Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DENGAN KEGAWATAN PSIKIATRI

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

NAMA :

1.EVANDU PRANSYAH DEWA


2.INDRI NIZA ANASTASYA
3.INGGI PUTRI
4.MEILITA KHAIRUNISYAH
5.NABILA MEILIARANI
6.SACHI AZAHRA BALQIS
7.SAUM INDAYANA
8.YULIANA DEWI

DOSEN PENGAJAR : DAHRIZAL. Skp., MPH.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BENGKULU

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

2021

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan


sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin
penyusun tidak akan sanggup menyelesaikannya dengan baik. Shalawat dan
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi
Muhammad SAW.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang


“Asuhan Keperawatan Gawat Darurat Dengan Kegawatan Psikiatri”
dalam Keperawatan Gawat Darurat, yang kami sajikan berdasarkan
pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini di susun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan.Penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari Tuhan
akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bengkulu, Oktokber 2021

Penulis,

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................4
B. Tujuan....................................................................................................5
C. Manfaat .................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................6
A. Konsep Kedaruratan Psikiatri...............................................................6
B. Konsep Gaduh Gelisah..........................................................................9
C. Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................18
BAB III PENUTUP .........................................................................................24
A. Kesimpulan...........................................................................................24
B. Saran ....................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................25

3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Psikiatri dipenuhi oleh fenomenologi dan penelitian fenomena mental.
Dokter psikiatri harus belajar untuk menguasai observasi yang teliti dan
penjelasan yang mengungkapkan keterampilan termasuk belajar bahasa baru.
Bagian bahasa didalam psikiatri termasuk pengenalan dan definisi tanda dan
gejala perilaku dan emosional.
Kegawatdaruratan Psikiatrik merupakan aplikasi klinis dari psikiatrik
pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti
percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan,
kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan
psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu
perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan
kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak
tahun 1960-an, terutama di perkotaan.
Penatalaksanaan pada pasien kegawatdaruratan psikiatrik sangat
kompleks. Para profesional yang bekerja pada pelayanan kegawatdaruratan
psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan kekerasan akibat keadaan
mental pasien mereka. Pasien biasanya datang atas kemauan pribadi mereka,
dianjurkan oleh petugas kesehatan lainnya, atau tanpa disengaja.
Penatalaksanaan pasien yang menuntut intervensi psikiatrik pada umumnya
meliputi stabilisasi krisis dari masalah hidup pasien yang bisa meliputi gejala
atau kekacauan mental baik sifatnya kronis ataupun akut.
Kegawat daruratan Psikiatrikmerupakan aplikasi klinis dari psikiatrik
pada kondisi darurat. Kondisi ini menuntut intervensi psikiatriks seperti
percobaan bunuh diri, penyalahgunaan obat, depresi, penyakit kejiwaan,
kekerasan atau perubahan lainnya pada perilaku. Pelayanan kegawatdaruratan
psikiatrik dilakukan oleh para profesional di bidang kedokteran, ilmu
perawatan, psikologi dan pekerja sosial. Permintaan untuk layanan
kegawatdaruratan psikiatrik dengan cepat meningkat di seluruh dunia sejak

4
tahun 1960-an, terutama di perkotaan. Penatalaksanaan pada pasien kegawat
daruratan psikiatrik sangat kompleks. Para profesional yang bekerja pada
pelayanan kegawat daruratan psikiatrik umumnya beresiko tinggi mendapatkan
kekerasan akibat keadaan

B. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui Bagaimana
penanganan kegawatdaruratan psikiatri dengan gaduh gelisah.
C. Manfaat
Manfaat penulis menyusun makalah ini untuk menambah pengetahuan
mahasiswa dan mahasiswi keperawatan poltekkes kemenke Bengkulu dalam
penanganan pasien gawat darurat dengan kegawatan psikiatrik.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KEDARURTAN PSIKIATRI


