Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN GLOMERULUSNEFRITIS


(GNC)

OLEH

KELAS B11-A

Kelompok 1

NI NENGAH JUNIARTI (183222921)

NI KD RAI WIDIASTUTI (183222922)

NI KOMANG AYU NOPI SAVITRI (183222928)

NI MADE HENI WAHYUNI (183222935)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA PPNI BALI

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan laporan yang berjudul “Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan
GNC ”.
Laporan ini berisikan tentang tinjauan teori tentang GNC serta asuhan
keperawatan pada anak dengan GNC. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
informasi kepada kita semua serta sebagai bahan dalam proses pembelajaran
terutama dalam lingkup keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan makalahini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Denpasar, 1 Oktober 2018

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
1.4 Manfaat ....................................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian............................................................................................... 2
B. Etiologi.................................................................................................... 2
C. Klasifikasi............................................................................................... 4
D. Manifestasi klinis.................................................................................... 5
E. Patofisiologi............................................................................................ 5
F. Pemeriksaan penunjang.......................................................................... 6
G. Penatalaksanaan...................................................................................... 8
H. Pathway................................................................................................... 11

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A Pengkajian ................................................................................................ 12
B. DiagnosaKeperawatan ............................................................................. 17
C. Intervensi ................................................................................................. 18
D. Implementasi ........................................................................................... 20
E. Evaluasi .................................................................................................... 20
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Glomerulonefritis merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap
akhir dan tingginya angka morbiditas pada anak. Terminologi glomerulonefritis
yang dipakai disini adalah untuk menunjukkan bahwa kelainan yang pertama dan
utama terjadi pada glomerulus, bukan pada struktur ginjal yang lain.

Glomerulonefritis merupakan penyakit peradangan ginjal bilateral.


Peradangan dimulai dalam gromleurus dan bermanifestasi sebagai proteinuria dan
atau hematuria. Meskipun lesi utama pada gromelurus, tetapi seluruh nefron pada
akhirnya akan mengalami kerusakan, sehingga terjadi gagal ginjal.

Gejala glomerulonefritis bisa berlangsung secara mendadak (akut) atau


secara menahun (kronis) seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan
gejala. Gejalanya dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi.
Gejala umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna merah,
biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar 80%) sembuh spontan,
10% menjadi kronis, dan 10% berakibat fatal.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana


asuhan keperawatan pada pasien anak yang menderita GNC?”

1.3 Tujuan

Tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memberikan pengetahuan


dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai asuhan keperawatan
pada pasien anak yang menderita GNC

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Penyakit


2.1.1 Definisi
Glomerulonefritis ialah reaksi imunologis pada ginjal terhadap
bakteri atau virus tertentu. Terjadi akibat infeksi kuman streptococcus.
Sering ditemukan pada usia 3-7 tahun (pada awal usia sekolah). Lebih
sering mengenai anak laki-laki dari pada wanita dengan perbandingan
2 : 1 (Mansjoer, Arif, dkk. 2000 : 487). Glomerulonefritis kronik adalah
peradangan lama di sel-sel glomerolus. Kelainan ini dapat terjadi akibat
glomerolus akut yang tidak membaik atau timbul secara spontan (Arif
muttaqin & kumala Sari, 2011). Glomerulonefritis kronik ditandai oleh
kerusakan glomerulus secara progresif lambat akibat glomerulonefritis
yang sudah berlangsung lama. Penyakit cenderung timbul tanpa
diketahui asal usulnya, dan biasanya baru ditemukan pada stadium yang
sudah lanjut, ketika gejala-gejala insufisiensi ginjal timbul. Pada
pengkajian ditemukannya klien yang mengalami glomerulonefritis
kronik bersifat incidental pada saat pemeriksaan dijumpai hipertensi
atau peningkatan kadar BUN dan kreatinin serum (Mutaqqin dan Sari,
2012).
Glomerulonefritis kronis (GNK) adalah suatu kondisi
peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis
berdasarkan ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap.
Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun setelah cedera
dan peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria
(darah dalam urine) dan proteinuria (protein dalam urine) ringan
(Mutaqqin dan Sari, 2012; Mansjoer, et al., 2000). Jalan penyakit GNK
dapat berubah-ubah. Ada pasien yang mengalami gangguan fungsi
minimal dan merasa sehat. Perkembangan penyakitnya juga perlahan.

2
Walaupun perkembangan penyakit GNK perlahan atau cepat, keduanya
akan berakhir pada penyakit ginjal tahap akhir (Baradero, 2008).

2.1.2 Epidemiologi
Glomerulusnefritis sering ditemukan pada anak berumur antara
3-7 tahun dan lebih sering mengani anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan. Perbandingan antara anak laki-laki dan perempuan adalah
2 : 1 dan jarang menyerang anak dibawah usia 3 tahun. Hasil penelitian
multisenter di Indonesia pada tahun 1988, melaporkan adanya 170
pasien yang dirawat di rumah sakit pendidikan dalam 12 bulan. Pasien
terbanyak dirawat di Surabaya (26,5%), kemudian disusul berturut-turut
di Jakarta (24,7%), Bandung (17,65%), dan Palembang (8,2%).
Pasien laki-laki dan perempuan berbanding 2 : 1 dan terbanyak
pada anak usia antara 6-8 tahun (40,6%). Gejala glomerulusnefritis bisa
berlangsung secara mendadak (akut) atau secara menahun (kronis)
seringkali tidak diketahui karena tidak menimbulkan gejala. Gejalanya
dapat berupa mual-mual, kurang darah (anemia), atau hipertensi. Gejala
umum berupa sembab kelopak mata, kencing sedikit, dan berwarna
merah, biasanya disertai hipertensi. Penyakit ini umumnya (sekitar
80%) sembuh spontan, 10% menjadi kronis dan 10% berakibat fatal.

