Anda di halaman 1dari 16

KEPERAWATAN PISIKIATRI

ASUHAN KEPERAWATAN NARAPIDANA


DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Tutur Kardiatum., M. Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
NAMA NIM
Stepanus Efendi SNR22226003
Jamsir SNR22226022
Febrianti Ningsih SNR22226023
Yiska Reama SNR22226024
Regita Monalisa Misire SNR22226025
Novania SNR22226026
Resti Istiqomah SNR22226027
Yuni Astini SNR22226028
Marni SNR22226029

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN MUHAMMADIYAH


KALIMANTAN BARAT TAHUN AKADEMIK
2022/2023
A. Pengertian
Narapidana adalah orang-orang sedang menjalani sanksi kurungan atau sanksi
lainnya, menurut perundang- undangan. Pengertian narapidana menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia adalah orang hukuman (orang yang sedang menjalani hukuman karena
tindak pidana) atau terhukum.
Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di lembaga
pemasyarakatan, yaitu seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum (UU No.12 Tahun 1995). Narapidana yang diterima
atau masuk kedalam lembaga pemasyarakatan maupun rumah tahanan negara wajib
dilapor yang prosesnya meliputi: pencatatan putusan pengadilan, jati diri ,barang dan
uang yang dibawa, pemeriksaan kesehatan, pembuatan pasphoto, pengambilan sidik jari
dan pembuatan berita acara serah terima terpidana. Setiap narapidana mempunyai hak dan
kewajiban yang sudah diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. Narapidana yang
ditahan dirutan dengan cara tertentu menurut Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang
hukum acara pidana (KUHAP) pasal 1 dilakukan selama proses penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan untuk disidangkan di pengadilan.Pihak-Pihak yang menahan adalah
Penyidik, Penuntut Umum, Hakim dan mahkamah agung. Pada pasal 21 KUHAP
Penahanan hanya dapat dilakukan terhadap tersangka yang melakukan tindak pidana
termasuk pencurian. Batas waktu penahanan bervariasi sejak ditahan sampai dengan 110
hari sesuai kasus dan ketentuan yang berlaku.

B. Etiologi
Faktor-faktor penyebab kejahatan sehingga sesorang menjadi narapidana adalah:
a. Faktor ekonomi
1. Sistem Ekonomi
Sistem ekonomi baru dengan produksi besar-besaran, persaingan
bebas, menghidupkan konsumsi dengan jalan periklanan, cara
penjualan modern dan lain-lain, yaitu menimbulkan keinginan untuk
memiliki barang dan sekaligus mempersiapkan suatu dasar untuk
kesempatan melakukan penipuan-penipuan.
2. Pendapatan
Dalam keadaan krisis dengan banyak pengangguran dan gangguan
ekonomi nasional, upah para pekerja bukan lagi merupakan indeks
keadaan ekonomi pada umumnya. Maka dari itu perubahan-perubahan
harga pasar (market fluctuations) harus diperhatikan.
3. Pengangguran
Di antara faktor-faktor baik secara langsung atau tidak, mempengaruhi
terjadinya kriminalitas, terutama dalam waktu- waktu krisis,
pengangguran dianggap paling penting. Bekerja terlalu muda, tak ada
pengharapan maju, pengangguran berkala yang tetap, pengangguran