1. Pengertian Kedaruratan Psikiatri
Kondisi pada keadaan kegawatdaruratan psikiatrik meliputi percobaan
bunuh diri, ketergantungan obat, intoksikasi alkohol, depresi akut, adanya
delusi, kekerasan, serangan panik, dan perubahan tingkah laku yang cepat
dan signifikan, serta beberapa kondisi medis lainnya yang mematikan dan
muncul dengan gejala psikiatriks umum.
Kegawatdaruratan psikiatrik ada untuk mengidentifikasi dan
menangani kondisi ini. Kemampuan dokter untuk mengidentifikasi dan
menangani kondisi ini sangatlah penting.
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg
didasarkan pada ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan
gawat darurat berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio- spiritual yang
komprehensif ditujukan pada semua kelompok usia yang sedang
mengalami masalah kesehatan yang bersifat urgen , akut dan kritis akibat
trauma, proses kehidupan ataupun bencana.
2. Faktor- Faktor Penyebab Kedaruratan Psikiatri
Kondisi Kedaruratan Adalah suatu kondisi dimana terjadi gangguan
integritas fisiologis atau psikologis secara mendadak. Tempat rujukan
layanan kegawatdaruratan psikiatrik biasanya dikenal sebagai Psychiatric
Emergency Service, Psychiatric Emergency Care Centres, atau
Comprehensive Psychiatric Emergency Programs. Tenaga kesehatan terdiri
dari berbagai disiplin, mencakup kedokteran, ilmu perawatan, psikologi,
dan karya sosial di samping psikiater. Untuk fasilitas, kadang dirawat inap
di rumah sakit jiwa, bangsal jiwa, atau unit gawat darurat, yang
menyediakan perawatan segera bagi pasien selama 24 jam. Di dalam
lingkungan yang terlindungi, pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik
diberikan untuk memperoleh suatu kejelasan diagnostik, menemukan solusi

6
alternatif yang sesuai untuk pasien, dan untuk memberikan penanganan
pada pasien dalam jangka waktu tertentu. Bahkan diagnosis tepatnya
merupakan suatu prioritas sekunder dibandingkan dengan intervensi pada
keadaan kritis.
Fungsi pelayanan kegawatdaruratan psikiatrik adalah menilai
permasalahan pasien, memberikan perawatan jangka pendek, memberikan
pengawasan selama 24 jam , mengerahkan tim untuk menyelesaikan
intervensi pada tempat kediaman pasien, menggunakan layanan manajemen
keadaan darurat untuk mencegah krisis lebih lanjut, memberikan peringatan
pada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan, dan menyediakan pelayanan
konseling lewat telepon.

3. Dasar Hukum Pelayanan Kedaruratan Psikiatri


Penaturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelayanan
gawat darurat adalah UU No 23/1992 tentang Kesehatan, Peraturan Menteri
Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis, dan
Peraturan Menteri Kesehatan No.159b/1988 tentang Rumah Sakit.
Dipandang dan segi hukum dan medikolegal, pelayanan gawat darurat
berbeda dengan pelayanan non-gawat darurat karena memiliki karakteristik
khusus. Beberapa isu khusus dalam pelayanan gawat darurat membutuhkan
pengaturan hukum yang khusus dan akan menimbulkan hubungan hukum
yang berbeda dengan keadaan bukan gawat darurat.
Ketentuan tentang pemberian pertolongan dalam keadaan darurat telah
tegas diatur dalam pasal 5l UUNo.29/2004 tentang Praktik Kedokteran, di
mana seorang dokter wajib melakukan pertolongan darurat atas dasar
perikemanusiaan. Selanjutnya, walaupun dalam UU No.23/1992 tentang
Kesehatan tidak disebutkan istilah pelayanan gawat darurat namun secara
tersirat upaya penyelenggaraan pelayanan tersebut sebenamya merupakan
hak setiap orang untuk memperoleh derajat kesehatan yang optimal (pasal
4) Selanjutnya pasal 7 mengatur bahwa “Pemerintah bertugas
menyelenggarakan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh

7
masyarakat” termasuk fakir miskin, orang terlantar dan kurang mampu.
Tentunya upaya ini menyangkut pula pelayanan gawat darurat, baik yang
diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat (swasta).
Rumah sakit di Indonesia memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pelayanan gawat darurat 24 jam sehari sebagai salah
satu persyaratan ijin rumah sakit. Dalam pelayanan gawat darurat tidak
diperkenankan untuk meminta uang muka sebagai persyaratan pemberian
pelayanan.
Dalam penanggulangan pasien gawat darurat dikenal pelayanan fase
pra-rumah sakit dan fase rumah sakit. Pengaturan pelayanan gawat darurat
untuk fase rumah sakit telah terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan
No.159b/1988 tentang Rumah Sakit, di mana dalam pasal 23 telah
disebutkan kewajiban rumah sakit untuk menyelenggarakan pelayanan
gawat darurat selama 24 jam per hari.
Untuk fase pra-rumah sakit belum ada pengaturan yang spesifik.
Secara umum ketentuan yang dapat dipakai sebagai landasan hukum adalah
pasal 7 UU No.23/1992 tentang Kesehatan, yang harus dilanjutkan dengan
pengaturan yang spesifik untuk pelayanan gawat darurat fase pra-rumah
sakit Bentuk peraturan tersebut seyogyanya adalah peraturan pemerintah
karena menyangkut berbagai instansi di luar sektor kesehatan.
Pengertian tenaga kesehatan diatur dalam pasal 1 butir 3 UU
No.23/1992 tentang Kesehatan sebagai berikut: tenaga kesehatan adalah
setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki
pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan
yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya
kesehatan”. Melihat ketentuan tersebut nampak bahwa profesi kesehatan
memerlukan kompetensi tertentu dan kewenangan khusus karena tindakan
yang dilakukan mengandung risiko yang tidak kecil.
Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.23/1992
tentang Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang menyatakan
bahwa “pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu

8
kedokteran dan ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu “.
Ketentuan tersebut dimaksudkan untuk melindungi masyarakat dari
tindakan seseorang yang tidak mempunyai keahlian dan kewenangan untuk
melakukan pengobatan/perawatan, sehingga akibat yang dapat merugikan
atau membahayakan terhadap kesehatan pasien dapat dihindari, khususnya
tindakan medis yang memelakukanngandung risiko.
Pengaturan kewenangan tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan
medik diatur dalam pasal 50 UUNo.23/1992 tentang Kesehatan yang
merumuskan bahwa “tenaga kesehatan bertugas menyelenggarakan atau
melakukan kegiatan kesehatan sesuai dengan bidang keahlian dan atau
kewenangan tenaga kesehatan yang bersangkutan”.
Setiap tindakan medis harus mendapatkan persetujuan dari pasien
(informed consent). Hal itu telah diatur sebagai hak pasien dalam UU
No.23/1992 tentang Kesehatan pasal 53 ayat 2 dan Peraturan Menteri
Kesehatan No.585/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis. Dalam
keadaan gawat darurat di mana harus segera dilakukan tindakan medis pada
pasien yang tidak sadar dan tidak didampingi pasien, tidak perLu
persetujuan dari siapapun (pasal 11 Peraturan Menteri Kesehatan
No.585/1989). Dalam hal persetujuan tersbut dapat diperoleh dalam bentuk
tertulis, maka lembar persetujuan tersebut harus disimpan dalam berkas
rekam medis.

B. KONSEP GADUH GELISAH


1. Pengertian Gaduh Gelisah
Keadaan gaduh gelisah dapat dimasukkan kedalam golongan
kedaruratan psikiatri, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi, akan
tetapi karena keadaan ini berbahaya bagi pasien sendiri maupun bagi
lingkungannya, termasuk orang lain dan barang-barangnya. Tidak jarang
seseorang yang gaduh gelisah dibawa ke rumah sakit. Yang mengantarnya

9
sering tidak sedikit dan biasanya ialah anggota keluarganya dan sering
mereka juga bingung dan gelisah.
suatu keadaan yang menimbulkan tanda gejala Psikomotor
meningkat,yaitu:
a. Banyak bicara
b. Mondar-mandir
c. Lari-lari
d. Loncat-loncat
e. Destruktif
Bingung Afek/emosi excitement, yaitu :
a. Marah-marah
b. Mengancam
c. Agresif
d. Ketakutan
e. Euphoria
2. Gejala Gaduh Gelisah
Keadaan gaduh gelisah biasanya timbul akut atau sub akut. Gejala
utama ialah psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali
berbicara, berjalan mondar mandir, tidak jarang ia berlari-lari dan
meloncat-loncat bila keadaan itu berat. Gerakan tangan dan kaki serta ajuk
(mimic) dan suaranya ceat dan hebat. Mukanya kelihatan bingung, marah-
marah atau takut. Ekspresi ini mencerminkan gangguan afek-emosi dan
proses berpikir yang tidak realistic lagi. Jalan pikiran biasanya cepat dan
sering terdaat waham curiga. Tidak jarang juga timbul halusinasi
penglihatan (terutama pada sindroma otak organic yang akut) dan
halusinasi endengaran (terutama pada skizofrenia).
Karena gangguan proses berikir ini, serta waham curiga dan halusinasi
(lebih- lebih bila halusinasi itu menakutkan), maka pasien menjadi sangat
bingung, gelisah dan gaduh. Ia bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi
agresif dan destruktif. Karena itu semua, maka ia menjadi berbahaya bagi
dirinya sendiri atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau

10
mengalami kecelakaan maut dalam kegelisahan yang hebat itu. Jika waham
curiganya keras atau halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat
menyerang orang lain atau merusak barang-barang disekitarnya.
Bila orang dalam keadaan gaduh gelisah tidak dihentikan atau dibuat
tidak berdaya oleh orang-orang disekitarnya untuk mengamankan si pasien
dan lingkungannya, maka ia akan kehabisan tenaga dengan segala
akibatnya atau ia meninggal karena kecelakaan. Tergantung pada gangguan
primer, maka kesadaran data menurun secara kuantitatif (tidak compos
mentis) dengan amnesia sesudahnya (seperti pada sindroma otak yang akut)
atau kesadaran itu tidak menurun akan tetapi tidak normal, kesadaran itu
berubah secara kualitatif. Seerti pada semua psikosa, maka individu dalam
keadaan gaduh gelisah ini sudah kehilangan kontak dengan
kenyataan:proses berpikir, afek-emosi, psikomotor dan kemauannya sudah
tidak sesuai lagi dengan realitas.

3. Penyebab Keadaan Gaduh Gelisah


a. Gangguan psikotik akut
b. Psikosa yang berhubungan dengan sindrom otak organic yang akut.
Pasien dengan keadaan gaduh gelisah yang berhubungan dengan
sindroma otak organic akut menunjukkan kesadaran yang menurun.
Sindroma ini dinamakan delirium. Istilah sindroma otak organic
menunjuk kepada keadaan gangguan fungsi otak karena suatu penyakit
badaniah. Penyakit badaniah ini yang menyebabkan gangguan fungsi
otak itu mungkin terdapat di otak sendiri dan karenanya mengakibatkan
kelainan patologik-anatomik. Secara mudah dapat dikatakan bahwa ada
sindroma otak organic yang akut biasanya terdapat kesadaran yang
menurun, pada sindrom otak organic yang menahun biasanya terdapat
demensia,. Akan tetapi data daja menimbulkan psikosa ataupun gaduh
gelisah.

c. Skizofrenia

11
d. Keadaan
Bila kesadaran tidak menurun, maka biasanya keadaan gaduh
gelisah itu merupakan manifestasi suatu psikosa fungsional, yaitu
psikosa yang tidak berhubungan atau sampai sekarang belum
diketahui dengan pasti adanya hubungan dengan suatu penyakit
badaniah seperti pada sindroma otak organic.
 Amok
Keadaan gaduh gelisah yang timbul mendadak dan
dipengaruhi oleh factor-faktor social budaya, karena itu PPDGJ 1
memasukkan kedalam kelompok” Keadaan yang terikat pada
kebudayaan setempat” (culture bound phenomenon). Efek malu
memegang peranan penting.
Biasanya seorang pria sesudah periode “meditasi” atau
tindakan ritualistic, maka mendadak ia bangkit dan mengamuk. Ia
menjadi sangat agresif dan destruktif.
 Gangguan panic
Mungkin saja terjadi pada orang yang normal bila nilai
ambang frustasinya mendadak dilampaui, misalnya kecemasan
dan panic sewaktu kebakaran, kecelakaan masala tau bencana.
Sebagian besar orang-orang ini lekas menjadi tenang kembali,
bila perlu diberikan pengobatan suportif seerti berbicara dengan
tenang, istirahat, tranquilaizer serta makanan dan minuman.
 Kebingungan post konvulsi
Tidak jarang terjadi sebuah konvulsi karena epilepsy
grandmall atau sesudah terapi konvulsi elektrokonvulsi. Pasien
menjadi gelisah atau agresif. Keadaan ini berlangsung beberapa
menit dan jarang lebih lama dari 15 menit. Pasien dikendalikan
dengan dipegang saja dan dengan kata- kata yang menentramkan.
Bila ia masih tetap bingung dan gelisah, maka perlu diberi
diazeapam atau penthotal secara intravena untuk mengakhiri
keadaan bingungnya.

12
 Reaksi disosiatif atau keadaan fugue
Memperlihatkan pasien dalam keadaan bingung juga.
Keduanya merupakan jenis nerosa histerik yang disebabkan oleh
konflik emosional. Kesadaran pasien menurun, ia berbicara dan
berbuat sesuai seperti dalam keadaan mimpi, sesudahnya terdapat
amnesia total
 Ledakanamarah (temper tantrum) tidak jarang timbul pada anak
kecil.
Mereka menjadi binggung dan marah tidak karuan.
Penyebabnya sering terdaat pada hubungan dengan dunia luar
yang dirasakan begitu menekan sehingga tidak dapat ditahan lagi
dan anak kecil itu bereaksi dengan caranya sendiri.

