Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ANTENATAL CARE DENGAN GANGGUAN PREEKLAMPSIA

A. Pengertian
Antenatal Care
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil
secara berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin, 2006).
Pemeriksaan ANC adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan
penanganan medik pada ibu hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan
yang aman dan memuaskan (Wibowo, 2007).
Dari definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa ANC atau pemeriksaan
kehamilan adalah pelayanan yang diberikan kepada wanita hamil dengan melakukan
pemeriksaan dan pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik
ibu hamil sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan air susu ibu
(ASI) dan kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
Preeklampsia
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan oedema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan.
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, oedema dan proteinuria
yang timbul karena.
Pre eklampsia adalah suatu sindrom klinik dalam kehamilan Urobie (usia kehamilan
> 20 minggu dan atau berat janin 500 gram) ditandai dengan hipertensi, proteinuria dan
oedema. Gejala ini dapat timbul sebelum kehamilan urobie pada penyakit tropobiasit.

B. Etiologi Preeklampsia
Apa yang menjadi penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui,  ada
pendapat yeng menerangkan penyebab yang sering terjadi yaitu :
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primgraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan
molahidatidosa.
2. Bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan
3. Dapat terjadi perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dan uterus.
4. Timbulnya hipertensi, edema proteinuria, kejang dan koma. Oleh karena itu tidak ada
karakteristik tertentu yang mengidentifikasikan wanita yang akan mengalami pre
eklampsia, akan tetapi ada beberapa faktor resiko yaitu primigravida, grande multi,
kehamilan ganda dan penyakit ginjal.

C. Klasifikasi Preeklampsia
Preeklampsia riangan dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Preeklampsia ingan bila disertai dengan keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring telentang,
atau kenaikan sistdik 30  mmHg atau lebih cara pengukuran sekurang-urangnnya
pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
b. Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka : atau kehamilan berat badan 1 kg lebih
atau lebih perminggu.
c. Proteinuria kwantitatif 0,3 gram atau lebih perliter :  kwalitatif 1 + atau 2 + pada urun
kater atau midstream.
2. Preeklampsia berat, bila disertai keadaan sebagai berikut :
a. Tekanan darah 16/110 mmHg atau lebih
b. Proteinuria 5 gram atau lebih perliter
c. Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500cc per 24 jam
d. Adanya gangguian serbral, gangguan visus, dan rasa nyeri di pigastrium.
e. Terdapat edema paru dan  sisanosis
D. Tujuan ANC
Pelayanan ANC dikemukakan beberapa tujuan antara lain :
a. Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
c. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan dan
kebidanan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh dan
berkembang secara normal.
g. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan
aspek keluarga berencana.
h. Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal (Sarwono, 2002).
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan
teknis 14 pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Saifuddin, 2006, secara keseluruhan
meliputi komponen- komponen sebagai berikut :
a. Mengupayakan kehamilan yang sehat.
b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan.
c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
d. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi.

