Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOMALASIA

Mata Kuliah : Keperawatan Anak

Dosen : Ns. Vivi Berhimpong, S.Kep, M.Kep

DISUSUN OLEH :

Eunike Saada 20061053

Nikita Tumangkeng 20061052

Meganingsih Poluan 20061051

Gloria Sendow 20061080

Mersy Sampul 20061048

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SARI PUTRA INDONESIA TOMOHON
2021
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kelompok 6 kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan atas hikmahNya, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pada pembaca. Namun,
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi. Terima kasih

Tomohon, September 2021

Penyusun:

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................i


DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1


1.1 LATAR BELAKANG .................................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH ..............................................................................................3
1.3 TUJUAN ......................................................................................................................3
1.4 MASALAH ...................................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORITIS ..............................................................................................5


2.1 DEFINISI BRONKOMALASIA .................................................................................5
2.2 ETIOLOGI ...................................................................................................................5
2.3 KLASIFIKASI .............................................................................................................6
2.4 MANIFESTASI KLINIS .............................................................................................7
2.5 PATOFISIOLOGI ........................................................................................................7
2.6 PEMERIKSAAN PENUNJANG .................................................................................8
2.7 KOMPLIKASI ............................................................................................................10
2.8 PENATALAKSANAAN ............................................................................................11
2.9 PATHWAY .................................................................................................................12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOMALASIA .............................................11
3.1 PENGKAJIAN ............................................................................................................11
3.2 DIAGNOSA ................................................................................................................13
3.3 RENCANA KEPERAWATAN ..................................................................................14
3.4 IMPLEMENTASI .......................................................................................................18
3.5 EVALUASI .................................................................................................................18
BAB IV PENUTUP .................................................................................................................19
4.1 KESIMPULAN ..........................................................................................................19
4.2 SARAN ........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................................20
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bronkomalasia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus pada saluran pernapasan.
Malacia kongenital pada saluran udara besar adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran nafas yang tidak dapat diperbaiki pada anak-anak, dengan gejala bervariasi dari mengi
berulang dan infeksi saluran udara bagian bawah yang berulang hingga dyspnea yang parah dan
kekurangan pernafasan. Ini juga dapat diperoleh dikemudian hari karena peradangan kronis atau
berulang yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit saluran nafas lainnya.

Bronkomolasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang
dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea,atau tenggorokan). Tulang rawan melemah
biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah
dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang
dari 6 tahun. Bronkomolasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin
berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini , tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak
terbentuk dengan baik. Prevalensi bronkomalasia di dunia sangat luas dan bervariasi secara
geografis. Di Indonesia , prevensi brokomalasia belum diketahui secara pasti.

Faktor resiko pada penyakit bronkomalasia ini hampir sama dengan trakeomalasia yang
berakibatkan dari instubasi endotrakeal sehingga mengakibatkan pada peningkatan tekanan jalan
napas dan infeksi berulang sehingga terjadi degenerasi kartilago trakea.

Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk kedalam hidung dan mulut, melalui kotak
suara (laring) kedalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang (kanan dan
bronkus kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak
lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan nafas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari tenggorokan
ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk
sama sekali maka trakea dapat menutup kedalam dirinya sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi
saat menghembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak
napas, dan napas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu
kewaktu sehingga trecheomalachia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi,
tracheomalasia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran
napas kecil disebut bronkus bronchomalasia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau
runtuh saat menghembuskan napas karena pelunakan dinding saluran napas. Malasia congenital
pada saluran udara atau napas besar merupakan salah satu dari beberapa penybeb obstruksi
saluran nafas ieversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa wheezing rekuren
dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dipsneu dan insufisiensi respirasi.