biasa, berpindahnya pekerjaan dari satu tempat ke tempat yang lain,
perubahan gaji sehingga tidak mungkin membuat anggaran belanja,
kurangnya libur, sehingga dapat disimpulkan bahwa pengangguran
adalah faktor yang paling penting.
b. Faktor Mental
1. Agama
Kepercayaan hanya dapat berlaku sebagai suatu anti krimogemis bila
dihubungkan dengan pengertian dan perasaan moral yang telah
meresap secara menyeluruh. Meskipun adanya faktor-faktor negatif ,
memang merupakan fakta bahwa norma- norma etis yang secara teratur
diajarkan oleh bimbingan agama dan khususnya bersambung pada
keyakinan keagamaan yang sungguh, membangunkan secara khusus
dorongan-dorongan yang kuat untuk melawan kecenderungan-
kecenderungan kriminal.
2. Bacaan dan film
Sering orang beranggapan bahwa bacaan jelek merupakan faktor
krimogenik yang kuat, mulai dengan roman-roman dari abad ke-18,
lalu dengan cerita-cerita dan gambar-gambar erotis dan pornografi,
buku-buku picisan lain dan akhirnya cerita- cerita detektif dengan
penjahat sebagai pahlawannya, penuh dengan kejadian berdarah.
Pengaruh crimogenis yang lebih langsung dari bacaan demikian ialah
gambaran suatu kejahatan tertentu dapat berpengaruh langsung dan
suatu cara teknis tertentu kemudian dapat dipraktekkan oleh si
pembaca. Harian- harian yang mengenai bacaan dan kejahatan pada
umumnya juga dapat berasal dari koran-koran. Di samping bacaan-
bacaan tersebut di atas, film (termasuk TV) dianggap menyebabkan
pertumbuhan kriminalitas tertutama kenakalan remaja akhir- akhir ini.
c. Faktor Pribadi
1. Umur
Meskipun umur penting sebagai faktor penyebab kejahatan, baik secara
yuridis maupun kriminal dan sampai suatu batas tertentu berhubungan
dengan faktor-faktor seks/kelamin dan bangsa, tapi faktor-faktor
tersebut pada akhirnya merupakan pengertian- pengertian netral bagi
kriminologi. Artinya hanya dalam kerjasamanya dengan faktor-faktor
lingkungan mereka baru memperoleh arti bagi kriminologi.
Kecenderungan untuk berbuat antisocial bertambah selama masih
sekolah dan memuncak antara umur 20 dan 25, menurun perlahan-
lahan sampai umur 40, lalu meluncur dengan cepat untuk berhenti
sama sekali pada hari tua. Kurve/garisnya tidak berbeda pada garis
aktivitas lain yang tergantung dari irama kehidupan manusia.
2. Alkohol
Dianggap faktor penting dalam mengakibatkan kriminalitas, seperti
pelanggaran lalu lintas, kejahatan dilakukan dengan kekerasan,
pengemisan, kejahatan seks, dan penimbulan pembakaran, walaupun
alcohol merupakan faktor yang kuat, masih juga merupakan tanda
tanya, sampai berapa jauh pengaruhnya.
3. Perang
Memang sebagai akibat perang dan karena keadaan lingkungan,
seringkali terjadi bahwa orang yang tadinya patuh terhadap hukum,
melakukan kriminalitas. Kesimpulannya yaitu sesudah perang, ada
krisis-krisis, perpindahan rakyat ke lain lingkungan, terjadi inflasi dan
revolusi ekonomi. Di samping kemungkinan orang jadi kasar karena
perang, kepemilikan senjata api menambah bahaya akan terjadinya
perbuatan-perbuatan kriminal.

