Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


SOSIALISASI PADA LANSIA DENGAN
MENDENGAR MUSIK DAN SENAM HIPERTENSI

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU
JURUSAN KEPERAWATAN PRODI PROFESI NERS
TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL TAK

Terapi Sosialisasi Pada Lansia Dengan mendengar musik dan Senam hipertensi

OLEH :

Disusun oleh:

Kelompok 3

1. Annida Filjannati

2. Bayu Adhi Nugraha

3. Muhammad Gibran

4. Maheza Putri Amanda

5. Monalisa Anggraini

6. Nadita Erischa

7. Rizki Velia

8. Yuliana Dewi

PEMBIMBING PENDIDIKAN PEMBIMBING LAHAN

(..................................................................... (....................................................................)
)

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
TA. 2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Terapi aktivitas jelompok merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan
perawat kepada kelompok lansia yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai target asuhan.
Penuaan adalah suatu proses akumulasi dari kerusakan sel somatik yang diawali oleh
adanya disfungsi sel hingga terjadi disfungsi organ dan pada akhirnya akan meningkatkan
risiko kematian bagi seseorang. Apabila dilihat dari sudut pandang yang lebih luas, proses
penuaan merupakan suatu perubahan progresif pada organisme yang telah mencapai
kematangan intrinsik dan bersifat irreversibel serta menunjukkan adanya kemunduran
sejalan dengan waktu.
Semakin bertambahnya umur manusia akan terjadi proses penuaan dengan diikuti
berbgai permasalahan kesehatan terutama secara degeneratif yang berdampak pada
perubahan-perubahan pada diri manusia baik dari perubahan fisik, kognitif, perasaanm
sosial, dan seksual. (Azizah, 2011).
Pada lansia akan terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada
perubahan –perubahan yaitu secara fisik, kognitif, sosial dan seksual. Perubahan yang
muncul secara fisik misalnya sistem indra, sistem muskuloskletal, perubahan pada sistem
kardiovaskuler. Perubahan secara psikologis misalnya masa pensiun, perubahan peran
sosial yang telah berubah. Dan pada lansia sering muncul gangguan seperti immobility
(imobilisasi), instability (instabilitas dan jatuh), impaiment (gangguan intelektual),
isolation (isolasi) (Kuntjoro, 2002).
Pada hakikatnya menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti seseorang telah
melalui tiga tahap kehidupannya, yaiyu : masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis maupun psikologis. Memasuki masa tua
berarti mengalami kemunduran baik fisik maupun psikis.
Corak perkembangan proses penuaan bersifat lambat namun dinamis dan bersifat
individual baik secara fisiologis maupun patologis, karena banyak dipengaruhi oleh
riwayat maupun pengalaman hidup di masa lalu yang terkait dengan faktor biologis,
psikologis, spiritual, fungsional, lingkungan fisik dan sosial. Perubahan struktur dan
penurunan fungsi sistem tubuh tersebut diyakini memberikan dampak yang signifikan
terhadap gangguan homeostasis sehingga lanjut usia mudah menderita penyakit yang
terkait dengan usia misalnya: stroke, Parkinson, dan osteoporosis dan berakhir pada
kematian. Penuaan patologis dapat menyebabkan disabilitas pada lanjut usia sebagai
akibat dari trauma, penyakit kronis, atau perubahan degeneratif yang timbul karena stres
yang dialami oleh individu. Stres tersebut dapat mempercepat penuaan dalam waktu
tertentu, selanjutnya dapat terjadi akselerasi proses degenerasi pada lanjut usia apabila
menimbulkan penyakit fisik. Oleh karena itu diperlukannya pelaksanaan program terapi
yang diperlukan suatu instrument atau parameter yang bisa digunakan untuk mengevaluasi
kondisi lansia, sehingga mudah untuk menentukan program terapi selanjutnya. Tetapi
tentunya parameter tersebut harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan dimana lansia
itu berada, karena hal ini sangat individual sekali, dan apabila dipaksakan justru tidak akan
memperoleh hasil yang diharapkan. Dalam keadaan ini maka upaya pencegahan berupa
latihan-latihan atau terapi yang sesuai harus dilakukan secara rutin dan berkesinambungan.