Pada bayi, bronkomalasia dapat terjadi karena kelainan kongenital (cacat lahir) pada bayi.
Terapinya akan disesuaikan dengan beratnya gejala. Pada bronkomalasia yang ringan, gejala
biasanya akan membaik dengan sendirinya saat anak semakin besar. Bila gejala cukup berat,
anak bisa diberikan continuous positive airway pressure atau CPAP yang memberikan aliran
udara secara terus menerus untuk menjaga agar saluran nafasnya tetap terbuka. Pada orang
dewasa, yang biasanya terjadi adalah kelemahan pada tulang rawan disekitar trakea juga (bukan
hanya pada bronkus) sehingga lebih disebut dengan trakeobronkomalasia. Kondisi ini bisa terjadi
karena trauma/cedera pada area trakea, intubasi berkepanjangan, infeksi ataupun peradangan
kronis pada trakea dan bronkus. Dalam kondisi seperti ini, terapi lebih lanjut ditujukan pada
mengatasi penyebab terjadinya trakeobrnkomalasia (misalnya bila disebabkan karena infeksi,
maka infeksinya harus diatasi).

Bronkomalasia sendiri dapat ditangani dengan tindakan pembedahan atau trakheotomi.


Dengan pertimbangan angka kejadian yang cukup tinggi, maka sangat perlu dilakukan
pencegahan yang lebih optimal. Tindakan asuhan keperawatan yang tepat pada anak dengan
kelainan congenital bronkomalasia penting dilakukan dan harus diperhatikan oleh perawat untuk
memberikan pelayanan yang optimal sehingga membantu mengurangi dampak yang diakibatkan.
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan Asuhan Keperawatan Bronkolamalasia ?


2. Bagaimana Etiologi Bronkolamalasia ?
3. Bagaimana Klasifikasi Bronkolamalasia ?
4. Bagaimana Manifestasi Klinis Bronkolamalasia ?
5. Bagaimana Patofisiologi Bronkolamalasia ?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Bronkolamalasia ?
7. Bagaimana Komplikasi Bronkolamalasia ?
8. Bagaimana Penatalaksanaan Bronkolamalasia ?
9. Bagaimana Pathway Bronkolamalasia ?
10. Bagaimana Pengkajian Asuhan Keperawatan Bronkomalasia ?
11. Bagaimana Diagnosa Asuhan Keperawatan Bronkomalasia ?
12. Bagaimana Intervensi Asuhan Keperawatan Bronkomalasia ?
13. Bagaimana Implementasi Asuhan Keperawatan Bronkomalasia ?
14. Bagaimana Evaluasi Asuhan Keperawatan Bronkomalasia ?
1.3 TUJUAN
1. Untuk Mengetahui Asuhan Keperawatan Bronkolamalasia !
2. Untuk Mengetahui Etiologi Bronkolamalasia !
3. Untuk Mengetahui Klasifikasi Bronkolamalasia !
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis Bronkolamalasia !
5. Untuk Mengetahui Patofisiologi Bronkolamalasia !
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Bronkolamalasia !
7. Untuk Mengetahui Komplikasi Bronkolamalasia !
8. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Bronkolamalasia !
9. Untuk Mengetahui Pathway Bronkolamalasia !
10. Untuk Mengetahui Pengkajian Asuhan Keperawatan Bronkomalasia !
11. Untuk Mengetahui Diagnosa Asuhan Keperawatan Bronkomalasia !
12. Untuk Mengetahui Intervensi Asuhan Keperawatan Bronkomalasia !
13. Untuk Mengetahui Implementasi Asuhan Keperawatan Bronkomalasia !
14. Untuk Mengetahui Evaluasi Asuhan Keperawatan Bronkomalasia !
1.4 MANFAAT
Pembaca khususnya mahasiswa ilmu keperawatan memahami apa itu bronkomalasia
dan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan bronkomalasia. Sehingga perawat
dapat menerapkan asuhan keperawatan yang tepat pada pasien dengan bronkomalasia.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Definisi Bronkomalasia