C. Masalah Kesehatan Narapidana


a. Kesehatan Mental
Menurut data dari Bureau of justice, 1999 kira-kira 285.000 tahanan
dilembaga pemasyarakatan mengalami gangguan jiwa. Penyakit jiwa yang
sering dijumpai adalah skozofrenia, bipolar affective disorder dan personality
disorder. Karena banyak yang mengalami ganguan kesehatan jiwa maka
pemerintah harus menyediakan pelayanan kesehatan mental.
b. Kesehatan fisik
Perawatan kesehatan yang paling penting adalah penyakit kronis dan penyakit
menular seperti HIV, Hepatitis dan Tuberculosis.
1. HIV
Angka kejadian HIV diantara para narapidana diperkiraan 6 kali lebih
tinggi daripada populasi umum. Tingginya angka infeksi HIV ini
berkaian dengan perilaku yang beresiko tinggi seperti penggunaan
obat-obaan, sexual intercourse yang tidak aman dan pemakaian tato.
Pendekatan yang dilakukan utnuk menekan angka kejadian yaitu
dengan dilakukannya penegaan dan program pendidikan kesehatan
mengenai HIV dan AIDS.
2. Hepatitis
Hepatitis B dan C meningkat lebih tinggi dariopada populasi umum
walaupun data yang ada belum lengkap. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan obat-obat lewat suntikan, tato, imigran dari daerah dengan
insiden hepatitis B dan C tinggi. National Commision on Correctional
Healt Care (NCCHC) menyarankan agar dilakukan skrining pada
semua tahanan dan jika diindikasikan maka harus segera diberikan
pengobatan. NCCHC juga merekomendasikan pendidikan bagi semua
staf dan tahanan mengenai cara penyebaran, pencegahan, pengobatan
dan kemajuan penyakit.
3. Tuberculosis
Angka TB tiga kali lebih besar di LP dibanding populasi umum. Hal
ini terkait dengan kepadatan penjara dan ventilasi yang buruk, yang
mempengaruhi penyebaran penyakit. Pada tahun 196, lembaga yang
menangani tuberculosis yaitu CC merekomendasikan pencegahan dan
pengontrolan TB di lembaga pemasyarakatan yaitu:
1) Diadakannya skrining TB bagi semua staf dan tahanan
2) Diadakan penegahan transmisi penyakit dan diberikan
pengobatan yang sesuai
3) Monitoring dan evaluasi skrining
D. Penatalaksanaan
a. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk
kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau
latihan bersama. (Maramis,2005,hal.231).
b. Keperawatan
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok
stimulasi kognitif/persepsi, terapi aktivitas kelompok stimulasi sensori, terapi
aktivitas kelompok stimulasi realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi
(Keliat dan Akemat,2005,hal.13). Dari empat jenis terapi aktivitas kelompok
diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan konsep
diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi.Terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi
yang mengunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok, hasil diskusi kelompok
dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif penyelesaian masalah.(Keliat
dan Akemat,2005).
c. Terapi kerja
Terapi kerja atau terapi okupasi adalah suatu ilmu dan seni pengarahan
partisipasi seseorang untuk melaksanakan tugas tertentu yang telah ditetapkan.
Terapi ini berfokus pada pengenalan kemampuan yang masih ada pada
seseorang, pemeliharaan dan peningkatan bertujuan untuk membentuk
seseorang agar mandiri, tidak tergantung pada pertolongan orang lain (Riyadi
dan Purwanto, 2009).
1. Terapi kerja pada narapidana laki laki
1) Pelatih binatang
Bekerja sebagai pelatih sekaligus merawat binatang- binatang
dianggap dapat membantu narapidana untuk mendapatkan
terapi secara psikologis dan menjadi lebih terlatih secara
emosional. Binatang yang dilatih tidak hanya binatang
peliharaan, namun juga binatang yang ditinggalkan atau
dibuang oleh pemiliknya. Diharapkan nantinya binatang-
binatang ini juga dapat berguna di masyarakat, sama seperti
narapidana yang mendapatkan pelatihan untuk dapat diterima
dan bekerja dengan masyarakat lainnya.
2) Bidang kuliner
Dapur yang ada di penjara juga dapat dimanfaatkan sebagai
pelatihan memasak bagi para narapidana. Meskipun ada yang
mendapatkan pekerjaan sederhana seperti membuka kaleng,
banyak pula yang mendapatkan pelatihan memasak secara
khusus, mulai dari membuat menu hingga menyusun anggaran.
Beberapa penjara juga bekerja sama dengan restoran lokal
untuk memberi pelatihan ini. Selain itu, dengan pekerja di
dapur, mereka tidak perlu banyak berinteraksi dengan
masyarakat yang mungkin memandang negatif.
3) Konseling
Meskipun Anda mungkin tidak berencana untuk
berkonsultasi pada mantan penjahat, namun di penjara,
narapidana diberikan pengetahuan mengenai rehabilitasi dan
terapi konseling. Hal ini dikarenakan narapidana memiliki
pengalaman yang membuat mereka lebih mengerti mengenai
tindak kejahatan.
Dengan pelatihan ini, mereka diharapkan untuk dapat
memberikan konseling dengan lebih baik kepada orang-orang
yang bermasalah berdasarkan pengalaman pribadi mereka serta
pelatihan yang mereka terima.
2. Terapi kerja pada anak
1) Keterampilan
Agar narapidana anak menjadi terampil dan juga sebagai bekal
baginya setelah kembali kemasyarakat nantinya, kepada mereka
di berikan latihan kerja. Pemberian latihan kerja ini dapat
dilakukan oleh lembaga pemasyarakatan sedangkan tempat
penentuan kerja dan jenis pekerjaan yang akan diberikan
kepada narapidana ditetapkan oleh Tim Pengamat
Pemasyarakatan. Latihan kerja ini berupa latihan kerja di
bidang pertanian, Perkebunan, Pengelasan, Penjahitan dan lain
sebagainya.
3. Terapi kerja pada narapidana perempuan
Program pembentukan perilaku wirausaha narapidana di Lapas IIB
Sleman dilaksanakan melalui pembinaan soft kill dan hard skill dengan
pendekatan perilaku wirusaha. Pembinaan soft skill yang dilaksanakan
yaitu pembinaan intelektual, pembinaan kerohanian dan pembinaan
rekreatif. Pembinaan hard skill yang dilaksanakan yaitu pembinaan
keterampilan dan kemandirian melalui bimbingan kerja.Ketrampilan
khusus yang di latihkan pada naraidana perempuan berupa ketrampilan
hidup seperti pertukangan kayu, kerajinan sapu, las listrik, batik tulis,
kerajinan sangkar burung,perkebunan, dan pembuatan souvenir.

