Anda di halaman 1dari 35

HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI KOPI DENGAN

TERJADINYA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA


PUSKESMAS TALISE KELURAHAN TONDO
KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

Proposal Penelitian

Oleh:
Siti Rahmadianti Efendi
NIM: PO7120318052

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALU


JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM
STUDI SARJANA TERAPAN
2022
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................I
DAFTAR ISI....................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................5
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Teori Tentang Hipertensi
1. Definisi Hipertensi..............................................................................6
2. Klasifikasi Hipertensi..........................................................................7
3. Gejala Hipertensi.................................................................................8
4. Etiologi Hipertensi..............................................................................9
5. Komplikasi Hipertensi.........................................................................11
6. Pencegahan Hipertensi........................................................................12
7. Penatalaksanaan Hipertensi.................................................................13
B. Konsep Teori Tentang Kopi
1. Definisi Kopi.......................................................................................13
2. Jenis-Jenis Kopi...................................................................................13
3. Kandungan Kafein Dalam Kopi..........................................................15
C. Kerangka Konsep....................................................................................16
D. Hipotesis Penelitian.................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rencana Penelitian..................................................................17
B. Lokasi dan Waktu Penelitian...................................................................17
C. Populasi dan Sampel...............................................................................17
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional.........................................18
E. Pengumpulan Data...................................................................................19
F. Pengolahan Data......................................................................................21
G. Analisis Data...........................................................................................22
H. Penyajian Data........................................................................................22
I. Etika Penelitian.........................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kopi menjadi salah satu minuman paling populer dan digemari di semua

kalangan. Kopi adalah minuman yang harus dinikmati setiap hari baik kalangan

elit maupun kalangan menengah ke bawah. Kebiasaan ini dimulai dari segelas

hingga minum kopi lebih dari 4 cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah

sistolik sekitar 10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg.

Di sisi lain, kopi sering dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko penyakit

jantung coroner, termasuk meningkatkan tekanan darah dan kadar kolestrol darah

karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan kafein. Kafein

dikatakan sebagai penyebab berbagai penyakit khususnya hipertensi (Difran &

Yanis, 2018).

Kafein dapat menstimulasi jantung untuk bekerja lebih cepat sehingga

mengalirkan lebih banyak cairan setiap detiknya. Kebiasaan minum kopi

didapatkan dari 1 cangkir kopi mengandung 75-400 mg kafein, sehingga minum

kopi lebih dari 4 cangkir sehari dapat meningkatkan tekanan darah sistolik sekitar

10 mmHg dan tekanan darah diastolik sekitar 8 mmHg (Rahmawati & Daniyati,

2018).

Gaya hidup modern yang mengagungkan sukses dan kerja keras dalam

situasi tekanan dan stress yang berkepanjangan merupakan hal yang paling umum

serta kurangnya berolahraga dan berusaha mengatasi stresnya dengan merokok,

1
2

minum alkohol dan kopi, padahal semuanya termasuk dalam daftar penyebab

meningkatkan risiko hipertensi (Kemenkes RI, 2019).

Hasil analisis WHO di dunia pada tahun 2019 diperkirakan sebanyak 1,28

miliar orang dewasa menderita hipertensi di seluruh dunia, dimana sebagian besar

masyarakat tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah (World Health

Organization, 2021).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2018 menunjukkan

peningkatan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan jumlah penduduk sekitar

260 juta adalah 34,1% dibandingkan 27,8% pada Riskesdas tahun 2013.

Prevalensi hipertensi berdasarkan hasil pengukuran pada penduduk usia >18

tahun di Indonesia didapatkan 658.201 penderita terdiagnosa hipertensi dengan

angka tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat yaitu sebanyak 131.153 penderita

dan angka terendah berada di Provinsi Kalimantan Utara yaitu sebanyak 1.675

penderita. Sedangkan Sulawesi Tengah sebesar 7.221 penderita hipertensi (Riset

Kesehatan Dasar, 2018).

Hasil survey Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah tahun 2021,

jumlah estimasi penderita hipertensi yang mendapat pelayanan kesehatan urutan

pertama tertinggi yaitu Kabupaten Morowali sebanyak 8.856 penderita hipertensi,

dan terendah yaitu Kabupaten Tojo Una Una sebanyak 1.198 penderita hipertensi.

Sedangkan Kota Palu urutan kesembilan sebanyak 6.647 penderita hipertensi

(Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah, 2021).

Data Puskesmas Talise pada tahun 2018 melaporkan bahwa jumlah


3

penderita hipertensi berjumlah 1041 orang. Kemudian pada tahun 2019, jumlah

penderita hipertensi meningkat menjadi 1216 orang. Lalu pada tahun 2020,

jumlah penderita hipertensi meningkat lagi menjadi 2078 orang. Setelah itu pada

tahun 2021, jumlah penderita hipertensi meningkat 2 kali lipat sebanyak 5.821

orang.

