Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN PENDAHULUAN KEBUTUHAN CAIRAN

“STASE KEPERAWATAN DASAR”


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH H. ABDUL MANAP KOTA JAMBI

DISUSUN OLEH :

Henni Ramadhani Safitri


(G1B223032)

PEMBIMBING AKADEMIK :
Ns. Yulia Indah Permata Sari, S.Kep., M.Kep

Ns. Rts. Netisa Martawinarti, S.Kep., M.Kep

PEMBIMBING KLINIK :
Ns. Julyana Situmorang, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS


KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2023
KONSEP TEORI KEBUTUHAN CAIRAN

1. DEFENISI

Kebutuhan cairan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang


harus dipenuhi. Cairan merupakan komponen tubuh yang berperan dalam
proses homeostatis dan memelihara fungsi tubuh. Air menyusun sekitar 60%
tubuh manusia dan tersebar baik di dalam sel maupun di luar sel. (Tarwoto &
Wartonah, 2015).

Kebutuhan cairan pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada


usia individu tersebut. Cairan berfungsi dalam mempertahankan fungsi tubuh
manusia. Kebutuhan cairan sangat dibutuhkan dalam tubuh untuk
mengangkut zat makanan ke dalam sel, sisa metabolisme, zat pelarut
elektrolit, memelihara suhu tubuh, mempermudah eliminasi dan membantu
pencernaan (Vita & Fitriana, 2017).

Diperkirakan 45-80% dari berat badan pada individu yang sehat terdiri
dari cairan. Volume cairan ini bervariasi tergantung dari berbagai faktor
yaitu usia, jenis kelamin, dan lemak tubuh. Bayi mempunyai volume cairan
lebih banyak dari orang dewasa dan makin tua usia seseorang jumlah cairan
ini makin berkurang. Begitu pula wanita mempunyai volume cairan lebih
sedikit dari pria karena tubuh wanita mempunyai banyak lemak di banding
pria. Cairan tubuh ini terutama terdiri dari air dan zat terlarut, yaitu elektrolit,
non elektrolit dan koloid (Kusnanto, 2016).
Menurut (Solikhah et al., 2017) cairan dalam tubuh dibagi menjadi 2 ,
yaitu cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler :
a) Cairan intraseluler (CIS) merupakan cairan yang berada dalam sel tubuh,
dan jumlahnya sekitar 70% dari total cairan tubuh atau TBW (total body
water).
b) Cairan ekstraseluler (CES) merupakan cairan yang berada diluar sel tubuh,
menyusun sekitar 30% dari total cairan tubuh. CES terbagi menjadi tiga
yakni Cairan interstisial (CIT), cairan intravaskuler (CIV) dan cairan
transseluler (CTS). Cairan interstisial (CIT) Merupakan cairan yang berada
disekitar sel. Pada bayi baru lahir jumlahnya 2 kali lebih besar dari orang
dewasa. Kemudian cairan intravaskuler (CIV) adalah cairan yang berada di
dalam pembuluh darah. Pada anak-anak jumlahnya sama dengan orang
dewasa yaitu sekitar 5-6 liter. Sedangkan untuk cairan transeluler (CTS)
merupakan cairan yang berada di rongga khusus pada tubuh. Cairan
transeluler terdiri dari cairan serebrospinal, pericardial, pleural, sinovial,
cairan intraokular dan sekresi lambung.

2. ETIOLOGI

Hipovolemia ini terjadi dapat disebabkan karena :


1) Penurunan masukan.
2) Kehilangan cairan yang abnormal melalui : kulit, gastro intestinal, ginjal
abnormal, dll.
3) Perdarahan.
Hipervolemia ini dapat terjadi jika terdapat :
1) Stimulus kronis pada ginjal untuk menahan natrium dan air.
2) Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air.
3) Kelebihan pemberian cairan intra vena (IV).
4) Perpindahan interstisial ke plasma.

