Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA KEGIATAN

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) : TERAPI KOGNITIF


SENAM GERAK LATIH OTAK PADA LANSIA

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
Anisa G1B223006
Sorcha Ophelia Nanda. S G1B223015
Eva Daya Nababan G1B223026
Sri Mulyani G1B223031
Henni Ramadhani Safitri G1B223032
Fitra Ayda Ningsih G1B223037
Wahyu Eka Saputri G1B223045
Fiqri Gumilang G1B223048
Ambarwati G1B223049

PEMBIMBING AKADEMIK:
Ns. Lisa Anita Sari, M.N.S.

PEMBIMBING LAPANGAN:
Ns. Ana, S.Kep

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS JAMBI
2024
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Satuan Acara Kegiatan yang
berjudul “Terapi Aktivitas Kelompok: Terapi Kognitif Senam Gerak Latih Otak
Pada Lansia”.
Satuan Acara Kegiatan ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata
kuliah Keperawatan Gerontik. Penulis sangat menyadari bahwa penyusunan dan
penulisan tugas Satuan Acara Kegiatan ini masih banyak terdapat kekurangan.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
untuk perbaikan dan memperluas wawasan penulis.
Semoga Satuan Acara Kegiatan ini dapat bermanfaat serta memberi
tambahan ilmu bagi penulis dan peserta penyuluhan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jambi, Maret 2024

Penulis
PRE PLANNING
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK : TERAPI KOGNITIF
SENAM GERAK LATIH OTAK PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Terapi Kognitif Senam Gerak Latih Otak pada Lansia
Sasaran : 10 Orang Lansia di Poli Lansia Puskesmas Putri Ayu
Hari/Tanggal : Selasa, 26 Maret 2024
Pukul : 08.00 - 08.30 WIB
Alokasi Waktu : 1 x 30 menit