B. Rumusan Masalah
Terapi apa saja yang dapat diterapkan pada lansia?
C. Topik
Stimulasi sensoris, fungsi pendengaran, dan kemampuan mengingat.
D. Tujuan TAK
1. Tujuan umum
a. lansia dapat berespon terhadap stimulus yang diberikan oleh mahasiswa yaitu
musik.
b. Lansia dapat mengikuti arahan senam hipertensi yang dilakukan.
c. Lansia dapat melatih kemampuan mengingat.
2. Tujuan khusus
a. Lansia mampu memberi respon terhadap musik yang didengar
b. Lansia mampu mengikuti arahan senam hipertensi.
c. Lansia mampu memberi respon terhadap pertanyaan yang diajukan
d. Lansia mampu menceritakan perasaannya setelah mendengarkan musik.
e. Lansia mampu melatih kemampuan mengingat.

1.4       Manfaat TAK


Lansia dapat mengetahui terapi apa saja yang dapat diterapkan pada dirinya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Pengertian TAK


Terapi kelompok adalah metode pengobatan ketika lansia ditemui dalam
rancangan waktu tertentu dengan tenaga yang memenuhi persyaratan tertentu.
Tujuan terapi kelompok adalah membantu anggotanya berhubungan dengan
orang lain serta mengubah perilaku yang obstruktif dan maladaptif.
2.2. Pengertian Lansia
Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua
bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur
mengakibatkan perubahan kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuh (Damanik, 2019).

2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan lansia


Menurut dari hasil penentian (Kusumo, 2020) faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kesehatan lansia yaitu Genetik, Lingkungan fisik dan sosial seperti
kondisi rumah, lingkungan dan komunitas, Karateristik (jenis kelamin,etnis, dan
status sosial ), Perilaku hdup sehat, Kegiatan beraktivitas
2.4. Perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Damanik, (2019) Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia
yaitu penurunan fungsi sistem indra sistem pendengaran, penurunan fungsi sistem
integumen biasanya pada lansia mengalami atropi, kendur, tidak elastik dan berkerut,
perubahan fungsi sistem muskuloskeletal biasanya ada perubahan pada jaringan
penghubung (kolagen dan elastin), kartilago, tulang, otot dan sendi, perubahan pada
sistem kardiovaskuler, adanya perubahan pada sistem respirasi, terjadinya penurunan
sistem pencernaan dan metabolisme, adanya penurunan pada sistem perkemihan,
adanya penurunan pada sistem saraf, adanya penurunan sistem reproduksi, adanya
perubahan pada kognitif daya ingat menurun, IQ menurun,kemampuan belajar
menurun, kemampuan pemahaman menurun, kesulitan dalam pengambilan keputusan,
kekurangan motivasi. Adanya perubahan mental, adanya perubahan spiritual,
munculnya perubahan dalam psikososial seperti merasa kesepian, duka cita, depresi,
gangguan cemas, parafrenia, terjadi sindroma diogenes yang merupakan penampilan
perilaku yang muncul.

2.5. Program Pada Lansia


1) Program Fisioterapi
Dalam penanganan terapi latihan untuk lansia dimulai dari aktivitas fisik yang
paling ringan kemudian bertahap hingga maksimal yang bisa dicapai oleh individu
tersebut, misalnya :
a. Aktivitas di tepat tidur
 Positioning, alih baring, latihan pasif&aktif lingkup gerak sendi
b. Mobilisasi
 Latihan bangun sendiri, duduk, transfer dari tempat tidur ke kursi,
berdiri, jalan
 Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari : mandi, makan,
berpakaian, dll

