Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN INFERTINITAS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan


Keperawatan Maternitas I

Disusun Oleh :

1. Mira Novianti 20111024111

2. Novita Rahayu S 20111024111

3. Nurul Hidayah 2011102411155

4. Nur Leni Alda 20111024111

PRODI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KALIMANTAN TIMUR
TAHUN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang
kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Keperawatan Maternitas I dengan judul “Asuhan
Keperawatan Infertinitas”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak khususnya kepada dosen mata kuliah Keperawatan Maternitas I kami yang
telah membimbing dalam menulis makalah ini.

Samarinda, 19 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................................................i


Daftar Isi .............................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan..................................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................2
C. Tujuan ...............................................................................................................................3
D. Manfaat..............................................................................................................................3
BAB II Tinjauan Teori.............................................................................................................4
A. Pengertian Infertilitas..........................................................................................................4
B. Klasifikasi Infertilitas..........................................................................................................5
C. Etiologi infertilitas...............................................................................................................5
D. Patofisiologi.........................................................................................................................11
E. Manifestasi Klinis................................................................................................................12
F. Pemerikasaan diagnostik.....................................................................................................13
G. Penatalaksanaan ..................................................................................................................16
H. Komplikasi...........................................................................................................................20
I. Konsep Asuhan Keperawatan Infertilitas............................................................................21
BAB III Penutup.......................................................................................................................30
A. Kesimpulan .........................................................................................................................30
B. Saran....................................................................................................................................31
Daftar Pustaka..........................................................................................................................32

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infertilitas atau kemandulan merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi

yang sering berkembang menjadi masalah sosial karena pihak istri selalu dianggap

sebagai penyebabnya. Akibatnya wanita sering terpojok dan mengalami kekerasan,

terabaikan kesehatannya, serta diberi label sebagai wanita mandul sebagai masalah

hidupnya (Aprillia, 2010).

Menurut catatan WHO, diketahui penyebab infertilitas pada perempuan di

antaranya, adalah: faktor Tuba fallopii (saluran telur) 36%, gangguan ovulasi 33%,

endometriosis 30%, dan hal lain yang tidak diketahui sekitar 26%.Hal ini berarti

sebagian besar masalah infertilitas pada perempuan disebabkan oleh gangguan pada

organ reproduksi atau karena gangguan proses ovulasi. Di Indonesia terdapat sekitar tiga

juta pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak dan dikatakan sebagai pasangan

yang mengalami kemandulan atau infertilitas. Sebagian besar pasangan suami istri

berpikir bahwa mereka akan mudah memperoleh anak. Sebetulnya 1 diantara 10 pasang

akan mengalami hambatan untuk mempunyai anak.

Di Indonesia Infertilitas masih menjadi permasalahan bagi 15% pasangan suami

istri. Faktor infertilitas pria memegang peranan 50% dari keseluruhan kasus. Dan dari

keseluruhan kasus tersebut, dinyatakan bahwa 5% disebabkan oleh kualitas sperma yang

tidak baik dan berkurangnya jumlah sperma (Umami, 2009).

Menurut penelitian Mashuri, (2006), 93 pasangan infertile di Rumah Sakit Umum

dr.Pirngadi Medan, data yang diperoleh,49,46% infertilitas berasal dari pihak istri,

43,01% dari pihak suami dan 7,34% dari keduanya hasil penelitian menunjukkan bahwa

1
infertilitas paling banyak diderita oleh perempuan dan paling banyak ditemukan kasus

infertilitas primer sebanyak 90,32%.

Infertilitas merupakan suatu permasalahan yang cukup lama dalam dunia

kedokteran.Namun sampai saat ini ilmu kedokteran baru berhasil menolong ± 50%

pasangan infertililitas untuk memperoleh anak. Di masyarakat kadang infertilitas di salah

artikan sebagai ketidakmampuan mutlak untuk memiliki anak atau ”kemandulan” pada

kenyataannya dibidang reproduksi, infertilitas diartikan sebagai kekurangmampuan

pasangan untuk menghasilkan keturunan, jadi bukanlah ketidakmampuan mutlak untuk

memiliki keturunan. Infertilitas bagi pasangan suami istri yang mendambakan anak

menimbulkan kesedihan, kemarahan dan kekecewaan dalam keluarga. Ilmu kedokteran

masa kini baru berhasil menolong 50% pasangan suami istri untuk dapat memperoleh

anak. Ini berarti separuhnya terpaksa menempuh hidup tanpa anak, mengangkat anak

(adopsi), poligami atau bercerai.

Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kejadian infertilitas

masih tinggi, serta pentingnya pengetahuan dan sikap pasutri tentang kesehatan

reproduksi khususnya infertilitas. Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk

membuat konsep asuhan keperawatan klien dengan infertilitas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian atau latar belakang di atas dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Apakah pengertian infertilitas ?

2. Apakah etiologi infertilitas ?

3. Bagaimana klasifikasi infertilitas ?

4. Apakah patofisiologi infertilitas ?

5. Bagaimana tanda dan gejala infertilitas ?

2
6. Bagaimana pemeriksaan diasnostik infertilitas?

7. Bagaimana penatalaksanaan infertilitas ?

8. Bagaimana pathways infertilitas ?

9. Bagaimana asuhan keperawatan infertilitas ?

C. Tujuan

Berdasarkan uraian atau latar belakang di atas dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Pembaca dapat mengetahui pengertian dari infertilitas

2. Pembaca dapat mengetahui etiologi dari infertilitas

3. Pembaca dapat mengetahui klasifikasi dari infertilitas

4. Pembaca dapat mengetahui patofisiologi dari infertilitas

5. Pembaca dapat mengetahui tanda dan gejala dari infertilitas

6. Pembaca dapat mengetahui diagnostik dari infertilitas

7. Pembaca dapat mengetahui penatalaksanaan pada infertilitas

8. Pembaca dapat mengetahui pathways dari infertilitas

9. Pembaca dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan infertilitas

D. Manfaat

Berdasarkan uraian atau latar belakang di atas dapat diuraikan sebagai berikut.

1. Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan

pengetahuan serta wawasan kepada para pembaca tentang Asuhan Keperawatan Pada

Infertilitas dalam kehidupan kita sehari-hari.

3
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Infertilitas

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai

kehamilan setelah 1 tahun hubungan seksual tanpa pelindung (Keperawatan Medikal

Bedah) Infertilitas (pasangan mandul) adalah pasangan suami istri yang telah menikah

selama satu tahun dan sudah melakukan hubungan seksual tanpa menggunakan alat

kontrasepsi, tetapi belum memiliki anak. (Sarwono, 2000).

Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil dalam waktu satu tahun.Infertilitas

primer bila pasutri tidak pernah hamil dan infertilitas sekunder bila istri pernah hamil.

(Siswandi, 2006). Infertilitas adalah suatu kondidi dimana pasangan suami istri belum

mampu memiliki anak walaupun telak melakukan hubungan seksual dalam kurun waktu

satu tahun.

Infertilitas adalah ketidakmampuan sepasang suami istri untuk memiliki keturunan

dimana wanita belum mengalami kehamilan setelah bersenggama secara teratur 2-3 x /

minggu, tanpa mamakai matoda pencegahan selama 1 tahun. Tidak hamil setelah 12

bulan melakukan hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi

bila perempuan berumur kurang dari 34 tahun. Tidak hamil setelah 6 bulan melakukan

hubungan intim secara rutin (1-3 kali seminggu) dan bebas kontrasepsi bila perempuan

berumur lebih dari 35 tahun. Perempuan yang bisa hamil namun tidak sampai melahirkan

sesuai masanya (37-42 minggu).

4
B. Klasifikasi Infertilitas

Infertilitas terdiri dari 2 macam, yaitu :

1. Infertilitas primer yaitu jika perempuan belum berhasil hamil walaupun bersenggama

teratur dan dihadapkan kepada kemungkinan kehamilan selama 12 bulan berturut-

turut.

2. Infertilitas sekunder yaitu jika perempuan penah hamil, akan tetapi kemudian tidak

berhasil hamil lagi walaupun bersenggama teratur dan dihadapkan kepada

kemungkinan kehamilanselama 12 bulan berturut- turut.

C. Etiologi Infertilitas

1. Penyebab Infertilitas pada perempuan (Istri) :

a. Faktor penyakit

 Endometriosis adalah jaringan endometrium yang semestinya berada di lapisan

paling dalam rahim (lapisan endometrium) terletak dan tumbuh di tempat lain.

Endometriosis bisa terletak di lapisan tengah dinding rahim (lapisan

myometrium) yang disebut juga adenomyosis, atau bisa juga terletak di indung

telur, saluran telur, atau bahkan dalam rongga perut. Gejala umum penyakit

endometriosis adalah nyeri yang sangat pada daerah panggul terutama pada saat

haid dan berhubungan intim, serta -tentu saja-infertilitas.

 Infeksi Panggul adalah suatu kumpulan penyakit pada saluran reproduksi wanita

bagian atas, meliputi radang pada rahim, saluran telur, indung telur, atau

dinding dalam panggul. Gejala umum infeksi panggul adalah: nyeri pada daerah

pusar ke bawah (pada sisi kanan dan kiri), nyeri pada awal haid, mual, nyeri saat

berkemih, demam, dan keputihan dengan cairan yang kental atau berbau. Infeksi

panggul memburuk akibat haid, hubungan seksual, aktivitas fisik yang berat,

5
pemeriksaan panggul, dan pemasangan AKDR (alat kontrasepsi dalam rahim,

misalnya: spiral).

 Mioma Uteriadalah tumor (tumor jinak) atau pembesaran jaringan otot yang ada

di rahim. Tergantung dari lokasinya, mioma dapat terletak di lapisan luar,

lapisan tengah, atau lapisan dalam rahim. Biasanya mioma uteri yang sering

menimbulkan infertilitas adalah mioma uteri yang terletak di lapisan dalam

(lapisan endometrium). Mioma uteri biasanya tidak bergejala. Mioma aktif saat

wanita dalam usia reproduksi sehingga -saat menopause- mioma uteri akan

mengecil atau sembuh.

 Polip adalah suatu jaringan yang membesar dan menjulur yang biasanya

diakibatkan oleh mioma uteri yang membesar dan teremas-remas oleh kontraksi

rahim. Polip dapat menjulur keluar ke vagina. Polip menyebabkan pertemuan

sperma-sel telur dan lingkungan uterus terganggu, sehingga bakal janin akan

susah tumbuh.

 Kista adalah suatu kantong tertutup yang dilapisi oleh selaput (membran) yang

tumbuh tidak normal di rongga maupun struktur tubuh manusia.Terdapat

berbagai macam jenis kista, dan pengaruhnya yang berbeda terhadap kesuburan.

Hal penting lainnya adalah mengenai ukuran kista. Tidak semua kista harus

dioperasi mengingat ukuran juga menjadi standar untuk tindakan operasi. Jenis

kista yang paling sering menyebabkan infertilitas adalah sindrom ovarium

polikistik. Penyakit tersebut ditandai amenore (tidak haid), hirsutism

(pertumbuhan rambut yang berlebihan, dapat terdistribusi normal maupun tidak

normal), obesitas, infertilitas, dan pembesaran indung telur. Penyakit ini

disebabkan tidak seimbangnya hormon yang mempengaruhi reproduksi wanita.