E. Asuhan Keperawatan pada Narapidana


Tn A usia 24 tahun, datang ke poli jiwa dengan keluhan Sudah 1
minggu klien berbica sendiri, berkelakukan aneh, tadak mau bergaul,
dan selalu menundukan kepalanya, tidak bisa tidur, gelisah, bingung,
pasien pada saat ini sedang ditahan di lapas kelas satu karena tindak
pencuruan 1 bulan yang lalu, pasien dan keluarga memiliki ekonomi
yang susah, pasien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak
menyenangkan yaitu ketika sekolah selalu di bully, klien merasa malu
karena karena masuk lapas, ditinggal tunangannya, dan menyesal dengan
perbuatannya yang telah merugikannya, Klien mengatakan malu untuk
jika keluar dari lapas karena statusnya sebagai napi.

a. Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Tn. A
Umur : 24 Tahun
Status Perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Melayu / Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak ada
Penanggung Jawab
Nama : Ny. P
Hubungan dengan Klien : Ibu Kandung

2. Alasan Masuk
Dua bulan sebelum masuk lapas klien melakukan tindakan pencurian. Sudah 1
minggu klien berbica sendiri, berkelakukan aneh, tadak mau bergaul, dan
selalu menundukan kepalanya, tidak bisa tidur, gelisah, bingung, klien merasa
malu karena karena masuk lapas, ditinggal tunangannya, dan menyesal dengan
perbuatannya yang telah merugikannya

3. Faktor Predisposisi
1) Klien belum pernah melakukan kejahatan sebelumnya.
2) Klien dan keluarga memiliki ekonomi yang susah
3) Klien mempunyai pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan yaitu
ketika sekolah selalu di bully.

4. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda – tanda vital
1.1 Tekanan darah : 130/80 mmHg
1.2 Nadi : 84 x/menit
1.3 Suhu : 36,5 ºC
1.4 Pernafasan : 26 x/menit
2) Ukuran
2.1 Tinggi badan : 169 cm
2.2 Berat badan : 62 Kg
3) Kondisi Fisik
Klien tidak mengeluh sakit apa – apa, tidak ada kelainan fisik.

5. Psikososial
1) Konsep Diri
a. Citra Tubuh : Klien mengatakan bagian tubuh yang paling disukai
adalah mata karena bisa melihat.
b. Identitas : Klien mengatakan anak ke-2 dari 3 bersaudara.
c. Peran : Klien mengatakan di dalam keluarganya atau dirumah sebagai
anak.
d. Ideal diri : Klien mengatakan merasa takut jika keluar dari lapas
e. Harga diri : Klien mengatakan malu berhadapan langsung dengan
orang lain selain ibu dan adiknya,klien merasa tidak pantas jika
berada diantara orang lain, kurang interaksi social karena statusnya
sebagai narapidana.

Masalah Keperawatan : Harga diri rendah


2) Hubungan Sosial
a. Orang yang dekat dengan klien adalah ibu dan adiknya.
b. Peran serta kelompok / masyarakat : sebelum klien masuk lapas
sering keluyuran tidak jelas
3) Spiritual
Klien mengatakan jarang sholat dalam 5x sehari, akan tetapi selama di
lapas pasien sering sholat.
4) Status Mental
a. Penampilan : Penampilan klien kurang rapi, rambut jarang disisir,
klien menggunakan baju yang disediakan di lapas.
b. Pembicaraan : Klien berbicara lambat tetapi dapat tercapai dan dapat
dipahami.
c. Aktivitas Motorik : Klien lebih banyak menunduk, aktivitas klien
menyesuaikan.
d. Alam perasaan : Klien mengatakan merasa malu jika masa tahanan
nya sudah selesai karena takut tidak diterima oleh masyarakat
e. Afek : Klien tidak sesuai dalam berfikir, bicara klien lambat
f. Interaksi selama wawancara : Kontak mata kurang karena
menunduk,sesekali klien menengadah,selalu menjawab jika ditanya.
g. Persepsi : Halusinasi saat pengkajian tidak ditemukan.
h. Pola Fikir : Tidak ada waham.
i. Tingkat kesadaran : Klien sadar hari, tanggal dan waktu saat
pengkajian, hari jum’at tanggal 18 Februari 2023 jam 16.30
WIB,hari berikutnya juga klien sadar hari sabtu tanggal 19 Februari
2023.
j. Memori : Daya ingat jangka panjang klien masih ingat masa
lalunya.
k. Tingkat konsentrasi dan berhitung : Klien berhitung lancar, contoh
20 – 15= 5
l. Kemampuan Penilaian : Klien mampu menilai antara masuk kamar
setelah makan atau membiarkan kursi tidak rapi, klien memilih
membereskan kursi.
m. Daya Tilik Diri : Klien tahu dan sadar bahwa dirinya dirumah sakit
jiwa.

