DISUSUN OLEH :
Segala puji dan syukur bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami
kelompok 6 kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan
baik dan atas hikmahNya, sehingga kami mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah
sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Anak.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan pada pembaca. Namun,
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah
selanjutnya yang lebih baik lagi. Terima kasih
Penyusun:
Kelompok 6
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Bronkomalasia dapat digambarkan sebagai cacat lahir bronkus pada saluran pernapasan.
Malacia kongenital pada saluran udara besar adalah salah satu dari beberapa penyebab obstruksi
saluran nafas yang tidak dapat diperbaiki pada anak-anak, dengan gejala bervariasi dari mengi
berulang dan infeksi saluran udara bagian bawah yang berulang hingga dyspnea yang parah dan
kekurangan pernafasan. Ini juga dapat diperoleh dikemudian hari karena peradangan kronis atau
berulang yang disebabkan oleh infeksi atau penyakit saluran nafas lainnya.
Bronkomolasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan berkurang
dari saluran udara yang lebih kecil (di bawah trakea,atau tenggorokan). Tulang rawan melemah
biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau mencegah
dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia kurang
dari 6 tahun. Bronkomolasia paling sering terjadi pada saat lahir (kongenital) dan mungkin
berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini , tidak diketahui mengapa tulang rawan tidak
terbentuk dengan baik. Prevalensi bronkomalasia di dunia sangat luas dan bervariasi secara
geografis. Di Indonesia , prevensi brokomalasia belum diketahui secara pasti.
Faktor resiko pada penyakit bronkomalasia ini hampir sama dengan trakeomalasia yang
berakibatkan dari instubasi endotrakeal sehingga mengakibatkan pada peningkatan tekanan jalan
napas dan infeksi berulang sehingga terjadi degenerasi kartilago trakea.
Ketika kita hirup masuk dan keluar, udara masuk kedalam hidung dan mulut, melalui kotak
suara (laring) kedalam tenggorokan (trakea), yang terbagi menjadi dua cabang (kanan dan
bronkus kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin tidak
lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan nafas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari tenggorokan
ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil, berbentuk aneh, tidak kaku cukup, atau tidak membentuk
sama sekali maka trakea dapat menutup kedalam dirinya sendiri. Hal ini lebih mungkin terjadi
saat menghembuskan napas dan menangis. Hal ini dapat menyebabkan mengi, batuk, sesak
napas, dan napas cepat. Biasanya tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu
kewaktu sehingga trecheomalachia tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi,
tracheomalasia tidak terjadi pada orang dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran
napas kecil disebut bronkus bronchomalasia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau
runtuh saat menghembuskan napas karena pelunakan dinding saluran napas. Malasia congenital
pada saluran udara atau napas besar merupakan salah satu dari beberapa penybeb obstruksi
saluran nafas ieversibel pada anak, dengan gejala bervariasi yang dapat berupa wheezing rekuren
dan infeksi saluran nafas bawah rekuren sampai dipsneu dan insufisiensi respirasi.
Pada bayi, bronkomalasia dapat terjadi karena kelainan kongenital (cacat lahir) pada bayi.
Terapinya akan disesuaikan dengan beratnya gejala. Pada bronkomalasia yang ringan, gejala
biasanya akan membaik dengan sendirinya saat anak semakin besar. Bila gejala cukup berat,
anak bisa diberikan continuous positive airway pressure atau CPAP yang memberikan aliran
udara secara terus menerus untuk menjaga agar saluran nafasnya tetap terbuka. Pada orang
dewasa, yang biasanya terjadi adalah kelemahan pada tulang rawan disekitar trakea juga (bukan
hanya pada bronkus) sehingga lebih disebut dengan trakeobronkomalasia. Kondisi ini bisa terjadi
karena trauma/cedera pada area trakea, intubasi berkepanjangan, infeksi ataupun peradangan
kronis pada trakea dan bronkus. Dalam kondisi seperti ini, terapi lebih lanjut ditujukan pada
mengatasi penyebab terjadinya trakeobrnkomalasia (misalnya bila disebabkan karena infeksi,
maka infeksinya harus diatasi).
2.3 Klasifikasi
Menurut (Wikipwdia,2018) klasifikasi terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Bronkomalasia primer
a) Disebabkan oleh defisiensi pada cincin kartilago
b) Diklasifikasikan sebagai congenital
2. Bronkomalasia sekunder
a) Merupakan kelainan didapat (bukan kongenital)
b) Disebabkan oleh kompresi ekstrinsik (luar), dapat dari pelebaran pembuluh-
pembuluh darah, cincin vascular, atau kista bronkogenik.
2.4 Manifestasi Klinis
1. Gejala Bronkomalasia
a. Satu sampai empat hari sebelumnya didapat pilek encer, hidung tersumbat.
b. Demam sub-febril (kecuali infeksi sekunder oleh bakteri).
c. Puncak gejala pada hari ke 5 sakit; batuk, sesak napas, takipneu, mengi, minum
menurun, apne, sianosis.
d. Bila terjadi obstruksi hebat, pernapasan menjadi lebih cepat dan dangkal, suara
nafas melemah, dan “ wheezing” yang semula jelas dapat menghilang.