6
 Saluran telur yang tersumbat menyebabkan sperma tidak bisa bertemu dengan

sel telur sehingga pembuahan tidak terjadi alias tidak terjadi kehamilan.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui saluran telur yang tersumbat

adalah dengan HSG (Hystero Salpingo Graphy), yaitu semacam pemeriksaan

röntgen (sinar X) untuk melihat rahim dan saluran telur.

 Kelainan pada sel telur dapat mengakibatkan infertilitas yang umumnya

merupakan manifestasi dari gangguan proses pelepasan sel telur (ovulasi).

Delapan puluh persen penyebab gangguan ovulasi adalah sindrom ovarium

polikistik. Gangguan ovulasi biasanya direfleksikan dengan gangguan haid.

Haid yang normal memiliki siklus antara 26-35 hari, dengan jumlah darah haid

80 cc dan lama haid antara 3-7 hari. Bila haid pada seorang wanita terjadi di luar

itu semua, maka sebaiknya beliau memeriksakan diri ke dokter.

b. Faktor fungsional

 Gangguan system hormonal wanita dan dapat di sertai kelainan bawaan

(immunologis)

Apabila embrio memiliki antigen yang berbeda dari ibu, maka tubuh ibu

memberikan reaksi sebagai respon terhadap benda asing. Reaksi ini dapat

menyebabkan abortus spontan pada wanita hamil.

 Gangguan pada pelepasan sel telur (ovulasi).Ovulasi atau proses pengeluaran sel

telur dari ovarium terganggu jika terjadi gangguan hormonal. Salah satunya

adalah polikistik. Gangguan ini diketahui sebagai salah satu penyebab utama

kegagalan proses ovulasi yang normal. Ovarium polikistik disebabkan oleh

kadar hormon androgen yang tinggi dalam darah. Kadar androgen yang

berlebihan ini mengganggu hormon FSH (Follicle Stimulating Hormone) dalam

darah. Gangguan kadar hormon FSH ini akan mengkibatkan folikel sel telur

7
tidak bisa berkembang dengan baik, sehingga pada gilirannya ovulasi juga akan

terganggu.

 Gangguan pada leher rahim, uterus (rahim) dan Tuba fallopi (saluran telur)

Dalam keadaan normal, pada leher rahim terdapat lendir yang dapat

memperlancar perjalanan sperma. Jika produksi lendir terganggu, maka

perjalanan sperma akan terhambat. Sedangkan jika dalam rahim, yang berperan

adalah gerakan di dalam rahim yang mendorong sperma bertemu dengan sel

telur matang. Jika gerakan rahim terganggu, (akibat kekurangan hormon

prostaglandin) maka gerakan sperma melambat. Terakhir adalah gangguan pada

saluran telur. Di dalam saluran inilah sel telur bertemu dengan sel sperma. Jika

terjadi penyumbatan di dalam saluran telur, maka sperma tidak bisa membuahi

sel telur. Sumbatan tersebut biasanya disebabkan oleh penyakit salpingitis,

radang pada panggul (Pelvic Inflammatory Disease) atau penyakit infeksi yang

disebabkan oleh jamur klamidia.Kelainan pada uterus, misalnya diakibatkan

oleh malformasi uterus yang mengganggu pertumbuhan fetus, mioma uteri dan

adhesi uterus yang menyebabkan terjadinya gangguan suplai darah untuk

perkembangan fetus dan akhirnya terjadi abortus berulang.Kelainan tuba falopii

akibat infeksi yang mengakibatkan adhesi tuba falopii dan terjadi obstruksi

sehingga ovum dan sperma tidak dapat bertemu.

 Gangguan implantasi hasil konsepsi dalam Rahim.Setelah sel telur dibuahi oleh

sperma dan seterusnya berkembang menjadi embrio, selanjutnya terjadi proses

nidasi (penempelan) pada endometrium. Perempuan yang memiliki kadar

hormon progesteron rendah, cenderung mengalami gangguan pembuahan.

Diduga hal ini disebabkan oleh antara lain karena struktur jaringan endometrium

tidak dapat menghasilkan hormon progesteron yang memadai.

8
2. Penyebab Infertilitas pada laki-laki (suami).

a. Kelainan pada alat kelamin

 Hipospadia yaitu muara saluran kencing letaknya abnormal, antara lain pada

permukaan testis.

 Ejakulasi retrograd yaitu ejakulasi dimana air mani masuk kedalam kandung

kemih.

 Varikokel yaitu suatu keadaan dimana pembuluh darah menuju bauh zakar

terlalu besar, sehingga jumlah dan kemampuan gerak spermatozoa berkurang

yang berarti mengurangi kemampuannya untuk menimbulkan kehamilan.

 Testis tidak turun dapat terjadi karena testis atrofi sehingga tidak turun.

 Kemampuan ereksi kurang.

 Kelainan pembentukan spermatozoa

 Gangguan pada sperma.

 Gangguan di daerah sebelum testis (pretesticular). Gangguan biasanya terjadi

pada bagian otak, yaitu hipofisis yang bertugas mengeluarkan hormon FSH dan

LH. Kedua hormon tersebut mempengaruhi testis dalam menghasilkan hormon

testosteron, akibatnya produksi sperma dapat terganggu serta mempengaruhi

spermatogenesis dan keabnormalan semen Terapi yang bisa dilakukan untuk

peningkatan testosterone adalah dengan terapi hormon.

 Gangguan di daerah testis (testicular). Kerja testis dapat terganggu bila terkena

trauma pukulan, gangguan fisik, atau infeksi. Bisa juga terjadi, selama pubertas

testis tidak berkembang dengan baik, sehingga produksi sperma menjadi

terganggu. Dalam proses produksi, testis sebagai “pabrik” sperma

membutuhkan suhu yang lebih dingin daripada suhu tubuh, yaitu 34–35 °C,

9
sedangkan suhu tubuh normal 36,5–37,5 °C. Bila suhu tubuh terus-menerus naik

2–3 °C saja, proses pembentukan sperma dapat terganggu.