6. Pola Fungsional Kesehatan


1) Makan
Klien makan 3x sehari, pagi, siang, sore, minum ± 6 gelas / hari, mandiri.
2) BAB / BAK
Klien BAB 1x sehari, BAK ± 4x sehari, mandiri.
3) Mandi
Klien mandi 2x sehari, pagi dan sore, gosok gigi setiap kali mandi,
mandiri.
4) Berpakaian / berhias
Klien mampu berpakaian sendiri tanpa bantuan orang lain.
5) Istirahat dan Tidur
Klien lebih banyak tiduran, tidur siang 12.30 WIB15.00 WIB,tidur malam
jam 20.00WIB 04.30 WIB.
6) Penggunaan obat
Klien minum obat 3x sehari setelah makan. Haloperidol 2x5 mg,
trihexiperidine 2x2 mg.
7) Pemeliharaan Kesehatan
Klien sudah pernah periksa di RSJD Soedjarwadi Klaten tetapi rawat
jalan.
8) Kegiatan di Dalam Rumah
Klien dirumah membantu orang tua mengerjakan pekerjaan rumah

7. Mekanisme Koping
1) Klien mampu berbicara dengan orang lain,terlihat malu
2) Klien mampu menjaga kebersihan diri sendiri
3) Klien mampu jika ada masalah tidak menceritakan kepada orang lain,lebih
suka diam.
Masalah Keperawatan : Koping Individu Tidak Efektif.

8. Masalah Psikososial dan Lingkungan


1) Masalah berhubungan dengan lingkungan : Klien menarik diri dari
lingkungan
2) Masalah dengan kesehatan (-)
3) Masalah dengan perumahan :Klien tinggal dengan kedua orang tua dan 2
saudaranya.
4) Masalah dengan Ekonomi : Kebutuhan klien dipenuhi oleh ibunya akan
tetapi ekonomi keluarganya sulit.

9. Aspek Medik
1) Diagnosa Medis : Schizofrenia
2) Terapi
 Haloperidol 2x5 mg
 Trihexiperidine 2x2 mg
3) Masalah Keperawatan
a. Harga Diri Rendah
b. Menarik Diri
c. Perubahan peran sosial
4) Pohon Masalah

Menarik Diri

Harga diri rendah situasional

Ketidak efektifan performa peran

b. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. Ds : Perubahan Peran Harga Diri Rendah
o Klien mengatakan di Sosial Situasional
tinggal tunangannya
o Klien malu dengan
teman karena klien
merasa tidak pantas
diantara mereka
o Klien mengatakan
malu untuk jika keluar
dari lapas karena
statusnya sebagai napi

Do :
o Klien tampak malu
saat berbicara

c. Diagnosa Keperawatan
1. Harga diri rendah Situasional ( D.0087)
2. Ketidak efektifan performa peran
3. Isolasi sosial

d. Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
. hasil
1. Harga diri rendah Setelah dilakukan Menejemen Prilaku
Situasional berhubungan
tindakan keperawatan (I.12453)
dengan Perubahan Peran
Sosial (D.0087) diharapkan kemampuan Observasi :
komunikasi verbal  Identifikasi
Harapan Untuk
meningkat dengan
mengendalikan
kriteria hasil: prilaku
1. Menilai diri Positif Terapeutik :
2. Penerimaan penilaian 1. Jadwalkan kegiatan
positif terhadap diri Terstuktur
sendiri 2. Beri pengutan
positif terhadap
keberhasilan
mengendalikan
prilaku
3. Hindari bersikap
menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan
15
DAFTAR PUSTAKA

Syafaat, Rachmad. 2002. Dagang Manusia-Kajian Trafficking


Terhadap Perempuan dan Anak di Jawa Timur . Yogyakarta :
Lappera Pustaka Utama.
Sumardi. Mulyanto. 1982. Kemiskinan dan Kebutuhan Pokok . Jakarta:
Rajawali.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnose Keperawatan
Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia. Jakarta: PPNI
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan
Indonesia. Jakarta: PPNI

Anda mungkin juga menyukai