E. Patofiologi Preeklampsia
Perubahan pada tekanan darah disebabkan spasmus pembuluh darah yang disertai
dengan retensi garam dan air, bila spesmus pembuluh darah ditemukan diseluruh tubuh,
maka tekanan darah yang meningkat merupakan usaha untuk mengatasi tekanan periver agar
kebutuhan oksigen dalam jaringan  dapat dicakup. 
Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan cairan yang
berlebihan dalam ruang intresititial belum diketahui sebabnya. Perubahan yang terjadi pada
ginjal disebabkan oleh aliran darah keginjal menurun, menyebabkan filtrasi glomerulus
berkurang sehingga menyebabkan diuresis turun dan pada kehamilan lanjut dapat terjadi
diguria atau anuria.
suatu keadaan hiperdinamika dimana temuan khas hipertensi dan proteinuria
merupakan akibat hiperfusi ginjal untuk mengendalikan sejumlah besar darah yang berfungs
diginjal, timbul reaksi vasospasme ginjal sebagai suatu mekanime protektif, sehingga akan
mengakibatkan keluhan nyeri kepala dan gangguan pengelihatan atau perubahan mental serta
tingkat kesadaran yang akan menjadi eklamspsia.
Patofisiologi pre eklapmsia setidaknya berkaitan pada perubahan fisiologi pada
kehamian. Hl yang dapat melatarbelakangi ibu hamil mengenai preeklampsia ringan adalah :
1. Faktor fisik
Ibu :
a. Primigravida, mekanisme kejadiannya tidak diketahui, namun kejadiannya
preeklampsia ringan pada ibu primigravida mencapai 85% (Cunningham, 2005 :
630). 
b. Ancmalia rahim yang menyebabkan gangguan perfusi plasenta sehingga perfusi
plasenta menurunkan dan mengakibatkan aktivitas sel endometrium kemudian
menyebabkan aktivitas orang perfusi.
Bayi :
Dengan terjadinya janin besar dan gemelli dapat menyebabkan gangguan dalam adaptasi
fisiologi pada kehamilan normal. Hal ini dapat menyebabkan vasospasme yang merupakan
sebagian mekanisme dasar tanda gejala yang menyertai pre eklampsia.

F. Perubahan Fisiologi Wanita Hamil


Hampir seluruh tubuh wanita mengalami perubahan, terutama pada pada alat kandung, dan
juga organ lainnya.
1. Uterus
Ukuran : karena hipertropi dan hyperplasia otot polos rahim 30 x 25 x 20 cm dengan
kapasitas 400 cc (pada kelamin cukup bulan).
Berat : dari 30 gr – 1000 gr
Bentuk dan konsistensi : bulan pertama ; alpukat, 4 bulan ; bulat, akhir kehamilan ;
bujur telur.
Posisi : Awal ; antefleksi/retrofleksi, 4 bulan ; berada pada rongga pelvis, akhir ;
rongga perut sampai hati.
Serviks : menjadi lunak yang disebut tanda “boodell”
2. Indung telur (ovarium)
• Ovulasi terhenti
• Masih terdapat korpus luteum gravidas sampai terbentuknya uri
3. Vagina dan vulva
• Vagina dan vulva terlihat lebih merah dan kebiruan
• Warna lipid pada vagina dan portio serviks disebut “tanda Chadwick”,
hipervaskularisasi.
4. Perubahan pada organ dan sistem lainnya :
1) Sistem sirkulasi darah
a. Volume darah, volume daran da volume plasma meningkat.
b. Protein darah, jumlah protein, albumin menurun, pada triwulan I secara bertahap
meningkat sampai akhir kehamilan
c. Hitung jenis dan Hb, Hematokrit menurun karena volume plasma darah eritrosit
meningkat untuk kebutuhan oksigen.
d. Nadi dan TD, TD menurun, nadi meningkat rata-rata 84x/mnt
e. Jantung, Pompa jantung meningkat pada triwulan I sampai menurun pada
minggu terakhir, EKG kadang memperlihatkan deviasi aksis ke kiri
2) Sistem pernapasan
a. Sesak dan napas pendek sampai usus tertekan ke arah diafragma akibat
pembesaran rahim.
b. Kapasitas vital paru meningkat.
c. Napas dalam dan yang lebih menonjol pernapasan dada
3) Sistem pencernaan
• Saliva meningkat, mual dan muntah
• Tonus otot saluran pencernaan menurun sehingga motilitas
• Muntah (emesis gravidarum) pada hari (morning sickness)
5. Tulang dan gigi
• Sendi panggul terasa lebih longgar sampai ligament dan melunak
• Kalsium maternal pada tulang panjang menurun untuk memenuhi kebutuhan kalsium
janin
6. Kulit
Terjadi hiperpigmentasi pada :
• Muka : cloasma gravida
• Payudara : putting susu dan areola payudara
• Perut : linea nigra
7. Kelenjar endokrin
• Kelenjar tiroid : dapat membesar sedikit
• Kelenjar hipofise : dapat membesar terutama lobus anterior
• Kelenjar adrenal : tidak satu berpengaruh ( - )
5. Payudara
• Payudara bertambah besar, tegang dan berat
• Dapat teraba noduli-noduli akibat hipertrofi kelenjar alveoli
• Bayangan vena lebih membiru
• Kaku dip eras keluar kolostrum berwarna kuning.
6. Metabolisme
• BMR meningkat 15 – 20% terutama trimester ketiga
• Kebutuhan protein meningkat untuk pertumbuhan fetus, payudara. Laktasi
• Sering haus, nafsu makan kuat, sering kencing.
• Kolesterol meingkat karena somatotoropin membentuk lemak.
• BB bumil meningkat 6,5 – 16 kg disebabkan oleh
- Janin, uri, air ketuban, uterus
- Payudara, uri, darah, lemak, protein, retensi urine.
• Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi

G. Manifestasi Klinik
1. Tanda Presumtif
 Supresi menstruasi
 Nausea, vomiting, morning sickness.
 Sering miksi
 Mammae bengkak terasa penuh
 Quickening (gerakan pertama kali yang dirasakan oleh ibu)
 Chadwicks ( + )
 Pigmen pada kulit
2. Tanda Mungkin
 Pembesaran abdomen
 Tanda hegar
 Ballotemen ( + )
 Perubahan pada serviks
 Braxton Hicks
 Tes kehamilan
3. Tanda Pasti
 Bunyi DJJ, Nadi 120 – 180
 Pergerakan fetal
 USG – hasil
 Ro – ada skeletal

H. Kunjungan Antenatal Care


Kebijakan program Depkes (2005) menganjurkan ibu hamil melaksanakan kunjungan
ANC minimal sebanyak 4 kali, yaitu sebagai berikut :
a. Kunjungan 1 / K1 ( Trimester 1)
K1 / kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. K1 dibedakan menjadi 2 yaitu K1 murni
(kunjungan pertama kali dilakukan pada waktu trimester satu kehamilan ) dan K1 akses
( kunjungan pertama kali diluar trimester satu selama masa kehamilan, dilakukan di
trimester II maupun di trimester III). Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada perawatan
antenatal adalah sebagai berikut:
1) Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan.
2) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
3) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
4) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
5) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi.
Pada kunjungan pertama adalah kesempatan untuk mengenali faktor risiko ibu dan janin.
Ibu diberitahu tentang kehamilannya, perencanaan tempat persalinan, juga perawatan bayi
dan menyusui. Informasi yang diberikan sebagai berikut :
1) Kegiatan fisik dapat dilakukan dalam batas normal.
2) Kebersihan pribadi khususnya daerah genitalia harus lebih dijaga karena selama
kehamilan terjadi peningkatan sekret vagina.
3) Pemilihan makan sebaiknya yang bergizi dan serat tinggi.
4) Pemakaian obat harus dikonsultasikan dahulu dengan tenaga kesehatan.
5) Wanita perokok atau peminum harus menghentikan kebiasaannya.
Cakupan K1 dibawah 70% (dibanding jumlah sasaran ibu hamil dalam kurun waktu satu
tahun) menunjukkan keterjangkauan pelayanan antenatal yang rendah, yang mungkin
disebabkan oleh pola pelayanan yang belum cukup aktif. Rendahnya K1 menunjukan
bahwa akses petugas kepada ibu masih perlu ditingkatkan.
b. Kunjungan 2 ( Trimester II)
Pada periode ini pemeriksaan dilakukan minimal 1 kali. Hendrawan (2008) menuturkan
mengingat manifestasi klinik kasus kegawatdaruratan obstetrik yang berbeda-beda dalam
rentang yang cukup luas, maka perlu dilakukan kunjungan ANC yang teratur. Pada
trimester II, ibu hamil diajurkan periksa kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan
28 minggu. Adapun tujuan pemeriksaan kehamilan di trimester II menurut Saifuddin
(2002) ialah sebagai berikut:
1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.
2) Penapisan pre-eklamsi gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
3) Mengulang perencanaan persalinan.
c. Kunjungan 3 dan 4 (Trimester III)
Pada periode ini pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu jika klien tidak mengalami
keluhan yang membahayakan dirinya dan atau kandungannya sehingga membutuhkan
tindakan segera. Rancangan pemeriksaan meliputi anamnesa terhadap keadaan normal
dan keluhan ibu hamil trimester III, pemeriksaan fisik (umum, khusus, dan tambahan
pada bulan ke-9 dilakukan pemeriksaan setiap minggu). Kelahiran dapat terjadi setiap
waktu oleh karena itu perlu diberikan petunjuk kapan harus datang ke rumah sakit.
Menurut wignjosastro (2002), jadwal kunjungan ulang selama hamil trimester III adalah
setiap dua minggu dan sesudah 36 minggu setiap satu minggu.