2.1.3 Etiologi
Penyebab dari penyakit glomerulunefritis kronik yaitu :
a. Lanjutan GNA (Glomerulusnefritis Akut), seringkali tanpa riwayat
infeksi (Streptococcus beta hemoliticus group A)
b. Keracunan (timah hitam, tridion)
c. Penyakit sipilis
d. Diabetes mellitus
e. Trombosis vena renalis
f. Hipertensi kronik

3
g. Penyakit kolagen
h. Penyebab lain yang tidak diketahui yang ditemui pada stadium
lanjut. Penyakit ini ditemukan pada semua usia, tetapi sering terjadi
pada usia awal sekolah dan jarang pada anak yang lebih muda dari
2 tahun. Lebih banyak pria daripada wanita (2:1). Timbulnya GNC
(Glomerulusnefritis Cronic) didahului oleh akut (infeksi ekstra
renal, terutama di traktus respiratorius atau saluran napas bagian
atas dan kulit oleh kuman streptococus beta hemolitikus gol A).
Faktor lain yang dapat menyebabkan adalah faktor iklim, keadaaan
gizi, keadaan umum dan alergi.

2.1.4 Pathwa

Infeksi/Penyakit

(Streptococcus beta hemoliticus grup A)

4
Migrasi sel-sel radang kedalam glomerular

Pembentukan kompleks antigen-antibodi dalam dinding kapiler

Deposit, complement dan ant trass netrofit, netrofil dan monosit

Fibrinogen dan plasma protein lain Enzim lisosomal merusak membrane


bermigrasi melalui dinding sel dasar glomerular
manifestasi klinis Proteinuria

Eritrosit bermigrasi melalui dinding


Ketidakseim hipoalbuminemia sel yang rusak. Manifestasi
bangan Hematuria Perubahan eliminasi
nutrisi urine
kurang dari Tekanan onkotik plasma
kebutuhan
tubuh Poliferasi sel A fibrin Gangguan Eliminasi
Hipovolemia
yg terakumulasi urine urine
dalam kapula
bowmans
Aktif renin
angiotensin
Menurunnya perfusi
kapiler glomerular.
Vasokonstriksi Manifestasi klinis
meningkatnya BUN dan
Creatinin, Retensi urine
Hipertensi

Meningkat sekret Edema pada daerah wajah (kelopak mata)


ADH dan Aldosteron

Kelebihan volume
cairan cairan
2.1.1 Manifestasi Klinik
Glomerulusnefritis kronis ditandai dengan kerusakan glomerulus secara
progresif lambat akibat glomerulusnefritis yang berlangsung lama.
Gejala utama yang ditemukan adalah :

5
a. Kadang-kadang tidak memberikan keluhan sama sekali sampai
terjadi gagal ginjal
b. Hematuria (kencing bercampur darah)
c. Edema pada bagian wajah biasanya sekitar mata (kelopak),
d. Penurunan kadar albumin (hipoalbuminemia)
e. Hipertensi
f. Peningkatan suhu badan
g. Sakit kepala, lemah, gelisah
h. Mual, tidak ada nafsu makan, berat badan menurun
i. Ureum dan kreatinin meningkat
j. Proteinurea
k. Suhu subfebril
l. Kolesterol darah naik
m. Fungsi ginjal menurun
n. Ureum meningkat + kreatinin serum
o. Anemia
p. Gagal jantung kematian
q. Selalu merasa haus dan miksi pada malam hari (nokturia)

2.1.2 Pemeriksaan Penunjang


Adapun pemeriksaan penunjang untuk GNC menurut Beta Gelly &
Sowden Linda (2002) adalah
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. LED (Laju Endap Darah) meningkat.
b. Kadar Hb menurun sebagai akibat hipervolemia (retensi garam
dan air).
c. Pemeriksaan urin menunjukkan jumlah urin menurun, Berat
jenis urine meningkat.

6
d. Hematuri makroskopis ditemukan pada 50% pasien, ditemukan
:Albumin (+), eritrosit (++), leukosit (+), silinder leukosit,
eritrosit, dan hialin.
e. Albumin serum sedikit menurun, komplemen serum (Globulin
beta- IC) sedikit menurun.
f. Ureum dan kreatinin meningkat.
g. Titer antistreptolisin umumnya meningkat, kecuali kalau infeksi
streptococcus yang mendahului hanya mengenai kulit saja.
h. Uji fungsi ginjal normal pada 50% pasien.
2. Test gangguan kompleks imun
3. Biopsi ginjal

2.1.3 Komplikasi
a. Oliguri sampai anuria
Oliguri dan anuria yang dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai
akibat berkurangnya filtrasi glomerulus. Gambaran seperti
insufisiensi ginjal akut dengan uremia, hiperfosfatemia,
hyperkalemia dan hidremia. Walaupun oliguria atau anuria yang
lama jarang terdapat pada anak, jika hal ini terjadi diperlukan
peritoneum dialysis (bila perlu).
b. Ensefalopati hipertensi
Merupakan gejala serebrum karena hipertensi. Terdapat gejala
berupa gangguan penglihatan, pusing, muntah dan kejang-kejang.
Hal ini disebabkan karena spasme pembuluh darah lokal dengan
anoksia dan edema otak.
c. Gangguan sirkulasi
Gangguan sirkulasi berupa dyspnea, ortopneu, terdapat ronki basah,
pembesaran jantung dan meningginya tekanan darah yang bukan saja
disebabkan oleh bertambahnya volume plasma. Jantung dapat membesar

7
dan kelainan di miokardiu. Anemia yang timbul karena adanya
hypervolemia disamping sintesis eritropoietik yang menurun.
2.1.4 Penatalaksanaan

1. Medik
Tidak ada pengobatan yang khusus yang mempengaruhi penyembuhan
kelainan di glomerulus.
a. Istirahat mutlak selama 3-4 minggu dahulu dianjurkan selama 6-8
minggu
b. Pemberian penisilin pada fase akut.
Pemberian antibiotic ini tidak mempengaruhi beratnya
glomerulonefritis, melainkan mengurangi penyebaran infeksi
streptococcus yang mungkin masih ada. Pemberian penisilin
dianjurkan hanya untuk 10 hari. Pemeberian profilaksis yang lama
sesudah nefritisnya sembuh terhadap kuman penyebab tidak
dianjurkan, karena terdapat imunitas yang menetap.
c. Pengaturan dalam pemberian cairan (perlu diperhatikan
keseimbangan cairan dan elektrolit). Pemberian diet rendah protein
(1 gr/kg BB/hari) dan rendah garam (1 gr/hari). Makanan lunak
diberikan pada pasien dengan suhu tinggi dan makanan biasa bila
suhu normal kembali. Bila ada anuria/muntah diberikan harus
dibatasi.
d. Pengobatan terhadap hipertensi
e. Bila anuria berlangsung lama (5-7) hari, maka ureum harus
dikeluarkan dari dalam darah. Dapat dengan cara peritoneum dialisis,
hemodialisis, transfuse tukar dan sebagainya.
f. Diuretikum dulu tidak diberikan pada glomerulusnefritis akut, tetapi
akhir-akhir ini pemberian furosemide (lasix) secara intravena (1
mg/kg BB/kali) dalam 5-10 menit tidak berakibat buruk pada
hemodinamika ginjal dan filtrasi glomerulus.