Berdasarkan hasil survey di 4 Posbindu Kelurahan Tondo Wilayah Kerja

Puskesmas Talise pada tahun 2020 penderita hipertensi yang pergi berkunjung ke

Posbindu berjumlah 125 penderita dari total 214 penderita. Maka, ada 89

penderita hipertensi yang tidak berkunjung ke Posbindu, penyebab dari jumlah 89

penderita yang tidak berkunjung ke Posbindu yaitu tidak adanya kendaraan, tidak

adanya keluarga yang mengantar untuk kontrol karena sibuk bekerja, dan tidak

ada kemauan untuk kontrol.

Hasil penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Maryani (2018)

mengenai hubungan perilaku merokok dan pola konsumsi kopi dengan terjadinya

hipertensi di Puskesmas Singgani menunjukkan bahwa adanya hubungan

kebiasaan minum kopi dengan terjadinya hipertensi (Maryani, 2018).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Martiani (2012) mengenai hubungan

antara factor risiko hipertensi ditinjau dari kebiasaan minum kopi menunjukkan

bahwa adanya hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi

yang dipengaruhi oleh lama mengonsumsi kopi, jenis minuman yang dikonsumsi,

dan frekuensi mengonsumsi kopi (Martiani, 2012).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Difran & Yanis menunjukkan bahwa
4

diperoleh 40 responden yang mengonsumsi kopi yang mengalami hipertensi

stadium 1 (17,5%) dan yang mengalami hipertensi stadium 2 (2,5%) (Difran &

Yanis, 2018).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mullo, dkk (2018) mengenai

hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi di Wilayah

Kerja Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado menunjukkan bahwa tidak adanya

hubungan antara kebiasaan minum kopi dengan kejadian hipertensi (Mullo, dkk.

2018).

Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada 3 orang penderita

hipertensi adalah 2 orang mengatakan bahwa sering mengonsumsi makanan asin,

merokok, mengonsumsi kopi, tidak mengonsumsi minuman beralkohol, dan

kurang berolahraga. Kemudian 1 orang lainnya mengatakan bahwa ia tidak lagi

mengonsumsi makanan asin, tidak mengonsumsi minuman beralkohol dan kopi,

tapi ia merokok dan kurang berolahraga.

Konsumsi kopi secara teratur tidak terkait dengan dampak pada tekanan

darah yang mungkin disebabkan oleh toleransi kafein yang berkembang ketika

seseorang terbiasa meminum kopi. Sedikit peningkatan tekanan darah dapat

terjadi setelah minum secangkir kopi terutama jika jarang meminumnya (Ansley,

2018). Sehingga dapat disimpulkan bahwa jika seseorang terbiasa mengonsumsi

kopi seiring berjalannya waktu tubuh menjadi toleran terhadap efek stimulan

kafein dalam kopi sehingga tidak menimbulkan peningkatan tekanan darah.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk


5

melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Perilaku Konsumsi Kopi Dengan

Terjadinya Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Talise Kecamatan

Mantikulore Kota Palu Tahun 2022.”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apakah terdapat hubungan

perilaku minum kopi dengan terjadinya hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Tahun 2022?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan minum kopi dengan

terjadinya hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore

Kota Palu Tahun 2022.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Untuk memberikan pengetahuan dan referensi yang diperlukan

untuk mengembangkan ilmu khususnya di bidang kesehatan tentang

hubungan minum kopi dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Talise

Kecamatan Mantikulore Kota Palu Tahun 2022.

2. Manfaat untuk profesi

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dalam

membuat karya ilmiah, menambah pengetahuan peneliti di bidang kesehatan,

serta untuk menjadi sumber referensi bagi penelitian selanjutnya.

3. Manfaat untuk responden penelitian


6

Untuk menjadi bahan masukan dalam mengambil pengendalian,

kebijakan dalam menunjang pelaksanaan kesehatan dan dapat melakukan

pencegahan timbulnya kenaikan hipertensi, sehingga dapat meningkatkan

produktivitas dan kualitas kesehatan.

3. Manfaat untuk masyarakat

Untuk menambah pengetahuan dan pengertian masyarakat tentang

minum kopi yang dapat berpengaruh pada hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Tahun 2022.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Tentang Hipertensi

1. Definisi hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu peningkatan tekanan

darah di dalam arteri. Dimana Hiper artinya berlebihan, dan Tensi yang

artinya tekanan/tegangan, jadi hipertensi merupakan gangguan pada system

peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai

normal (Musakkar & Djafar, 2020).

Hipertensi juga dijuluki sebagai silent killer atau pembuluh diam-diam

karena penyakit ini tidak memiliki gejala spesifik dapat menyerang siapa saja,

dan kapan saja, serta dapat menimbulkan degeneratif, hingga kematian.

Menurut beberapa penelitian, orang yang menderita hipertensi memiliki

peluang 12 kali lebih besar untuk terkena stroke dan 6 kali lebih besar untuk

terkena serangan jantung (Sari, 2017).

