Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat
dan karunia-Nya dan Shalawat beriring salam untuk Nabi Besar Muhamad SAW, sehinngga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN
KOMADIABETIKUM” sebagai syarat untuk tugas mata kuliah keperawatan kritis Program
Study S1 Keperawatan STIKes Piala Sakti Pariaman.
Dalam penulisan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin agar
makalah ini menjadi baik, namun dengan kodratnya manusia biasa menyadari bahwa makalah
ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritikan dan saran yang sifatnya
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
menjadi langkah awal dan bermanfaat dalam menambah ilmu serta wawasan. Semoga Allah
SWT, selalu memberi rahmat dan hidayah-Nya bagi kita semua. Aamiin
Penulis
1
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................................i
Daftar Isi...................................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................................4
BAB II Pembahasan
A. Pengertian Ketoasidosis Diabetikum (KAD).............................................................5
B. Etiologi Ketoasidosis Diabetikum (KAD)..................................................................6
C. Tanda Dan Gejala Ketoasidosis Diabetikum (KAD)................................................7
D. Patofisioogi Ketoasidosis Diabetikum (KAD)............................................................8
E. Pemeriksaan Penunjang Ketoasidosis Diabetikum (KAD)....................................10
F. Diagnosis Banding Ketoasidosis Diabetikum (KAD)..............................................13
G. Komplikasi Ketoasidosis Diabetikum (KAD).....................................................13
H. Penatalaksanaan Medis Ketoasidosis Diabetikum (KAD)...................................15
BAB III Konsep Asuhan Keperawatan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)
A. Pengkajian..................................................................................................................16
B. Diagnosa Keperawatan Ketoasidosis Diabetikum (KAD)......................................19
C. Rencana Keperawatan Ketoasidosis Diabetikum (KAD).......................................19
Bab IV Penutup
A. Kesimpulan.................................................................................................................30
B. Saran............................................................................................................................30
Daftar Pustaka
ii2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketoasidosis diabetikum adalah salah satu komplikasi metabolik akut pada diabetes
mellitus dengan perjalanan klinis yang berat dalam angka kematian yang masih cukup tinggi.
Ketoasidosis diabetikum dapat ditemukan baik pada mereka dengan diabetes melitus tipe 1
dan tipe 2. Tetapi lebih sering pada diabetes melitus tipe 1.
Ketoasidosis diabetik disebabkan oleh penurunan kadar insulin efektif disirkulasi
yang terkait dengan peningkatan sejumlah hormon seperti glukagon, katekolamin, kortisol,
dan growth hormone. Ketoasidosis diabetik (KAD) merupakan penyebab utama morbiditas
dan mortalitas pada anak dengna Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM). Mortalitas terutama
berhubungan dengan edema serebri yang terjadi sekitar 57% - 87% dari seluruh kematian
akibat KAD.
Resiko KAD pada IDDM adalah 1-10% per pasien per tahun. Risiko meningkat
dengan kontrol metabolik yang jelek atau sebelumnya pernah mengalami episode KAD.
Angka kematian ketoasidosis menjadi lebih tinggi pada beberapa keadaan yang menyertai,
seperti : sepsis, syok yang berat, infark miokard akut yang luas, pasien usia lanjut, kadar
glukosa darah yang tinggi, uremia, kadar keasaman darah yang rendah.
Gejala yang paling menonjol pada ketoasidosis adalah hiperglikemia dan ketosis.
Hiperglikemia dalam tubuh akan menyebabkan poliuri dan polidipsi. Sedangkan ketosis
menyebabkan benda-benda keton bertumpuk dalam tubuh, pada sistem respirasi benda keton
menjadi resiko terjadinya gagal nafas.
Oleh sebab itu penanganan ketoasidosis harus cepat, tepat dan tanggap. Mengingat
masih sedikitnya pemahaman mengenai ketoasidosis diabetik dan prosedur atau konsensus
yang terus berkembang dalam penatalaksanaan ketoasidosis diabetik. Maka, perlu adanya
pembahasan mengenai bagaimana metode tatalaksana terkini dalam menangani ketoasidosis
diabetik.