 Gangguan di daerah setelah testis (posttesticular). Gangguan terjadi di saluran

sperma sehingga sperma tidak dapat disalurkan dengan lancar, biasanya karena

salurannya buntu. Penyebabnya bisa jadi bawaan sejak lahir, terkena infeksi

penyakit -seperti tuberkulosis (Tb)-, serta vasektomi yang memang disengaja.

 Tidak adanya semen. Semen adalah cairan yang mengantarkan sperma dari

penis menuju vagina. Bila tidak ada semen maka sperma tidak terangkut (tidak

ada ejakulasi). Kondisi ini biasanya disebabkan penyakit atau? kecelakaan yang

memengaruhi tulang belakang.

 Kurangnya hormon testosterone. Kekurangan hormon ini dapat mempengaruhi

kemampuan testis dalam memproduksi sperma.

3. Penyebab Infertilitas pada suami dan istri

 Gangguan pada hubungan seksual.Kesalahan teknik sanggama dapat menyebabkan

penetrasi tak sempurna ke vagina, impotensi, ejakulasi prekoks, vaginismus,

kegagalan ejakulasi, dan kelainan anatomik seperti hipospadia, epispadia, penyakit

Peyronie.

4. Faktor psikologis antara kedua pasangan (suami dan istri).

 Masalah tertekan karena sosial ekonomi belum stabil

 Masalah dalam pendidikan

 Emosi karena didahului orang lain hamil.

10
D. PATOFISIOLOGI

1. Pada Wanita

Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya

gangguan stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan

LH tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.

Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yng mengakibatkan gangguan pada ovulasi.

Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari infertilitas,

diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak dapat lewat dan

tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk uterus menyebabkan

hasil konsepsi tidak berkembang normal walapun sebelumnya terjadi fertilisasi.

Abnormalitas ovarium, mempengaruhi pembentukan folikel. Abnormalitas servik

mempegaruhi proses pemasukan sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas

adalah aberasi genetik yang menyebabkan kromosom seks tidak lengkap sehingga

organ genitalia tidak berkembang dengan baik. Beberapa infeksi menyebabkan

infertilitas dengan melibatkan reaksi imun sehingga terjadi gangguan interaksi sperma

sehingga sperma tidak bisa bertahan, infeksi juga menyebebkan inflamasi berlanjut

perlekatan yang pada akhirnya menimbulkan gangguan implantasi zigot yang

berujung pada abortus.

2. Pada Pria

Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus

dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup

memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas dinataranya merokok,

penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada abnormalitas sperma

dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi masalah ereksi yang

mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu disekitar areal testis juga

11
mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis. Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya

akibat pembedahan sehingga menyebebkan sperma masuk ke vesika urinaria yang

mengakibatkan komposisi sperma terganggu.

E. MANIFESTASI KLINIS

1. Pada Wanita

a. Terjadi kelainan system endokrin

b. Hipomenore dan amenore

c. Diikuti dengan perkembangan seks sekunder yang tidak adekuat menunjukkan

masalah pada aksis ovarium hipotalamus hipofisis atau aberasi genetik

d. Wanita dengan sindrom turner biasanya pendek, memiliki payudara yang tidak

berkembang,dan gonatnya abnormal

e. Wanita infertil dapat memiliki uterus

f. Motilitas tuba dan ujung fimbrienya dapat menurun atau hilang akibat infeksi,

adhesi, atau tumor

g. Traktus reproduksi internal yang abnormal

2. Pada Pria

a. Riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan reproduksi (panas,

radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)

b. Status gizi dan nutrisi terutama kekurangan protein dan vitamin tertentu

c. Riwayat infeksi genitorurinaria

d. Hipertiroidisme dan hipotiroid

e. Tumor hipofisis atau prolactinoma

f. Disfungsi ereksi berat

g. Ejakulasi retrograt

12
h. Hypo/epispadia

i. Mikropenis

j. Andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha

k. Gangguan spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma)

l. Hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis )

m. Varikhokel (varises pembuluh balik darah testis)

n. Abnormalitas cairan semen.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

1) Pada Pemeriksaan fisik

a) Hirsutisme diukur dengan skala Ferriman dan Gallway, jerawat

b) Pembesaran kel. Tiroid

c) Galaktorea

d) Inspeksi lendir serviks ditunjukkan dengan kualitas mucus

e) PDV untuk menunjukkan adanya tumor uterus / adneksa

2) Pemeriksaan penunjang

a) Analisis Sperma :

 Jumlah > 20 juta/ml

 Morfologi > 40 %

 Motilitas > 60 %

b) Deteksi ovulasi :

 Anamnesis siklus menstruasi, 90 % siklus menstrusi teratur :siklus ovulatoar

 Peningkatan suhu badan basal, meningkat 0,6 – 1oC setelah ovulasi : Bifasik

13
 Uji benang lendir serviks dan uji pakis, sesaat sebelum ovulasi : lendir serviks

encer, daya membenang lebih panjang, pembentukan gambaran daun pakis dan

terjadi Estradiol meningkat

 Biopsi Endometrium. Beberapa hari menjelang haid, Endometrium fase sekresi :

siklus ovulatoar, Endometrium fase proliferasi/gambaran, Hiperplasia : siklus

Anovulatoar

 Hormonal: FSH, LH, E2, PROGESTERON, PROLAKTIN

- FSH serum : 10 – 60 mIU/ml

- LH serum : 15 – 60 mIU/ml

- Estradiol : 200 – 600 pg/ml

- Progesteron : 5 – 20 mg/ml

- Prolaktin : 2 – 20 mg/ml

c. USG transvaginal

Secara serial : adanya ovulasi dan perkiraan saat ovulasi. Ovulasi : ukuran folikel