8
g. Bila tidak timbul gagal gagal jantung, diberikan digitalis, sedativum
dan oksigen.
2. Keperawatan
a. Istirahat mutlak selama 2 minggu.
b. Pengawasan tanda-tanda vital secara 3x sehari
c. Jika terdapat gejala dyspnea/ortopnea dan pasien terlihat lemah adalah
kemungkinan adanya gejala payah jantung, segera berikan posisi
yang nyaman (semi fowler), berikan O2 dan hubungi dokter.
d. Diet protein 1 gr/kg BB/hari dan garam 1 gr/hari (rendah garam).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Diperlukan pengkajian yang cermat dan teliti untuk mengetahui
masalah pasien dengan tepat, sebab pengkajian merupakan awal dari proses

9
keperawatan. Dan keberhasilan proses keperawatan tergantung dari
pengkajian.
1. Pengkajian Umum
a. Keluhan Utama
Keluhan orang tua atau anak pada waktu ke rumah sakit Pasien
mengeluh mual, anoreksia, muntah, mengeluh
demam, mengeluh sakit kepala/pusing , mengeluh sesak
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
Anak tampak odema, muntah, pada saat disentuh teraba
hangat, anak tampak lemah, adanya peningkatan tekanan
darah
1. Riwayat kehamilan dan persalinan
a) Prenatal History
Diperkirakan adanya keabnormalan pada kehamilan ibu
(infeksi virus Streptococus), mungkin ada riwayat
pengguanaan alkohol dan obat-obatan serta penyakit DM
pada ibu.
b) Intra natal
Riwayat kehamilan biasanya normal dan diinduksi.
c. Riwayat Neonatus
Kaji riwayat neunatus saat bayi pertamakali lahir apa ada tanda
atau gejala yang mucul dari neunatus. Pada pasien GNC biasanya
tidak ditemukan tanda gejal pada usia nenatus.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga


a) Adanya keluarga apakah itu satu atau dua orang yang
mengalami Gluronefritis Cronic (GNC)
b) Penyakit keturunan atau diwariskan

10
c) Penyakit congenital atau bawaan
e. Riwayat pertumbuhan dan Perkembangan
Berat badan = umur (tahun) X 2 + 8 Tinggi badan = 2 kali tinggi
badan lahir.
a) Perkembangan psikoseksual : anak berada pada fase
oedipal/falik dengan ciri
meraba-raba dan merasakan kenikmatan dari beberapa
daerah erogennya, senang bermain dengan anak berjenis
kelamin beda, oedipus kompleks untuk anak laki-laki lebih
dekat dengan ibu, elektra kompleks untuk anak perempuan
lebih dekat dengan ayah.
b) Perkembangan psikososial : anak berada pada fase pre
school (inisiative vs rasa bersalah) yaitu memiliki inisiatif
untuk belajar mencari pengalaman baru. Jika usahanya
diomeli atau dicela anak akan merasa bersalah dan menjadi
anak peragu.
c) Perkembangan kognitif : masuk tahap pre operasional yaitu
mulai mempresentasekan dunia dengan bahasa, bermain dan
meniru, menggunakan alat-alat sederhana.
d) Perkembangan fisik dan mental : melompat, menari,
menggambar orang dengan kepala, lengan dan badan,
segiempat, segitiga, menghitung jari-jarinya, menyebut hari
dalam seminggu, protes bila dilarang, mengenal empat
warna, membedakan besar dan kecil, meniru aktivitas orang
dewasa.

Konsep teori yang difunakan penulis adalah model konseptual


keperawatan dari Gordon. Menurut Gordon data dapat dikelompokkan menjadi
11 konsep yang meliputi:

11
a. Persepsi Kesehatan – Pola Manajemen Kesehatan
Mengkaji kemampuan pasien dan keluarga melanjutkan perawatan
di rumah.
b. Pola nutrisi – Metabolik
Pada pasien dengan GNC akan mengalami gangguan nutrisi
metabolic seperti anoreksia, mual muntah, pembengkakan
ekstremitas bawah/edema, terjadi penambahan berat badan karena
adanya pembengkakan. Suhu badan normal hanya panas hari
pertama sakit. Dapat terjadi kelebihan beban sirkulasi karena adanya
retensi natrium dan air, edema pada sekitar mata dan seluruh tubuh.
Perlukaan pada kulit dapat terjadi karena uremia.
c. Pola Eliminasi
Pada pasien. GNC biasanya ditemukan Oliguri dan anuria yang
dapat berlangsung 2-3 hari. Terjadi sebagai akibat berkurangnya
filtrasi glomerulus, Perubahan warna urine (kuning pekat, merah)
d. Pola Aktivitas dan Latihan
Kelemahan otot dan kehilangan tonus karena adanya hiperkalemia.
Dalam perawatan klien perlu istirahat karena adanya kelainan
jantung dan dan tekanan darah mutlak selama 2 minggu dan
mobilisasi duduk dimulai bila tekanan ddarah sudah normaal
selama 1 minggu.
e. Pola Persepsi Kognitif
Menjelaskan tentang fungsi penglihatan, pendengaran, penciuman,
daya ingatan masa lalu dan ketanggapan dalam menjawab
pertanyaan. Peningkatan ureum darah menyebabkan kulit bersisik
kasar dan rasa gatal. Gangguan penglihatan dapat terjadi apabila
terjadi ensefalopati hipertensi.
f. Pola Tidur dan Istirahat
Klien tidak dapat tidur terlentang karena sesak dan gatal karena
adanya uremia. keletihan, kelemahan malaise, kelemahan otot dan