3. PATOFISIOLOGI

a. Kekurangan volume cairan terjadi ketika tubuh kehilangan cairan dan


elektrolit ekstraseluler dalam jumlah yang proporsional (isotonik).
Kondisi seperti ini disebut juga hipovolemia. Umumnya, gangguan ini
diawali dengan kehilangan cairan intravaskuler, lalu diikuti dengan
perpindahan cairan interseluler menuju intravaskuler sehingga
menyebabkan penurunan cairan ekstraseluler. Untuk untuk
mengkompensasi kondisi ini, tubuh melakukan pemindahan cairan
intraseluler. Secara umum, defisit volume cairan disebabkan oleh
beberapa hal, yaitu kehilangan cairan abnormal melalui kulit, penurunan
asupancairan , perdarahan dan pergerakan cairan ke lokasi ketiga (lokasi
tempat cairan berpindah dan tidak mudah untuk mengembalikanya ke
lokasi semula dalam kondisi cairan ekstraseluler istirahat). Cairan dapat
berpindah dari lokasi intravaskuler menuju lokasi potensial seperti
pleura, peritonium, perikardium, atau rongga sendi. Selain itu, kondisi
tertentu, seperti terperangkapnya cairan dalam saluran pencernaan, dapat
terjadi akibat obstruksi saluran pencernaan.

b. Kelebihan volume cairan Terjadi apabila tubuh menyimpan cairan


elektrolit dalam kompartemen ekstraseluler dalam proporsi seimbang.
Karena adanya retensi cairan isotonik, konsentrasi natrium dalam serum
masih normal. Kelebihan cairan tubuh hampir selalu disebabkan oleh
peningkatan jumlah natrium dalam serum. Kelebihan cairan terjadi akibat
overload cairan/adanya gangguan mekanisme homeostatis pada proses
regulasi keseimbangan cairan.

4. MANIFESTASI KLINIS

1. Hipovolemia

- Pusing, kelemahan, keletihan

- Sinkope

- Anoreksia, mual, muntah, haus

- Kekacauan mental

- Konstipasi dan oliguria

- Peningkatan nadi, suhu

- Turgor kulit menurun

- Lidah kering, mukosa mulut kering

- Mata cekung

2. Hypervolemia (kelebihan volume cairan)

- Sesak napas

- Ortopnea

- Oedema
5. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBUTUHAN CAIRAN

a. Usia Pada usia anak-anak dimasa pertumbuhan memerlukan proporsi


jumlah cairan yang lebih besar dibandingkan orang dewasa dikarenakan
kebutuhan cairan intake dan output juga lebih besar dibandingkan usia
dewasa. Pada usia anak-anak, rentan mengalami kekurangan cairan karena
pada usia tersebut masih rentan terserang penyakit yang dapat menyebabkan
dehidrasi, sehingga kebutuhan cairan yang cukup merupakan hal yang
penting. Sedangkan pada usia lansia, penurunan kebutuhan cairan umumnya
dipengaruhi oleh fungsi ginjal yang mulai menurun yang mengakibatkan
sistem perkemihan terganggu. (Aningsi, 2018)

b. Iklim atau temperatur lingkungan Iklim dan temperatur lingkungan bisa


mempengaruhi kebutuhan cairan seseorang, individu yang tinggal di daerah
yang lingkungannya bersuhu tinggi atau daerah yang panas cenderung lebih
sering mengalami kehilangan cairan melalui keringat. Umumnya, individu
tersebut dapat kehilangan cairan sebanyak 700 ml/jam, sedangkan untuk
seseorang yang tidak biasa berada di lingkungan panas bisa kehilangan
cairan hingga 2 liter/jam (Shakespeare, 2014).

c. Status kesehatan Status kesehatan anak berpengaruh terhadap kebutuhan


cairan tubuh misalnya pada anak dengan penyakit Dengue Hemorrhagic
Fever (DHF) umumnya akan mengalami demam tinggi dan pada kondisi
yang lebih buruk bisa terjadi kebocoran plasma akibat dari peningkatan
permeabilitas dinding pembuluh darah sehingga terjadi trombositopenia atau
fungsi trombosit yang mengalami penurunan kemudian terjadi perdarahan
yang dapat mengakibatkan kekurangan volume cairan dalam tubuh (Fitria,
2019).

d. Aktivitas Aktivitas seseorang dapat mempengaruhi kebutuhan cairan.