Malasia napas kongenital adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi saluran
udara ireversibel pada anak-anak, tetapi kejadian pada populasi umum tidak diketahui. Malasia
nafas berat atau malacia berhubungan dengan sindrom tertentubiasanya diakui dan didiagnosis
awal masa bayi, tetapi informasi tentang fitur klinisanak dengan malacia primer, sering
didiagnosis hanya kemudian di masa kecil,langka (Firdiansyah, 2017).
Bronkomalasia juga dapat dideskripsikan sebagai defek kelahiran pada bronkus di traktus
respiratorius. Malasia kongenital pada saluran udara/nafas besar merupakan salah satu dari
beberapa penyebab okstruksi saluran nafas ireversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang
dapat berupa wheezing rekuren dan infeksi saluran nafas bawah rekuen sampai dispneu berat dan
insufisiensi respirasi (Akhyar, 2010)
2.2 Etiologi
Bronkomalasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan hingga saat ini tidak
diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik (Firdiansyah,
2017).Bronchomalacia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus di saluran
pernapasan.Malasia kongenital saluran udara besar adalah salah satu dari beberapa penyebab
obstruksi saluran napas ireversibel pada anak-anak, dengan gejala bervariasi dari mengi berulang
dan infeksi saluran udara bawah berulang untuk dispnea berat dan insufisiensi pernapasan.Ini
juga dapat diperoleh di kemudian hari karena peradangan kronis atau berulang akibat infeksi atau
penyakit saluran napas lainnya (Wikipedia, 2018).
Bronkomalasia adalah runtuhnya dinamis dari satu atau kedua bronkus
utama dan atau divisilobus atau segmental distal mereka yang dapat terjadi karena cacat yang
melekat pada kartilago atau dari kompresiextinsik.Bronkomalasia lebih sering muncul dengan
trakeomalasia dibandingkan dengan lesi yang terisolasi. Bronchomalacia terlihat dominan di sisi
kiri (35,7%) dibandingkan dengan kanan (22%). Bronkomalasia paling sering terlihat pada
bronkus batang utama kiri, bronkuslobus kiri atas, bronkuslobus kanan tengah, dan bronkus
batang utama kanan, dalam urutan prevalensi menurun.Ada juga dominasi laki-laki pada lesi ini
(Laberge, 2008).
Pengobatan sering konservatif, karena banyak dari anak-anak ini akan membaik ketika
saluran udara mereka matang dan tumbuh dengan berjalannya waktu. Ketika Bronkomalasia
parah dan berkembang menjadi kompromi pernapasan, tracheostomy dan ventilasi tekanan
positif dapat di indikasikan.Selain itu, perawatan bedah dari sumber kompresi eksternal, seperti
dengan aortopeksi dapat membantu.Stent juga dapat digunakan, seperti yang di diskusikan
dengan Traakomalasia, tetapi mereka memiliki komplikasi serius termasuk caut, penghilangan
yang sulit, pembentukan jaringan granulasi. Dengan demikian ini harus disediakan untuk situasi
yang muncul dan bukan untuk terapi jangka panjang saat ini (Laberge, 2008)
Bronkomalasia primer melibatkan defek pada kartilago.Ini dapat berasal dari
prematuritas, defek struktural tulang rawan yang melekat, atau dari ketiadaan kongenital cincin
tulang rawan di bronkus subsegmental seperti yang terlihat dengan sindrom Williams-
campbell.Rembesan saluran napas distal pada sindrom William-Campbell dapat menyebabkan
bronkiektasis.
Bronchomalacia sekunder terjadi dari kompresi eksternal oleh struktur jantung diperbesar
atau anomali vaskular mirip dengan trakeomalasia sekunder.Bronchomalacia juga dapat
dikaitkan dengan emfisema lobus kongenital yang menyebabkan hiperinflasi pada jaringan yang
terkena.(Laberge, 2008).