12
kehilangan tonus.
g. Konsep Diri dan Persepsi Diri
Menjelaskan konsep diri dan persepsi diri misalnya body image,
body comfort. Terjadi perilaku distraksi, gelisah, dan penolakan.
Klien cemas dan takut karena urinenya berwarna merah dan edema
dan perawatan yang lama.
h. Peran dan Pola Hubungan
Bertujuan untuk mengetahui peran dan hubungan sebelum dan
sesudah sakit. Perubahan pola biasa dalam tanggungjawab atau
perubahan kapasitas fisik untuk melaksanakan peran. Anak tidak
dibesuk oleh teman – temannya karena jauh serta anak mengalami
kondisi kritis menyebabkan anak banyak diam.
i. Pola Reproduktif dan Sexual
Pola ini bertujuan menjelaskan fungsi sosial sebagai alat reproduksi.
j. Pola Pertahanan Diri, Stress dan Toleransi
Adanya faktor stress lama, efek hospitalisasi, masalah keuangan,
rumah.
k. Pola Keyakinan dan Nilai
Untuk menerangkan sikap, keyakinan klien dalam melaksanakan
agama yang dipeluk dan konsekuensinya dalam keseharian. Dengan
ini diharapkan perawat dalam memberikan motivasi dan pendekatan
terhadap klien dalam upaya pelaksanaan ibadah.

2. Pengkajian fisik
Keadaan umum klien lemah dan terlihat saki berat dengan tingkat
kesadaran biasanya composmentis. Pada TTV sering tidak didapatkan adanya
perubahan.

13
a. B1 (Breatihing). Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola nafas
dan jalan nafas walau secara frekuensi mengalami peningkatan terutama
pada fase akut. Pada fase lanjut di dapatkan adanya gangguan pola nafas
dan jalan nafas yang merupakan respons edema pilmonerdan efusi fleura.
b. B2 (Blood ). Sering ditemukan penurunan cura jantung respons sekunder
dari peningkatan beban volume.
c. B3 (Branin). Didapatkan adanya edema wajah terutama periorbital, seklera
tidak ikteri status neurologi mengalami perubahan sesuai dengan tingkat
paranya azotemia pada sistem saraf pusat.
d. B4 (Bladder). Perubahan warna urine output seperti warna uurine warnanya
kola.
e. B5 (Bowel). Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi kurang dari kebutuhan.
Didapatkan asites pada abdomen.
f. B6 (Bone). Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek
sekunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum.

2.2.2 Diagnosa
a. Gangguan eliminasi urine
b. Kelebihan volume cairan
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

14
2.2.3 Intervensi

DIAGNOSIS NOC NIC


KEPERAWATA
N
Gangguan  Urinanry Urinary
Eliminasi Urine elimination Retention Care
Definisi: disfungsi  Urinary  Lakukan
pada eliminasi conntinuen penilaian kemih
urine ce yang
Batasan Kriteria hasil: komprehdnsif
Karakteristik:  Kandung kemih berfokus pada
- Disuria kosong secara inkontinensia
- Sering berkemih penuh (misalnya, output
- Anyang-anyangan  Tidak ada residu urine, pola
- Inkontinensia urine ≥100-200cc berkemih, fungsi
- Nokturia  Intake cairan kognitif, dan
- Retensi dalam rentang masalah kencing
- Dorongan normal praeksisten)
Factor yang  Bebas dari ISK  Memantau
berhubungan penggunaan obat
 Tidak ada spasme
- Obstruksi anatomic dengan sifat
bladder
- Penyebab multiple antikolinergik
 Balance cairan
- Gangguan sensori atau property
seimbang
motorik alpha agonis
- Infeksi saluran  Memonitor efek
kemih dari obat-obatan
yang diresepkan,
seperti calcium
channe blockers
dan
antikolinergik
 Menyediakan
penghapusan
privasi
 Gunakan
kekuatan sugesti
dengan
menjalankan air
atau disiram toilet
 Merangsang
refleks kandung
kemih dengan
menerapkan

15
dingin untuk
perut membelai
tinggi batin, atau
air
 Sediakan waktu
yang cukup untuk
pengosongan
kandung kemih
(10 menit)
 Gunakan spirit
wintergreen di
pispot atau urinal
 Menyediakan
maneuver crede,
yang diperlukan
 Gunakan double-
void teknik
 Masukkan kateter
kemih
 Anjurkan
pasien/keluarga
untuk merekam
output urine
 Intruksikan cara-
cara untuk
menghindari
konstipasi atau
impaksi tinja
 Memantau
asupan dan
keluaran
 Memantau
tingkat distensi
kandung kemih
dengan palpasi
dan perkusi
 Membantu
dengan toilet
secara berkala
 Memasukkan
pipa ke dlaam
lubang tubuh
untuk sisa

16
 Menerapkan
katerissi
intermiten
 Merujuk ke
spesialis
kontinensia
kemih.

Kelebihan NOC NIC


Volume Cairan  Electrolit and acid Fluid
Definisi : base balance management
peningkatan retensi  Fluid balance  Timbang popok
cairan isotonic  Hydration atau pembalut
Batasan Kriteria Hasil : jika diperlukan
Karakteristik  Terbebas dari  Pertahankan
 Bunyi nafas edema, efusi, catatan intake dan
adventisius anaskara output yang
 Gangguan  Bunyi nafas bersih, akurat
elektrolit tidak ada  Pasang urin
 Anasarka dyspnea/ortopneu kateter jika
 Ansietas  Terbebas dari diperlukan
 Azotemia distensi vena  Monitor hasil Hb
 Perubahan tekanan jugularis, reflek yang sesuai
darah hepatojugular (+) dengan retensi
 Perubahan status  Memelihara cairan (BUN,
mental tekanan vena Hmt, osmolalitas
 Perubahan pola sentral, tekanan urin)
pernafasan kapiler paru,  Monitor status
 Penurunan output jantung dan hemodinamik
hematocrit vital sign dalam termasuk CVP,
 Penurunan batas normal MAP, PAP, dan
hemoglobin  Terbebas dari PCWP
 Dyspnea kelelahan,  Monitor vital sign
 Edema kecemasan atau  Monitor indikasi
 Peningkatan kebingungan retensi/kelebihan
tekanan vena  Menjelaskan cairan (cracles,
sentral indikator CVP, edema,
kelebihan cairan distensi vena
 Asupan melebihi
leher, asites)
haluaran
 Kaji lokasi dan
 Distensi vena
luas edema
jugularis
 Monitor masukan
 Oliguria
makanan/cairan

