KORBAN PEMERKOSAAN
OLEH:
KELOMPOK 5
AULIA PUTRI ALVIRA
ELSI LESTARI
NOVIA PURWANTI
WINDY ANGGESTI
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Pada anak
dengan Kebutuhan Khusus: Korban Pemerkosaan. Ucapan terimakasih, penulis
sampaikan kepada Dosen Pembimbing Ns.Eka Malfasari, M.Kep, Sp.Kep.J teman-teman,
dan orang tua yang membantu dalam pembuatan proses pembuatan makalah ini. Karya
ini tujukan kepada Dosen Pembimbing Keperawatan Jiwa II sebagai kewajiban
memenuhi tugas.
Segala usaha telah penulis lakukan untuk mendapat hasil terbaik makalah ini.
Oleh karena itu, dengan tangan terbuka penulis menerima saran dan kritik dari pembaca
agar dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat terhadap pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Pelecehan yang berulang sering ditemui pada lebih dari setengah kasuspelecehan
seksual di komunitas dan terdapat pada 75% kasus yang ditemukan diklinik.sexual
abuse (kekerasan seksual) dikenal pada tahun 70-an dan 80-an.Penelitian lain telah
mengarah pada perkiraan kekerasan pada anak yang lebihluas di Inggris, seperti dari
Childhood Matters (1996): Sekitar 100 000 anak mengalami pengalaman seksual
yang berpotensimengarah ke seksual abuse(FKUI, 2006).
Banyak anak yang mendapat perlakuan kurang manusiawi, bahkan tidak jarang
dijadikan objek kesewenangan.Berdasarkan catatan Komisi PerlindunganAnak
Indonesia, ada 481 kasus kekerasan anak (2003).Jumlah ini menjadi 547kasus pada
tahun 2004. Dari situ, ada 140 kasus kekerasan fisik, 80 kasuskekerasan psikis, 106
kasus kekerasan lainnya, dan 221 kasus kekerasan seksual.Gambaran paradoks
tersebut memancing pertanyaan.Mengapa kekerasan seksualsering menimpa diri
anakdan siapa yang paling berpotensi sebagai pelakunya?Di samping dapat
menimbulkan dampak yang luar biasa pada diri si korban, kasuskekerasan seksual
juga dapat menguji kebenaran dari pernyataan Singarimbun(2004),
.Kekerasan seksual (sexual abuse) merupakan kasus yang menonjol yangterjadi
pada anak-anak. Dalam catatan Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia(YKAI) pada
tahun 1992-2002 terdapat 2.611 kasus (65,8 persen) dari 3.969kasus kekerasan
seksual dialami anak-anak di bawah usia 18 tahun. Dari jumlahitu, 75 persen
korbannya adalah anak perempuan. Kasus yang menonjol terutamapemerkosaan (42,9
persen) dengan kejadian terjadi di rumah tinggal (35,7 persen)(FKUI, 2006).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas mahasiswa mampu untuk merumuskan
bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan khusus: korban
pemerkosaan?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada
anak dengan kebutuhan khusus: korban pemerkosaan
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu untuk mengetahui tentang Pengertian Pemerkosaan
2. Mahasiswa mampu untuk mengetahui tentang Klasifikasi Pemerkosaan
3. Mahasiswa mampu untuk mengetahui tentang Sebab Pemerkosaan
4. Mahasiswa mampu untuk mengetahui tentang Hukuman Pemerkosaan
5. Mahasiswa mampu untuk mengetahui tentang Fase Reaksi Psikologi
Terhadap Perkosaan
6. Mahasiswa mampu untuk mengetahui tentang Efek Pemerkosaan
7. Mahasiswa mampu untuk mengetahui tentang Trauma Pemerkosaan
A. Pengertian Pemerkosaan
Penyiksaan seksual (sexual abuse) terhadap anak disebut Pedofilian atau penyuka
anak-anak secara seksual. Seorang Pedofilia adalah orang yang melakukan aktivitas
seksual dengan korban anak usia 13 tahun ke bawah.Penyakit ini ada dalam kategori
Sadomasokisme: adalah suatu kecenderungan terhadap aktivitas seksual yang
meliputi pengikatan atau menimbulkan rasa sakit atau penghinaan (Pramono, 2009).