2.3 Klasifikasi
Menurut (Wikipwdia,2018) klasifikasi terbagi menjadi 2 yaitu:
1.  Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b) Diklasifikasikan sebagai congenital
2.  Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh-
pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.
2.4 Manifestasi Klinis
1. Gejala Bronkomalasia
a. Satu sampai empat hari sebelumnya didapat pilek encer, hidung tersumbat.
b. Demam sub-febril (kecuali infeksi sekunder oleh bakteri).
c. Puncak gejala pada hari ke 5 sakit; batuk, sesak napas, takipneu, mengi, minum
menurun, apne, sianosis.
d. Bila terjadi obstruksi hebat, pernapasan menjadi lebih cepat dan dangkal, suara
nafas melemah, dan “ wheezing” yang semula jelas dapat menghilang.
2. Tanda-tanda bronchomalasia
a. Napas cuping hidung
b. Penggunaan otot bantu napas (dada mengambang disertai retraksi interkostal dan
subkostal).
c. Sesak napas, takipne, apneu.
d. Hiperinflasi dada.
e. Retraksi, expiratory effort.
f. Ronki pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
g. Ekspirasi memanjang, mengi.
h. Hepar atau limpa dapat teraba.

2.5 Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar,udara masuk ke dalam hidung dan mulut,melalui
kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea),yang terbagi menjadi dua cabang (kanan
dan bronkus kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin
tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak lengkap dari tulang
rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan napas.

Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari
tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil,berbentuk aneh,tidak kaku cukup,atau tidak
membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih
mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis.
Hal ini dapat menyebabkan mengi,batuk,sesak napas,dan?atau napas cepat. Biasanya
tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalacia
tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi,tracheomalasia tidak terjadi pada orang
dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronkus itu disebut
bronchomalasia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau runtuh saat mengembuskan
napas karena pelunakan dinding saluran napas.

2.6 Pemeriksaan Penunjang


1. Bronkoskopi
Bronkoskopi adalah pemeriksaan/inspeksi langsung terhadap laring, trakea dan bronkus,
melalui sesuatu bronkoskop logam standar atau bronkoskop serat optik fleksibel yang disebut
dengan bronkofibroskop. Melalui bronkoskop sebuah sikat kateter atau forsep biopsi dapat
dimasukan untuk mengambil sekresi dan jaringan untuk pemeriksaan sitologi.
Tujuan utama bronkoskopi adalah untuk melihat, mengambil dan mengumpulkan
spesimen. Indikasi bronkoskopi adalah sebagai berikut.
a. Untuk mendeteksi lesi trakeobronkial karena tumor.
b. Untuk mengetahui lokasi perdarahan.
c. Untuk mengambil benda asing (sekresi dan jaringan).
d. Untuk pemeriksaan sitologi dan bakteriologikial.
e. Untuk memperbaiki drainase trakeobronkial.

Adapun prosedur tindakan bronkoskopi adalah sebagai berikut.

