Masukkan telunjuk dan jari tengah ke dalam liang
vagina. Arahkan ujung kedua jari ke promontorium, coba untuk merabanya.
Bila teraba, tentukan panjang konjugata diagonalis. Dengan ujung jari
menelusuri linea inominata kiri dan kanan sejauh mungkin, tentukan bagian
yang teraba. Raba lengkung sakrum dan tentukan apakah spina iskiadika kiri
dan kanan menonjol ke dalam. Raba dinding pelvik, apakah luruh atau
konvergen ke bawah dan tentukan panjang distansia interspinarum. Arahkan
bagian palmar jari-jari tangan ke dalam simfisis dan tentukan besar sudut yang
dibentuk antara os pubis kiri dan kanan.
8. Pemeriksaan laboratorium
Pada kunjungan pertama diperiksa kadar hemoglobin darah, hematokrit,
dan hitung leukosit. Dari urin diperiksa beta-hCG, protein, dan glukosa.
G. Frekwensi kunjungan
1. Kunjungan I (12-24 minggu)
Anamnesis lengkap, pemeriksaan fisik & obstetri, pemeriksaan laboratorium,
antopometri, penilaian resiko kehamilan, KIE
2. Kunjungan II (28-32 minggu)
Anamnesis, USG, penilaian resiko kehamilan, nasehat perawatan payudara
dan senam hamil), vaksin TT I
3. Kunjungan III (34 mgg)
Anamnesis, pemeriksaan ulang laboratorium, vaksin TT II
4. Kunjungan IV, V, VII & VIII ( 36-42 mgg)
Anamnesis , perawatan payudara dan persiapan persalinan
H. Pemeriksaan penunjang
1. Laboratorium
a. Darah (Hb, Golongan darah, Glukosa, VDRL)
b. Urine (Tes kehamilan, protein, glukosa, analisis)
c. Pemeriksaan Swab (Lendir vagina dan servik)
2. USG
a. Jenis kelamin
b. Taksiran kelahiran, taksiran berat janin, jumlah cairan amnion
I. Pengkajian ANC
1. Anamnesa
a. Anamnesa identitas istri dan suami
b. Anamnesa umum : keluhan kehamilan (mual,muntah, sakit kepala, nyeri
ulu hati), nafsu makan, tidur, miksi, defekasi, perkawinan
c. Tentang kehamilan, persalinan, keguguran dan kehamilan ektopik atau
kehamilan mola sebelumnya
2. Pemeriksaan Fisik Diagnostik
a. Keadaan umum
Dengan inspeksi, dapat diperoleh gambaran mengenai
keadaan panggul. Adanya kesempitan atau kelainan panggul, dapat
diduga bila terlihat jalannya ibu tidak normal, misalnya pincang, ibu
sangat pendek, adanya kelainan panggul (kifosis, skoliosis), kelainan belah
ketupat dari michealis (tidak simetris).
b. Tinggi badan
Tinggi badan kurang dari rata-rata merupakan faktor risiko untuk ibu
hamil atau ibu bersalin. Jika tinggi badan kurang dari 145 cm
dimungkinkan sang ibu memiliki panggul sempit.
c. Berat badan
Pertambahan berat badan selama kehamilan rata-rata 0,3-0,5
kg/minggu. Bila dikaitkan dengan usia kehamilan, kenaikan berat badan
selama hamil muda 5 kg, selanjutnya tiap trimester (II dan III) masing-
masing bertambah 5 kg. Pada akhir kehamilan, pertambahan berat badan
total adalah 9-12 kg. Bila terdapat BB yang berlebihan, perlu dipikirkan
adanya risiko bengkak, kehamilan kembar, hidroamnion, dan anak besar.
d. Lingkar lengan atas (LILA)
LILA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi
yang kurang/buruk. Ibu beresiko untuk melahirkan anak dengan BBLR.
e. Tanda-tanda vital
a) Tekanan darah
TD yang tinggi (lebih dari 140/90 mmHg) merupakan resiko dalam
kehamilan. Penanganan yang kurang tepat, TD sistolik 30 mmHg atau
lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih dapat berlanjut menjadi
preeklamsi dan eklamsi.
b) Denyut nadi
Jumlah denyut nadi normal adalah sekitar 80 kali/menit.
c) Suhu
Suhu tubuh ibu hamil lebih dari 37,5oC dikatakan demam, hal ini
kemungkinan ada infeksi dalam kehamilan.
d) Pernapasan
Frekuensi napas normal orang dewasa adalah 16-20 kali/menit.
Bila ibu mengalami peningkatan frekuensi napas, ibu akan mudah lelah
atau kemungkinan dicurigai mempunyai penyakit jantung.