B. Rumusan Masalah
3
4. Bagaimana patofisiologi dari Ketoasidosis Diabetikum ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan ini adalah agar mahasiswa mampu menerapakan
asuhan keperawatan pada pasien penderita Ketoasidosis Diabetikum.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui tentang Ketoasidosis Diabetikum
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
B. ETIOLOGI KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
Ada sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk pertama kali.
Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80% dapat dikenali adanya faktor
pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini penting dalam pengobatan dan pencegahan
ketoasidosis berulang. Tidak adanya insulin atau tidak cukupnya jumlah insulin yang nyata,
yang dapat disebabkan oleh :
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati
Krisis hiperglikemia pada diabetes tipe 2 biasanya terjadi karena ada keadaan yang
mencetuskannya. Faktor pencetus krisis hiperglikemia ini antara lain :
1. Infeksi : meliputi 20 –55% dari kasus krisis hiperglikemia dicetuskan oleh Infeksi.
Infeksinya dapat berupa : Pneumonia, Infeksi traktus urinarius, Abses, Sepsis, Lain-
lain.
2. Penyakit vaskular akut: Penyakit serebrovaskuler, Infark miokard akut, Emboli paru,
Thrombosis V.Mesenterika
4. Heat stroke
6
Pada diabetes tipe 1, krisis h iperglikemia sering terjadi karena yang bersangkutan
menghentikan suntikan insulin ataupun pengobatannya tidak ad ekuat. Keadaan ini terjadi
pada 20-40% kasus KAD. Pada pasien muda dengan DM tipe 1, permasalahan psikologi yang
diperumit dengan gangguan makan berperan sebesar 20% da ri seluruh faktor yang
mencetuskan ketoasidosis. Faktor yang bisa mendorong penghen tian suntikan insulin pada
pasien muda meliputi ketakutan akan naiknya berat badan pada keadaan kontrol metabolisme
yang baik, ketakut an akan jatuh dalam hypoglikem ia, pemberontakan terhadap otoritas, dan
stres akibat penyakit kronis (Gaglia dkk, 2004)
Gejala klinis biasanya berlangsung cepat dalam waktu kurang dari 24 jam. Poliuri,
polidipsi dan penurunan berat badan yang nyata biasanya terjadi beberapa hari menjelang
KAD, dan sering disertai mual-muntah dan nyeri perut. Nyeri perut sering disalah-artikan
sebagai 'akut abdomen'. Asidosis metabolik diduga menjadi penyebab utama gejala nyeri
abdomen, gejala ini akan menghilang dengan sendirinya setelah asidosisnya teratasi.
Sering dijumpai penurunan kesadaran, bahkan koma (10% kasus), dehidrasi dan
syok hipovolemia (kulit/mukosa kering dan penurunan turgor, hipotensi dan takikardi). Tanda
lain adalah napas cepat dan dalam (Kussmaul) yang merupakan kompensasi hiperventilasi
akibat asidosis metabolik, disertai bau aseton pada napasnya.
1. Sekitar 80% pasien DM ( komplikasi akut )
8. Demam, infeksi, muntah, dan nyeri perut (Dr. MHD. Syahputra. Diab
7
D. PATOFISIOOGI KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
Bila hal ini dibiarkan terakumulasi, darah akan menjadi asam sehingga jaringan tubuh
akan rusak dan bisa menderita koma. Hal ini biasanya terjadi karena tidak mematuhi
perencanaan makan, menghentikan sendiri suntikan insulin, tidak tahu bahwa dirinya
sakit diabetes mellitus, mendapat infeksi atau penyakit berat lainnya seperti kematian
otot jantung, stroke, dan sebagainya.Faktor faktor pemicu yang paling umum dalam
perkembangan ketoasidosis diabetik (KAD) adalah infeksi, infark miokardial, trauma,
ataupun kehilangan insulin. Semua gangguan gangguan metabolik yang ditemukan pada
ketoasidosis diabetik (KAD) adalah tergolong konsekuensi langsung atau tidak langsung
dari kekurangan insulin.
8
Pathophysiology
Pathophysiology of DKA adapted from Urden: Thelan’s Critical Care Nursing: Diagnosis
and Management. 5th ed.Cited in Nursing Consult.
9
Pada keadaan normal kurang lebih 50 % glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10 % menjadi glikogen dan 20 % sampai 40 %
diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut terganggu karena
terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet dan metabolismenya
terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa tetap berada dalam sirkulasi
darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat
kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula
darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi ini,
karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi
maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah.
Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan
bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air
hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intraselluler, hal
ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke
sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein
menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien
akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu
banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang
menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila
terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya
bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini
apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price, 1995).
10
berhubungan dengan kadar glukosa darah. Sebagian pasien dapat mengalami
asidosis berat disertai kadar glukosa yang berkisar dari 100 – 200 mg/dl, sementara
sebagian lainnya mungkin tidak memperlihatkan ketoasidosis diabetikum sekalipun
kadar glukosa darahnya mencapai 400-500 mg/dl.
2. Natrium
Efek hiperglikemia ekstravaskuler bergerak air ke ruang intravaskuler. Untuk setiap
100 mg / dL glukosa lebih dari 100 mg / dL, tingkat natrium serum diturunkan oleh
sekitar 1,6 mEq / L. Bila kadar glukosa turun, tingkat natrium serum meningkat
dengan jumlah yang sesuai.
3. Kalium
Ini perlu diperiksa sering, sebagai nilai-nilai drop sangat cepat dengan perawatan.
EKG dapat digunakan untuk menilai efek jantung ekstrem di tingkat potasium.
4. Bikarbonat
Kadar bikarbonat serum adalah rendah, yaitu 0- 15 mEq/L dan pH yang rendah (6,8-
7,3). Tingkat pCO2 yang rendah ( 10- 30 mmHg) mencerminkan kompensasi
respiratorik (pernapasan kussmaul) terhadap asidosisi metabolik. Akumulasi badan
keton (yang mencetuskan asidosis) dicerminkan oleh hasil pengukuran keton dalam
darah dan urin. Gunakan tingkat ini dalam hubungannya dengan kesenjangan anion
untuk menilai derajat asidosis.
5. Sel darah lengkap (CBC)
Tinggi sel darah putih (WBC) menghitung (> 15 X 109 / L) atau ditandai pergeseran
kiri mungkin menyarankan mendasari infeksi.
6. Gas darah arteri (ABG)
pH sering <7.3. Vena pH dapat digunakan untuk mengulang pH measurements.
Brandenburg dan Dire menemukan bahwa pH pada tingkat gas darah vena pada
pasien dengan KAD adalah lebih rendah dari pH 0,03 pada ABG. Karena perbedaan
ini relatif dapat diandalkan dan bukan dari signifikansi klinis, hampir tidak ada
alasan untuk melakukan lebih menyakitkan ABG. Akhir CO2 pasang surut telah
dilaporkan sebagai cara untuk menilai asidosis juga.
7. Keton
Diagnosis memadai ketonuria memerlukan fungsi ginjal. Selain itu, ketonuria dapat
berlangsung lebih lama dari asidosis jaringan yang mendasarinya.
11
8. β-hidroksibutirat
Serum atau hidroksibutirat β kapiler dapat digunakan untuk mengikuti respons
terhadap pengobatan. Tingkat yang lebih besar dari 0,5 mmol / L dianggap normal,
dan tingkat dari 3 mmol / L berkorelasi dengan kebutuhan untuk ketoasidosis
diabetik (KAD).
9. Urinalisis (UA)
Cari glikosuria dan urin ketosis. Hal ini digunakan untuk mendeteksi infeksi saluran
kencing yang mendasari.
10. Osmolalitas
Diukur sebagai 2 (Na +) (mEq / L) + glukosa (mg / dL) / 18 + BUN (mg / dL) / 2.8.
Pasien dengan diabetes ketoasidosis yang berada dalam keadaan koma biasanya
memiliki osmolalitis > 330 mOsm / kg H2O. Jika osmolalitas kurang dari > 330
mOsm / kg H2O ini, maka pasien jatuh pada kondisi koma.
11. Fosfor
Jika pasien berisiko hipofosfatemia (misalnya, status gizi buruk, alkoholisme
kronis), maka tingkat fosfor serum harus ditentukan.
12. Tingkat BUN meningkat
Anion gap yang lebih tinggi dari biasanya.