Hipertensi atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit darah

tinggi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah diatas

ambang batas normal yaitu 120-80 mmHg. Batas tekanan darah yang masih

dianggap normal adalah kurang dari 130/80 mmHg. Bila tekanan darah sudah

lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan hipertensi (Batas tersebut untuk orang

dewasa diatas 18 tahun) (Sari, 2017).

7
17

2. Klasifikasi hipertensi

Klasifikasi tekanan darah bagi orang dewasa usia 18 tahun ke atas

yang tidak sedang dalam pengobatan tekanan darah tinggi dan tidak menderita

penyakit serius dalam jangka waktu tertentu menurut seven report of the joint

national committee VII (JNC VII) on prevention, detection, evaluation and

treatment of high blood pressure adalah sebagai berikut.

Tabel 3.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC VII

Kategori Sistolik Diastolik

Normal < 120 < 80

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi ≥ 140 ≥ 90

Stadium 1 140-159 90-99

Stadium 2 160 – ≥180 100 – ≥110

Sumber: Setiawan, W. & Noviyanti, 2015

National Institute of Health, sebuah lembaga kesehatan nasional di

Amerika Serikat mengklasifikasikan tekanan darah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Klasifikasi Hipertensi menurut National Institute of Health

Kategori Sistolik Diastolik

Normal ≤119 ≤79

Prahipertensi 120-139 80-89

Hipertensi derajat 1 140-159 90-99


17

Hipertensi derajat 2 ≥160 ≥100

Sumber: Setiawan, W. & Noviyanti, 2015

Berdasarkan pengukuran tekanan darah sistolik dan tekanan darah

diastolik di klinik, pasien digolongkan menjadi sesuai dengan tabel berikut.

Tabel 2.3 Klasifikasi Hipertensi menurut Perhimpunan Dokter Hipertensi

Indonesia (2019)

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik

Optimal < 120 < 80

Normal 120-129 80-84

Normal – Tinggi 130-139 85-89

Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99

Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109

Hipertensi Derajat 3 ≥180 ≥110

Hipertensi Sistolik Terisolasi ≥140 < 90

Sumber: ESC/ESH Hypertension Guidelines. 2018

3. Gejala hipertensi

Tanda dan gejala Hipertensi menurut Salma (2020), yaitu:

a. Sakit kepala (biasanya pada pagi hari sewaktu bangun tidur).

b. Bising (bunyi “nging”) di telinga.

c. Jantung berdebar-debar.

d. Penglihatan kabur.
17

e. Mimisan.

f. Tidak ada perbedaan tekanan darah walaupun berubah posisi (Salma,

2020).

4. Etiologi hipertensi

Ada 2 macam hipertensi menurut Musakkar & Djafar (2021), yakni

sebagai berikut.

a. Hipertensi esensial adalah hipertensi yang sebagian besar tidak diketahui

penyebabnya. Sekitar 10-16% orang dewasa yang mengidap penyakit

tekanan darah tinggi ini.

b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya.

Sekitar 10% orang yang menderita hipertensi jenis ini (Musakkar &

Djafar, 2020).

Beberapa penyebab hipertensi menurut Musakkar & Djafar (2021)

antara lain sebagai berikut.

a. Keturunan

Jika seseorang memiliki orang tua atau saudara yang mengidap

hipertensi maka besar kemungkinan orang tersebut menderita hipertensi.

b. Usia

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa semakin berta,bah usia

seseorang maka tekanan darah pun akan meningkat.

c. Garam

Garam dapat meningkatkan tekanan darah dengan cepat pada


17

beberapa orang.

d. Kolestrol

Kandungan lemak yang berlebih dalam darah dapat menyebabkan

timbunan kolestrol pada dinding pembuluh darah, sehingga

mengakibatkan pembuluh darah menyempit dan tekanan darah pun akan

meningkat.

e. Obesitas/kegemukan

Orang yang memiliki 30% dari berat badan ideal memiliki risiko

lebih tinggi mengidap hipertensi.

f. Stres

Stres merupakan masalah yang memicu terjadinya hipertensi

dimana hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas

saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara

intermiten (tidak menentu).

g. Rokok

Merokok dapat memicu terjadinya tekanan darah tinggi, jika

merokok dalam keadaaan menderita hipertensi maka akan dapat memicu

penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

h. Kafein

Kafein yang terdapat pada kopi, teh, ataupun minuman bersoda

dapat meningkatkan tekanan darah.

i. Alkohol
17

Mengonsumsi alcohol yang berlebih dapat meningkatkan tekanan

darah.

j. Kurang olahraga

Kurang berolahraga dan bergerak dapat meningkatkan tekanan

darah, jika menderita hipertensi agar tidak melakukan olahraga berat

(Musakkar & Djafar, 2020).