a. Persetujuan tindakan.
b. Puasa selama 6 jam,lebih dianjurkan 8-12 jam.
c. Lepaskan gigi palsu,kontak lensa dan perhiasan.
d. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
e. Periksa dan catat tanda-tanda vital.
f. Premedikasi.
g. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowler dengan
kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi, tenggorok disemprot dengan
anastesi lokal. Bronkoskopi dimasukan melalui mulut atau hidung.
h. Wadah spesimen diberi label dengan segera dibawa ke laboratorium.
i. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
2. CT-Scan
Ct-scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang digunakan untuk
mendiagnosis dan membantu tatalaksana dari berbagai kelainan pada paru-paru. Ct-scan
atau pemindaian tomografi terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambil
dari sudut-sudut yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan untuk
menghasilakan gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari struktur internal paru-
paru.
Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur abnormal di
dalam paru-paru atau ketidakaturan yang bisa jadi merupakan gejala yang dialami oleh
pasien. Di samping untuk mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru,ct-scan juga
dapat digunakan untuk memanduh pengobatan tertentu untuk memastikan ketepatan dan
ketelitian. Banyak tenaga medis profesional menggunakan ct-scan paru-paru untuk
menentukan rencana pengobatan yang pasien, yang meliputi peresapan, pembedahan,
atau terapi radiasi.
CT-scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT-scan dada atau
toraks. Prosedur untuk melakukan CT-scan paru-paru meliputi penghasilan berbagai
gambaran X-ray, yang disebut dengan irisan yang dilakukan di dada atau abdomen
bagian atas pasien. Irisan-irisan tersebut kemudian dimasukkan kedalam komputer
untuk melihat gambaran akhir yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan
bidang. Tidak seperti prosedur X-ray tradisional, CT-scan menyediakan gambaran
yang lebih rinci dan akurat yang menunjukkan hingga abnormalitas atau ketidakteraturan
yang bersifat minor. Selain itu, CT-scan paru-paru lebih berguna untuk mendiagnosis
tumor paru apabila dibandingkan dengan X-ray standar pada dada. Itulah mengapa
CT-scan paru-paru digunakan untuk menentukan lokasi, ukuran, dan bentuk dari
pertumbuhan kanker. Prosedur pencitraan ini juga dapat membantu mengidentifikasi
adanya pembesaran nodus limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari
paru-paru.
3. MRI Dada
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetic adalah
pemeriksaan yang memanfaatkan magnet dan energy gelombang radio untuk
menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan
gambaran struktur tubuh yang tidak bias didapatkan pada tes lain., seperti Rontgen,
USG, atau CT-scan.
2.7 Komplikasi Bronkomalasia
1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan
oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius
atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis. (Wilson,
2006)
2. Bronkhitis
Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang
dewasa. Padaanak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas
lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Secara harfiah, bronkhitis
adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus. Secara klinis para
ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan
batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut
memegang peran (Ngastiyah, 2006). Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis
dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi
saluran pernapasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas
lain seperti sinobronkitis, laring, trakea,bronkitis,bronkitis pada asma, dsb. (Gunadi
Santoso, 2004).
3. Polychondritis
Polychondritis adalah gangguan kronis langka yang ditanda peradangan tulang
rawan yang biasa terjadi pada telinga dan hidung. Penyakit ini dikenal dengan nama lain
seperti Meyenburg Altherr Uehlinger sindrom, kronis atrofi polychondritisdan sindrom
Von Meyenburg. Penyakit ini dapat mempengaruhi tulang rawan dari setiap jenis dan
jaringan sendi, telinga, hidung dan trakea. Penyebab polychondritis diyakini gangguan
autoimun. Sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan dan tulang rawan
menyebabkan kerusakan dan peradangan. Antibodi yang dihasilkan autoimun akan
menghancurkan glycosaminoglycans yang merupakan bagian terpenting dalam jaringan
ikat di tulang rawan.
4. Asma
Asma yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus
atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih-lebihan dari kelenjar-kelenjar di
mukosabronchus. (Smelzer Suzanne : 2001).
Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang
trakheobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2007).

2.8 Penatalaksanaan
1. Time invasif minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang
kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu metode menggunakan respiratory ventilation/CPAP
(Continuous Positive Airway Pressure ).
3. Trakheotomi prosedur pembedahan pada leher untuk membuka atau membuat saluran
udara langsung melalui sebuah insisi di trachea.
2.8 Pathway

BRONKOMALASIA

Kelainan Kongenital

Defisiensi pada cincin


kartIlago

Menutup saluran
pernafasan kecil
(brokus )

Sesak nafas

Batuk tidak efektif POLA NAFAS TIDAK


EFKTIF

Akumulasi mukus Mudah terjadi infeksi ditulang


rawan

DEFISIT NUTRISI Pengeluaran energy


berlebihan RISIKO INFEKSI

Anoreksia Kelelahan INTOLERANSI AKTIVITAS

Cemas DEFISIT
PENGETAHUAN

ANSIETAS
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN BRONKOMALASIA

3.1 Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Bronkomalasia (Kharismawati, 2017) biasanya akan
didapatkan data :
a) aktivitas dan istirahat
Gejala :
1) Keletihan, kelelahan, malaise.
2) Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari
3) Ketidakmampuan untuk tidur
4) Dispnoe pada saat istirahat

Tanda : Keletihan, gelisah, insomnia

b) kelemahan umum atau kehilangan masa otot.