13. Kadar kreatinin
Kenaikan kadar kreatinin, urea nitrogen darah (BUN) dan Hb juga dapat terjadi pada
dehirasi. Setelah terapi rehidrasi dilakukan, kenaikan kadar kreatinin dan BUN
serum yang terus berlanjut akan dijumpai pada pasien yang mengalami insufisiensi
b. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik untuk ketoasidosis diabetik dapat dilakukan dengan cara:
1. Tes toleransi Glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dl). Biasanya
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa meningkat
dibawah kondisi stress.
2. Gula darah puasa normal atau diatas normal.
3. Essei hemoglobin glikolisat diatas rentang normal.
4. Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton.
5. Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
12
6. Aseton plasma: Positif secara mencolok
7. Lemak bebas: kadar lipid dan kolesterol meningkat
8. Elektrolit: Na normal/menurun; K normal/meningkat semu; F turun
9. Hemoglobin glikosilat: Meningkat 2-4 kali normal
10. Gas Darah Arteri: pH rendah, penurunan HCO3 (asidosismetabolik) dengan
kompensasi alkalosis respiratorik
11. Trombosit darah: Ht mungkin meningkat, leukositosis, hemokonsentrasi
12. Ureum/creatinin: meningkat/normal
13. Amilase darah: meningkat mengindikasikan pancreatitis akut
13
yaitu antara 140 mg/dl sampai dengan 199 mg/dl. Keadaan ini disebut juga
sebagai prediabetes oleh karena risiko untuk mendapat diabetes melitus tipe 2
dan penyakit kardiovaskuler sangat besar.
2. Ginjal diabetik ( Nefropati Diabetik )
Nefropati diabetik atau ginjal diabetik dapat dideteksi cukup dini. Bila penderita
mencapai stadium nefropati diabetik, didalam air kencingnya terdapat protein.
Dengan menurunnya fungsi ginjal akan disertai naiknya tekanan darah. Pada
kurun waktu yang lama penderita nefropati diabetik akan berakhir dengan gagal
ginjal dan harus melakukan cuci darah. Selain itu nefropati diabetik bisa
menimbulkan gagal jantung kongesif.
3. Kebutaan ( Retinopati Diabetik )
Kadar glukosa darah yang tinggi bisa menyebabkan sembab pada lensa mata.
Penglihatan menjadi kabur dan dapat berakhir dengan kebutaan.
4. Syaraf ( Neuropati Diabetik )
Neuropati diabetik adalah akibat kerusakan pada saraf. Penderita bisa stres,
perasaan berkurang sehingga apa yang dipegang tidak dapat dirasakan (mati rasa).
5. Kelainan Jantung.
Terganggunya kadar lemak darah adalah satu faktor timbulnya aterosklerosis pada
pembuluh darah jantung. Bila diabetesi mempunyai komplikasi jantung koroner
dan mendapat serangan kematian otot jantung akut, maka serangan tersebut tidak
disertai rasa nyeri. Ini merupakan penyebab kematian mendadak.
6. Hipoglikemia.
Hipoglikemia terjadi bila kadar gula darah sangat rendah. Bila penurunan kadar
glukosa darah terjadi sangat cepat, harus diatasi dengan segera. Keterlambatan
dapat menyebabkan kematian. Gejala yang timbul mulai dari rasa gelisah sampai
berupa koma dan kejang-kejang.
7. Hipertensi.
Karena harus membuang kelebihan glokosa darah melalui air seni, ginjal
penderita diabetes harus bekerja ekstra berat. Selain itu tingkat kekentalan darah
pada diabetisi juga lebih tinggi. Ditambah dengan kerusakan-kerusakan pembuluh
kapiler serta penyempitan yang terjadi, secara otomatis syaraf akan mengirimkan
signal ke otak untuk menambah takanan darah.
14
H. PENATALAKSANAAN MEDIS KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
Tujuan penatalaksanaan :
a. Memperbaiki sirkulasi dan perfusi jaringan (resusitasi dan rehidrasi)
b. Menghentikan ketogenesis (insulin),
c. Koreksi gangguan elektrolit,
d. Mencegah komplikasi,
e. Mengenali dan menghilangkan faktor pencetus.
15
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
A. PENGKAJIAN
1. Biodata : terdiri dari nama, umur (Usia : anak-anak cenderung mengalami IDDM
Tipe I) tanggal lahir, jenis kelamin, agama.