A. Latar Belakang
Lansia dapat dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia. Proses menjadi lansia merupakan proses alamiah yang
dapat terjadi pada setiap orang (Wahyu, Santoso and Bimbingan, 2013).
Dimana keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan
ini berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta
peningkatan kepekaan secara individual. Aspek yang juga mengalami
penurunan secara degeneratif adalah fungsi kognitif (kecerdasan/pikiran)
(Qotifah, 2017).
Pertambahan usia dan peningkatan prevalensi penyakit tidak menular,
merupakan faktor utama penyebab penurunan fungsi kognitif yang kelak akan
meningkatkan penyakit demensia pada kelompok lansia. Badan Pusat
Statistik (BPS) melaporkan bahwa terdapat 29,3 juta penduduk lanjut usia
(lansia) di Indonesia pada 2021. Angka ini setara dengan 10,82% dari total
penduduk di Indonesia. Jumlah lanjut usia (Lansia) yang terus meningkat
dapat menjadi aset bangsa bila sehat dan produktif. Namun lansia yang tidak
sehat dan tidak mandiri akan berdampak besar terhadap kondisi sosial dan
ekonomi bangsa. Kesehatan manusia usia lanjut perlu mendapatkan perhatian
khusus agar hidup secara produktif sesuai dengan kemampuannya sehingga
dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan.
Pada saat ini lanjut usia terdapat berbagai permasalahan yang dihadapi
oleh para lansia seperti terjadinya berbagai kemunduran fisik (sel, sistem
persarafan, sistem pendengaran dan sistem penglihatan), psikologis
(kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan
pekerjaan), kognitif (fungsi belajar dan fungsi memori), yang tentu
memerlukan penyesuaian bagi lansia untuk menjalani peran baru tersebut.
Proses penyesuaian diri pada setiap lansia pun juga berlangsung secara
berbeda-beda dalam menghadapi berbagai kemunduran diri serta masalah
yang muncul dalam sehari-hari. Keluhan yang sering dialami oleh seseorang
yang telah memasuki masa lanjut usia adalah menurunnya daya ingat atau
sering lupa. Gangguan kognitif pada lansia jika tidak diatasi dengan baik akan
memengaruhi aktivitas hidup seharihari dan kesehatan lansia secara
menyeluruh. Perlu adanya suatu pelayanan untuk mengatasi masalah
kesehatan pada lansia dan meningkatkan kualitas hidup lansia. Pelayanan
lansia meliputi pelayanan yang berbasiskan pada keluarga, masyarakat dan
lembaga (Wahyunita, 2018).
Terapi aktivitas kelompok: terapi kognitif yang berupa senam otak dapat
menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang perawat kepada
lansia yang mempunyai masalah terkait penurunan fungsi kognitif yang
berpotensi untuk memicu terjadinya demensia. Terapi aktivitas kelompok ini
merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat kepada
kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama. Aktivitas
digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.
Penurunan fungsi kognitif yang berujung pada demensia menyebabkan lansia
menjadi tidak produktif sehingga memunculkan problem dalam kesehatan
masyarakat dan tentunya berdampak pada bertambahnya pembiayaan
keluarga, masyarakat dan pemerintah (Wijaya, 2021).
Senam menjadi salah satu bentuk latihan olahraga untuk meningkatkan
fungsi kognitif. Senam adalah jenis latihan tubuh yang dibuat secara sengaja,
disusun secara sistematis, dan dilaksanakan dengan penuh kesadaran yang
bertujuan dalam mengembangkan dan membentuk diri secara harmonis.
Penurunan kemampuan otak dan tubuh yang terjadi pada lansia menyebabkan
pikun, badan mudah terserang penyakit, dan frustasi. Walaupun seperti itu,
senam otak dapat digunakan untuk mencegah penurunan kemampuan otak
(Proverawati, 2016). Istilah brain gym atau sering disebut senam otak
dipahami sebagai kegiatan yang bertujuan untuk serta merangsang organ
tubuh yang berhubungan dengan emosi dan perasaan, yakni otak besar
(dimensi pemusatan) dan otak tengah (limbik), kemudian berfungsi untuk
meringankan atau merelaksasi bagian belakang dan depan otak (dimensi
pemfokusan), serta merangsang otak kiri dan kanan (dimensi lateralitas)
melalui serangkaian latihan Gerakan tubuh yang sederhana (Haryanto, 2016).
Berdasarkan hasil wawancara pada lansia di Puskesmas Putri Ayu
terdapat 50 lansia yang datang melakukan pemeriksaan. Dari 50 lansia yang
datang melakukan pemeriksaan terdapat 40 lansia yang masih memiliki fisik
yang baik, sehat dan kemampuan aktifitas pada tingkat mandiri, dan masih
memiliki kemampuan kognitif yang baik, belum ditemukan tanda-tanda
kepikunan ataupun demensia. Namun sebagian besar lansia mengeluh
mengalami nyeri dan badan terasa sakit/pegal-pegal pada ekstremitas bawah.
Kondisi lansia yang masih baik ini tentunya perlu dipertahankan dan
dilakukan tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan kognitif maupun
mencegah keluhan fisik dari lansia. Oleh karena itu, perlu untuk mengadakan
terapi modalitas lansia yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan
meningkatkan derajat kesehatan termasuk fungsi kognitif dan kesehatan fisik.
Senam otak merupakan temuan baru yang sudah dibuktikan melalui
penelitian dapat digunakan sebagai upaya pencegahan atau dapat mengatasi
masalah kesehatan kognitif, mencegah demensia, sehingga senam otak
merupakan topik yang menarik untuk dilakukan pada acara terapi modalitas
lansia bersama dengan lansia yang melakukan pemeriksaan di Puskesmas
Putri Ayu.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk
melakukan kegiatan dikarenakan penurunan fungsi kognitif pada lansia dapat
diminimalisir dengan adanya program kegiatan lansia berupa “Terapi
Kognitif : Senam Gerak Latih Otak pada Lansia”.
B. Tujuan Kegiatan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : terapi kognitif
senam gerak latih otak pada lansia, diharapkan lansia dapat
menyeimbangkan kemampuan beraktivitas dan berpikir pada saat yang
bersamaan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukannya Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) : terapi kognitif
senam otak pada lansia selama 20 menit, diharapkan lansia dapat
mendemonstrasikan senam gerak latih otak pada lansia.

C. Pelaksanaan
1. Sasaran
Sasaran klien yang dipilih untuk dapat melakukan senam otak pada lansia
adalah sebagai berikut :
1) Lansia yang berkunjung ke Poli Lansia di Puskesmas Putri Ayu
2) Lansia yang mampu melakukan aktivitas fisik
3) Lansia yang kooperatif.
2. Metode
1) Demonstrasi
2) Simulasi.
3. Media
1) Leaflet.
4. Alat
1) Kursi.
D. Pengorganisasian
1. Tim Pelaksana
1) Pembimbing Akademik : Ns. Lisa Anita Sari, M.N.S.
2) Leader : Eva Daya Nababan
3) Co-Leader : Sri Mulyani
4) Observer : Sorcha Ophelia
5) Fasilitator : - Ambarwati
- Fiqri Gumilang
- Henni Ramadhani Safitri
- Anisa
- Fitra Ayda Ningsih
6) Dokumentasi : Wahyu Eka Saputri