17
 Ortopnea dan hitung intake
 Efusi pleura kalori
 Refleksi  Monitor status
hepatojugular nutrisi
positif  Kaloborasi
 Perubahan tekanan pemberian
arteri pulmonal diuretic sesuai
 Kengesti pulmunal intruksi
 Gelisah  Batasi masukan
 Perubahan berat cairan pada
jenis urin keadaan
 Bunyi jantung S3 hiponatrermi
 Penambahan berat dilusi dengan
badan dalam waktu serum Na <130
sangat singkat mEq/l
Factor – factor  Kolaborasi dokter
yang jika tanda cairan
berhubungan : berlebih muncul
 Gangguan memburuk
mekanisme Fluid
regulasi Monitoring
 Kelebihan asupan  Tentukan riwayat
cairan jumlah dan tipe
intake cairan dan
 Kelebihan asupan
eliminasi
natrium
 Tentukan
kemungkinan
factor resiko dari
ketidakseimbang
an cairan
(hipertermia,
terapi diuretic,
kelainan renal,
gagal jantung,
diaphoresis,
disfungsi hati dll)
 Monitor berat
badan, BP, HR,
dan RR
 Monitor serum
dan osmilalitas
urin
 Monitor tekanan
darah orthostatic

18
dan perubahan
irama jantung
 Monitor
parameter
hemodinamik
infasif
 Catat secara
akurat intake dan
output
 Monitor adanya
distensi leher,
ronchi, oedem
perifer dan
penambahan BB
 Monitor tanda
dan gejala daro
oedema
Ketidakseimbang NOC NIC
an nutrisi kurang  Nutritional Status : Nutrition
dari kebutuhan  Nutritional Status : Management
tubuh food and fluid  Kaji adanya
Definisi : Asupan intake alergi makanan
nutrisi tidak cukup  Nutritional Status :  Kolaborasi
untuk memenuhi nutrient intake dengan ahli gizi
kebutuhan  Weight control untuk
metabolic Kriteria Hasil : menentukan
Batasan  Adanya jumlah kalori dan
Karakteristik peningkatan berat nutrisi yang
 Kram abdomen badan sesuai dibutuhkan
 Nyeri abdomen dengan tujuan pasien
 Menghindari  Berat badan ideal  Anjurkan pasien
makanan sesuai dengan untuk
 Berat badan 20% tinggi badan meningkatkan
atau lebih dibawah  Mampu intake Fe
berat badan ideal mengidentifikasi  Anjurkan pasien
 Kerapuhan kapiler kebutuhan nutrisi untuk
 Diare  Tidak ada tanda- meningkatkan
 Kehilangan rambut tanda malnutrisi protein dan
berlebihan  Menunjukkan vitamin C
 Bising usus peningkatan fungsi  Berikan substansi
hiperaktif pengecapan dari gula
 Kurang makanan menelan  Yakinkan diet
 Kurang informasi yang dimakan
mengandung

19
 Kurang minat pada  Tidak terjadi tinggi serat untuk
makanan penurunan berat mencegah
 Penurunan berat badan yang berarti konstipasi
badan dengan  Berikan makanan
asupan makanan yang terpilih
adekuat (sudah
 Kesalahan konsepsi dikonsultasikan
 Kesalahan dengan ahli gizi)
informasi  Ajarkan pasien
 Membrane mukosa bagaimana
pucat membuat catatan
 Ketidakmampuan makanan harian
memakan makanan  Monitor jumlah
 Tonus otot nutrisi dan
menurun kandungan kalori
 Mengeluh  Berikan
gangguan makanan informasi tentang
kurang dari RDA kebutuhan nutrisi
(recommended  Kaji kemampuan
daily allowance) pasien untuk
 Cepat kenyang mendapatkan
setelah makan nutrisi yang
 Sariawan rongga dibutuhkan
mulut Nutrition
 Steatorea Monitoring
 Kelemahan otot  BB pasien dalam
pengunyah batas normal
 Kelemahan otot  Monitor adanya
untuk menelan penurunan berat
Factor yang badan
berhubungan :  Monitor tipe dan
 Factor biologis jumlah aktivitas
yang biasa
 Factor ekonomi
dilakukan
 Ketidakmampuan
untuk  Monitor
interaksi anak
mengabsorbsi
atau orang tua
nutrient
selama makan
 Ketidakmampuan
 Monitor
untuk mencerna
lingkungan
makanan
selama makan
 Ketidakmampuan
 Jadwalkan
menelan makanan
pengobatan dan
 Factor psikologis
tindakan tidak

20
selama jam
makan
 Monitor kulit
kering dan
perubahan
pigmentasi
 Monitor turgor
kulit
 Monitor
kekeringan,
rambut kusam,
dan mudah patah
 Monitor mual
muntah
 Monitor kadar
albumin, total
protein, Hb, dan
kadar Ht
 Monitor
pertumbuhan
dan
perkembangan
 Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan
jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori
dan intake
nutrisi
 Catat adanya
edema,
hiperemik,
hipertonik
papilla lidah dan
cavitas oral
 Catat jika lidah
berwarna
magenta scarlet

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK
DENGAN GLOMERULUSNEFRITIS (GNC)

1. PENGKAJIAN
A. Identitas Anak
Nama : An. B
Umur : 11 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
BB : 35 Kg
TB : 143 Cm

22
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Alamat lengkap : Jl. Melati
Tanggal Masuk RS : 1 Oktober 2018
Tanggal pengkajian : 1 Oktober 2018