2. Riwayat penyakit sekarang : datang dengan atau tanpa keluhan Poliuria, Poliphagi
, lemas, luka sukar sembuh atau adanya koma atau penurunan kesadaran dengan
sebab tidak diketahui. Pada lansia dapat terjadi nepropati, neurophati atau
retinophati serta penyakit pembuluh darah.
5. Status metabolik : Intake makanan yang melebihi kebutuhan kalori, infeksi atau
penyakit-penyakit akut lain, stress yang berhubungan dengan faktor-faktor
psikologis dan social, obat-obatan atau terapi lain yang mempengaruhi glukosa
darah, penghentian insulin atau obat anti hiperglikemik oral.
6. Aktivitas / Istirahat
Gejala : Lemah, letih, sulit bergerak /berjalan, Kram otot, tonus otot menurun,
gangguan istirahat/tidur
Tanda : Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas, Letargi /
disorientasi, koma , Penurunan kekuatan otot.
16
7. Sirkulasi
8. Integritas/ Ego
Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang berhubungan
dengan kondisi
9. Eliminasi
10. Nutrisi/Cairan
11. Neurosensori
17
Tanda : Disorientasi, mengantuk, alergi, stupor/koma (tahap lanjut).
Gangguanmemori (baru, masa lalu), kacau mental, Refleks tendon dalam menurun
(koma), Aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA).
12. Nyeri/kenyamanan
13. Pernapasan
14. Keamanan
15. Seksualitas
Gejala : Rabas vagina (cenderung infeksi), Masalah impoten pada pria, kesulitan
orgasme pada wanita
16. Penyuluhan/pembelajaran
18
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN KETOASIDOSIS DIABETIKUM (KAD)
19
Konsentrasi urine meningkat tanda dehidrasi, 5. Kolaborasikan
Temperatur tubuh meningkat Elastisitas turgor kulit pemberian cairan IV
baik, membran 6. Monitor status
Kehilangan berat badan mukosa lembab, tidak nutrisi
seketika (kecuali pada third ada rasa haus yang 7. Berikan cairan IV
spacing) berlebihan pada suhu ruangan
8. Dorong masukan
Faktor-faktor yang berhubungan: oral
Kehilangan volume cairan 9. Berikan penggantian
secara aktif nasogatrik sesuai
output
10. Dorong keluarga
untuk membantu
pasien makan
11. Tawarkan snack (
jus buah, buah segar )
12. Kolaborasi dokter
jika tanda cairan
berlebih muncul
13. Atur kemungkinan
tranfusi
14. Persiapan untuk
tranfusi
20
Menggunakan otot batuk efektif dan suara 3. Identifikasi pasien
pernafasan tambahan nafas yang bersih, perlunya pemasangan
Perubahan penyimpangan tidak ada sianosis dan alat jalan nafas buatan
dada dyspneu (mampu 4. Pasang mayo bila
Assumption of 3-point mengeluarkan sputum, perlu
position mampu bernafas 5. Lakukan fisioterapi
Pernafasan pursed-lip dengan mudah, tidak dada jika perlu
Tahap ekspirasi berlangsung ada pursed lips) 6. Keluarkan sekret
sangat lama Menunjukkan jalan dengan batuk atau
Peningkatan diameter nafas yang paten (klien suction
anterior-posterior tidak merasa tercekik, 7. Auskultasi suara
Pernafasan rata-rata/minimal irama nafas, frekuensi nafas, catat adanya
- Bayi : < 25 atau > 60 pernafasan dalam suara tambahan
- Usia 1-4 : < 20 atau > 30 rentang normal, tidak 8. Lakukan suction
- Usia 5-14 : < 14 atau > 25 ada suara pada mayo
- Usia > 14 : < 11 atau > 24 9. Berikan
Kedalaman pernafasan bronkodilator bila perlu
- Dewasa volume tidalnya 500 10. Berikan pelembab
ml saat istirahat udara Kassa basah
- Bayi volume tidalnya 6-8 NaCl Lembab
ml/Kg 11. Atur intake untuk
Penurunan kapasitas vital cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Faktor yang berhubungan : 12. Monitor respirasi
Kelainan bentuk dinding dan status O2 sistolik)
dada 13. Identifikasi
Penurunan energi/kelelahan penyebab dari
Perusakan/pelemahan perubahan vital sign
muskulo-skeletal
Kelelahan otot pernafasan Terapi oksigen
Hipoventilasi sindrom 1. Bersihkan mulut,
Disfungsi Neuromuskuler hidung dan secret
Kerusakan persepsi/kognitif trakea
21