Tingkat intensitas aktivitas yang tinggi dapat menyebabkan peningkatan
metabolisme dan berakibat meningkatnya haluaran cairan melalui keringat.
Contohnya pada anak-anak usia sekolah dengan aktivitas yang padat,
mereka akan beresiko kehilangan cairan (Abdurrahman, 2018).
Secara umum, faktor yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit tubuh antara lain:
1. Umur

Kebutuhan intake cairan bervariasi tergantung dari usia, karena usia akan
berpengruh pada luas permukaan tubuh, metabolisme, dan berat badan.
Kebutuhan cairan pada bayi dan anak perharinya yaitu:
a. Untuk berat badan sampai 10 kg, kebutuhan cairan perhari
100ml/kgBB.
b. Berat badan 11-20 kg, kebutuhan cairan per hari 1000ml + 50ml/kgBB
c. Beratbadan >20kg, kebutuhan cairan per hari 1500ml + 20ml/kgBB
Kebutuhan cairan pada orang dewasa menggunakan rumus
30-50ml/kgBB/hari
2. Iklim
Orang yang tinggal di daerah yang panas (suhu tinggi) dan kelembaban
udara rendah memiliki peningkatan kehilangan cairan tubuh dan elektrolit.
3. Diet
Diet seseorang berpengaruh terhadap intakecairan dan elektrolit.
Ketika intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein
dan lemak sehingga akan serum albumin dan cadangan protein akan
menurun padahal keduanya sangat diperlukan dalam proses keseimbangan
cairan sehingga hal ini akan menyebabkan edema.
4. Stress
Stress dapat meningkatkan metabolisme sel, glukosa darah, dan
pemecahan glykogen otot. Mekanisme ini dapat meningkatkan natrium
dan rentensi air sehingga bila berkepanjangan dapat meningkatkan volume
darah.
5. Kondisi sakit
Kondisi sakit sangat berpengaruh terhadap kondisi keseimbangan cairan
dan elektrolit tubuh misalnya :
a. Trauma seperti luka bakar akan meningkatkan kehilangan air melalui
IWL.
b. Penyakit ginjal dan kardiovaskuler sangat mempengaruhi proses
Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran.
c. Pasien dengan penurunan tingkat kesadaran akan mengalami gangguan
pemenuhan intake cairan karena kehilangan kemampuan untuk
memenuhinya secara mandiri.
Pengatur utama intake cairan adalah melalui mekanisme haus. Pusat
haus dikendalikan berada di otak Sedangkan rangsangan haus berasal dari
kondisi dehidrasi intraseluler, Sekresi angiotensin II sebagai respon dari
penurunan tekanan darah, perdarahan yang mengakibatkan penurunan
volume darah. Perasaan kering di mulut biasanya terjadi bersama dengan
sensasi haus walupun kadang terjadi secara sendiri. Sensasi haus akan
segera hilang setelah minum sebelum proses absorbsi oleh tractus
gastrointestinal. Kehilangan cairan tubuh melalui empat rute (proses)
yaitu:
a. Urine
Proses pembentukan urine oleh ginjal dan ekresi melalui tractus
urinarius merupakan proses output cairan tubuh yang utama. Dalam
kondisi normal output urine sekitar 1400-1500 ml/24 jam, atau sekitar
30-50 ml/jam pada orang dewasa. Pada orang yang sehat kemungkinan
produksi urine bervariasi dalam setiap harinya, bila aktivitas kelenjar
keringat meningkat maka produksi urine akan menurun sebagai upaya
tetap mempertahankan keseimbangan dalam tubuh.
b. IWL (Invisible Water Loss)
IWL terjadi melalui paru-paru dan kulit, melalui kulit dengan
mekanisme difusi. Pada orang dewasa normal kehilangan cairan tubuh
melalui proses ini adalah berkisar 300-400 mL/hari, tapi bila proses
respirasi atau suhu tubuh meningkat maka IWL dapat meningkat.
c. Keringat
Berkeringat terjadi sebagai respon terhadap kondisi tubuh yang
panas, respon ini berasal dari anterior hypotalamus, sedangkan
impulsnya ditransfer melalui sumsum tulang belakang yang dirangsang
oleh susunan syaraf simpatis pada kulit.
d. Feces
Pengeluaran air melalui feces berkisar antara 100-200 mL/hari,
yang diatur melalui mekanisme reabsorbsi di dalam mukosa usus
besar(kolon).
6. Tindakan medis
7. Pengobatan
Pengobatan seperti pemberian diuretik dan laksatif.
8. Pembedahan
Faktor yang menyebabkan adanya suatu peningkatan terhadap
kebutuhan cairan harian diantaranya:
1. Demam, kebutuhan meningkat 12% setiap 10C.
2. Hiperventilasi.
3. Suhu lingkungan yang tinggi.
4. Aktivitas yang ekstrim/berlebihan.
5. Setiap kehilangan yang abnormal seperti diare atau poliuria.
Faktor yang menyebabkan adanya penurunan terhadap kebutuhan
cairan harian, diantaranya:
1. Hipotermi.
2. Kelembaban lingkungan yang sangat tinggi.
3. Oliguria atau anuria.
4. Hampir tidak ada aktivitas.
5. Retensi cairan misal gagal jantung.