5. Komplikasi hipertensi

Hipertensi yang tidak teratasi dapat menimbulkan komplikasi yang

berbahaya menurut Septi Fandinata (2020) yaitu seperti berikut ini.

a. Payah jantung

Kondisi jantung yang tidak lagi mampu memompa darah untuk

memenuhi kebutuhan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan pada

otot jantung atau system listrik jantung.

b. Stroke

Tekanan darah yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan pembuluh

darah yang sudah lemah pecah. Jika hal ini terjadi pada pembuluh darah

otak maka akan terjadi pendarahan pada otak dan mengakibatkan

kematian. Stroke bisa juga terjadi karena sumbatan dari gumpalan darah

di pembuluh darah yang menyempit.

c. Kerusakan ginjal

Menyempit dan menebalnya aliran darah menuju ginjal akibat

hipertensi dapat menganggu fungsi ginjal untuk menyaring cairan


17

menjadi lebih sedikit sehingga membuang kotoran kembali ke darah.

d. Kerusakan penglihatan

Pecahnya pembuluh darah pada pembuluh darah di mata karena

hipertensi dapat mengakibatkan penglihatan menjadi kabur, selin itu

kerusakan yang terjadi pada organ lain dapat menyebabkan kerusakan

pada pandangan yang menjadi kabur (Septi, F. S. & Ernawati, L., 2020).

6. Pencegahan hipertensi

Pencegahan hipertensi yang dapat dilakukan menurut Ernawati (2020)

adalah sebagai berikut.

a. Mengurangi asupan garam (kurang dari 5 gram setiap hari).

b. Makan lebih banyak buah dan sayuran.

c. Aktifitas fisik secara teratur.

d. Menghindari penggunaan rokok.

e. Membatasi asupan makanan tinggi lemak jenuh.

f. Menghilangkan/mengurangi lemak trans dalam makanan (Ernawati,

2020).

7. Penatalaksanaan hipertensi

Menurut Righo (2018) penatalaksanaan hipertensi ada 2 yaitu

farmakologi dan non farmakologi.

a. Farmakologi

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau pemilihan obat

anti hipertensi yaitu sebagai berikut.


17

1. Mempunyai efektivitas yang tinggi.

2. Mempunyai toksitas dan efek samping ringan atau minimal.

3. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.

4. Tidak menimbulkan intoleransi.

5. Harga obat relatif murah sehingga terjangkau oleh klien.

6. Memungkinkan penggunaan jangka panjang (Righo, 2014).

B. Konsep Teori Tentang Kopi

1. Pengertian kopi

Kopi merupakan tanaman yang tumbuh di dataran rendah dan dataran

tinggi. Ketinggian minimum untuk menanam kopi adalah 500 meter di atas

permukaan laut (mdpl), dan ketinggian maksimum dimana kopi masih bisa

tumbuh dan berbuah dengan baik adalah 2000 mdpl (Warta Ekspor, 2018).

2. Jenis-jenis kopi

Terdapat 2 jenis kopi yang paling banyak ditanam di Indonesia, yaitu

robusta dan arabika. Robusta merupakan jenis kopi yang lebih tahan iklim

panas, sehingga bisa ditanam di dataran yang lebih rendah, berbeda dengan

kopi Arabika yang menuntut dataran yang lebih tinggi, suhu di lokasi

penanaman pun sebaiknya berkisar anatara 14-24 derajat Celcius (Warta

Ekspor, 2018).

Dari segi bentuk, biji kopi jenis robusta lebih bulat dan arabika

cenderung lebih lonjong. Pada struktur bijinya, keduanya juga terdapat


17

perbedaan, sehingga proses roasting yang digunakan tidak sama. Kebanyakan

Kopi Arabika memiliki aroma yang wangi seperti buah-buahan atau bunga-

bungaan. Beberapa disertai aroma kacang-kacangan. Rasanya pun lebih halus

dan penuh (Warta Ekspor, 2018).

Ada berbagai cara untuk mengolah biji kopi agar dapat memunculkan

rasa spesifik dari setiap kopi. Rasa spesifik yang dihasilkan kopi berbeda tidak

hanya berdasarkan cara pengolahan biji kopi, tetapi juga daerah dari mana

kopi tersebut berasal (Warta Ekspor, 2018).

Kopi yang sejak ditanam dipelihara dengan baik, dipetik dalam

kondisi matang, ketika bijinya merah, serta melewati proses panen dan

pascapanen yang baik, akan menghasilkan kopi dengan kualitas tinggi.

Setelah melewati proses penilaian cupping score, maka sebuah kopi bisa

disebut specialty grade coffee, yang dapat meningkatkan harga jual kopi

(Warta Ekspor, 2018).

Specialty coffee paling terkenal yang berasal dari Indonesia adalah

kopi luwak yakni biji kopi yang telah melewati proses fermentasi melalui

system pencernaan hewan luwak. Selain kopi luwak, Indonesia juga memiliki

specialty coffee lainnya, yaitu Kopi Gayo, Kopi Java, Kopi Toraja, Kopi

Lintong, Kopi Bali Kintamani, Kopi Mandailing, Kopi Flores, dan Kopi

Bajawa (Warta Ekspor, 2018).