I. Penatalaksanaan Preeklampsia
1. Di puskesmas
a. Banyak istirahat
b. Diet : cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
c. Sedativa ringan : tablet phenobarbital 3x30 mg atau diazepam 3x2 m per oral
selama 7 hari
d. Roborantia
e. Kunjungan ulang setiap 1 minggu
f. Pemeriksaan laboratorium : Hemoglobin, hemotrokit, trombosit, urine lengkap,
asam urat darah, fungsi hati, fungsi ginjal.
2. Rawat Inap
a. Setelah 2 minggu pengobatan rawat jalan tidak menunjukkan adanya perbaikan dari
gejala-gejala pre eklampsia
b. Kenaikan berat badan ibu 1 kg atau lebih per minggu selama 2 kali berturut-turut (2
minggu)
c. Timbul salah satu atau lebih gejala atau tanda-tanda preeklampsia berat.
1) Bila setelah 1 minggu perawatan diatas tidak ada perbaikan maka preeklampsia
ringan dianggap sebagai preeklampsia berat.
2) Bila ada perawatan dirumah sakit sudah ada perbaikan penderita tetap dirawat
selama 2 hari lagi baru lalu dipulangkan. Perawatan lalu disesuaikan dengan
perawatan rawat.
3) Bila dalam perawatan di rumah sakit sudah ada perbaikan sebelum 1 minggu dan
kehanilan masih pre etrm maka teta lalu disesuaikan dengan perawatan rawat.
Perawatan obesitas pasien preeklampsia ringan :
1. Kehamilan pre aterm (kurang 37 minggu)
a. Bila desakan darah mencapai normotensif selama perawatan persalinan di
tunggu sampai aterm.
b. Bila desakan darah turun tetapi belum mencapai normotensif selama perawatan
maka kehamilannya dapat di akhiri pada umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
2. Kehamilan aterm
Persalinan ditunggu sampai terjadi obset persalinan atau di pertimbangankan untuk
melakukan persalinan pada taksiran tanggal persalinan.
3. Cara persalinan
Persalinan dapat dilakukan secara spontan. Bila perlu memperpendek kala II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Riwayat Keperawatan
1. Aktivitas atau istirahat
Tekanan darah agak lebih rendah dari pada normal ( 8 – 12 minggu), kembali pada
tingkat pra kehamilan selama setengah kehamilan teakhir. Denyut nadi dmeningkat 10
– 15 cm. murmur sistolik pendek dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan
volume, varises, sedikit edema ekstremitas bawah/tangan mungkin ada (terutama pada
trimester terakhir).
2. Integritas ego
Menunjukkan perubahan persepsi diri
3. Eliminasi
Perubahan pada konsistensi/frekuensi defekasi, peningkatan frekuensi perkemihan,
urinalisis, peningkatan berat jenis, hemoroid
4. Makanan/cairan
Mual dan muntah terutam apada trimester pertama : nyeri ulu hati umum terjadi,
penambahan BB 2 - 4 kg trimester pertama.
5. Nyeri/ketidaknyamanan
Kramkaki, nyeri tekan dan bengkak pada payudara, kontraksi Braxton hicks terlihat
setelah 28 minggu, nyeri punggung.
6. Pernapasan
Hidung tersumbat, mukosa lebih kental daripada normal, frekuensi pernapasan dapat
meningkat relative terhadap ukuran/tinggi uterus, pernapasan torakal.
7. Keamanan
Suhu 98 – 99,6 F (36,1 – 37,6 C), irama jantung janin terdengar dengan daptone
(mulai 10 – 12 minggu) atau fetoskop ( 17 – 20 minggu), gerakan janin terasa pada
pemeriksaan setelah 20 minggu, sensasi gerakan janin pada abdomen diantara 16 – 20
minggu, ballottement ada pada bukan keempat dan kelima.
8. Seksualitas
Penghentian menstruasi, perubahan respon/aktivitas seksual, leukarea mungkin ada,
peningkatan progresif pada ukuran uterus, perubahan payudara : pembesaran jaringan
adipose, peningkatan vaskularitas, lunak bila di palpasi, kolostrum dapat setelah 12
minggu, perubahan pigmentasi : kloasma, linea nigra, striae gravidarum, tanda-tanda
goodell, hegar, Chadwick positif.
9. Interaksi Sosial
Bingung/meragukan perubahan yang ada di antisipasi, tahap maturasi/perkembangan
bervariasi tapi dapat mundur dengan stressor kehamilan. Respons anggota keluarga
lain dapat bervariasi dari positif dan mendukung sampai disfungsional.
10. Penyuluhan/pembelajaran
Harapan individu terhadap kehamilan, persalinan/melahirkan tergantung pada usia,
tingkat pengetahuan, pengalaman, keinginan terhadap anak, stabilitas ekonomik.