4. Strategi Umum Pemeriksaan Pasien


a. Ketahui sebanyak mungkin mengenai pasien sebelum menjumpai
b. Waspada mengenai ancaman kekerasan
c. Perhatikan posisi diri jika berada diruang tertutup
d. Pastikan ada orang lain saat pemeriksaan
e. Usahakan untuk mengadakan relasi sebaik mungkin dengan pasien
f. Cegah pasien menciderai diri sendiri dan orang lain
g. Pendekatan pasien dengan sikap tidak mengancam
h. Beri keyakinan pada pasien
i. Tawarkan pengobatan
j. Informasikan kepadaa pasien bahwa pengikatan atau pengurungan
mungkin diperlukan
k. Serahkan prosedur pengikatan kepada mereka yang menguasai
l. Pastikan tim selalu siap menahan pasien

5. Pemeriksaan
a. Diagnosis awal
 Pemeriksaan fisik

13
 Wawancara psikiatrik
 Pemeriksaan status mental
b. Mengidentifikasi Faktor Pencetus
c. Mengidentifikasi Kebutuhan Segera
 Untuk segera mendapat penanganan psikiatrik
 Untuk segera rujuk ke tempat yang paling berkompeten
 Pemeriksaan laboratorium yang relevan

6. Penatalaksanaan Pengikatan Fisik


a. Berbicara secara meyakinkan kepada pasien untuk menghentikan
perilaku
b. Ulangi penjelasan jika tidak menghentikan perilakunya akan dilakukan
pengikatan
c. Tawarkan untuk menggunakan medikasi dari pada dilakukan
pengikatan. Jangan tawar-menawar dengan pasien.
d. Jangan membiarkan pasien berpikir tentang keraguan kita untuk
melakukan pengikatan.
 Tiap anggota gerak satu ikatan
 Ikatan pada posisi sedemikian agar tidak mengganggu aliran cairan
IV jika diperlukan

 Posisi kepala lebih tinggi untuk menghindari aspirasi

 Lakukakan pemeriksaan vital signtiap setiap ½ jam

 Tempatkan pasien pada tempat yang mudah dilihat oleh staf


e. Lanjutkan dengan meditasi
f. Setelah pasien dapat dikendalikan dengan medikasi, mulai dengan
melepaskan satu ikatan
g. Dua ikatan terakhir harus dilakukan bersama-sama (tidak menganjurkan
mengikat pasien dengan hanya satu ikatan pada anggota gerak
h. Buat catatan mengapa pasien harus diikat

14
7. Terapi dan Pengobatan Gaduh Gelisah
Terapi terhadap Underlying disease merupakan tatalaksana saat ini
yang menentukan pendekatan apa yang kita gunakan, antara lain :
a. Perawatan terhadap keadaangaduh gelisah termasuk delirium dan
gangguan mental organik.
b. Fiksasi pada tempat tidur dandibuat ruangan tersendiri adalah tindakan
yang sangat membantu.
c. Lampu yang cukup terang
d. Orientasi dipertahankandengan adanya jam dan kalender
e. Di dampingi oleh kerabat terdekat merupakan lingkungan
yangmempercepat perbaikan.
f. Pada keadaan primer psikitri,anti psikotik dan atau anti anxietas
mempunyai dampak yang sangat baik
Tujuan utama perawatan adalah membuat pasien tenang dan tidak
gaduh gelisah lagi. Pilihan sedian yang ada :
a. Golongan Phenothiazine
Salah satu obat yang paling banyak dipakai saat ini adalah
Chlopromazine (largactil, promactil, ethibernal), yang diberikan
dengan dosisawal 50 - 100 mg, dan bila diberikan perenteral,
sebaiknya diberikan secara deep intramuscular. Perlu diperhatikan,
obat ini mempunyai khasiat hipotensif (karenanya tidak dianjurkan
dalam pemberian intravenous) dan suntikan dapat menyebabkan
infiltrat di antara otot (rasa sakit).
Demikian pula sifat epileptogenik dari derivate phenothiazine
perlu pula diperhatikan. Mengingat efek samping yang cukup banyak
darichl orpromazine, di Indonesia saat ini juga dijumpai preparat
perenteral lainnya seperti fluphenazine (anatensol HCI). Preparat
tersebut saat ini mudah diperoleh, dan dapat diberikan dalam dosis
yang relatif lebih rendah : yakni 2,5 - 5 mg yang dapat diberikan
dalam bentuk injeksi sebanyak 1 - 2 cc.