Perlukaan pada jaringan
syaraf tulang belakang
22
perifer dan line central
dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
10. Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing
11. Tingkatkan intake
nutrisi
12. Berikan terapi
antibiotik bila perlu
Infection Protection
(proteksi terhadap
infeksi)
1. Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik
dan lokal
2. Monitor hitung
granulosit, WBC
3. Monitor kerentanan
terhadap infeksi
4. Batasi pengunjung
5. Saring pengunjung
terhadap penyakit
menular
6. Pertahankan teknik
aspesis pada pasien
yang beresiko
7. Pertahankan teknik
isolasi k/p
8. Berikan perawatan
kulit pada area
23
epiderma
9. Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
10. Inspeksi kondisi
luka / insisi bedah
11. Dorong masukkan
nutrisi yang cukup
12. Dorong masukan
cairan
13. Dorong istirahat
14. Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
15. Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
16. Ajarkan cara
menghindari infeksi
17. Laporkan
kecurigaan infeksi
18. Laporkan kultur
positif
24
di bawah ideal Adanya peningkatan kalori dan nutrisi yang
Dilaporkan adanya intake berat badan sesuai dibutuhkan pasien.
makanan yang kurang dari RDA dengan tujuan 3. Anjurkan pasien
(Recomended Daily Allowance) Berat badan ideal untuk meningkatkan
Membran mukosa dan sesuai dengan tinggi intake Fe
konjungtiva pucat badan 4. Anjurkan pasien
Kelemahan otot yang untuk meningkatkan
digunakan untuk Mampumengidentifika protein dan vitamin C
menelan/mengunyah si kebutuhan nutrisi 5. Berikan substansi
Ketidakseimbangan nutrisi Tidak ada tanda gula
kurang dari kebutuhan tubuh tanda malnutrisi 6. Yakinkan diet yang
Definisi : Intake nutrisi tidak dimakan mengandung
cukup untuk keperluan Menunjukkan tinggi serat untuk
metabolisme tubuh. peningkatan fungsi mencegah konstipasi
Batasan karakteristik : pengecapan dari 7. Berikan makanan
Berat badan 20 % atau lebih menelan yang terpilih (sudah
di bawah ideal Tidak terjadi dikonsultasikan dengan
Dilaporkan adanya intake penurunan berat badan ahli gizi)
makanan yang kurang dari RDA yang berarti 8. Ajarkan pasien
(Recomended Daily Allowance) bagaimana membuat
Membran mukosa dan catatan makanan
konjungtiva pucat
Kelemahan otot yang harian.
digunakan untuk 9. Monitor jumlah
menelan/mengunyah makanan nutrisi dan kandungan
Miskonsepsi kalori
Kehilangan BB dengan 10. Berikan informasi
makanan cukup tentang kebutuhan
Keengganan untuk makan nutrisi
Kram pada abdomen 11. Kaji kemampuan
Tonus otot jelek pasien untuk
Nyeri abdominal dengan atau mendapatkan nutrisi
tanpa patologi yang dibutuhkan
25
Kurang berminat terhadap
makanan Nutrition Monitoring
Pembuluh darah kapiler mulai 1. BB pasien dalam
rapuh batas normal
Diare dan atau steatorrhea 2. Monitor adanya
Kehilangan rambut penurunan berat badan
3. Monitor tipe dan
yang cukup banyak (rontok) jumlah aktivitas yang
Suara usus hiperaktif biasa dilakukan
Kurangnya informasi, 4. Monitor interaksi
misinformasi anak atau orangtua
selama makan
Faktor-faktor yang berhubungan 5. Monitor lingkungan
: selama makan
Ketidakmampuan pemasukan 6. Jadwalkan
atau mencerna makanan atau pengobatan dan
mengabsorpsi zat-zat gizi tindakan tidak selama
berhubungan dengan faktor jam makan
biologis, psikologis atau 7. Monitor kulit kering
ekonomi. dan perubahan
pigmentasi
8. Monitor turgor kulit
9. Monitor kekeringan,
rambut kusam, dan
mudah patah
10. Monitor mual dan
muntah
11. Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
12. Monitor makanan
kesukaan
13. Monitor
26
pertumbuhan dan
perkembangan
14. Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
15. Monitor kalori dan
intake nuntrisi
16. Catat adanya
edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah
dan cavitas oral.