2. Tanda-tanda bronchomalasia
a. Napas cuping hidung
b. Penggunaan otot bantu napas (dada mengambang disertai retraksi interkostal dan
subkostal).
c. Sesak napas, takipne, apneu.
d. Hiperinflasi dada.
e. Retraksi, expiratory effort.
f. Ronki pada akhir inspirasi dan awal ekspirasi.
g. Ekspirasi memanjang, mengi.
h. Hepar atau limpa dapat teraba.
2.5 Patofisiologi
Ketika kita hirup masuk dan keluar,udara masuk ke dalam hidung dan mulut,melalui
kotak suara (laring) ke dalam tenggorokan (trakea),yang terbagi menjadi dua cabang (kanan
dan bronkus kiri) yang masing-masing paru-paru. Trakea dan bronkus terbuat dari cincin
tidak lengkap dari tulang rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak lengkap dari tulang
rawan dan jika tulang rawan ini lemah tidak dapat mendukung jalan napas.
Pada bayi cincin tulang rawan trakea terbuka sehingga udara bisa didapatkan dari
tenggorokan ke paru-paru. Ketika cincin ini kecil,berbentuk aneh,tidak kaku cukup,atau tidak
membentuk sama sekali maka trakea dapat menutup ke dalam dirinya sendiri. Hal ini lebih
mungkin terjadi saat mengembuskan napas dan menangis.
Hal ini dapat menyebabkan mengi,batuk,sesak napas,dan?atau napas cepat. Biasanya
tulang rawan berkembang dengan sendirinya dari waktu ke waktu sehingga tracheomalacia
tidak lagi masalah. Sementara lebih umum pada bayi,tracheomalasia tidak terjadi pada orang
dewasa. Ketika masalah yang sama terjadi di saluran napas kecil disebut bronkus itu disebut
bronchomalasia. Saluran udara dari paru-paru yang sempit atau runtuh saat mengembuskan
napas karena pelunakan dinding saluran napas.
a. Persetujuan tindakan.
b. Puasa selama 6 jam,lebih dianjurkan 8-12 jam.
c. Lepaskan gigi palsu,kontak lensa dan perhiasan.
d. Kaji riwayat alergi terhadap obat-obatan.
e. Periksa dan catat tanda-tanda vital.
f. Premedikasi.
g. Pasien dibaringkan diatas meja dengan posisi terlentang atau semi fowler dengan
kepala ditengadahkan atau didudukan dikursi, tenggorok disemprot dengan
anastesi lokal. Bronkoskopi dimasukan melalui mulut atau hidung.
h. Wadah spesimen diberi label dengan segera dibawa ke laboratorium.
i. Lama pemeriksaan kurang lebih 1 jam.
2. CT-Scan
Ct-scan paru-paru merupakan salah satu metode pencitraan yang digunakan untuk
mendiagnosis dan membantu tatalaksana dari berbagai kelainan pada paru-paru. Ct-scan
atau pemindaian tomografi terkomputerisasi melibatkan berbagai gambar yang diambil
dari sudut-sudut yang berbeda, yang kemudian akan dikombinasikan untuk
menghasilakan gambaran melintang dan gambaran 3 dimensi dari struktur internal paru-
paru.
Tujuan utama dari pencitraan ini adalah untuk mendeteksi struktur abnormal di
dalam paru-paru atau ketidakaturan yang bisa jadi merupakan gejala yang dialami oleh
pasien. Di samping untuk mendiagnosis penyakit atau jejas pada paru-paru,ct-scan juga
dapat digunakan untuk memanduh pengobatan tertentu untuk memastikan ketepatan dan
ketelitian. Banyak tenaga medis profesional menggunakan ct-scan paru-paru untuk
menentukan rencana pengobatan yang pasien, yang meliputi peresapan, pembedahan,
atau terapi radiasi.
CT-scan paru-paru biasanya tergolong kedalam kategori CT-scan dada atau
toraks. Prosedur untuk melakukan CT-scan paru-paru meliputi penghasilan berbagai
gambaran X-ray, yang disebut dengan irisan yang dilakukan di dada atau abdomen
bagian atas pasien. Irisan-irisan tersebut kemudian dimasukkan kedalam komputer
untuk melihat gambaran akhir yang dapat dilihat dari berbagai sudut, sisi, dan
bidang. Tidak seperti prosedur X-ray tradisional, CT-scan menyediakan gambaran
yang lebih rinci dan akurat yang menunjukkan hingga abnormalitas atau ketidakteraturan
yang bersifat minor. Selain itu, CT-scan paru-paru lebih berguna untuk mendiagnosis
tumor paru apabila dibandingkan dengan X-ray standar pada dada. Itulah mengapa
CT-scan paru-paru digunakan untuk menentukan lokasi, ukuran, dan bentuk dari
pertumbuhan kanker. Prosedur pencitraan ini juga dapat membantu mengidentifikasi
adanya pembesaran nodus limfa, yang merupakan gejala dari penyebaran sel kanker dari
paru-paru.