B. Identitas Penanggung Jawab :


Nama : Tn. A
Jenis kelamin : Laki-laki
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta
Suku / bangsa : Indonesia
Alamat : Komp. Melati
Hub. dengan klien : Ayah Kandung

C. Riwayat Kesehatan Pasien


1. Keluhan Utama
Pasien dikeluhkan mual dan muntah

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Ibu pasien mengatakan anaknya mual dan muntah, nafsu makan menurun,
bengkak di bagian mata, badan teraba hangat serta saat buang air kecil
berwarna seperti cucian daging.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Menurut keluarga pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit
seperti sekarang ini. Biasanya pasien hanya sakit seperti demam dan batuk
dan diberi obat penurun panas yang di beli di warung atau toko obat.
4. Riwayat kesehatan keluarga

23
Dalam keluarga pasien tidak ada yang pernah mengalami penyakit seperti
ini. Dalam keluarga Pasien tidak mempunyai penyakit keturunan dan
penyakit menular.

D. Riwayat Anak
1. Masa prenatal
Selama kehamilan ibu memeriksakan kandunganya ke Puskesmas atau ke
Bidan Desa dan ibu pasien selalu mendapatkan imunisasi (TT) sebanyak 4
x dalam 9 bulan, Trimester I = 1x Trimester II = 1x , Trimester III = 2x.
2. Masa intranatal
Ibu pasien melahirkan secara normal dan spontan dibantu oleh Bidan,
waktu melahirkan tidak terdapat kelainan, Ibu pasien melahirkan 9 bulan 5
hari.
3. Masa post-natal
Pasien lahir dengan berat badan 3,000 gram dan pada saat pasien lahir
langsung menangis.
4. Imunisasi
Ibu mengatakan kalau pasien tidak mendapatkan imunisasi lengkap karena
pada waktu imunisasi pasien sedang sakit.
 Polio I, Hepatitis B I 1x
 Polio II, Hepatitis BI 1x
 Campak 1x
 BCG 1x

F. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum
Pasien tampak lemah.kesadaran compos mentis GSC : 15
TD : 140/90 mmHg
TB / BB : 143 Cm / 35 Kg
BB saat pengkajian : 34 Kg

24
Nadi : 120 x/menit
Temperatur : 37,7°C
Respirasi : 24x/menit
2. Keadaan Gizi Anak ;
Gizi Pasien kurang baik, dilihat dari BB anak,
BB : 35 Kg (SMRS) BB sekarang : 34 Kg
3. Aktivitas
Pasien kelihatan lemah,hanya berbaring saja,tidak dapat berjalan dan
berdiri karena terpasang infus RL 10 tts /mnt terpasang kanul O2 3 L/mnt
4. Kepala dan Leher
Bentuk semetris, tidak ada luka/lecet. Pertumbuhan rambut merata dan
bentuk rambut lurus, Pasien dapat menggerakkan kepalanya kekiri dan
kekanan. Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid dan limpfe usus normal
dan keadaan kepala bersih.
5. Mata (Penglihatan)
Bentuk simetris, bola mata dapat di gerakkan kesegala arah, konjungtiva
tidak anemis, sclera tidak ikterius, tetapi terdapat kotoran pada mata,
ketajaman penglihatan baik, mata tampak cekung dan tidak terdapat
peradangan.
6. Telinga (Pendengaran)
Bentuk simetris, Pasien dapat mendengar dgn baik. Tidak terdapat kotoran
dalam telinga, tidak ada peradangan dan tidak ada cairan yang keluar dari
telinga.
7. Hidung (Penciuman)
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik dan tak adanya kotoran dalam
hidung, tidak ada kelainan pada hidung.

8. Mulut (Pencekapan)

25
Bentuk bibir tipis, tidak ada perdarahan dan peradangan. Mokusa bibir
tampak kering, keadaan mulut bersih.
9. Dada (Pernafasan)
Bentuk permukaan dada simetris, pernapasan cepat frekuensi pernapasan
48 x /mnt.
10. Kulit
Turgor kulit jelek (tidak kembali dalam 2 detik). Tidak ada luka/ lesi. Suhu
tubuh 37,7°C warna kulit putih tak ada sianosis.
11. Abdomen
Tidak ada luka / perdarahan, turgor abdomen jelek (tak kembali dalam 2
detik).
12. Ekstremitas atas dan bawah
Untuk ekstremitas atas : bentuk simetris, tidak ada luka/fraktur dan
terpasang infus Rl 20 tts/ menit yang menyebabkan keterbatasan gerak.
Untuk Ekstremitas bawah : bentuk semetris, tidak ada luka / faktur pada
ekstrimitas bawah, dan tidak ada kekakuan sandi.
13. Genetalia
Jenis kelamin pasien perempuan, genetalia bersih dan tidak terdapat lecet
pada bokong.

G. Pengkajian Pola Gordon


1. Pola persepsi dan Manajemen Kesehatan
Keluarga pasien mengatakan jika anaknya sakit atau anggota keluarga sakit
langsung dibawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
2. Pola Nutrisi-Metabolik
Sebelum MRS :
Sebelumnya BB pasien 35 kg. Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit
An.B biasa makan 3 kali sehari
Saat MRS :

26
BB pasien menurun saat ini BB= 34 kg, keluarga pasien mengatakan An.B
kehilangan nafsu makan serta mual dan muntah sebanyak 4-5 x dalam 1
hari.

3. Pola Eliminasi
Sebelum MRS :
An. B tidak mengalami masalah pada saat BAB, frekuensi 1 kali sehari,
konsistensi lembek, bau khas feses, berwarna kuning dan jumlah tidak
menentu. Keluarga mengatakan An.SA tidak mengalami masalah pada saat
kencing, frekunsi 5-6 kali sehari, warna kuning jernih, bau khas urine,
volume urine kurang lebih 100 ml sekali kencing.
Saat MRS :
Keluarga mengatakan An.SA mengalami masalah pada BAB, frekuensi >1
kali sehari, konsistensi cair, bau khas feses, feses berwana gelap. Keluarga
mengatakan An. B mengalami masalah pada BAK, frekuensi < 2 kali
sehari, urine berwarna gelap pucat, bau amis, volume urine kurang lebih
300 ml.

4. Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan dan Minum v
Mandi v
Toileting v
Berpakaian V
Mobilisasi di tempat tidur V
Berpindah V
Ambulasi ROM V
0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan
alat, 4: tergantung total.

27
Total scor ADL : 23
5. Pola tidur dan Istirahat
Sebelum MRS :
Keluarga pasien mengatakan An.B tidak memiliki masalah dalam pola tidur
dan istirahat, biasanya anaknya tidur siang dan pada malam hari tidak
terbangun, biasanya An.B tidur 10-12 jam sehari.
Saat MRS :
Keluarga pasien mengatakan An.SA sejak sakit tidurnya tidak pernah lelap,
rewel, pada malam hari sering terbangun dan tidak pernah bisa tidur siang.
6. Pola Kognitif dan Persepi Diri
Keluarga pasien An. B mengatakan sangat memperhatikan anaknya serta
keluarga mengatakan sakit anaknya murni karena medis dan bukan karena
hal gaib.
7. Pola Persepsi Diri-Konsep Diri
Sebelum MRS :
Keluarga pasien mengatakan An.B. menujukkan karakter awal
kepribadiannya dengan mengenali siapa yang mengasuhnya. pasien
menyukai saat digendong dan diayun-ayun. Perilaku kegiatan motorik
sederhana terkoordinasi, dengan menggerakkan jari tangan, menggenggam
ibu jari ibu yang berhubungan emosi dengan orang tua, saudara (sibling),
dan orang lain.
Saat MRS :
Keluarga pasien mengatakan anaknya tetap disukai oleh semua anggota
keluarga baik dari suami maupun keluarga sang istri.
8. Pola Seksual dan Reproduksi
Sebelum MRS :
Keluarga pasien mengatakan An.B berjenis kelamin laki-laki dan berusia
11 tahun. Keluarga psien mengatakan tidak ada masalah pada alat
reproduksi pasien.
Saat MRS :

28
Keluarga mengatakan An.B berjenis kelamin laki-laki dan berusia 11 tahun,
tidak ada masalah pada alat reproduksi pasien.
9. Pola peran-hubungan
Sebelum MRS :
Keluarga pasien An.B mengatakan sebelum sakit peran dan hubungan
pasien dengan ayah ibunya baik. Ayah pasien bekerja dan pasien biasanya
dirawat oleh ibunya dirumah.
Saat MRS :
Keluarga pasien mengatakan An.B peran dan hubungan pasien dengan ayah
ibu tetap terjalin dengan baik. Saat ini orangtuanya selalu mendampingi
An.B selama masa perawatan di RS.
10. Pola Pertahanan Diri, Stres dan Toleransi
Sebelum MRS :
Keluarga pasien mengatakan An.B biasa dirawat dirumah dan tidak
memiliki masalah dalam manajemen koping, keluarga selalu mendapatkan
dukungan dari semua pihak.
Saat MRS :
Keluarga pasien mengatakan An.B ketakutan melihat perawat ataupun
dokter yang datang, pasien langsung histeris dan menangis. Keluarga selalu
mendapat dukungan dari semua pihak saat anaknya mengalami sakit dan
selalu membicarakan kepada anggota keluarga yang lain jika memiliki
masalah.
11. Pola Nilai-Kepercayaan
Keluarga mengatakan An.B beragama Islam dan belum bisa melakukan
ibadah. Keluarga mengatakan selalu berdoa dan melakukan
persembahyangan untuk proses kesembuhan anaknya. Keluarga juga
mengatkan selalu mengimbangi proses perawatan medis di Rumah Sakit
dengan berdoa untuk proses penyembuhan.

29
2. ANALIASA DATA
NO DATA MASALAH
1 DS: Kelebihan volume cairan
Ibu pasien mengatakan An.B bengkak di
bagian mata
DO:
Edema (+)
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 120 x/menit
Suhu : 37,7°C
RR: 24x/menit

2 DS: Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Ibu pasien mengatakan An.B kehilangan
kebutuhan tubuh
nafsu makan serta mual dan muntah
sebanyak 4-5 x dalam 1 hari
DO:
- Penurunan BB
- Mokusa bibir tampak kering

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kelebihan volume cairan b.d ketidakmampuan ginjal mengeksresi air ditandai
dengan Ibu pasien mengatakan An.B bengkak di bagian mata, edema (+), TD
: 140/90 mmHg, Nadi: 120 x/menit, Suhu : 37,7°C, RR: 24x/menit
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia, mual
dan muntah ditandai dengan Ibu pasien mengatakan An.B kehilangan nafsu
makan serta mual dan muntah sebanyak 4-5 x dalam 1 hari, penurunan BB,
mokusa bibir tampak kering.

4. INTERVENSI

30
No Diagnosa Tujuan Intervensi

1 Kelebihan volume NOC : NIC :


cairan b.d  Electrolit and acid base balance Fluid management
ketidakmampuan  Fluid balance  Timbang popok
ginjal mengeksresi  Hydration  Pertahankan catatan intake da
air ditandai dengan Setelah diberikan asuhan keperawatan output yang akurat
Ibu pasien selama x 24 jam, diharapkan  Monitor vital sign
mengatakan An.B kelebihan volume cairan dapat  Monitor indikasi retensi /
bengkak di bagian terkontrol, dengan : kelebihan cairan cracles, CVP
mata, edema (+), Kriteria Hasil: edema, distensi vena leher, as
TD : 140/90 mmHg,  Terbebas dari edema, efusi,  Kaji lokasi dan luas edema
Nadi: 120 x/menit, anaskara  Monitor masukan makanan /
Suhu : 37,7°C, RR:  Bunyi nafas bersih, tidak ada cairan dan hitung intake kalor
24x/menit dyspneu/ortopneu harian
 Terbebas dari distensi vena  Monitor status nutrisi
jugularis, reflek hepatojugular (+)
 Memelihara tekanan vena sentral,
tekanan kapiler paru, output jantung
dan vital sign dalam batas normal
 Terbebas dari kelelahan, kecemasan
atau kebingungan
 Menjelaskan indikator kelebihan
cairan
2 Ketidakseimbangan NOC NIC
 Nutritional Status : Nutrition Management
nutrisi kurang dari
 Nutritional Status : food and  Kaji adanya alergi makana
kebutuhan tubuh b.d fluid intake  Kolaborasi dengan ahli
anoreksia, mual dan  Nutritional Status : nutrient untuk menentukan jum
intake kalori dan nutrisi
 Weight control dibutuhkan pasien