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Laboratorium:

a. Pemeriksaan elektrolit serum

Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,

klorida, ion karbonat.

b. Pemeriksaan darah lengkap

Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, haemoglobin (Hb),


hematrokit (Ht).

Ht Naik: adanya dehidrasi berat dan gejala syok.

Ht turun: adanya perdarahan akut, massif, dan reaksi hemolitik

Hb naik: adanya hemokonsentrasi

Hb turun: adanya perdarahan hebat, reaksi hemolitik

c. pH dan jenis berat urine

berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi

urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030.

7. PENATALAKSAAN

 Penatalaksanaan medis

1. Terapi cairan IV

2. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan darah lengkap

3. Terapi obat-obatan

4. Transfusi darah (jika diperlukan)

 Penatalaksanaan keperawatan

1. Menghitung tetesan infus

Rumus dasar dalam satuan menit

Rumus dasar dalam satuan jam

Faktor tetes infus (Dewasa) :

- Merek OtsukaFaktor tetes = 15 tetes/ml

- Merek TerumoFaktor tetes = 20 tetes/ml


2. Rehidrasi oral.

3. Menghitung keseimbangan cairan.IWL = (15 x BB ) : 24 jam = .... cc/jam

8. Masalah Keseimbangan Cairan

1. Hipovolemik

Hipovolemik adalah kondisi akibat kekurangan volume Cairan

Ekstraseluler (CES), dan dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit,

ginjal, gastrointestinal, pendarahan sehingga menimbulkan syok

hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada hipovolemik adalah

peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi jantung,

kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rassa haus, pelepasan hormone

ADH dan adosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat

menimbulkan gagal ginjal akut.

Gejalanya adalah pusing, lemah, letih, anoreksia, mual, muntah,

rasa haus, gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan

darah, HR meningkat, suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering

dan kasar, mukosa mulut kering. Tanda – tanda penurunan berat badan

akut , mata cekung pengosongan vena jugularis. Pada bayi dan anak – anak

adanya penurunana jumlah air mata.

2. Hipervolemia

Hipervolemia dalah penambahan/kelebihan volume cairan CES

dapat terjadi pada saat:

a. Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air

b. Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air

c. Kelebihan pemberian cairan

d. Perpindahan CIT ke plasma.


Gejalanya adalah sesak nafas, peningkatan dan penurunan tekanan darah,

nadi kuat, asites, edema, adanya ronchi, kulit lembab, distensi vena leher

dan irama gallop.

9. Pengaturan Keseimbangan Cairan

Keseimbangan cairan dalam tubuh dihitung dari jumlah cairan yang


masuk dikurangi dengan jumlah cairan yang keluar. Catatan asupan dan
haluaran yang akurat serta berat badan harian sangat penting untuk merawat
klien yang mengalami kekurangan atau kelebihan cairan.
1. Asupan Cairan

Asupan merujuk pada air dan cairan lain yang masuk kedalam tubuh
setiap hari. Air diperoleh dari dua sumber yaitu : asupan cairan (melalui
mulut atau metode lain seperti IV), dan sebagai hasil metabolisme
makanan. Pengaturan mekanisme keseimbangan cairan ini menggunakan
mekanisme haus. Pusat pengaturan rasa haus dalam rangka mengatur
keseimbangan cairan adalah hipotalamus. Apabila terjadi
ketidakseimbangan volume cairan tubuh dimana asupan cairan kurang
atau adanya perdarahan, maka curah jantung akan menurun,
menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah.