B. Klasifikasi Pemerkosaan
Berikut ini jenis-jenis kekerasan seksual berdasarkan pelakunya (Tower,2002
dalam Maria, 2008) :
Efek klinis pencabulan berkisar dari pendarahan pada genital dan anus,fisur pada
anus, pembesaran liang vagina dan anus, dan penipisan/kerusakan hymen pada
vagina. Efek psikologis pencabulan terhadap anak umumnya berjangka panjang,
antara lain: kemarahan, kecemasan, mimpi buruk, rasa tak Iman, kebingungan,
ketakutan, kesedihan, dan perubahan perilaku baik menjadi buruk
C. Sebab Pemerkosaan
D. Hukuman Pemerkosaan
Pasal 287 ayat (1) KUHP yang berbunyi: Barang siapa bersetubuh dengan
perempuan yang bukan istrinya, sedang diketahuinya atau harus patut disangkanya,
bahwa umur perempuan itu belum cukup umur 15 tahun kalau tidak nyata berapa
umurnya, bahwa perempuan itu belum masanya untuk kawin, dihukum penjara
selama-lamanya sembilan tahun. Dan pada Pasal 81 ayat (1) Undang- Undang No. 23
tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, menyebutkan: Setiap orang yang dengan
sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa anak melakukan
persetubuhan dengannya atau dengan orang lain, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) dan paling sedikit Rp
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
1. Aktivitas atau istirahat : Masalah tidur (misalnya tidak padat tidur atau tidur
berlebihan, mimpi buruk, berjalan saat tidur, tidur di tempat yang
asing,keletihan.
2. Integritas ego
a. Pencapaian diri negatif, menyalahkan diri sendiri/meminta ampun karena
tindakannya terhadap orang tua.
b. Harga diri rendah (pelaku/korban penganiayaan seksual yang selamat.)
c. Perasaan bersalah, marah, takut dan malu, putus asa dan atau tidak berdaya
d. Minimisasi atau penyangkalan signifikasi perilaku (mekanisme
pertahanan yang paling dominan/menonjol)
e. Penghindaran atau takut pada orang, tempat, objek tertentu, sikap
menunduk, takut (terutama jika ada pelaku)
f. Melaporkan faktor stres (misalnya keluarga tidak bekerja, perubahan
finansial, pola hidup, perselisihan dalam pernikahan)
g. Permusuhan terhadap/objek/tidak percaya pada orang lain
3. Eliminasi
a. Enuresisi,enkopresis.
b. Infeksi saluran kemih yang berulang
c. Perubahan tonus sfingter
4. Makan dan minum: Muntah sering, perubahan selera makan (anoreksia),
makan berlebihan, perubahan berat badan, kegagalan memperoleh berat badan
yang sesuai lima Hygiene
a. Mengenakan pakaian yang tidak sesuai dengan kondisi cuaca
(penganiayaan seksual) atau tidak adekuat memberi perlindungan.
b. Mandi berlebihan/ansietas (penganiayaan seksual), penampilan
kotor/tidak terpelihara.
5. Neurosensori
a. Perilaku ekstrem (tingkah laku sangat agresif/menuntut), sangat amuk atau
pasivitas dan menarik diri, perilaku tidak sesuai dengan usia
b. Status mental : memori tidak sadar, periode amnesia, laporan adanya
pengingatan kembali. Pikiran tidak terorganisasi, kesulitan
konsentrasi/membuat keputusan. Afek tidak sesuai, mungkin sangat
waspada, cemas dan depresi.
c. Perubahan alam perasaan, kepribadian ganda, cinta, kebaikan dan
penyesalan yang dalam setelah penganiayaan seksual terjadi.
d. Kecemburuan patologis, pengendalian impuls yang buruk, keterampilan
koping terbatas, kurang empati terhadap orang lain.
e. Membantung. Menghisap jempol atau perilaku kebiasaan lain: gelisah
(korban selamat).