15
b. Golongan butyrophenon
Obat yang termasuk golongan ini antara lain Serenace,
danHaldol/Halo peridol. FDA tidak menyetujui sedian IV bagi
haloperidol, tetapi dapat digunakan bersama Salin untuk mencegah
presipitasi dengan Heparindan Phenytoin. Dosis yang diberikan :
 Gaduh gelisah ringan dengan 0.5 mg – 2 mg.
 Gaduh gelisah sedang dimulai dengan 5-10 mg.
 Gaduh gelisah berat memerlukan permulaan 10 mg.
Jika pasien masih gaduh gelisah dapat diberikan kembali tiap 20-
30 menit dan dapat ditingkatkan pemberian bolus 75 mg. Haloperidol
dapat diberikan secara IV dengan drip dengan dosis rata-rata 10 - 20
mg/jam. Dapat juga digunakan dosis 400-500 mg/hari, dengan dosis
awal rendah pada pasien usia tua dan pasien dengan penyakit tertentu.
Penggunaan IV lebih jarang terjadi EPS, reaksi distonik, dan akathisia
sertahipotensi.
c. Golongan Thioxanthene
Walaupun beberapa ahli berpendapat bahwa efek-samping
golongan ini kurang menyenangkan, tetapi chlorprothixene yang
pernah ada di pasaran Indonesia (Truxal, atau taractan) ternyata cukup
efektif dalam menanggulangi pasien gaduh gelisah bila diberi dalam
dosis 50 - 100 mg intramuskular. Pada Ruangan Gawat Darurat,
pemberian IV biasanya sulit pada keadaan gaduh gelisah, sehingga
pasien harus ditenangkan menggunakan sediaan IM ataupun
konsentrat.
 Pilihan I:
Haloperidol 5 mg IM/konsentrat dan diulangi 40 menit
sampai pasien tenang. Dilanjutkan dengan pemberian 2 mg
IM/per oral tiap 4 jam bila perlu. Pengguanaan berikutnya sampai
dengan 24 jam.
 Pilihan II
Kombinasi antipsikotik dan Benzodiazepine mempunyai efek

16
yanglebih rendah. Haloperidol 5 mg IM/konsentrat tiap 30 menit
jika perlusampai dengan pasien tenang. Sebagai alternatif
Lorazepam 2 mgIM/konsentrat diulangi 30 menit bila perlu
sampai pasien tenang.
 Pilihan III
Chlorpromasin 25 mg IM, jangan pernah memberikan lebih
dari 50mg. Karena dapat menyebabkan hipotensi, dan hindarkan
penggunaan pada pasien tua.
Penggunaan Elektro Convulsive Therapy
Di antara kasus-kasus tertentu, temyata ada yang masih
membandelwalaupun kita telah menggunakan dosis yang lebih
tinggi. Tidak jarang dosisyang tinggi tadi dapat berakibat toksik
dan malahan menyebabkan pasien leblgelisah. Pada kasus yang
dulu dikenal sebagai akute-tt5dliche katatonie,disarankan
diberikan Block-shock, yakni pemberian ECT sebanyak dua
atautiga kali dalam sehari, karena justru terapi ini yang menjadi
Drugs of Choice.
Terapi ini dapat diulang pada hari-hari berikutnya selama tiga
hari bila diperlukan. Perlu diperhatikan, bahwa :mereka yang
tidak mempunyai alat ECT, yang mutakhir, masih dapat pula
menggunakan elektrode dari listrik biasa (listrik bolak balik,
dengan voltase 70 - 130 volt), dan kedua electrode tersebut
diletakkan di kedua pelipis penderita, dan waktu yang dibutuhkan
adalah 0,1 - 0,5 detik. (tapi preparasi pun harus dikerjakan dengan
baik).
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penggunaan ECT
adalah :
ECT dapat memperhebat efek hipotensif dari neuroleptika
(penyebabnyamasih dipertanyakan).
Akhir akhir ini, penggunaan ECT memperoleh kecaman yang
hebat, khususnya oleh negara-negara maju karena dianggap