2. Uraian Tugas
1) Leader
Uraian Tugas :
a. Memimpin jalannya kegiatan TAK.
b. Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota terapis.
c. Menetapkan dan menjelaskan aturan kegiatan TAK.
2) Co-Leader
Uraian Tugas :
a. Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
b. Melengkapi kekurangan dan tugas yang terlewatkan oleh leader.
3) Observer
Uraian Tugas :
a. Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara.
b. Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
4. Fasilitator
Uraian Tugas :
a. Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
c. Mengatur posisi kelompok lansia untuk melaksanakan kegiatan.
d. Membimbing kelompok lansia selama kegiatan TAK.
e. Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
5. Dokumentasi
Uraian Tugas :
a. Bertanggung jawab dalam pendokumentasian.
b. Bertanggung jawab dalam publikasi hasil acara.

E. Setting Tempat

Keterangan:

: Pembimbing : Lansia

: Leader : Fasilitator

: Co-Leader : Dokumentasi

: Observer
F. Kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Tahapan
No Kegiatan Pelaksana Kegiatan Audiens
Waktu
1. Tahap Orientasi a. Memberi salam terapeutik: a. Menjawab salam
(3 menit) salam mulai dari terapis,
perkenalan nama dan
panggilan terapis.
b. Evaluasi/Validasi: b. Menjawab
menanyakan perasaan lansia
saat ini.
c. Kontrak: c. Mendengarkan
1) Menjelaskan tujuan dan
kegiatan memperhatikan
2) Menjelaskan aturan
kegiatan senam:
- Jika lansia ingin meninggalkan
kelompok harus minta izin
kepada terapis.
- Setiap lansia mengikuti
kegiatan dari awal sampai
akhir.
- Jika peserta merasa kurang
jelas dengan penjelasan leader,
dapat menanyakan kepada
leader dengan menunjuk
tangan terlebih dahulu.
- Peserta hadir ditempat 5 menit
sebelum kegiatan berlangsung.
2. Tahap Kerja 1. Memposisikan lansia di 1. Mengikuti
tempat yang telah kegiatan sesuai
disesuaikan. aturan kegiatan.
2. Mendemonstrasikan senam 2. Mengikuti
otak kepada lansia. kegiatan sesuai
aturan kegiatan.

3. Tahap Evaluasi a. Menanyakan perasaan lansia a. Menjawab


(4 menit) setelah mengikuti kegiatan.
b. Memberikan pujian atas b. Mengucapkan
keberhasilan lansia. terima kasih
c. Terapis meminta lansia dan c. Mempraktekan
petugas untuk mengulang hal gerakan.
yang telah dipelajari secara
mandiri.
4. Penutup a. Menyimpulkan kegiatan a. Mendengarkan
(3 menit) Terapi Aktivitas Kelompok
(TAK).
b. Memberikan salam dan b. Menjawab
mengucapkan terima kasih. salam.

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Audiens dapat mengikuti TAK sesuai dengan rencana dan tepat waktu.
b. Audiens tidak meninggalkan ruangan pada saat kegiatan berlangsung.
c. Kondisi lingkungan mendukung untuk melaksanakan kegiatan TAK.
d. Leader dan lainnya berperan sebagaimana mestinya.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
b. Audiens berpartisipasi aktif selama kegiatan berlangsung.
c. Audiens mempraktekkan senam gerak latih otak dengan binary.
d. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai akhir.
e. Leader mampu memimpin acara.
f. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
g. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
h. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan.
i. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan
j. Dokumentasi mendokumentasikan kegiatan yang berlangsung
k. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
3. Evaluasi Hasil
a. 100% lansia yang hadir mampu melakukan senam dengan benar.
DEMONSTRASI GERAKAN TERAPI KOGNITIF SENAM GERAK
LATIH OTAK PADA LANSIA

1. Gerakan pertama, tangan kanan mengepal dan jempol dibuka ke atas, untuk
tangan kiri juga mengepal dan jari kelingking dibuka ke atas. Lakukan hal
serupa dengan mengganti posisi tangan kanan ke tangan kiri selama 2x8
hitungan atau menyesuaikan kondisi.

2. Gerakan kedua, tangan kanan mengepal dan tangan kiri membuka. Lakukan
hal serupa dengan mengganti posisi tangan kanan ke tangan kiri selama 2x8
hitungan atau menyesuaikan kondisi.

3. Gerakan ketiga, telapak tangan kanan membuka menghadap ke atas dan


telapak tangan kiri membuka menghadap ke bawah. Lakukan hal serupa
dengan mengganti posisi tangan kanan ke tangan kiri selama 2x8 hitungan
atau menyesuaikan kondisi.