3. Kandungan Kafein dalam Kopi


17

Kafein (1,3,7-trimethilxantin) adalah sejenis purin psikostimulan

alkaloid berbentuk serbuk putih atau bentuk jarum mengkilat; biasanya

menggumpal; tidak berbau; rasa pahit, memiliki titik lebur pada 235-237◦C.

Kafein agak sukar larut dalam air, etanol dan eter. Akan tetapi kafein mudah

larut dalam kloroform dan lebih larut dalam asam encer (Soraya, 2018).

Kafein diketahui memiliki ketergantungan dan memiliki efek positif

pada tubuh manusia dengan dosis rendah yaitu ≤400 mg seperti peningkatan

gairah, peningkatan kegembiaraan, kedamaian dan kesenangan. Selain

memberikan efek positif, kafein juga dapat memberikan efek negatif bagi

tubuh manusia. Penggunaan kafein secara berlebihan dapat menyebabkan

kecanduan jika dikonsumsi dalam jumlah banyak dan rutin (Wilson, 2018).

Hasil penelitian yang dilakukan Aprilia (2018) mengenai kandungan

kafein pada kopi arabika dan robusta, yaitu 0,97% Arabika dan 1,42%

Robusta dari total berat sampel sebanyak 1 gram. Sedangkan menurut

Caracostea (2020) mendapatkan hasil kadar kafein 1,54% arabika dan 1,82%

robusta dari total berat sampel yang sama.

Penelitian dilakukan Johannes (2021) yang menggunakan sampel kopi

arabika dipisahkan berdasarkan tingkat kematangannya, didapatkan hasil

bahwa kadar kafein tertinggi sebesar 1,285% terdapat pada tingkat

kematangan kopi setengah tua/sedang yang berwarna kuning-jingga dan kadar

kafein terendah sebesar 1,115% terdapat pada kopi arabika dengan tingkat

kematangan muda yang berwarna hijau


17

Kandungan kafein kopi arabika lebih rendah dibandingkan dengan

robusta, yakni 0,8-1,4%, sehingga tidak terlalu pahit namun memiliki tingkat

keasaman yang lebih tinggi (Warta Ekspor, 2018).

C. Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini, peneliti menyusun kerangka konsep mengenai

hubungan perilaku konsumsi kopi dengan terjadinya hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Tahun 2022.

Variabel Independen Variabel Dependen

Perilaku Konsumsi Kopi Terjadinya Hipertensi


Gambar 2.1 Alur Kerangka Konsep

D. Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan perilaku konsumsi kopi dengan terjadinya hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Tahun

2022.

2. Tidak ada hubungan perilaku konsumsi kopi dengan terjadinya hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu

Tahun 2022.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rencana Penelitian

Dalam rencana penelitian ini, peneliti akan menggunakan survey analitik

dengan metode Cross Sectional Study dengan maksud untuk melihat hubungan

anatara perilaku konsumsi kopi dengan terjadinya hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore Kota Palu Tahun 2022 dimana variable

independen dan variable dependen diteliti secara bersamaan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Talise

Kecamatan Mantikulore Kota Palu.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2022.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam rencana penelitian ini adalah seluruh pasien hipertensi

yang datang berobat ke Puskesmas Talise pada bulan Juli 2022 yang

berjumlah 125 orang.

2. Sampel

Sampel dalam rencana penelitian ini adalah sebagian pasien yang

datang berobat ke Puskesmas Talise pada bulan Juli 2022. Dalam hal ini,

18
19

sampel dianggap dapat mewakili populasi pada saat penelitian.

Simple Random Sampling adalah teknik penarikan sampel dengan

memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk

menjadi sampel penelitian (Nursalam, 2015).

Besar sampel dalam penelitian ini ditentukan melalui Rumus Slovin:

N
n=
1+ N (e)

Keterangan:

n = besar sampel

N = besar populasi

e = nilai kesalahan/eror 1% (0,01), 5% (0,05), 10% (0,1)

125
n= 2
1+125(0,1)

125
n=
1+125(0,01)

125
n=
1+1,25

125
n=
2,25

n = 55,5 dibulatkan menjadi 56.

Jadi, sampel pada rencana penelitian ini adalah berjumlah 56 responden.


24

D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Independen

a) Perilaku Konsumsi Kopi

Definisi : Minum kopi adalah banyaknya kopi yang mengandung kafein

diminum oleh responden.

Alat ukur : Kuisioner.

Skala ukur : Ordinal.

Hasil ukur :

0 = banyak mengonsumsi kopi, jika responden sering mengonsumsi

kopi ≥2 gelas/hari atau ≥400 ml/hari

1 = tidak banyak mengonsumsi kopi, jika responden mengonsumsi

kopi <2 gelas/hari atau >400 ml/hari

2. Variabel Dependen

a) Hipertensi

Definisi : Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah di atas

angka normal.