17
kurang etis.Tapi pemakaian untuk kasus-kasus psikiatrik
yang tepat, misalnya bagi keadaan Psikosis-depresiva, yang
disertai agitasi, pemakaian ECT masih dianggap yang paling
potensial.
C. KONSEP ASKEP GADUH GELISAH
1. Pengkajian
Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar
utama dan hal yang paling penting dilakukan oleh perawat, baik pada saat
penderita pertama kali masuk Rumah Sakit (untuk mengetahui riwayat
penyakit dan perjalanan penyakit yang dialami pasien) maupun selama
penderita dalam masa perawatan (untuk mengetahui perkembangan pasien
dan kebutuhannya serta mengidentifikasi masalah yang dihadapinya).
Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data.
Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam
pengkajian:
 Wawancara
 Pemeriksaan fisik
 Observasi atau pengamatan
 Catatan atau status pasien
 Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
a) Pengkajian Primer
 Airway
Menilai apakah jalan nafas pasien bebas. Apakah klien dapat
berbicara dan bernafas dengan mudah, nilai kemampuan klien
untuk bernafas secara normal. Pada klien dengan kasus gaduh
gelisahi secara penenggelaman, mungkin akan ditemukan adanya
timbunan cairan di paru-paru yang ditandai dengan muntah dan
sesak nafas hebat.

18
 Breathing
Kaji pernafasan klien, berupa pola nafas, ritme, kedalaman,
dan nilai berapa frekuensi pernafasan klien per menitnya.
Penurunan oksigen yang tajam ( 10 liter/menit ) harus dilakukan
suatu tindakan ventilasi. Analisa gas darah dan pulse oxymeter
dapat membantu untuk mengetahui kualitas ventilasi dari penderita.
Tanda hipoksia dan hiperkapnia bisa terjadi pada penderita
dengan kegagalan ventilasi seperti pada klien dengan kasus
percobaan bunuh diri yang dapat mengakibatkan asfiksia.
Kegagalan oksigenasi harus dinilai dengan dilakukan observasi dan
auskultasi pada leher dan dada melalui distensi vena.

 Circulation
Nilai sirkulasi dan peredaran darah, kaji pengisian kapiler, kaji
kemampuan venus return klien, lebih lanjut kaji output dan intake
klien Penurunan kardiak output dan tekanan darah, klien dengan
syok hipovolemik karena gaduh gelisah biasanya akan menunjukan
beberapa gejala antara lain.
Urin output menurun kurang dari 20cc/jam, Kulit terasa dingin,
Gangguan fungsi mental, Takikardi, Aritmia

 Disability
Menilai kesadaran dengan cepat dan akurat. Hanya respon
terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Tidak di anjurkan
menggunakan GCS, adapun cara yang cukup jelas dan cepat adalah
:
A : Awakening
V : Respon Bicara
P : Respon Nyerin
U : Tidak Ada Nyeri

19
Penurunan kesadaran dapat disebabkan penrunan oksigenasi
atau penurunan perfusi ke otak atau disebabkan trauma langsung
pada otak. Penurunan kesadaran menuntut dilakukannya reevaluasi
terhadap keadaan oksigenasi, ventilasi dan perfusi karena keadaan
gaduh gelisah.
 Exposure
Lepaskan pakaian yang dikenakan dan penutup tubuh agar
dapat diketahui kelaianan atau cidera yang berhubungan dengan
keseimbangan cairan atau trauma yang mungkin dialami oleh klien
dengan tentamen suicide, beberapa klien dengan tentamen suicide
akan mengalami trauma pada lokasi tubuh, misalnya di leher,
pergelangan tangan dan dibagian-bagian tubuh yang lain.
b) Pengkajian sekunder
 Data Pasien
Data pasien merupakan identitas pasien yang meliputi:

 Nama

 Usia, jenis kelamin

 Kebangsaan/suku

 Berat badan, tinggi badan

 Tingkat pendidikan

 Pekerjaan

 Status perkawinan

 Anggota keluarga

 Agama

 Kondisi medis, prosedur pembedahan

 Masalah emosional

20
 Dirawat di RS sebelumnya

 Pengobatan sebelumnya

 Alergi

 Review sistem tubuh (pada sistem utama yang mengalami


gangguan) Pengkajian dilanjutkan dengan mengkaji keluhan
utama, keluhan tambahan serta aspek psikologis dari klien
dengan percobaan bunuh diri.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan Kurang terpapar informasi