18 – 24 m

d. Histerosalpinografi

 Radiografi kavum uteri dan tuba dengan pemberian materi kontras. Disini dapat

dilihat kelainan uterus, distrosi rongga uterus dan tuba uteri, jaringan parut dan

adesi akibat proses radang. Dilakukan secara terjadwal. Menilai Faktor tuba :

lumen, mukosa, oklusi, perlengketan

 Faktor uterus : kelainan kongenital (Hipoplasia, septum, bikornus, Duplex),

mioma, polip, adhesi intrauterin (sindroma asherman)

 Dilakukan pada fase proliferasi : 3 hari setelah haid bersih dan sebelum

perkiraan ovulasi

 Keterbatasan : tidak bisa menilai

14
 Kelainan Dinding tuba : kaku, sklerotik

 Fimbria : Fimosis fimbria

 Perlengketan genitalia Int.

 Endometriosis

 Kista ovarium 10) Patensi tuba dapat dinilai :HSG, Hidrotubasi (Cairan),

Pertubasi (gas CO2)

e. Pemeriksaan pelvis ultrasound

Untuk memvisualisasi jaringan pelvis, misalnya untuk identifikasi kelainan,

perkembangan dan maturitas folikuler, serta informasi kehamilan intra uterine

f. Uji paska sanggama (UPS) Syarat :

Pemeriksaan Lendir serviks + 6 – 10 jam paska sanggama. Waktu sanggama

sekitar ovulasi, bentuk lendir normal setelah kering terlihat seperti daun pakis

Menilai : Reseptifitas dan kemampuan sperma untuk hidup pada lendir serviks

Penilaian UPS : Baik : > 10 sperma / LPB

g. Laparoskopi :

Gambaran visualisasi genitalia interna secara internal menyuluruh. Menilai faktor:

 Peritoneum/endometriosis

 Perlengketan genitalia Interna

 Tuba : patensi, dinding, fimbria

 Uterus : mioma

 Ovulasi : Stigma pada ovarium dan korpus luteum.

Keterbatasan:

 Tidak bisa menilai : Kelainan kavum uteri dan lumen tuba. Bersifat invasif dan

operatif.

15
G. PENATALAKSANAAN

1) Wanita

a) Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendIr serviks puncak dan waktu

yang tepat untuk coital

b) Pemberian terapi obat, seperti;

 Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi

hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian TSH.

 Terapi penggantian hormone

 Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal

 Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan

infeksi dini yang adekuat

 GIFT ( gemete intrafallopian transfer )

 Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara luas

 Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,

 Pengangkatan tumor atau fibroid

 Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi

2) Pria

a) Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,

diharapkan kualitas sperma meningkat

b) Agen antimikroba

c) Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan

d) HCG secara im memperbaiki hipoganadisme

e) FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis

f) Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau hipotalamus

g) Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik

16
h) Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma

i) Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti, perbaikan

nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat

j) Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung

spermatisida

3. Penatalaksanaan Medis

a. Medikasi

1) Obat stimulasi ovarium (Induksi ovulasi)

Klomifen sitrat

- Meningkatkan pelepasan gonadotropin FSH & LH

- Diberikan pd hari ke-5 siklus haid

- 1 x 50 mg selama 5 hari

- Ovulasi 5 – 10 hari setelah obat terakhir

- Koitus 3 x seminggu atau berdasarkan USG transvaginal

- Dosis bisa ditingkatkan menjadi 150 – 200 mg/hari

- 3 – 4 siklus obat tidak ovulasi dengan tanda hCG 5000 – 10.000 IU

2) Epimestrol

Memicu pelepasan FSH dan LH, Hari ke 5 – 14 siklus haid, 5 – 10 mg/hari

3) Bromokriptin

Menghambat sintesis & sekresi prolactin Indikasi : Kdr prolaktin tinggi

(> 20 mg/ml) dan Galaktore. Dosis sesuai kadar prolaktin : Oligomenore 1,25

mg/hari. Gangguan haid berat : 2 x 2,5 mg/hari Gonadotropin. HMG (Human

Menopausal Gonadotropine). FSH & LH : 75 IU atau 150 IU. Untuk memicu

pertumbuhan folikel Dosis awal 75 – 150 IU/hari selama 5 hari dinilai hari ke

5 siklus haid.

17
4) hCG

5000 IU atau 10.000 IU, untuk memicu ovulasi Diameter folikel17 – 18

mm dengan USG transvaginal Mahal, sangat beresiko : Perlu persyaratan

khusus Hanya diberikan pada rekayasa teknologi reproduksi Catatan : Untuk

pria diterapi dengan FSH, Testosteron

5) Terapi hormonal pada endometriosis

Supresif ovarium sehingga terjadi atrofi Endometriosis

6) Danazol

Menekan sekresi FSH & LH Dosis 200 – 800 mg/hari, dosis dibagi 2x

pemberian

7) Progesteron

Desidualisasi endometrium pada Atrofi jaringan Endometritik

8) Medroksi progesteron asetat 30 – 50 mg/hari

9) GnRH agonis Menekan sekresi FSH & LH. Dosis 3,75 mg/IM/bulan. Tidak

boleh > 6 bulan : penurunan densitas tulang

b. Tindakan operasi rekonstruksi

Koreksi

1) Kelainan Uterus

2) Kelainan Tuba : tuba plasti

3) Miomektomi

4) Kistektomi

5) Salpingolisis

6) Laparoskopi operatif dan Terapi hormonal untuk kasus endometriosis +

infertilitas

7) Tindakan operatif pada pria : Rekanalisasi dan Operasi Varicokel

18
c. Rekayasa teknologi reproduksi

Metode lain tidak berhasil

1) Inseminasi Intra Uterin (IIU) Metode ini merupakan rekayasa teknologi

reproduksi yang paling sederhana. Sperma yang telah dipreparasi diinseminasi

kedalam kavum uteri saat ovulasi. Syarat : tidak ada hambatan mekanik :

kebuntuan tuba Falopii, Peritoneum/endometriosis Indikasi Infertilitas oleh

karena faktor :

a) Serviks

b) Gangguan ovulasi

c) Endometriosis ringan

d) Infertilitas Idiopatik

e) Angka kehamilan 7 – 24 % siklus

2) Fertilisasi Invitro (FIV)