B. Pemeriksaan Diagnostik
1. Golongan darah
2. ABO dan RH untuk mengidentifikasi resiko terhadap inkompatibilitas
3. Usap vagina/rectal
Tes untuk neisseria gonorrhoea, chlamydia
4. Tes serologi
Menentukan adanya sifilis, penyakit hubungan kelamin.
5. Skrining
Terhadap HIV, hepatitis, tuberkulosis
6. Titer rubella
> a : ad menunjukkan imunitas
7. Papanicoloan Smear
Mengidentifikasi neoplasia, herpeks simplex tipe II
8. Urinalisis
Skrin untuk kondisi medis (mis : pemastian kehamilan, infeksi, diabetes, penyakit
ginjal).

C. Diagnosa Keperawatan
D. Intervensi Keperawatan
1. Ansietas b/d adanya factor-faktor resiko khusus, krisis situasi, ancaman pada konsep
diri, konflik disadari dan tidak disadari tentang nilai-nilai esensial dan tujuan hidup,
kurang informasi.
Tujuan :
Kecemasan berkurang/hilang
Intervensi :
a. Kaji, sifat, sumber dan manifestasi kecemasan
R/ mengidentifikasi perhatian pada bagian khusus dan menentukan arah dan
kemungkinan pilihan / intervensi.
b. Berikan informasi tentang penyimpangan genetic khusus, resiko yang dalam
reproduksi dan ketersediaan tindakan/pilihan diagnosa.
R/ dapat menghilangkan ansietas berkenaan dengan ketidaktahuan dan membantu
keluarga mengenai stress, membuat keputusan, dan beradaptasi secara positif
terhadap pilihan.
c. Kembangkan sikap berbagi rasa secara terus menerus.
R/ kesempatan bagi klien/pasangan untuk memuji pemecahan situasi. Tingkat
kecemasan biasanya lebih tinggi pada pasangan yang telah melahirkan anak
dengan penyimpangan kromosom.
d. Berikan bimbingan antisipasi dalam hal perubahan fisik/psikologis.
R/ dapat menghilangkan kecemasan/ depresi pada pasangan.