f. Kepala dan Leher
a) Memeriksa apakah terdapat edema pada wajah
b) Memeriksa apakah kelopak mata bagian bawah tampak pucat, berwarna
kuning/jaundice pada sclera
c) Memeriksa apakah rahang pucat dan periksa juga keadaan gigi
d) Memeriksa dan meraba leher untuk mengetahui pembesaran kelenjar
tiroid, pembesaran pembuluh limfe dan pembesaran vena jugularis
g. Payudara
a) Amati bentuk, ukuran dan kesimetrisannya; payudara normal melingkar,
agak simetris, dan dapat dideskripsikan kecil, sedang, dan besar
b) Puting payudara menonjol atau masuk ke dalam
c) Adanya kolostrum atau cairan lain, misalnya ulkus
d) Retraksi akibat adanya lesi
e) Masa atau pembesaran pembuluh limfe
h. Abdomen
a) Memeriksa apakah ada bekas luka operasi
b) Mengukur tinggi fundus uteri menggunakan tangan bila usia kehamilan
> 12 minggu, atau pita ukuran bila usia kehamilan > 22 minggu
c) Melakukan palpasi untuk mengetahui letak presentasi, posisi, dan
penurunan kepala janin kalau lebih dari 36 minggu
Pemeriksaan Leopold :
Leopold I :
· Pemeriksaan menghadap kemuka ibu hamil
· Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus
· Konsistensi uterus
Leopold II :
· Menentukan batas samping rahim kanan-kiri
· Menentukan letak punggung janin
· Pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin
Leopold III :
· Menentukan bagian terbawah janin
· Apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk/ masih goyang
Leopold IV :
· Pemeriksa menghadap kea rah kaki ibu hamil
· Bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh
sudah masuk PAP
i. Tangan dan kaki
a) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema atau pucat pada kuku jari
b) Memeriksa dan meraba kaki untuk mengetahui adanya varises
c) Memeriksa refleks patela untuk melihat apakah terjadi gerakan hipo
atau hiper
j. Pemeriksaan panggul
a. Panggul : genital luar
a) Memeriksa labia mayora dan minora, klitoris, lubang uretra,
introitus vagina untuk melihat adanya tukak atau luka, varises,
cairan yang ada (warna, konsistensi, jumlah, bau)
b) Melakukan palpasi pada kelenjar bartolini untuk mengetahui
adanya pembengkakan masa atau cairan kista
b. Panggul : menggunakan speculum
a) Memeriksa serviks untuk melihat adanya cairan/darah, luka/lesi,
apakah serviks sudah membuka atau belum
b) Memeriksa dinding vagina untuk melihat adanya cairan/darah dan
luka
c. Panggul : pemeriksaan bimanual
a) Mencari letak serviks dan merasakan untuk mengetahui pembukaan
(dilatasi) dan rasa nyeri karena gerakan (nyeri tekan atau nyeri
goyang)
b) Menggunakan dua tangan, satu tangan di atas abdomen, dua jari di
dalam vagina untuk palpasi uterus. Ukuran, bentuk dan posisi,
mobilitas, rasa nyeri, serta adanya masa.
3. Auskultasi untuk mendengar denyut jantung janin (DJJ) :
a. Dari Janin :
a) Djj pada bulan ke 4-5
b) Bising tali pusat
c) Gerakan dan tendangan janin
b. Dari ibu :
a) Bising rahim
b) Bising aorta
c) Peristaltik usus
4. Pemeriksaan Dalam
a. Vaginal Toucher (VT)
b. Rectal Toucher (RT)
B. Diagnosa keperawatan
1. Risti perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
perubahan napsu makan, mual dan muntah
2. Risti defisit volume cairan berhubungan dengan perubahan napsu makan,
mual dan muntah
3. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan pergeseran diagfragma
sekunder kehamilan
4. Ketidaknyamanan berhubungan dengan perubahan fisik dan pengaruh
hormonal
5. Perubahan pola seksualitas berhubungan dengan perubahan struktur tubuh dan
ketidaknyamanan
6. Risti konstipasi berhubungan dengan penurunan peristaltik, penekanan uterus
7. kurangnya pengetahuan berhubungan dengan persiapan untuk persalinan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kunjungan Antenatal Care (ANC) adalah kunjungan ibu hamil ke bidan
atau dokter sedini mungkin semenjak ia merasa dirinya hamil untuk mendapatkan
pelayanan/asuhan antenatal. Pada setiap kunjungan antenatal (ANC), petugas
mengumpulkan dan menganalisis data mengenai kondisi ibu melaui anamnesis
dan pemeriksaan fisik untuk mendapatkan diagnosis kehamilan intrauterine, serta
ada tidaknya masalah atau komplikasi.
B. Saran
1. Bagi Pihak Puskesmas
Diharapkan bagi pihak puskesmas tegalrejo tetap mempertahankan
kelengkapan semua fasilitas sarana agar asuhan yang diberikan pada ibu
hamil dapat tercapai secara menyeluruh.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan bagi institusi pendidikan selalu memberikan bimbingan
dan arahan kepada mahasiswa dalam menjalani praktik klinik terutama
mengenai hal-hal baru yang ditemui mahasiswa dilahan praktik yang belum
didapatkan dipendidikan, sehingga kualitas pendidikan pun dapat
ditingkatkan.
3. Bagi Mahasiswa
· Diharapkan mahasiswa mampu dalam melakukan asuhan keperawatan
pada ibu yang hamil.
DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi FK Unpad Bandung.2007. Obstetri Fisiology.


Bandung: Elemen
DepKes RI. 2004. Asuhan Persalinan Normal . Jakarta : Departemen Kesehatan.
Hidayat, A.Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk
Kebidanan.Jakarta : Salemba Medika.
Manuaba. 2008. Kapita Selekta Penetalaksanaan Rutin Obstetri Genekolohi dan
KB. Jakarta: EGC
Muchtar, Rustam. 2007. Sinopsis Obstetri Fisiologi Obstetri Patologi Edisi:2.
Jakarta: EGC
Prawirohadjo, Sarwono. 2006. ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.
Saifuddin, Abdul Bahri. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawihardjo

Anda mungkin juga menyukai