Fertilisasi diluar tubuh dengan suasana mendekati alamiah.Metode ini

menjadi alternatif atau pilihan terakhir. Syarat : Uterus & endometrium normal

Ovarium mampu menghasilkan sel telur. Mortilitas sperma minimal. 50.000/ml.

Angka kehamilan : 30 – 35 %.

3) Injeksi sperma intra sitoplasmik (ICSI) Injeksi sperma intra-sitoplasmik

(intracytoplasmic sperm injection = ICSI) merupakan teknik penanganan

infertilitas pria sejak lebih dari satu decade. Segera setelah itu diikuti dengan

keberhasilan teknik ini pada pria azoospermia dengan menyuntikkan

spermatozoa dari testis dan epididymis. Teknik ini memberikan harapan yang

nyata pada pria infertil dengan oligoastheno- teratozoospermia berat maupun

azoospermia, dengan penyebab apapun. Dengan berkembangnya teknologi

dimana ICSI dapat dilaksanakan dengan tidak terlalu rumit, maka ketersediaan

19
sarana yang melaksanakan ICSI berkembang dengan sangat pesat Klinik-klinik

diberbagai tempat didunia berkembang terus melaksanakan ICSI dengan angka

keberhasilan yang memuaskan. Kurang dari 10% oocytes rusak dengan

prosedur ini dan angka fertilisasi berkisar antara 50-75%. Embryo transfer

dapat dilaksanakan pada lebih dari 90% pasangan dan menghasilkan angka

kehamilan berkisar antara 25-45%. Hasil-hasil ini tidak berbeda antara sperma

ejakulat, epididymis maupun testis.

H. KOMPLIKASI

OHSS (Ovarian hyperstimulation syndrome) muncul karena pengobatan yang

dipergunakan untuk menstimulasi ovarium, gejalanya:

1. Mual

2. Muntah

3. Nyeri abdomen

4. Konstipasi

5. Diare

6. Urine keruh

7. Thrombosis

8. Disfungsi ginjal dan hati

9. Sulit bernapas

20
I. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN INFERTILITAS

1. Pengkajian

Data Demografis meliputi : identitas klien termasuk data etnis, budaya dan agama.

a. Pengkajian Anamnesa
1) Pengkajian Anamnesa pada Wanita
1. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya memiliki riwayat terpajan benda – benda mutan yang membahayakan
reproduksi di rumah, riwayat infeksi genitorurinaria, hipertiroidisme dan
hipotiroid, hirsutisme, infeksi bakteri dan virus ex: toksoplasama, tumor hipofisis
atau prolaktinoma, riwayat penyakit menular seksual, riwayat kista.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Meliputi Endometriosis dan endometrits, vaginismus (kejang pada otot vagina),
gangguan ovulasi, abnormalitas tuba falopi, ovarium, uterus, dan servik, dan
autoimun.
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
4. Riwayat Obstetri
Umumnya keluhan yang dialami tidak hamil dan melahirkan selama satu tahun
tanpa alat kontrasepsi, mengalami aborsi berulang, sudah pernah melahirkan tapi
tidak hamil selama satu tahun tanpa alat kontrasepsi.

2) Pengkajian pada Pria


1. Riwayat Kesehatan Dahulu meliputi : riwayat terpajan benda – benda mutan yang
membahayakan reproduksi (panas, radiasi, rokok, narkotik, alkohol, infeksi)
2. Riwayat infeksi genitorurinaria, Hipertiroidisme dan hipotiroid, Tumor hipofisis
atau Prolactinoma
3. Riwayat trauma, kecelakan sehinga testis rusak
4. Konsumsi obat-obatan yang mengganggu spermatogenesis
5. Pernah menjalani operasi yang berefek menganggu organ reproduksi contoh :
operasi prostat, operasi tumor saluran kemih
6. Riwayat Kesehatan Sekarang

21
Meliputi disfungsi ereksi berat, ejakulasi retrograt, hypo/epispadia, mikropenis,
andesensus testis (testis masih dalam perut/dalam liat paha), gangguan
spermatogenesis (kelainan jumla, bentuk dan motilitas sperma), saluran sperma
yang tersumbat, hernia scrotalis (hernia berat sampai ke kantong testis),
varikhokel (varises pembuluh balik darah testis), abnormalitas cairan semen
7. Riwayat Kesehatan Keluarga
Memiliki riwayat saudara/keluarga dengan aberasi genetik
b. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Penunjang pada Wanita
Terdapat beberapa pemeriksaan penunjang pada wanita yaitu, deteksi ovulasi, analisa
hormone, sitologi vagina, uji pasca senggama, biopsy endometrium terjadwal,
histerosalpinografi, laparoskopi, pemeriksaan pelvis ultrasound.
2) Pemeriksaan Penunjang pada Pria
       Analisa Semen, dengan parameter :
 Warna Putih keruh
 Bau Bunga akasia
 PH 7,2 - 7,8
 Volume 2 - 5 ml
 Viskositas 1,6 – 6,6 centipose
 Jumlah sperma 20 juta / ml
 Sperma motil > 50%
 Bentuk normal > 60%
 Kecepatan gerak sperma 0,18-1,2 detik
 Persentase gerak sperma motil > 60%
 Aglutinasi Tidak ada
 Sel – sel Sedikit,tidak ada
 Uji fruktosa 150-650 mg/dl
 Pemeriksaan endokrin
 USG
 Biopsi testis
 Uji penetrasi sperma
 Uji hemizona