Alat ukur : Tensi meter

Skala ukur: Ordinal.

Hasil ukur :

0 = Mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal

1 = Tidak mengalami peningkatan tekanan darah diatas

normal
24

E. Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengumpulan data,

lansung pada subjek sebagai sumber informasi (Saryono, 2013).

a) Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang di ukur (Polit & Beck, 2012). Validitas

merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat valid suatu

instrument, sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur

apa yang diinginkan dengan hasil r hitung > r tabel dengan ketetapan r

tabel= 0,361 (Polit & Beck, 2012). Prinsip validitas adalah pengumpulan

dan pengukuran yang berarti prinsip kendala instrumen dalam

mengumpulkan data (Nursalam, 2015).

b) Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau

pengamatan apabila fakta dapat diukur dan diamati berkali-kali dalam

waktu yang berlainan. Uji reliabilitas sebuah instrumen dikatakan

reliabel jika koefisien alpha lebih besar atau sama dengan 0,80. Maka

untuk mengetahui sebuah instrumen penelitian reliabel atau tidak, maka

perlu dilihat nilai alpha yang diperoleh (Polit & Beck, 2012).

2. Data Sekunder
24

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Puskesmas Talise,

Dinas Kesehatan Provinsi, dan Dinas Kesehatan Kota tentang distribusi dan

frekuensi penyakit hipertensi.

F. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dan menggunakan

sistem komputerisasi. Tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data adalah:

1. Editting: memeriksa kembali data-data yang telah ditentukan apakah ada

kesalahan atau tidak.

2. Coding: pemberian nomor kode atau bobot pada jawaban yang bersifat

kategori.

3. Tabulating: penyusunan dan perhitungan data berdasarkan variable yang

diteliti.

4. Cleaning: membersihkan data dengan melihat variabel-variabel yang

digunakan apakah data-datanya sudah benar atau belum.

5. Describing: menggambarkan atau menjelaskan data yang sudah dikumpulkan

(Notoatmodjo, 2012)

G. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Pada rencana penelitian ini, analisis data yang dilakukan untuk melihat

distribusi frekuensi dari masing-masing variable (karakteristik individu: umur

dan jenis kelamin) dan pola perilaku konsumsi kopi yaitu analisis univariat.

2. Analisis Bivariat
24

Analisis Bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variable

bebas dan terikat dengan nilai kemaknaan 0,05, tingkat kepercayaan 95%.

Adapun uji yang akan digunakan pada penelitian ini adalah uji Chi Square.

H. Penyajian Data

Penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi tentang segala

sesuatu yang berhubungan dengan penelitian.

I. Etika Penelitian

Peneliti melindungi responden dengan memperhatikan aspek-aspek etik

yaitu: self determination, privacy, anomnymity, inform consent, dan protection

from discomfort (Polit & Beck, 2012).

1. Self determination, responden diberi kebebasan untuk menentukan apakah

bersedia atau tidak untuk mengikuti kegiatan penelitian secara sukarela dan

mengundurkan diri selama proses penelitian tanpa dikenakan sanksi

apapun.

2. Privacy, merahasiakan informasi informasi yang didapat dari responden,

segala unsur yang mengindikasikan identitas subjek dijaga dan informasi

tersebut hanya untuk kepentingan penelitian.

2. Anonymity, selama kegiatan penelitian nama dari responden tidak

digunakan, sebagai penggantinya peneliti menggunakan nomor responden.

3. Informed consent, seluruh responden bersedia menandatangani lembar

persetujuan menjadi responden penelitian, setelah peneliti menjelaskan


24

tujuan, manfaat dan harapan peneliti terhadap responden, juga setelah

responden memahami semua penjelasan peneliti.

4. Protection from discomfort, responden bebas dari rasa tidak nyaman.

Peneliti menekankan bahwa apabila responden merasa tidak aman dan

nyaman dalam menyampaikan segala informasi, maka responden berhak

untuk tidak melanjutinya.

5. Setelah penelitian selesai, hasil penelitian dapat diakses oleh setiap subjek

(responden) dan mempublikasikannya dengan mempertimbangkan harkat

dan martabat responden.


DAFTAR PUSTAKA

Ansley, H. (2018, Desember 17). Healthline. Retrieved Juni 13, 2022, from How
Does Coffee Affect Your Blood Pressure?: http:/www.healthline.com

Aprilia, F. R. (2018). Analisis Kandungan Kafein dalam Kopi Tradisional Gayo dan
Kopi Lombok Menggunakan HPLC dan Spektrofotometri UV/Vis. Biotika,
16(2): 38-39.

Caracostea, L. M. (2020). Determination of Caffeine Content in Arabica and Robusta


Green Coffee of Indian Origin. European Journal of Naturnal Sciences and
Medicine, 4(1): 69-79.