2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d perubahan napsu makan, mual/muntah, tidak
mengenal peningkatan kebutuhan metabolic.
Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Intervensi :
a. Tentukan keadekuatan kebiasaan asupan nutrisi dulu/sekarang dengan
menggunakan batasan 24 jam, perhatikan kondisi rambut, kuku dan kulit
R/ kesejahteraan janin/ibu tergantung pada nutrisi ibu selama kehamilan
sebagaimana selama 2 tahun sebelum kehamilan
b. Berikan informasi tertulis/verbal yang tepat tentang diet prenatal dan suplemen
vitaminzat besi setiap hari.
R/ Meningkatkan kemungkinan klien memilih diet seimbang
c. Perhatikan adanya mengidam. Kaji pilihan bahan bukan makanan dan tingkat
motivasi untuk makanannya.
R/ memakan bahan bukan makanan pada kehamilan mungkin dibiasakan pada
kebutuhan psikologis, fenomena budaya, respon terhadap lapar, dan atau respon
tubuh terhadap kebutuhan nutrisi.
d. Timbang BB klien. berikan informasi tentang penambahan prenatal yang
optimum.
R/ ketidakadekuatan penambahan berat badan prenatal dan atau dibawah berat
badan normal masa kehamilan, meningkatkan resiko retardasi pertumbuhan
intrauterine (IUGR) pada janin dengan BBLR.
e. Tinjau ulang frekuensi dan beratnya mual/muntah.
R/ mual/muntah trimester pertama dapat berdampak negative pada status nutrisi
prenatal, khususnya pada periode kritis perkembangan janin.

3. Kekurangan volume cairan b/d output berlebihan (muntah), peningkatan kebutuhan


cairan.
Tujuan :
Kebutuhan volume cairan terpenuhi.
Intervensi :
a. Tentukan frekuensi/beratnya mual/muntah.
R/ peningkatan kadar hormone gonadotropin khorionik (HCG) perubahan
metabolisme KH dan penurunan motilistas gastric memperberat mual dan muntah
pada trimester pertama.
b. Tinjau ulang riwayat kemungkinan masalah medis lain (ex ; ulkus peptikum,
gastritis, kolesistitis)
R/ membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain. Untuk mengatasi
masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
c. Kaji suhu dan turgor kulit, membrane mukosa, TD, suhu, masukan/haluran.
R/ indikasi dalam membantu untuk mengevaluasi tingkat/kebutuhan hidrasi.
d. Anjurkan klien mempertahankan masukan/haluaran, tes urin dan penurunan BB
setiap hari.
R/ membantu dalam menentukan adanya muntah yang tidak dapat dikontrol.
e. Anjurkan peningkatan masukan minuman berkarbonat, makan enam kali sehari
dengan jumlah yang sedikit dan makanan tinggi karbohidrat (popcorn, roti kering
sebelum bangun tidur.
R/ membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan keasaman
lambung.