Umur Kebutuhan air

Jumlah air dalam 24 mL/kg Berat Badan


jam

3 hari 250 - 300 80 -100

1 tahun 1150 – 1300 120 – 135

2 tahun 1350 – 1500 115 – 125

4 tahun 1600 – 1800 100 – 110

10 tahun 2000 – 2500 70 – 85


14 tahun 2200 – 2700 50 - 60

18 tahun 2200 – 2700 40 - 50

Dewasa 2400 - 2600 20 - 30

e. Pengeluaran Cairan

Banyak faktor memengaruhi kehilangan cairan. Individu yang sakit


membutuhkan lebih banyak cairan karena mengalami drainase berlebihan dari
luka, muntah atau perdarahan. Demam dapat menyebabkan individu
menggunakan sekitar empat kali lipat jumlah cairan yang ia biasanya ia
butuhkan. Masing-masing bentuk kehilangan cairan juga akan mengubah
konsentrasi elektrolit tubuh. Pasien dengan ketidakadekuatan pengeluaran
cairan memerlukan pengawasan asupan dan pengeluaran cairan secara
khusus. Peningkatan jumlah dan kecepatan pernafasan, keringat dan diare
dapat menyebabkan kehilangan cairan secara berlebihan. Kondisi lain yang
dapat menyebabkan kehilangan cairan berlebihan adalah muntah secara terus
menerus.
10. PATHWAY
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN CAIRIAN