Gejala : Pembengkakan pada ekstremitas bawah.

Tanda :

1) Peningkatan tekanan darah, peningkatan frekuensi jantung atau takikardia berat


2) Distensi vena leher
3) Edema dependent
4) Bunyi jantung redup
5) Warna kulit/membrane mukosa normal/cyanosis
6) Pucat, dapat menunjukkan anemi
7) Integritas ego
c) Integritas Ego
Gejala :
1) Meningkatkan faktor resiko
2) Perubahan pola hidup

Tanda : Ansietas, ketakutan, peka rangsang


d) Makanan/cairan
Gejala :
1) Mual/muntah
2) Nafsu makan buruk/anoreksia
3) Ketidakmampuan untuk makan
4) Penurunan berat badan, peningkatan berat badan

Tanda :

1) Turgor kulit buruk


2) Edema dependent
3) Berkeringat
4) Penurunan berat badan
5) Palpitasi abdomen
e) Hygiene
Gejala : Penurunan kemampuan atau peningkatan kebutuhan
Tanda : kebersihan buruk, bau badan.
f) Pernafasan
Gejala :
1) Batuk brassy
2) Episode batuk tereus menerus

Tanda :

1) Pernafasan biasa cepat


2) Penggunaan otot bantu pernafasan
3) Bunyi nafas ronchi/wheezing
4) Perkusi hyperresonan pada area paru
5) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu-abu keseluruhan.
g) Keamanan
Gejala :
1) Riwayat reaksi alergi terhadap zat atau faktor lingkungan
2) Adanya atau berulangnya infeksi
h) Interaksi sosial
Gejala :
1) Hubungan ketergantungan
2) Kegagalan dukungan terhadap pasangan orang terdekat
i) Penyakit lama atau ketidakmampuan membaik
Tanda : Ketidakmampuan untuk mempertahankan suara karena distress pernafasan.
3.2 Diagnosa Keperawatan
1) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi pusat pernapasan (D. 0005)
Outcome(SLKI) : Pola Napas Membaik (L.01004)
2) Risiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis (D. 0142)
Outcome(SLKI) : Tingkat Infeksi Menurun (L.14137)
3) Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (D. 0080)
Outcome(SLKI) : Tingkat Ansietas Menurun (L.09093)
4) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan
(D.0019)
Outcome(SLKI) : Status Nutrisi Membaik (L.03030)
5) Inteloransi aktifitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan
kebutuhan oksigen (D. 0056)
Outcome(SLKI) : Toleransi Aktivitas Meningkat (L.05047)
6) Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber
informasi (D. 0111)
Outcome(SLKI) : Tingkat Pengetahuan Membaik (L.12111)
3.3 Rencana Keperawatan

N KODE (SDKI) RENCANA KEPERAWATAN


O DIAGNOSA
SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1 D.0005) Pola napas (L.01004) Pola Napas (I.01011) Manajemen Jalan
tidak efektif Membaik Nafas
berhubungan dengan Observasi:
Depresi pusat - Monitor pola napas
pernapasan (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
Terapeutik:
- Berikan minum hangat
- Lakukan fisioterapi dada,
jika perlu
Edukasi:
- Ajarkan teknik batuk efektif