22
2. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (efek test diagnostic). (D.0077)

b. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan perubahan pada citra tubuh

(D.0087)

c. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi, ketidaktahuan tentang akhir

proses diagnostic. (D.0080)

d. Ketidakberdayaan berhubungan dengan kurang kontrol terhadap prognosis. (D.0092)

e. Resiko ketidakmampuan koping induvidu/keluarga berhubungan dengan kondisi

klinis infertilitas.

3. Intervensi Keperawatan

No SDKI Tujuan Kriteria Intervensi


Hasil
1. Nyeri akut Setelah SLKI : Tingkat SIKI : Manajemen Nyeri
berhubungan dilakukan Nyeri (L.08066) ( I.08238)
dengan agen asuhan
pencedera fisik keperawata  Keluhan nyeri Observasi :
(efek test Dalam waktu 3 menurun 1. Identifikasi lokasi,
diagnostic). x 24 jam,  Meringis karakteristik, durasi,
(D.0077) diharapkan menurun frekuensi, kualitas,
nyeri akut  Sikap protektif intensitas nyeri
dapat teratasi menurun 2. Identifikasi skala nyeri
 Gelisah 3. Identifikasi respons
menurun nyeri non verbal
 Kesulitan tidur 4. Identifikasi faktor yang
menurun memperberat dan
 Diaforesis memperingan nyeri
menurun 5. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
 Anoreksia
menurun
Teraupetik :
 Frekuensi nadi
1. Berikan teknik non
membaik
farmakologis untuk
 Tekanan darah mengurangi rasa nyeri
membaik 2. Kontrol lingkungan
 Pola tidur yang memperberat rasa
membaik nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur

23
Edukasi :
1. Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaboasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

2. Harga diri Setelah SLKI : Harga diri SIKI : Dukungan


rendah dilakukan (L.09069) emosional (I.09256)
situasional asuhan
berhubungan keperawata  Penilian diri Observasi
dengan Dalam waktu 3 psotif 1. Identifikasi fungsi
perubahan x 24 jam, meningkat marah, frustasi, dan
pada citra diharapkan  Menerima amuk bagi pasien
tubuh (D.0087) harga diri penilaian 2. Identifikasi hal yang
rendah yang positif memicu emosi.
dialami pasien terhadap diri
teratasi. sendiri Terapeutik
 Perasaan 1. Fasilitasi
memiliki mengungkapkan
kelebihan atau perasaan cemas, marah,
kemampuan dan sedih
positif 2. Buat pernyataan
meningkat. suportif atau empati
selama fase berduka
3. Lakukan sentuhan
untuk memberikan
dukungan
4. Kurangi tuntutan
berpikir saat sakit atau
lelah.

Edukasi
1. Anjurkan
mengungkapkan
peraaan yang dialami
2. Ajarkan menggunakan
mekanisme pertahanan
yang tepat

Kaloborasi
1. Rujuk konseling, jika
perlu

24
3. Ansietas Setelah SLKI :Tingkat SIKI : Reduksi Ansietas
berhubungan diberikan ansietas (L.0909)) (I.09314)
dengan kurang asuhan
terpapar keperawatan  Verbalisasi Observasi :
informasi, selama 1 x 24 kebingungan 1. Identifikasi saat tingkat
ketidaktahuan jam, menurun ansietas berubah (mis.
tentang akhir diharapkan  Verbalisasi Kondisi, waktu,
proses Ansietas dapat khawtir stresor)
diagnostic. teratasi atau terhadap 2. Monitor tanda-tanda
(D.0080) berkurang kebingungan ansietas (verbal dan
menurun nonverbal)
 Perilaku gelisah
menurun Teraupetik :
 Perilaku tegang 1. Ciptakan suasana
menurun terapeutik untuk
menumbuhkan
kepercayaan
2. Temani pasien
untukmengurangi
kecemasan, jika
memungkinkan
3. Pahami situasi yang
membuat ansietas
4. Dengarkan dengan
penuh perhatian
5. Memotivasi
mengidentifikasi situasi
yang memicu
kecemasan
ii.
Edukasi :
1. informasikan secara
faktual mengenai
diagnosis, pengobatan,
prignosis.
2. Anjurkan keluarga
untuk tetpa bersa
pasien
3. Latih kegiatan pengalih
untuk mengurangi
ketegangan
iii.
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
obat antiansietas, jika
perlu.

25
4. Ketidakberday Setelah SLKI : SIKI : Promosi harapan
aan diberikan Keberdayaan (I.09307)
berhubungan asuhan (L.09071)
dengan kurang keperawatan Observasi :
kontrol selama 3 x 24  Pernyataan 1. Identifikasi harapan
terhadap jam, mampu pasien dalam mencapai
prognosis. diharapkan melakukan hidup
(D.0092) ketidakberdaya aktifitas
an pasien dapat  Pernyataan Teraupetik :
teratasi. keyakinan 1. Pandu mengingat
tentangkinerja kembali kenangn yang
peran menyenangkan
 Berpartisipasi 2. Libatkan pasien secara
dalam aktif dalam perawatan
perawatan 3. Ciptakan lingkungan
yng memudahkan
mempraktikan
kebutuhan spiritual
4. Berikan kesempatan
kepada pasien terlibat
dalam dukungan
kelompok