I. PENGKAJIAN
A. Riwayat Kesehatan
1. Asupan cairan dan makanan (oral dan Parental).
2. Tanda dan gejala gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan
elektrolit.
4. Pengobatan tertentu yang tengah dijalani yang dapat mengganggu
status cairan.
5. Status perkembangan (usia atau kondisi sosial).
6. Faktor psikologis (perilaku emosional).
B. Pengukuran Klinik
1. Berat Badan (BB)
Peningkatan atau penurunan 1 kg BB setara dengan penambahan atau
pengeluaran 1 liter cairan, ada 3 macam masalah keseimbangan cairan
yang berhubungan dengan berat badan :
a. Ringan : ± 2%
b. Sedang : ± 5%
c. Berat : ±10%
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
dengan menggunakan pakaian yang beratnya sama.
2. Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nada, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3. Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a. Cairan oral : NGT dan oral
b. Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c. Makanan yang cenderung mengandung air
d. Iritasi kateter
4. Pengukuran keluaran cairan
1). Urin : Volume, kejernihan/kepekatan
2). Feses : Jumlah dan konsistensi
3). Muntah
4). Tube drainage dan IWL
5. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
C. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada :
1. Integument : Keadaan turgor kulit, edema, kelelahan, kelemahan,
otot, tetani dan sensasi rasa.
2. Kardiovaskuler : Distensi vena jugularis, tekanan darah, hemoglobin
dan bunyi jantung.
3. Mata : cekung, air mata kering.
4. Neurology : Reflek, gangguan motorik dan sensorik,
tingkatkesadaran.
5. Gastrointestinal : Keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-
muntah
D. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
b. Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
c. pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur
konsentrasi urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat
jenisnya 1,003-1,030.
E. Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu, yang tidak menjalani puasa, mengalami atau
resiko memgalami resiko dehidrasi vascular, interstisial, atau
intravascular.
Batasan Karakteristik :
a. Ketidak cukupan asupan cairan per oral.
b. Balancenegatif antara asupan dan haluaran.
c. Penurunan berat badan.
d. Kulit/membrane mukosa kering (turgor menurun).
e. Peningkatan natrium serum.
f. Penurunun haluaran urine atau haluaran urine berlebih.
g. Urine pekat atau sering berkemih.
h. Penurunan turgor kulit.
i. Haus, mual/anoreksia
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan haluaran urine berlebih, sekunder akibat diabetes
insipidus.
b. Berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler dan
kehilangan cairan melalui evaporasi akibat luka bakar.
c. Berhubungan dengan kehilangan cairan, sekunder akibat demam,
drainase abnormal, dari luka, diare.
d. Berhubungan dengan penggunaan laksatif, diuretic atau alkohol yang
berlebihan.
e. Berhubungan dengan mual, muntah.
f. Berhubungan dengan motivasi untuk minum, sekunder akibat depresi
atau keletihan.
g. Berhubungan dengan masalah diet.
h. Berhubungan denganpemberian makan perselang dengan konsentrasi
tinggi.
i. Berhubungan dengan konsentrasi menelan atau kesulitan makan
sendiri akibat nyeri mulut.
2. Kelebihan Volume Cairan
Definisi :
Kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami kelebihan
beban cairan intraseluler atau interstisial.
Batasan Karakteristik :
a. Edema
b. Kulit tegang, mengkilap.
c. Asupan melebihi haluaran.
d. Sesak napas
e. Kenaikan berat badan
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi cairan sekunder
akibat gagal jantung.
b. Berhubungan dengan preload, penurunan kontraktilitas, dan penurunan
curah jantung, sekunder akibat infark miokard, gagal jantung, dan
penyakit katup jantung.
c. Berhubungan dengan hipertensi porta, tekanan osmotic, koloid plasma
yang rendah, retensi natrium, sekunder akibat penyakit hepar, serosis
hepatis, asites, dan kanker.
d. Berhubungan dengan gangguan aliran balik vena, sekunder akibat
varises vena, thrombus, imobilitas, dan flebitis kronis.
e. Berhubungan dengan retensi natrium, air, dan sekunder akibat
penggunaan kortikosteroid.
f. Berhubungan dengan kelebihan asupan natrium/cairan.
g. Berhubungan dengan rendahnya asupan protein pada diet lemak, dan
malnutrisi.
h. Berhubungan dengan venostasis/bendungan vena, sekunder akibat
imobilitas, bidai atau balutan yang kuat, serta berdiri atau duduk dalam
waktu yang lama.
i. Berhubungan dengan kompresi vena oleh uterus pada saat hamil.
j. Berhubungan dengan drainase limfatik yang tidak adekuat, sekunder
akibat mastetomi.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit(kalium)
Batasan Karakteristik :
a. Perubahan kadar kalium.
b. Aritmia.
c. Kram tungkai.
d. Mual.
e. Hipotensi.
f. Bradikardia.
g. Kesemutan.
Faktor yang berhubungan :
a. Berhubungan dengan kerusakan jaringan, sekunder akibat trauma panas.
b. Berhubungan dengan pengeluaran kalium berlebih karena muntah, diare.
c. Berhubungan dengan gangguan regulasi elektrolit, sekunder akibat
kerusakan ginjal.
d. Berhubungan dengan diet tinngi-kalium/rendah-kalium.
F. Intervensi (Perencanaan)
Tujuan dan kriteria
No Diagnosa keperawatan Intervensi keperawatan Rasional
hasil
1. Kekurangan volume cairan Tujuan :
Menyeimbangkan a. Kaji cairan yang disukai a. Membuat klien lebih
volume cairan sesuai klien dalam batas diet. kooperatif.
dengan kebutuhan tubuh b. Rencanakan target b. Mempermudah untuk
Kriteria Hasil: pemberian asupan cairan memantauan kondisi
a. Terjdi peningkatan untuk setiap sif, mis : siang klien.
asupan cairan min. 1000 ml, sore 800 ml dan c. Pemahaman tentang
2000ml/hari (kecuali malam 200 ml. alasan tersebut