f. Manifestasi psikiatrik (misal: fenomena disosiatif meliputi kepribadian
ganda (penganiayaan seksual), gangguan kepribadian ambang
(koebaninses dewasa)
g. Adanya defisit neurologis/kerusakaan SSP tanpa tanda-tanda cedera
eksternal
6. Nyeri atau ketidaknyamanan
a. Bergantung pada cedera/bentuk penganiayaan seksual
b. Berbagai keluhan somatik (misalnya nyeri perut, nyeri panggul
kronis,spastik kolon, sakit kepala)
7. Keamanan
a. Memar, tanda bekas gigitan, bilur pada kulit, terbakar (tersiran air panas,
rokok) ada bagian botak di kepala, laserasi, perdarahan yang tidak wajar,
ruam/gatal di area genital, fisura anal, goresan kulit, hemoroid, jaringan
parut, perubahan tonus sfingter.
b. Cedera berulang, riwayat bermacam kecelakaan, fraktur/ cedera internal.
c. Perilaku mencederai diri sendiri (bunuh diri), keterlibatan dalam aktivitas
dengan risiko tinggi
d. Kurangnya pengawasan sesuai usia, tidak ada perhatian yang dapat
menghindari bahaya di dalam rumah
8. Seksualitas
a. Perubahan kewaspadaan/aktivitas seksual, meliputi masturbasi kompulsif,
permainan seks dewasa sebelum waktunya, kecenderungan mengulang
atau melakukan kembali pengalaman inses. Kecurigaan yang berlebihan
tentang seks, secara seksual menganiaya anak lain.
b. Perdarahan vagina , laserasi himen linier, bagian mukosa berlendir.
c. Adanya PMS, vaginitis, kutil genital atau kehamilan (terutama pada anak).
9. Interaksi social
Merikan diri dari rumah, polainteraksi dalam keluarga secara
verbalkurang responsif, peningkatan penggunaan perintah langsung dan
pernyataankritik, penurunan penghargaan atau pengakuan verbal, merasa
rendah diri.Pencapaian restasi dis ekolah rendah atau prestasi di sekolah
menurun.
K. Diagnosa Keperawatan Korban Pemerkosaan
Menurut Townsend (1998), dan Doenges et.al (2007) diagnosa keperawatan yang
dapat dirumuskan pada anak yang mengalami sexual abuse antara lain :
A. Kesimpulan
Kasus kekerasan seksual yang dialami oleh anak dibawah umur belakanganini
semakin banyak muncul dipermukaan.Halini belum tentu merupakan
indikatormeningkatnya jumlah kasus, karena fenomena yang terjadi adalah
fenomenagunung es, jumlah yang terlihat belum tentu menunjukkan fakta
yangsesungguhnya.Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap penegakan
hukummerupakansalah satu faktor meningkatnya pelaporan kasus kekerasan
seksual.Penganiayaan seksual pada anak didefinisikan sebagai adanya tindakan
seksualyang mencakup tetapi tidak dibatas pada insiden membuka pakaian,
menyentuhdengan cara yang tidak pantas dan penetrasi (koitus seksual), yang
dilakukandengan seorang anak untuk kesenangan seksual orang dewasa. Insest
telahdidefinisikan sebagai eksploitasi seksual pada seorang anak di bawah usia
18tahun oleh kerabat atau buka kerabat yang merupakan orang
dipercayadalamkeluarga (Townsend, 1998).
Efek klinis pencabulan berkisar dari pendarahan pada genital dan anus, fisurpada
anus, pembesaran liang vagina dan anus, dan penipisan/kerusakan hymenpada vagina.
Efek psikologis pencabulan terhadap anak umumnya berjangkapanjang, antara lain:
kemarahan, kecemasan, mimpi buruk, rasa tak Iman,kebingungan, ketakutan,
kesedihan, dan perubahan perilaku baik menjadi buruk.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan kita sebagai seorang perawat mampu
memahami tentang asuhan keperawatan pada anak dengan kebutuhan khusus: korban
pemerkosaan sehingga kita mampu memberikan asuhan keperawatan yang maksimal
pasien yang mengalami gagguan jiwa. Tentunya dalam pembuatan makalah ini masih
banyak terdapat kesalahan sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak.
DAFTAR PUSTAKA
WHO. (2001). The World Health Report: 2001 mental health : new undestanding, new
hope