4. Resiko tinggi pola napas tidak efektif b/d penekanan/pergeseran diafragma.


Tujuan :
Pola pernapasan tak efektif tak terjadi.
Intervensi :
a. Kaji status pernapasan (mis : sesak napas pada pergerakan tenaga kesehatan)
R/ menentukan luas/beratnya masalah yang terjadi pada kira-kira 60% klien
normal meskipun kapasitas vital meningkat, fungsi pernapasan diubah saat
kemampuan difragma untuk turun pada inspirasi berkurang oleh pembesaran
uterus.
b. Dapatkan riwayat dan pantau masalah medis yang terjadi/ ada sebelumnya (mis :
alergi, rhinitis, asthma, masalah sinus, dan tuberculosis).
R/ masalah lain dapat terus mengubah pola pernapasan dan menurunkan
oksigenasi jaringan ibu/janin.
c. Berikan informasi tentang rasional untuk kesulitan pernapasan dan program
aktivitas latihan yang realistis. Anjurkan sering istirahat, tambah waktu untuk
melakukan aktivitas tertentu, dan latihan ringan seperti berjalan.
R/ menurunkan kemungkinan gejala-gejala pernapasan yang disebabkan oleh
kelebihan.
d. Tinjau ulang tindakan yang dapat dilakukan pasien untuk mengurangi masalah :
mis ; postur yang baik, menghindari merokok, makan sedikit tapi lebih sering,
dengan menggunakan posisi semi – fowler, untuk duduk atau tidur bila gejala
berat.
R/ postur yang baik dan makan sedikit membantu memaksimalkan penurunan
diafragmatik meningkatkan ketersediaan ruang untuk ekspansi paru. Merokok
menurunkan persediaan oksigen untuk pertukaran ibu-janin, pengubahan posisi
tegak dapat meningkatkan ekspansi paru sesuai penurunan uterus gravid.
5. Perubahan eliminasi urin b/d penekanan pada vesika urinaria.
Tujuan :
Intervensi :
a. Berikan informasi tentang perubahan perkemihan sehubungan dengan trimester
ketiga.
R/ membantu klien memahami alas an fisiologi dan frekuensi berkemih
dan/nokturia pembesaran uterus trimester ketiga menurunkan kapasitas kandung
kemih mengakibatkan sering berkemih.
b. Berikan informasi mengenaia perlunya masukan cairan 6 – 8 gelas sehari.
R/ mempertahankan tingkat cairan dan perfusi ginjal adekuat yang mengurangi
natrium diet untuk mempertahankan status isotonik
c. Berikan informasi mengenai bahaya menggunakan diuretic dan penghilangan
natrium dan diet.
R/ kehilangan/pembatasan natrium dapat menekan regulator rennin-angiotensin-
aldosteron dan kadar cairan, mengakibatkan dehidrasi/hipovolemia berat.
d. Anjurkan klien untuk melakukan posisi miring kiri saat tidur, perhatikan keluhan-
keluhan nokturia.
R/ meningkatkan perfusi ginjal memobilisasi bagian yang mengalami edema
dependent, edema berkurang pada pagi hari pada kasus edema fisiologi.
e. Anjurkan klien untuk menghindari posisi tegak atau supine dalam waktu yang
lama.
R/ posisi ini memungkinkan terjadinya sindrom vena cava dan menurunkan aliran
vena.

6. Gangguan pola tidur b/d stress psikologik, perubahan pola tingkat aktivitas, sesak.
Tujuan :
Pola tidur teratur.
Intervensi :
a. Tinjau ulang kebutuhan perubahan tidur normal berkenaan dengan kehamilan,
teruskan pola tidur saat ini.
R/ membantu mengidentifikasi kebutuhan menetapkan pola tidur yang berbeda
waktu tidur malam dan tidur siang lebih dini.
b. Kaji tingkat insomnia dan respons klien terhadap penurunan tidur, anjurkan alat
Bantu untuk tidur seperti teknik relaksasi, membaca, mandi air hangat, dan
penurunan aktivitas tepat sebelum beristirahat.
R/ ansietas yang berlebihan, kegembiraan, ketidaknyamanan fisik, nokturia, dan
aktivitas janin dapat mempersulit tidur.
c. Perhatikan keluhan kesulitan bernapas karena posisi. Anjurkan tidur pada posisi
semi fowler.
R/ pada posisi rekumben, pembesaran uterus serta organ abdomen menekan
diafragma hingga membatasi ekspansi paru, penggunaan posisi semi fowler
memungkinkan diafragma menueun, membantu mengembangkan ekspansi paru
dengan optimal.