31
muntah ditandai   Berikan substansi gula
dengan Ibu pasien Setelah diberikan asuhan keperawatan  Berikan makanan yang ter
(sudah dikonsultasikan de
selama x 24 jam, diharapkan
mengatakan An.B ahli gizi)
kehilangan nafsu ketidakseimbangan nutrisi kurang dari  Monitor jumlah nutrisi
kebutuhan tubuh dapat ditangani, kandungan kalori
makan serta mual  Berikan informasi ten
dengan : kebutuhan nutrisi
dan muntah
Kriteria Hasil :  Kaji kemampuan pasien u
sebanyak 4-5 x mendapatkan nutrisi
 Adanya peningkatan berat badan
dalam 1 hari, sesuai dengan tujuan dibutuhkan
 Berat badan ideal sesuai dengan Nutrition Monitoring
penurunan BB,  BB pasien dalam batas no
tinggi badan
mokusa bibir tampak  Mampu mengidentifikasi  Monitor adanya penur
kebutuhan nutrisi berat badan
kering.
 Tidak ada tanda-tanda  Monitor tipe dan jum
malnutrisi aktivitas yang biasa dilaku
 Menunjukkan peningkatan  Monitor interaksi anak
fungsi pengecapan dari menelan orang tua selama makan
 Tidak terjadi penurunan berat  Monitor lingkungan se
badan yang berarti makan
 Monitor kulit kering
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, ram
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual muntah
 Monitor pucat, kemera
dan kekeringan jari
konjungtiva
 Monitor kalori dan in
nutrisi
 Catat adanya ed
hiperemik, hipertonik pa
lidah dan cavitas oral
 Catat jika lidah berw
magenta scarlet

5. IMPLEMENTASI

32
No Tindakan
Hari/Tgl Jam Respon Klien TTD
Dx Keperawatan
Senin, 1 08.00 1,2 Mengobservasi S :-
Oktober tanda-tanda vital O:
2018 - TD : 140/90
mmHg
- Nadi : 120
x/menit
- Suhu : 37,7°C
- RR: 24x/menit

09.00 1
Mengkaji lokasi S :-
dan luas edema O:
- Tampak edema di
mata

12.00 2 Memonitor mual S:


dan muntah - Ibu pasien
mengatakan
anaknya mual
dan muntah
sebanyak 4-5 x
dalam 1 hari
O:
- Pasien tampak
lemas

33
13.00 2 Menganjurkan S:
keluarga untuk - Ibu mengatakan
memberikan anaknya mau
makan sedikit makan sedikit-
tapi sering sedikit, makan
bubur 2-3 sendok
makan

Selasa, 2 08.00 1,2 Mengobservasi S :-


Oktober tanda-tanda vital O:
2018 pasien - TD : 130/70
- N : 136x/menit
- S: 36,8oC
- RR : 22x/menit

12.00 2 Memonitor mual S:


dan muntah
- Ibu pasien
mengatakan
anaknya mual
dan muntah
sebanyak 3 x
dalam 1 hari

O:

- Pasien tampak
lemas

34
Rabu, 3 08.00 1,2 Mengobservasi O:
Oktober 3 tanda-tanda vital - Suhu : 36,7oC
2018 pasien - N : 130x/menit
- RR : 22x/menit
16.00 1,2 Memonitor S:
intake dan output
- Ibu pasien
cairan
mengatakan
anaknya minum
kurang lebih 2
gelas, BAK 2 kali
kurang lebih 100
ml

20.00 1 Mengkaji lokasi S:


dan luas edema O:

- Pasien masih
tampak edema di
bagian mata

6. EVALUASI
No
Hari/Tgl Jam Evaluasi TTD
Dx

35
S :
- Ibu pasien mengatakan anaknya
minum kurang lebih 2 gelas, BAK 2
kali kurang lebih 100 ml
1 O:
Rabu, 3 - Pasien masih tampak edema di bagian
20.00
Oktober mata.
wita
2018 A :
- Tujuan belum tercapai, masalah
kelebihan volumen cairan belum
teratasi.

P : Lanjutkan intervensi
S :
- Ibu mengatakan anaknya mau
makan sedikit-sedikit, makan bubur
2-3 sendok makan
2 O :
- Pasien masih tampak lemas.
Rabu, 3
20.00
Oktober
wita
2018
A:
- Tujuan tercapai sebagian, masalah
belum teratasi.

P : Lanjutkan intervensi

36
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa Glomerulonefritis kronis (GNK) adalah suatu
kondisi peradangan yang lama dari sel-sel glomerulus dengan diagnosis klinis
berdasarkan ditemukannya hematuria dan proteinuria yang menetap.
Glomerulonefritis kronis sering timbul beberapa tahun setelah cedera dan

37
peradangan glomerulus subklinis yang disertai oleh hematuria (darah dalam urine)
dan proteinuria (protein dalam urine) ringan.

4.2 Saran
Demikian materi yang kami paparkan,tentunya masih banyak kekurangan
dankelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau
referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini. Penulis banyak
berharap para pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penyusun demi sempurnanya makalah ini dan penulisan makalah
dikesempatan-kesempatan berikutnya.Semoga makalah ini berguna bagi penulis
pada khususnya juga parapembaca pada umumnya.

DAFTAR PUSTAKA

L. Beta Gelly, A. Sowden Linda (2002), Buku Keperawatan Pediatri, Edisi 3,


Jakarta, EGC.
Mansjoer, Arif, dkk (2000), Kapita Selekta Kedokteran Jilid 3 Edisi 2, Jakarta, EGC.
Muttaqin, Arif. Sari, Kumala. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika.

38
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid : 1. Edisi : IV. Jakarta : Pusat Penerbitan Dapartemen Ilmu
Penyakit Dalam FKUI

39

Anda mungkin juga menyukai