terjadi kontraindikasi). c. Kaji pemahaman klien membantu klien dlm
b. Menjelaskan perlu-nya tentang alasan mengatasi gangguan.
meningkatkan asupan mempertahankan hidrasi d. Untuk mengontrol
cairan pada saat yang adekuat. asupan klien.
stress/cuaca panas. d. Catatasupan dan haluaran. e. Untuk mengetahui
c. Mempertahankan berat e. Pantau asupan per oral, min. perkembangan status
jenis urine dalam batas 1500 ml/ 24 jam. kesehatan klien.
normal. f. Pantau haluaran cairan
d. Tidak menunjukan 1000-1500ml /24jam.
tanda-tanda dehidrasi. Pantau beratjenis urine.
2. Kelebihan volume cairan Tujuan:
Kebutuhan cairan klien a. Kaji asupan diet dan a. Untuk mengontrol
dapat terpenuhi sesuai kebiasaan yang mendorong asupan klien.
dengan kebutuhan tubuh terjadinya retensi cairan. b. Konsumsi garam yang
klien. b. Anjurkan klien untuk berlebiha me-
Kriteria hasil: menurunkan konsumsi ningkatkan tekanan
a. Klien akan garam. darah.
menyebutkan faktor c. Anjurkan klien untuk: c. Makanan yg meng-
penyebab dan metode 1) Menghindari makanan gunakan penyedap
pencegahan edema. gurih, makanan kaleng rasa dan pengawet.
b. Klien mperlihatkan dan makanan beku. d. Na+mengikat air,jadi
penurunan edema 2) Mengkonsumsi makanan tubuh akan lebih
tnpa garam dan merasa lebih cepat
menambahkan bumbu haus.
aroma. e. Venostasis dapat
3) Mggunakan cuka mengakibatkan
pengganti garam untuk terhambatnya aliran
penyedap rasa sop, darah.
rebusan dll. f. Guna memperlancar
d. Kaji adanya tanda venostasis sirkulasi.
dan bendungan vena pada g. Perlukaan pada daerah
bagian tubuh yang yang sakit
mengantung. menyebabkan kurang
e. Untuk drainase limfatik yang lancarnya sirkulasi
tidak adekuat. peredaran darah di
f. Tinggikan ekstremitas daerah tsb.
dengan menggunakan bantal, h. Semua kegiataan
imobilitas, bidai/ balutan tersebut memperparah
yang kuat, serta keadaan klien
berdiri/duduk dlm waktu yg i. Untuk mepercepat
lama. perbaikan jaringan
g. Jangan memberikan tubuh.
suntikan/infuse pada lengan
yang sakit.
h. Tingatkan klien untuk
menghindari detergen yang
keras, membawa beban
berat, memegang rokok,
mencabut kutikula/ bintil
kuku, me-nyentuh kompor
gas, memgenakan perhiasan
atau jam tangan.
i. Lindungi kulit yg edema dari
cidera.
G.Implementasi (Perencanaan)
1. Kekurangan volume cairan
a. Mengkaji cairan yangdisukai klien dalam batasdiet.
b. Merencanakan targetpemberian asupan cairanuntuk setiap sif, mis:
siang1000 ml. Sore 800 ml danmalam 200 ml.
c. Mengkaji pemahaman kliententang alasanmempertahankan
hidrasiyang adekuatMencatat asupan danhaluaran.
d. Memantau asupan per oral,minimal 1500ml/24 jam.
e. Memantau haluaran cairan1000-1500ml/24 jam.Memantau berat jenis
urine.
2. Kelebihan volume cairan
a. Mengkaji asupan diet dan kebiasaan yang mendorong terjadinya
setensi cairan.
b. Menganjurkan klien untuk menurunkan konsumsi garam.
c. Menganjurkan klien untuk:
1) Menghindari makanangurih,makanankalengdan makananbeku.
2) Mengonsumsi makanan tanpa garam dan menambahkan bumbu aroma
3) Menggunakan cuka pengganti garam untuk penyedap rasa sop,rebusan
dll.
d. Mengkaji adanya tandavenostasis dan bendunganvena pada bagian
tubuhyang mengantung.
e. Memposisikan ekstremitas yang mengalami edema diatas level
jantung,bila memungkinkan(kecuali ada kontra indikasi).
f. Untuk drinase limfatik yang tidak adekuat:
1) Meninggikan ekstremitas dengan menggunakan bantal.
2) Mengukur tekanan darah pada lengan yang tidak sakit.
3) Jangan memberikan suntikan atau infuse pada lengan yang sakit.
4) Mengingatkan klien untuk menghindari detergen yang keras,
membawa beban berat, memegang rokok, mencabut kutikula atau
bintil kuku, memyentuh kompor gas, memgenakan perhiasan atau jam
tangan.
5) Melindungi kulit yang edema dari cidera.
3. Gangguan keseimbangan Elektrolit (kalium)
Penurunan kadar kalium:
a. Mengobservasi tanda dan gejala hipokalemia (vertigo,
hipotensiariotmia, mual, muntah, diare, distensi abdomen, penurunan
peristaltis, kelemahan otot, dan kramtungkai.
b. Mencatat asupan dan haluaran. (poliuria dapat menyebabkan
pengeluaran kalium secara berlebihan).
c. Menentukan status hidrasi klien bila terjadi hipokalemia.
(kelebihancairan dapat menyebabkan serum).
d. Mengenali perubahan tingkah laku yang merupakan tanda- tanda
hipokalemia. Nilai kalium yang rendah dapat menyebabkan konfusi,
mudah marah, depresi mental.
e. Menganjurkan klien dan keluarga untuk mengkonsumsi makanan
tinggi kalium (mis. Buah-buahan, sari buah, buah kering, sayur,
daging, kacang- kacangan, teh, kopi, dan kola)
f. Melaporkan perubahan EKG; segmen ST yang n memanjang, depresi
n segmen ST dan gelombang T yang datar atau terbalik merupakan
indikasi hipokalemia.
g. Mengencerkan suplemen kalium per oral sedikitnya dalam 113,2
gram air/saribuah untuk mengurangi resiko iritasi mukosa lambung.
h. Memantau nilai kalium serum pada klien yang mendapat obat diuretic
dan steroid. (Streoid kortison dapat menyebabkan retensi natrium dan
ekresi kalium).
i. Mengkaji tanda dan gejala toksisitas digitalis jika klien tengah
mendapat obat golongan digitalis dan diuretik atau steroid. (nilai
kalium yang rendah dapat meningkatkan kerja digitalis.
Peningkatan Kadar Kalium:
a. Mengobservasi tanda dan gejala hiperkalemia (misalnya Bradikardia,
kram abdomen, oliguria, kesemutan dan kebas pada ekstremitas).
b. Mengkaji haluaran urin. Sedikitnya 25 ml/jam atau 600 ml/hari
(haluaran urin yang sedikti dapat menyebabkan hiperkalemia).
c. Melaporkan nilai kalium serum yang melebihi 5 mEq/l. batasi asupan
kalium jika perlu. (nilai kalium lebih dari 7 mEq/l dapat menyebabkan
henti jantung)
d. Memantau EKG untuk melihat adanya pelebaran kompleks QRS dan
gelombang T tinggi yang merupakan tanda hiperkalema.