Edukasi :
1. Anjurkan mengungkap
perasaan terhadap
kondisi dengan
realistis.
2. Anjurkan
mempertahankan
hubungn (mis.
Menyebutkan nama
yang dicintai)
3. Latih cara
mengembangkan
spritual diri

5. Resiko Setelah SLKI : Status SIKI : Dukungan Koing


ketidakmampu diberikan koping keluarga Keluarga (I.09260)
an koping asuhan (L.09088)
induvidu/kelua keperawatan Observasi
rga selama 3 x 24  Perasaan 1. Identifikasi respon
berhubungan jam, tertekan emosional terhadap
dengan kondisi diharapkan menurun kondisi saat ini
klinis resiko  Perasaan 2. Identifikasi beban
infertilitas ketidakmampu diabaikan prognosis secara
an koping menurun psikologis
induvidu/kelua  Perilaku 3. Identifikasi kesesuaian
rga pasien menolak antara harapan psien,
tidak terjadi perawatan keluarga, dantenaga

26
dan meningkat menurun kesehatn
nya koping  Perilaku
pasien/keluarg bermusuhan Terapeutik
a menurun 1. Dengarkan masalah,
perasaan dan
pertanyaan
keluarga/pasien
2. Diskusi rencana medis
dan pengobatan
3. Fasilitasi
pengungkapan perasaan
antara pasien, keluarga
atau antar anggota
keluarga
4. Hargai dan dukung
mekanisme koping
adaptif yang digunakan
5. Berikan kesempatang
berkunjung bagi
anggota keluarga

Edukasi
1. Informasikan kemajuan
pasien secara berkala
2. Informasikan fasilitas
perawatan kesehatan
yang tersedia

Kaloborasi
1. Rujuk untuk terapi
keluarga, jika perlu

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat

untuk membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan

yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Gordon, 1994,

dalam (Potter & Perry, 2011).

Komponen tahap implementasi :

1. Tindakan keperawatan mandiri

2. Tindakan keperawatan kolaboratif

3. Dokumentasi tindakan keperawatan dan respon klien terhadap asuhan keperawatan.

27
5. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi yaitu penilaian hasil dan proses. Penilaian hasil menentukan seberapa jauh

keberhasilan yang dicapai sebagai keluaran dari tindakan. Penilaian proses menentukan

apakah ada kekeliruan dari setiap tahapan proses mulai dari pengkajian, diagnosa,

perencanaan, tindakan, dan evaluasi itu sendiri). Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria

yang telah ditetapkan sebelumnya dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan

menilai efektivitas proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan

pelaksanaan (Mubarak,dkk.,2011).

Evaluasi disusun menggunakan SOAP dimana: (Suprajitno dalam Wardani, 2013):

S: Ungkapan perasaan atau keluhan yang dikeluhkan secara subjektif oleh keluarga setelah

diberikan implementasi keperawatan.

O: Keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat menggunakan pengamatan

yang objektif.

A: Analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan objektif.

P: Perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Tugas dari evaluator adalah melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan

kriteria evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat keputusan dalam

memberikan asuhan keperawatan. (Nurhayati, 2011).

Ada tiga alternative dalam menafsirkan hasil evaluasi yaitu :

a. Masalah teratasi, apabila pasien menunjukkan perubahan tingkah laku dan

perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang telah

ditetapkan.

b. Masalah sebagian teratasi, apabila pasien menunjukkan perubahan dan perkembangan

kesehatan hanya sebagian dari kriteria pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

28
c. Masalah belum teratasi, jika pasien sama sekali tindak menunjukkan perubahan

perilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul masalah yang baru.

29
BAB IV

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Infertilitas di defenisikan sebagai ketidakmampuan pasangan untuk mencapai

kehamilan setelah satu tahun hubungan seksual tanpa pelindungatau suatu kesatuan hasil

interaksi biologik yang tidak menghasilkan kehamilan dan kelahiran bayi hidup. Dan

klasifikasi dari infertilitas ada dua yaitu primer dan sekunder. Penyebab dari infertilitas

ini bisa dipandang dari pihak perempuan dal laki-lakinya. Jika dari wanita bisa dilihat

dari faktor penyakit dan fungsional.

Sedangkan dari segi laki-laki bisa dilihat dari kelainan alat kelamin dan kegagalan

fungsional. Akan tetapi bisa dilihat juga penyebabnya dari pasangan suami istri tersebut

misalnya gangguan pada hubungan seksual dan psikologisnya.

Infertilitas adalah suatu kondisi dimana pasangan suami istri belum mampu memiliki

anak walaupun telah melakukan hubungan seksual sebanyak 2-3kali dalam seminggu

dalam kurun waktu 1 tahun tanpa menggunakan kontrasepsi.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pasangan suami istri dianggap

infertil apabila memenuhi syarat :

1. Pasangan suami istri berkeinginan untuk memiliki anak.

2. Selama 1 tahun atau lebih berhubungan seks, istri belum mendapat kehamilan.

3. Frekuensi hubungan seks minimal 2-3 kali dalam setiap minggunya.

4. Istri maupun suami tidak pernah menggunakan alat atau metode kontrasepsi, baik

kondom, obat-obatan, dan alat lain yang berfungsi untuk mencegah kehamilan.

30
B. SARAN

1. Kepada para pasangan usia subur hendaknya memeriksakan secara rutin alat

reproduksinya agar jika terjadi masalah dapat dideteksi dengan cepat.

2. Kepada tenaga kesehatan hendaknya mampu memberikan konseling tentang

kesehatan reproduksi kepada pasanagan usia subur (PUS).

31
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. S. D. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

PPNI, T. P. S. D. (2019). Standar luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: Dewan


Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

32

Anda mungkin juga menyukai