4. Gerakan keempat, jari jempol dan telunjuk tangan kanan dibuka (seperti
gerakan menembak), tangan kiri membuka dengan telapak menghadap ke
depan. Lakukan hal serupa dengan mengganti posisi tangan kanan ke tangan
kiri selama 2x8 hitungan atau menyesuaikan kondisi.

5. Gerakan kelima, posisikan tangan kanan menempel di dada, dan tangan kiri
menempel di perut. Lakukan hal serupa dengan mengganti posisi tangan
kanan ke tangan kiri selama 2x8 hitungan atau menyesuaikan kondisi.
6. Gerakan keenam, posisikan tangan kanan diatas kepala sampai memegang
telinga sebelah kiri, dan tangan sebelah kiri memegang telinga kanan.
Lakukan hal serupa dengah mengantikan posisi tangan kanan ke tangan kiri
selama 2x8 hitungan atau menyesuaikan kondisi.

7. Gerakan ketujuh, posisikan tangan kanan dengan mengangkat ke atas lurus


tegak dan posisi tangan kiri berada diatas paha kiri dengan kaki kiri diangkat.
Lakukan hal serupa dengan bergantian posisi kaki kanan ke kaki kiri selama
2x8 hitungan atau menyesuaikan kondisi.
8. Gerakan kedelapan, posisi tangan kanan kiri berada di depan dada dengan
posisi lurus berhadapan dan setelah itu tangan direntangkan ke samping
kanan dan kiri secara bersamaan, dan kaki kanan kiri digerakan ke samping
kanan dan kiri secara bersamaan. Lakukan hal serupa selama 2x8 hitungan
atau menyesuaikan kondisi.

9. Gerakan kesembilan, posisikan tangan kiri lurus dan tangan kanan didepan
berbentuk siku, dan kaki kanan digerakkan kesamping kanan. Lakukan hal
serupa selama 2x8 hitungan dengan bergantian posisi dari tangan kiri ke
tangan kanan dan kaki kanan ke kaki kiri atau menyesuaikan kondisi.
10. Gerakan kesepuluh, posisikan tangan kanan menempel di dada dan tangan kiri
lurus menempel di paha dan kaki kiri agak sedikit dimajukan. Lakukan hal
serupa selama 2x8 hitungan dengan bergantian posisi dari kanan ke kiri.

DAFTAR PUSTAKA
Al-Finatunni’mah, A., & Nurhidayati, T. (2020). Pelaksanaan Senam Otak untuk
Peningkatan Fungsi Kognitif pada Lansia dengan Demensia. Ners
Muda, 1(2), 139-145.
Astuti, D. A. P., Ivana, T., & Jamini, T. (2018). Pengaruh senam otak terhadap
fungsi kogntif pada lansia. Jurnal Keperawatan Suaka Insan (JKSI), 3(2), 1-9.
Haryanto, 2016. Ada Apa dengan Otak Tengah. Jakarta. Gradien Mediatam.
Posisi, P. et al. (2020) ‘Stikes Perintis Padang Tahun 2020 Stikes Perintis Padang
Tahun 2020’, Penerapan Posisi Semi Fowler Dalam Memberikan Asukan
Keperawatan Pada Pasien Tb Paru Di Ruangan Rawat Inap Paru Rsud Dr
Achmad Mochtar Bukiting, p. yuni sara.
Proverawati, 2016. Menopause dan Syndrome Premenopause. Yogyakarta. Nuha
Medika.
Qotifah, I. (2017) ‘Hubungan Antara Fungsi Kongnitif dengan Kualitas Hidup
Pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Nogosari’, pp. 2–5.
Available at: http://eprints.ums.ac.id/55024/.
SMC RS Telogorejo. 2021. “Cegah Pikun dengan Senam Otak-dr. B. Neni
Mulyanti, Sp.PD-FINASIM & dr. Djamal Tahitoe, Sp. KFR”.
https://www.youtube.com/watch?v=rXpvit-0KYM
Wahyunita, 2018. Pengaruh Senam Otak Terhadap Kemampuan Kognitif Lanjut
Usia. Jurnal Gizi Dan Kesehatan. Vol. 1, No. 2, Agustus, 2018
Wijaya, L., & Dewi, B. P. (2021). Penyuluhan Demensia Pada Gangguan Fungsi
Kognitif dan Terapi Kognitif Senam Otak Tahun 2021 di Panti Jompo Lanjut
Usia Harapan Kita Palembang. Community Development Journal: Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 2(3), 896-901.
Zulaini (2016) ‘Manfaat Senam Otak’, Jurnal Ilmu Keolahragaan, 15(2), pp. 62-
70

Anda mungkin juga menyukai