7. Nyeri b/d perubahan fisik, pengaruh hormonal


Tujuan :
Nyeri berkurang/hilang
Intervensi :
a. Kaji secara terus menerus ketidaknyamanan klien.
R/ data dasar terbaru untuk merencanakan perawatan
b. Kaji status pernapasan klien.
R/ penurunan kapasitas pernapasan saat uterus menekan diafragma,
mengakibatkan dispnea khususnya pada multigravida, yang tidak mengalami
kelegaan dengan ikatan antara bayi dalam kandungannya.
c. Perhatikan adanya keluhan ketegangan pada punggung dan perubahan cara jalan.
R/ lordosis dan regangan otot disebabkan pengaruh hormone (relaxing-
progesteron) pada sambungan pelvis dan perpindahan pusat gravitasi sesuai
dengan pembesaran uterus.
d. Perhatikan adanya kram pada kaki. Anjurkan klien untuk meluruskan kaki dan
mengangkat telapak kaki bagian dalam ke posisi dorsofleksi, menurunkan
masukan susu, sering mengganti posisi dan menghindari berdiri/duduk lama.
R/ menurunkan ketidaknyamanan berkenaan dengan perubahan kadar kalsium/
ketidakseimbangan kalsium-fosfor atau karena tekanan dari pembesaran uterus,
pada saraf yang menyuplai ekstremitas bawah.
e. Kaji adanya/frekuensi konsistensi Braxton hicks. Berikan informasi mengenai
fisiologi aktivitas uterus.
R/ kontraksi ini dapat menciptakan ketidaknyamanan pada multigravida pada
trimester II maupun ke-III. Primigravida biasanya tidak mengalami
ketidaknyamanan ini sampai trimester akhir. Saat efek perubahan progesterone
pada aktivitas uterus menurun dan kadar oksitosin meningkat.

8. Kelebihan volume cairan b/d perubahan, mekanisme regulator, retensi natrium/air.


Tujuan :
Kelebihan volume cairan teratasi.
Intervensi :
a. Pantau berat badan secara teratur.
R/ mendeteksi perubahan berat badan kelebihan dan retensi cairan yang tidak
kelihatan yang potensial patologis.
b. Kaji adanya tanda-tanda HAK, perhatikan tekanan darah, pantau lokasi/luasnya
edema, masukan atau haluaran cairan.
R/ indicator edema patologis, meskipun HKK karena retensi cairan berlebihan
biasanya tidak terlihat sampai akhir minggu ke-10 kehamilan, dapat terjadi diawal
khususnya pada klien dengan frekuensi predisposisi seperti DM, penyakit ginjal.
c. Berikan informasi tentang diet (mis ; peningkatan protein, tidak menambahkan
garam meja, menghindari makanan dan minuman tinggi natrium).
R/ nutrisi adekuat, khususnya peningkatan protein menurunkan kemungkinan
HAK natrium berlebihan dapat memperberat retensi air (terlalu sedikit natrium
dapat mengakibatkan dehidrasi).
d. Anjurkan meninggikan ekstremitas secara periodic selama sehari.
R/ edema fisiologis dari ektremitas bawah terjadi di penghujung hari adalah
normal, tetapi harus dapat diatasi dengan tindakan sederhana.

9. Intoleransi aktivitas b/d kelemahan.


Tujuan :
Klien dapat toleransi terhadap aktivitas.
Intervensi :
a. Tentukan siklus tidur bangun yang normal dan komitmen terhadap pekerjaan,
keluarga, komunitas dan diri sendiri.
R/ membantu menyusun prioritas yang realistic dan waktu untuk menguji
komitmen.
b. Anjurkan tidur siang 1 sampai 2 jam setiap hari.
R/ istirahat untuk memenuhi kebutuhan metabolic berkenaan dengan
pertumbuhan jaringan ibu/janin.
c. Pantau kadar Hb. Jelaskan peran zar besi dalam tubuh ; anjurkan mengkonsumsi
suplemen zat besi setiap hari, sesuai indikasi.
R/ kadar Hb rendah mengakibatkan kelelahan lebih besar karena penurunan
jumlah pembawa oksigen.
DAFRTAR PUSTAKA

Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan. EGC. Jakarta

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri Jilid I. EGC. Jakarta

Saifudin, Abdul Bari dkk 2002 Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Wiknjosastro, Hanifa. dkk. 2005. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo. Jakarta.

Sukarni, dkk. 2013. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Nuha Medika : Yogyakarta

http://bangiwell.blogspot.com/2012/05/asuhan-kebidanan-pada-ibu-hamil-dengan.html

Anda mungkin juga menyukai