2 (D.0142) Risiko infeksi (L.14137) Tingkat (I.14508) Manajemen


berhubungan dengan Infeksi Menurun Imunisai/Vaksinasi
Penyakit kronis Observasi :
- Identifikasi riwayat
kesehatan dan riwayat alergi
Terapeutik :
- Berikan suntikan pada bayi
di bagian paha anterolateral
Edukasi :
- Jelaskan tujuan, manfaat,
reaksi yang terjadi, jadwal,
dan efek samping
- Informasikan vaksinasi
untuk kejadian khusus
3 (D.0080) Ansietas (L.09093) Tingkat (I.09134) Reduksi Ansietas
berhubungan dengan Ansietas Menurun Observasi :
krisis situasional - Identifikasi saat tingkat
ansietas
- Monitor tanda-tanda ansietas
Terapeutik :
- Ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
- Pahami situasi yang
membuat ansietas
Edukasi :
- Jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
- Informaskan secara factual
mengenai diagnosis,
pengobatan dan prognosis
4 (D.0019) Defisit nutrisi (L.03030) Status Nutrisi (I.03119) Manajemen Nutrisi
berhubungan dengan Membaik Observasi
Ketidakmampuan - Identifikasi status nutrisi
mencerna makanan - Identifikasi alergi dan
intoleransi makanan
Terapeutik
- Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
- Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
- Anjurkan posisi duduk jika
mampu
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan ahli gizi
untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien
yang di butuhkan

5 (D.0056) Inteloransi (L.05047) Toleransi (I.05178) Manajemen Energi


aktifitas berhubungan Aktivitas Meningkat Observasi
dengan - Identifikasi gangguan
Ketidakseimbangan fungsi tubuh yang
antara suplai dan mengakibatkan kelelahan
kebutuhan oksigen - Monitor pola dan jam tidur
Terapeutik
- Sediakan lingkungan
nyaman dan rendah
stimulus
- Lakukan latihan rentang
gerak pasif dan atau aktif
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap

6 (D.0111) Defisit (L.12111) Tingkat (I.12383) Edukasi Kesehatan


pengetahuan Pengetahuan Membaik Observasi
berhubungan dengan - Identifikasi kesiapan dan
Ketidaktahuan kemampuan menerima
menemukan sumber informasi
informasi - Identifikasi faktor-faktor
yang dapat meningkatkan
dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan
sehat
Terapeutik
- Sediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi
- Jelaskan faktor risiko yang
dapat mempengaruhi
kesehatan
- Ajarkan perilaku hidup
bersih dan sehat

3.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi keperawatan adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status Kesehatan yang dihadapi ke status Kesehatan yang lebih
baik dan menggambarkan hasil kriteria yang diharapkan. Implementasi kepperawatan adalah
kategori serangkaian perilaku perawat yang berkoordinasi dengan pasien,keluarga,dan
anggota tim Kesehatan yang lain untuk membantu masalah Kesehatan pasien yang sesuai
dengan perencanaan dan kriteria hasil yang ditetapkan dengan cara mengawasi dan mencatat
respon pasien terhadap Tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Suparyanto (2013)
3.5 Evaluasi keperawatan
Evaluasi adalah Tindakan intelektual yang melengkapi prosses keperawatan yang
menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan,rencana Tindakan,dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai, Surasmi (2013).
BAB IV

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (dibawah trakea, atau tenggorokan). Tulang rawan
melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau
mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia
kurang dari 6 tahun. (Children’s National Health System, 2016) Bronkomalasia paling sering
terjadi pada saat lahir (congenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak
diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik.

Bronkomalasia terdapat 2 jenis yaitu, bronkomalasia primer dan bronkomalasia sekunder.


Bronkomalasia primer disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago diklasifikasikan sebagai
congenital sedangkan bronkomalasia sekunder merupakan kelainan didapat (bukan congenital)
disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh darah, cincin vaskuler
atau kista bronkogenik. Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan bronkoskopi, CT-scan
dada, dan MRI dada. Komplikasi yang dapat terjadi antara lain pneumonia, bronchitis,
polichondritis, dan asma.

4.2 SARAN

Bagi petugas kesehatan sebaiknya memeriksa keadaan bayi secara lengkap dikarenakan
masalah bronkomalasia sering terjadi pada saat lahir, sehingga saat terdeteksi secara dini maka
akan lebih cepat untuk penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.PPNI, T. P. (2019).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-patofisiologi-amp-askep-bronkomalasia-kel-1-
anakdockx-pdf-free.html
https://id.scribd.com/document/407980750/Makalah-ASKEP-BRONKOMALASIA-
Pada-anak-1-1-docx

Anda mungkin juga menyukai