2) Program Okupasiterapi
Latihan ditujukan untuk mendukung aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan
memberikan latihan dalam bentuk aktivitas, permainan, atau langsung pada
aktiviats yang diinginkan. Misalnya latihan jongkok-berdiri di WC yang dipunyai
adalah harus jongkok, namun bila tidak memungkinkan maka dibuat modifikasi.
3) Program Ortotik-prostetik
Bila diperlukan alat bantu dalam mendukung aktivitas pada lansia maka
seorang ortotis-prostetis akan membuat alat penopang, atau alat pengganti bagian
tubuh yang memerlukan sesuai dengan kondisi penderita. Dan untuk lansia hal ini
perlu pertimbangan lebih khusus, misalnya pembuatan alat diusahakan dari bahan
yang ringan, model alat yang lebih sederhana sehingga mudah dipakai, dll.
4) Program Terapi Wicara
Program ini kadang-kadang tidak selalu ditujukan untuk latihan wicara saja,
tetapi perlu diperlukan untuk memberi latihan pada penderita dengan gangguan
fungsi menelan apabila ditemukan adanya kelemahan pada otot-otot sekitar
tenggorokan. Hal ini sering terjadi pada penderita stroke, dimana terjadi
kelumpuhan saraf vagus, saraf lidah, dll.
5) Program Sosial-Medik
Petugas sosial-medik memerlukan data pribadi maupun keluarga yang tinggal
bersama lansia, melihat bagaimana struktur/kondisi di rumahnya yang berkaitan
dengan aktivitas yang dibutuhkan penderita, tingkat sosial-ekonomi. Hal ini sangat
penting sebagai masukan untuk mendukung program lain yang ahrus dilaksanakan,
misalnya seorang lansia yang tinggal dirumahnya banyak trap/anak tangga,
bagaimana bisa dibuat landai atau pindah kamar yang datar dan biasa dekat dengan
kamar mandi, dll.
6) Program Psikologi
Dalam menghadapi lansia sering kali harus memperhatikan keadaan
emosionalnya, yang mempunyai ciri-ciri yang khas pada lansia, misalnya apakah
seorang yang tipe agresif, atau konstruktif, dll. Juga untuk memberikan motivasi
agar lansia mau melakukan latihan, mau berkomunikasi, sosialisasi dan sebgainya.
Hal ini diperlukan pula dalam pelaksanaan program lain sehingga hasilnya bisa
lebih baik.

2.6. Macam-macam Terapi Lansia


1. Terapi Modalitas
Terapi modalitas adalah Kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang
bagi lansia.
Tujuan
a.       Mengisi waktu luang bagi lansia
b.      Meningkatkan kesehatan lansia
c.       Meningkatkan produktifitas lansia
d.      Meningkatkan interaksi sosial antar lansia

Jenis Kegiatan :
a. Psikodrama
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia. Tema dapat dipilih
sesuai dengan masalah lansia.
b. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan,
bersosialisasi, bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk
terlaksananya terapi ini dibutuhkan Leader, Co-Leader, dan fasilitator.
Misalnya : cerdas cermat, tebak gambar, dan lain-lain.
c. Terapi Musik
Bertujuan untuk mengibur para lansia seningga meningkatkan gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu. Misalnya : lagu-lagu kroncong, musik
dengan gamelan
d. Terapi Berkebun
Bertujuan untuk melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan
waktu luang. Misalnya : penanaman kangkung, bayam, lombok, dll
e. Terapi dengan Binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari
sepinya dengan bermain bersama binatang. Misalnya : mempunyai peliharaan
kucing, ayam, dll
f. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan
produktivitas dengan membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah
disediakan. Misalnya : membuat kipas, membuat keset, membuat sulak dari
tali rafia, membuat bunga dari bahan yang mudah di dapat (pelepah pisang,
sedotan, botol bekas, biji-bijian, dll), menjahit dari kain, merajut dari benang,
kerja bakti (merapikan kamar, lemari, membersihkan lingkungan sekitar,
menjemur kasur, dll)
g. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti menggadakan cerdas
cermat, mengisi TTS, tebak-tebakan, puzzle, dll
SAP KEGIATAN TAK