Difran & Yanis. (2018). Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Kopi Dengan Tekanan
Darah Pada Dewasa Muda. Jurnal Kesehatan Vokasional, 3(1): 23-28.

Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah. (2021). Profil Dinkes Provinsi Sulawesi Tengah.
Palu: Dinkes Sulteng.

Ernawati, L. (2020). Buku Referensi: Kepatuhan Konsumsi Obat Pasien Hipertensi.


Gresik: Penerbit Graniti.

ESC/ESH Guidelines. (2018). 2018 ESC/ESH Guidelines for the management of


arterial hypertension. European Heart Journal. 1-98

Johannes, E. d. (2021). Analisis Kandungan Kafein Kopi (Coffea Arabica) Pada


Tingkat Kematangan Berbeda Menggunakan Spektrofotometer UV/Vis.
Jurnal Ilmu Alam dan Lingkungan, 12(1): 45-50.

Kemenkes RI. (2019). Pedoman Pencegahan Penyakit Tidak Menular. Direktorat


Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular.

Lestari, R., dkk. (2020). Pemberdayaan Kader Kesehatan Dalam Mencegah Penyakit
Tidak Menular Melalui Posbindu Ptm. Jurnal Pengabdian Kepada
Masyarakat, 4(1): 48.

Martiani, A. & Rosa, L. 2012. Faktor Risiko Hipertensi Ditinjau Dari Kebiasaan
Minum Kopi. Journal of Nutrition College. 1(1): 78-85.

Maryani. 2018. Hubungan Perilaku Merokok dan Pola Konsumsi Kopi Dengan
Terjadinya Hipertensi di Puskesmas Singgani Palu. Skripsi. Palu: Poltekkes
Kemenkes Palu.
Mullo, E., dkk. 2018. Hubungan Antara Kebiasaan Minum Kopi Dengan Kejadian
Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Paniki Bawah Kota Manado. Jurnal
Kesmas. 7(5): 72-79

Musakkar & Djafar. (2020). Promosi Kesehatan: Penyebab Terjadinya Hipertensi.


Purwokerto: CV. Pena Persada.

Notoatmodjo, S. (2012). Metode Penelitian Kesehatan (edisi revisi). Jakarta: Rineka


Cipta.

Nursalam. (2015). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan . Jakarta: Salemba


Medika.

Polit & Beck. (2012). Nursing Researching: Generating and Accessing Evidence for
Nursing Practice: Seventh Edition Philadelphia: Lippincolt Williams &
Wilkins.

Rahmawati, & Daniyati, (2018). Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Terhadap


Tingkat Hipertensi. Journal of Ners Community, 7(2): 149-161.

Righo, A. (2014). Terapi Bekam Terbukti Mampu Mengatasi Hipertensi. Bandung:


Rasibook.

Riset Kesehatan Dasar. (2018). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
Badan Litbangkes Kemenkes RI.

Salma. (2020). Tetap Sehat Setelah Usia 40. Jakarta: Gema Insani.

Sari, Y. N. (2017). Berdamai dengan Hipertensi. Jakarta : Bumi Medika.

Saryono, Mekar Dwi Anggraeni. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif dan


Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika.

Septi, F. S. & Ernawati, L. (2020). Manajemen Terapi pada Penyakit Degeneratif.


Gresik: Penerbit Graniti.

Setiawan, W. & Noviyanti. 2015. Hipertensi: Kenali, Cegah, dan Obati. Yogyakarta:
Note Book.

Sihotang, V. A. 2019. Hubungan Kebiasaan Minum Kopi Dengan Peningkatan


Tekanan Darah Pada Masyarakat Di Desa Ponjian Pegagan Julu X Sumbul
Kabupaten Dairi Tahun 2019.
Soraya, N. (2018). Isolasi Kafein Dari Limbah Teh Hitam CTC Jenis Powder Secara
Ekstraksi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Warta Ekspor. (2018). Specialty Kopi Indonesia. Jakarta: Kementrian Perdagangan.

Weber, C. (2018). Does Caffeine Increase Bloos Pressure? Washington: Very Well
Health .

WHO. (2018). Non Communicable Disease Country Profiles. World Health


Organization.

Wilson, C. (2018). The Clinical Toxicology of Caffeine: A Review and Case Study.
Elsivier (Toxicology Reports), 5: 1140-1152.

World Health Organization. (2021, August 25). More than 700 million people with
untreated hypertension. Retrieved June 22, 2022, from World Health
Organization: https://www.who.int/
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan ini saya menyatakan persetujuan saya untuk ikut berpartisipasi

sebagai responden setelah mendapat penjelasan dari saudari Siti Rahmadianti Efendi

dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Perilaku Konsumsi Kopi Dengan

Terjadinya Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Talise Kecamatan Mantikulore

Kota Palu Tahun 2022”. Saya menyatakan bahwa keikutsertaan saya dalam penelitian

ini saya lakukan dengan sukarela atau tanpa paksaan dari pihak manapun.