3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
1 Ansietas Setelah dilakukan SIKI : terapi
berhubungan intervensi keperawatan relaksasi
dengan Kurang selama...x... jam.
terpapar Diharapkan pasien Aktivitas
informasi SLKI : tingkat keperawatan :
Gejala dan ansietas Observasi
Tanda Mayor: □Dipertahankan pada... 1. Identifikasi
Ds: □Ditingkatkan pada... teknik
 Merasa Keterangan level : relaksasi yang
binggung  1=meningkat pernah efektif
 Merasa  2=cukup digunakan
khawatir meningkat 2. Monitor
dengan akibat  3=sedang respons
dari kondisi  4=cukup terhadap terapi
yang dihadapi menurun relaksasi
 Sulit  5=menurun Terapeutik
berkonsentras Dengan kriteria hasil : 3. Ciptakan
i 1. Perilaku gelisah lingkungan

21
Do: 1/2/3/4/5 tenang dan
 Tampak 2. Perilaku tegang tanpa
gelisah 1/2/3/4/5 gangguan
 Tampak 3. Palpitasi dengan
tegang 1/2/3/4/5 pencahayaan
 Sulit tidur 4. Anoreksia dan suhu
Gejala dan 1/2/3/4/5 ruang nyaman,
Tanda Minor: 5. Frekuensi jika
Ds: pernapasan memungkinka

 Mengeluh 1/2/3/4/5 n

pusing 6. Frekuensi nadi 4. Berikan

 Anoreksia 1/2/3/4/5 informasi


7. Tekanan darah tertulis tentang
 Palpitasi
1/2/3/4/5 persiapan dan
 Merasa tidak
8. Tremor prosedur
berdaya
1/2/3/4/5 teknik
Do:
9. Pucat 1/2/3/4/5 relaksasi
 TD, Nadi, RR
5. Gunakan
meningkat
pakaian
 Diaphoresis
longgar
 Tremor
6. Gunakan nada
 Muka tampak
suara lembut
pucat
dengan irama
 Suara
lambat dan
bergetar
berirama
 Kontak mata
7. Gunakan
buruk sering
relaksasi
berkemih
sebagai
 Berorientasi strategi
pada masa penunjang
lalu dengan

22
analgetik atau
tindakan medis
lain
Edukasi
8. Jelaskan
secara rinci
intervensi
relaksasi yang
dipilih
9. Anjurkan
mengambil
posisi nyaman
10. Anjurkan
rileks dan
merasakan
sensasi
relaksasi

4. Implementasi
a) Melakukan pendekatan kepada pasien dan keluarga pasien untuk
mempermudah proses keperawatan.
b) Memberikan penjelasan dan motifasi pada pasien tentang penyakitnya
c) Melakukan pengkajian pada pasien untuk mengetahui tindakan
selanjutnya
d) Mengobservasi TTV
e) Mengkaji pasien
5. Evaluasi
S : pasien mengatakan keluhan-keluhan yang dirasakan saat pengkajian
O : Pemeriksaan TTV
A : masalah teratasi, belum teratasi, atau teratasi sebagian
P : planing selanjutnya

23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Keperawatan Gawat Darurat adalah pelayanan profesional yg didasarkan
pada ilmu keperawatan gawat darurat & tehnik keperawatan gawat darurat
berbentuk pelayanan bio- psiko-sosio- spiritual yang komprehensif ditujukan
pada semua kelompok usia yang sedang mengalami masalah kesehatan yang
bersifat urgen, akut dan kritis akibat trauma, proses kehidupan ataupun
bencana.
Sementara itu gaduh/gelisah merupakan suatu keadaan yang ditandai
dengan :banyak bicara, mondar-mandir, lari-lari, loncat-loncat, destruktif dan
bingung. Hal ini di sebabkan oleh :Gangguan mental organik (delirium),
psikosisfungsional, amok, gangguan panic, kebingungan post konvulsi,
reaksidisosiatifdan ledakan amarah (temper tantrum).

B. Saran
Gaduh gelisah merupakan suatu keadaan dimana dintadai dengan
hiperaktif dan agresif maka dari itu disini peran perawat dalam menangani
pasien dengan gaduh gelisah harus dapat menerapkan komunikasi yang baik
agar proses penyembuhan dan penenangan pasien dapat tercapai secara
semaksimal mungkin.

24
DAFTAR PUSTAKA
Morgan. 1991.Segi Psikiatri. Jakarta : Binarupaksa

Davies, Teifion dan Craig. (2009). ABC Kesehatan Mental. Jakarta: EGC

Maramis, W.F. (1998). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya:Airlangga


University Press Stuart, Gail W.(2006). Buku Saku Keperawatan gawatdaruratan
edisi 5. Jakarta: EGC

25

Anda mungkin juga menyukai