H. Evaluasi tindakan keperawatan


1. Keseimbangan cairan dapat dipertahankan.
2. Output urine pasien seimbang dengan intake cairan, membran mukosa
lembab, turgor kulit baik.
3. Karakterisitik urine menunjukkan fungsi ginjal yang baik.
4. Pasien akan mengkonsumsi cairan sesuai dengan program (per oral,
therapy intravena atau TPN).
5. Pasien dapat mengatakan penyebab kekurangan cairan dapat teratasi.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2015).Diagnosa Keperawatan.Jakarta: EGC.


Doenges, Moorhouse, Geissler. (2015). Rencana Asuhan keperawatan. Edisi 3.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC.
Kusnanto. (2016.) Modul Pembelajaran Pemenuhan Kebutuhan Cairan
dan Elektrolit. Surabaya : UNAIR
Nerstriwinugroho. 2016. Laporan Pendahuluan Klien Dengan Gangguan
Kebutuhan Cairan Dan Elektrolit.
https://nerstriwinugroho77.wordpress.com/2016/02/29/laporan-
pendahuluan-klien-dengan-gangguan-kebutuhan-cairan-dan-elektrolit/

(diakses pada tanggal 1 januari 2020)

PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia:Definisi


dan Indikator Diagnostik, Edisi 1 Cetakan III (Revisi).
Jakarta: PPNI.
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:
PPNI.
PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi
dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1 Cetakan II. Jakarta:
PPNI.
Setyowati, Puji. Laporan Pendahuluan Kebutuhan Cairan.
https://www.academia.edu/36392304/LAPORAN_PENDAHULUAN_KEB
UTUHAN_CAIRAN.

(diakses pada tanggal 1 januari 2020)

Tarwoto & Wartonah. (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses


Keperawatan. Jakarta. Salemba Medika.
Vita, A., & Fitriana, Y. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia (Teori dan
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional). Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Wulandari, Onny. 2017. Laporan Pendahuluan Gangguan Kebutuhan Cairan Dan
Elektrolit.
https://www.academia.edu/34863309/LAPORAN_PENDAHULUAN.
(diakses pada tanggal 1 januari 2020)

Anda mungkin juga menyukai