Saya juga memperkenankan kepada peneliti untuk mengambil data-data saya

untuk digunakan sesuai kepentingan dan tujuan penelitian. Sebagai responden dalam

penelitian ini, saya menyetujui untuk bertemu dan melakukan wawancara pada waktu

dan tempat yang telah di sepakati antara peneliti dan responden maka dengan ini saya

menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dengan catatan

bila sewaktu-waktu saya dirugikan dalam bentuk apapun, saya berhak membatalkan

persetujuan ini.

Palu, Juli 2022

( )
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PERILAKU KONSUMSI KOPI DENGAN
TERJADINYA HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS TALISE KECAMATAN MANTIKULORE
KOTA PALU

No. Responden:

Hari/Tanggal:

A. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian:

Bapak/Ibu/Saudara/I diharapkan:

1. Menjawab pertanyaan yang tersedia dengan memberi tanda (√) pada tempat

yang disediakan.

2. Semua pertanyaan harus dijawab.

3. Tiap satu pertanyaan diisi dengan satu jawaban.

4. Bila ada data yang kurang jelas dapat ditanya kepada peneliti.

Nama/Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

B. Kebiasaan Minum Kopi

1. Apakah anda rutin minum kopi setiap hari?

a. Tidak rutin (hanya sesekali)


b. Sering

c. Selalu

2. Dalam sehari berapa kali anda minum kopi?

a. 1 kali sehari

b. 2 kali sehari

c. ≥3 kali sehari

3. Berapa cangkir/gelas kopi yang anda minum dalam sehari?

a. 1-2 cangkir sehari

b. 3-4 cangkir sehari

c. ≥5 cangkir sehari

4. Berapa volume cangkir/gelas yang anda gunakan untuk minum kopi?

a. 200-400 ml

b. 400-600 ml

c. >600 ml

5. Sudah berapa lama anda minum kopi?

a. 1-2 tahun

b. 3-4 tahun

c. ≥5 tahun

6. Kapan biasanya anda minum kopi?

a. Pagi hari

b. Siang hari

c. Sore/malam hari
7. Jenis kopi yang biasa anda minum selama ini?

a. Kopi dekafeinasi

b. Kopi instan

c. Kopi murni

8. Apakah kopi yang anda minum memiliki campuran bahan lain?

a. Selalu

b. Sering

c. Tidak, hanya sesekali

9. Apakah anda merasa semakin bersemangat/berstamina setelah minum kopi?

a. Tidak pernah

b. Sering

c. Selalu

10. Apakah anda mengalami gangguan tidur setelah minum kopi?

a. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

c. Sering

11. Apakah anda mengalami sakit kepala setelah minum kopi?

a. Tidak pernah

b. Kadang-kadang

c. Sering

11. Apakah anda mengalami jantung berdebar setelah minum kopi?

a. Tidak pernah
b. Kadang-kadang

c. Sering

Sumber: Sihotang, V. A., 2019

UJI VALIDITAS KUESIONER PERILAKU KONSUMSI KOPI

Instrumen variabel independen perilaku konsumsi kopi telah uji validitas di

Kelurahan Sempakata Medan pada masyarakat sebanyak 30 orang responden,

menggunakan uji Person Product Moment dengan nilai r hitung > r tabel dengan

ketetapan r tabel= 0,361 (Polit & Beck, 2012). Adapun hasil uji validitas dari setiap

pertanyaan yang dilakukan peneliti adalah p1 (0,894), p2 (0,880), p3 (0,902), p4

(0,919), p5 (0,901), p6 (0,905), p7 (0,896), p8 (0,890), p9 (0,896), p10 (0,895), p11

(0,902). Dari hasil uji valid ditemukan sebanyak 11 pertanyaan valid dari 13

pertanyaan yang dilakukan uji valid dengan nilai r hitung > r tabel dengan ketetapan r

tabel= 0,361.

Untuk variabel dependen peningkatan tekanan darah tidak dilakukan uji

validitas karena menggunakan alat ukur yang sudah dikalibrasi, yaitu

sphygmomanometer.
UJI RELIABILITAS KUESIONER PERILAKU KONSUMSI KOPI

Dalam uji ini, Sihotang menggunakan lembar kuesioner kebiasaan minum

kopi yang terdiri dari 10 pertanyaan dengan 3 pilihan jawaban. Instrumen ini telah di

uji reliabilitasnya di Kelurahan Sempakata Medan pada masyarakat sebanyak 30

orang responden. Hasil uji reliabel keseluruhan dari pertanyaan yang dilakukan

Sihotang diperoleh koefisien cronbach’s alpha pada kebiasaan minum kopi adalah

0,908 sehingga dinyatakan reliabel.

Untuk variabel dependen peningkatan tekanan darah tidak dilakukan uji

reliabilitas karena menggunakan alat ukur yang sudah dikalibrasi, yaitu

sphygmomanometer.

Anda mungkin juga menyukai