17. Catat jika lidah
berwarna magenta,
scarlet
27
mengetahui sumber-sumber mampu melaksanakan 3. Gambarkan tanda
informasi. prosedur yang dan gejala yang biasa
dijelaskan secara benar muncul pada penyakit,
Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu menjelaskan 4. Gambarkan proses
kembali apa yang penyakit,
dijelaskan perawat/tim dengan cara yang tepat
kesehatan lainnya 5. Identifikasi
kemungkinan
penyebab, dengna cara
yang tepat
6. Sediakan informasi
pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
7. Hindari jaminan
yang kosong
8. Sediakan bagi
keluarga atau SO
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
9. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
diperlukan untuk
mencegah komplikasi
di masa yang akan
datang dan atau proses
pengontrolan penyakit
10. Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
11. Dukung pasien
28
untuk mengeksplorasi
atau mendapatkan
second opinion dengan
cara yang tepat atau
diindikasikan
12. Eksplorasi
kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan
cara yang tepat
13. Rujuk pasien pada
grup atau agensi di
komunitas lokal,
dengan cara yang tepat
14. Instruksikan pasien
mengenai tanda dan
gejala untuk
melaporkan pada
pemberi perawatan
kesehatan, dengan
cara yang tepat
29
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keto Asidosis Diabetikum (KAD) merupakan salah satu kompliasi akut DM akibat
defisiensi hormone insulin yang tidak dikenal dan bila tidak mendapat pengobatan segera
akan menyebabakan kematian. Etiologi dari KAD adalah Insulin tidak diberikan dengan dosis
yang kurang, keadaan sakit atau infeksi pada DM, manifestasi pertama pada penyakit
diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Ada tiga gambaran kliniks yang penting pada diabetes ketoasidosis yaitu dehidrasi,
kehilangan elektrolit dan asidosis. Dehidrasi disebabkan mekanisme ginjal dimana tubuh
terjadi hiperglikemia, sehingga ginjal mensekresikan dengan natrium dan air yang disebut
poliuri. Kehilangan elektrolit merupakan kompensasi dari defisiensi insulin. Sedangkan
asidosis adalah peningkatan pH dan diiringi oleh penumpukan benda keton dalan tubuh.
Keadaan ketoasidosis merupakan keadan yang memerlukan banyak pengontrolan dan
pemantauan insulin dan cairan elektrolit, karena bila kekurangan atau malah terjadi kelebihan
akan mengakibatkan komplikasi yang sulit untuk ditanggulangi.
B. Saran
Bila menemukan klien yang DM tetapi belum terjadi KAD berikan informasi tentang
KAD dan pencegahan terhadap KAD. Bila menemukan klien dengan KAD, sebaiknya selalu
kontrol pemberian insulin dan cairan elektrolit sehingga meminimalkan terjadinya komplikasi
yang tidak diinginkan.
30
DAFTAR PUSTAKA
Gaglia JL, Wyckoff J, Abrahamson MJ . Acute hyperglycemic cr isis in elderly. Med
Cli N Am 88: 1063-1084, 2004.
Hyperglycemic crises in patien ts with diabetes mellitus. American Diabetes
Association.Diabetes Carevol27 supplement1 2004, S94-S102.
Kitabchi AE, Fisher JN, Murphy MB , Rumbak MJ : Diabetic ketoacidosis and
thehyperglycemic hyperosmolar nonketoti c state. In Joslin’s Diabetes Mellitus . 13th ed.
Kahn CR, Weir GC, Eds. Philadelphia, Lea & Febiger, 1994, p.738–770
Muhammad Faizi, Netty EP. FK UNAIR RS Dr Soetomo Surabaya. Kuliah
tatalaksana ketoasidosis diabetic.2012.
Samijean Nordmark. Critical Care Nursing Handbook. http://books.google.co.id.
Diakses pada tanggal 17 November 2012
Sikhan. 2009. Ketoasidosis Diabetikum. http://id.shvoong.com. Diakses pada tanggal
31