1. Kriteria
Lansia yang berada di lingkuanan puskemas nusa indah.
2. Proses seleksi
Lansia yang termasuk dalam kategori lansia mandiri dan dengan alay bantu.
3. Pengorganisasian
a. Waktu :
Hari/tanggal :senin, 21 februari 2023
Waktu :pukul 09.00 – 11.00 wib
Alokasi waktu :perkenalan dan pengarahan (10 menit0, terapi
kelompok (20 menit), penutup 10 orang
Tempat : di puskesmas nusa indah
Jumlah klien :10 orang.
b. Tim terapis
1) Leader : Bayu Adhi Nugraha
Uraian tugas :
a) Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Memimpin jalannya terapi kelompok
c) Memimpin diskusi
2) Co-leader : Rizki Velia
Uraian tugas :
a) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan
b) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang
c) Membantu memimpin jalannya kegiatan
d) Menggantikan leader jika terhalang tugas.
3) Observer : Yuliana Dewi
Uraian tugas :
a) Mengamati semua proses kegiatannya yang berkaitan dengan
waktu, tempat, jalannya acara.
b) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
4) Fasilitator :
1. Maheza putri amanda
2. Annida filjannati
3. Nadita erischa
4. Monalisa
5. Muhammad gibran

Uraian tugas :
b) Menjadi instruktur senam lansia
c) memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok
d) memotivasi anggotta dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan
e) mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk
melaksanakan kegiatan
f) membimbing kelompok selama senam hipertensi dilakukan
g) menjelaskan mengenai hipertensi
h) membantu leader dalam melaksanakan kegiatan
i) bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.

c. Setting tempat
Keterangan :

: fasilitator

: klien

: leader

: co-leader

: observer

d. Metode dan media


1) Metode
a. Memutar musik
b. Melakukan senam hipertensi untuk lansia
2) Media
a. Layar proyektor
b. Lcd
c. Speaker
d. Vidio senam lansia
e. Laptop

e. Proses pelaksanaan
1) Persipan
Memilih klien sesuai dengan indikasi
Membuat kontrak dengan klien
Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2) Orientasi
Salam teraupetik
- Salam dari leader kepada klien
- Perkenalkan nama dan panggilan leader

Evaluasi /validasi

- Menanyakan perasaan klien saat ini

Kontrak
- Leader menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan
yaitu TAK mendengar musik dan senam hipertensi.
- Leader menjelaskan aturan selama senam yaitu :
a) Jika klien yang ingin meninggalkan kelompok harus
meminta izin pada terapis.
b) Lama kegiatan 30 menit.
c) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai
selesai

3) Tahap kerja
a) Terapis mengumpulkan lansia dan berbaris sesuai yang ada di
setting tempat.
b) Terapis menghidupkan lagu
c) Terapis memutarkan vidio untuk senam hipertensi
d) Terapis dan klien melakukan senam hipertensi selama 30 menit.
e) Setelah selesai senam lansia akan berisitirahat
f) Observer akan mengobservasi respon lansia terhadap musik dan
senam hipertensi yang telah dilakukan.
g) Melakukan penyuluhan mengenai hipertensi

4) Tahap terminasi
a) Evaluasi
- Leader menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
- Leader memberikan pujian atas keberhhasilan kelompok dan
lansia.
b) rencana tindak lanjut
terapis meminta lansia dan puskesmas pembantu untuk
melaksanakan senam hipertensi 1 minggu sekali di keluhan
kebun kenanga.
c) kontrak yang akan datang
terapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan kepada lansia
untuk selalu rajin berolahraga dan mengatur makanan yang
akan dikonsumsi serta mengkontrol hipertensi.
5) evaluasi dan dokumentasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang dinilai dan dievaluasi adalah kemampuan
lansia sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensoris
mendengar musik, kekampuan lansia mengikuti arahan terapis,
pendengaran, penglihatan, memberi pendapat. Formulir evaluasi
sebagai berikut :

No Aspek Yang Dinilai Jumlah Lansia


1 Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir
2 Memberi respon

Anda mungkin juga menyukai