3. MRI Dada
Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau pencitraan resonansi magnetic adalah
pemeriksaan yang memanfaatkan magnet dan energy gelombang radio untuk
menampilkan gambar struktur dan organ dalam tubuh. MRI dapat memberikan
gambaran struktur tubuh yang tidak bias didapatkan pada tes lain., seperti Rontgen,
USG, atau CT-scan.
2.7 Komplikasi Bronkomalasia
1. Pneumonia
Pneumonia adalah peradangan pada paru-paru dan bronkiolus yang disebabkan
oleh bakteri, jamur ,virus, atau aspirasi karena makanan atau benda asing.
Pneumonia adalah infeksi pada parenkim paru, biasanya berhubungan dengan
pengisian cairan didalam alveoli hal ini terjadi akibat adanya infeksi agen/ infeksius
atau adanya kondisi yang mengganggu tekanan saluran trakheabronkialis. (Wilson,
2006)
2. Bronkhitis
Bronkhitis pada anak berbeda dengan bronchitis yang terdapat pada orang
dewasa. Padaanak, bronchitis merupakan bagian dari berbagai penyakit saluran nafas
lain, namun ia dapat juga merupakan penyakit tersendiri. Secara harfiah, bronkhitis
adalah suatu penyakit yang ditandai oleh adanya inflamasi bronkus. Secara klinis para
ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu penyakit atau gangguan respiratorik dengan
batuk merupakan gejala yang utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan
penyakit yang berdiri sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut
memegang peran (Ngastiyah, 2006). Bronkhitis berarti infeksi bronkus. Bronkitis
dapat dikatakan penyakit tersendiri, tetapi biasanya merupakan lanjutan dari infeksi
saluran pernapasan atas atau bersamaan dengan penyakit saluran pernapasan atas
lain seperti sinobronkitis, laring, trakea,bronkitis,bronkitis pada asma, dsb. (Gunadi
Santoso, 2004).
3. Polychondritis
Polychondritis adalah gangguan kronis langka yang ditanda peradangan tulang
rawan yang biasa terjadi pada telinga dan hidung. Penyakit ini dikenal dengan nama lain
seperti Meyenburg Altherr Uehlinger sindrom, kronis atrofi polychondritisdan sindrom
Von Meyenburg. Penyakit ini dapat mempengaruhi tulang rawan dari setiap jenis dan
jaringan sendi, telinga, hidung dan trakea. Penyebab polychondritis diyakini gangguan
autoimun. Sistem kekebalan tubuh mulai menyerang jaringan dan tulang rawan
menyebabkan kerusakan dan peradangan. Antibodi yang dihasilkan autoimun akan
menghancurkan glycosaminoglycans yang merupakan bagian terpenting dalam jaringan
ikat di tulang rawan.
4. Asma
Asma yaitu penyakit yang dikarenakan oleh peningkatan respon dari trachea dan
bronkus terhadap berbagai macam stimuli yang ditandai dengan penyempitan bronkus
atau bronkhiolus dan sekresi yang berlebih-lebihan dari kelenjar-kelenjar di
mukosabronchus. (Smelzer Suzanne : 2001).
Asma adalah suatu penyakit yang dicirikan oleh hipersensitivitas cabang-cabang
trakheobronkial terhadap berbagai jenis rangsangan (Pierce, 2007).
2.8 Penatalaksanaan
1. Time invasif minimal, bersamaan dengan pemberian tekanan udara positif yang
kontinu.
2. Tekanan udara positif kontinu metode menggunakan respiratory ventilation/CPAP
(Continuous Positive Airway Pressure ).
3. Trakheotomi prosedur pembedahan pada leher untuk membuka atau membuat saluran
udara langsung melalui sebuah insisi di trachea.
2.8 Pathway
BRONKOMALASIA
Kelainan Kongenital
Menutup saluran
pernafasan kecil
(brokus )
Sesak nafas
Cemas DEFISIT
PENGETAHUAN
ANSIETAS
BAB III
3.1 Pengkajian
Pada pengkajian pasien dengan Bronkomalasia (Kharismawati, 2017) biasanya akan
didapatkan data :
a) aktivitas dan istirahat
Gejala :
1) Keletihan, kelelahan, malaise.
2) Ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari
3) Ketidakmampuan untuk tidur
4) Dispnoe pada saat istirahat
Tanda :
Tanda :
Tanda :
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Bronkomalasia adalah masalah bawaan yang timbul dari dukungan tulang rawan
berkurang dari saluran udara yang lebih kecil (dibawah trakea, atau tenggorokan). Tulang rawan
melemah biasanya menyempit lebih mudah selama ekspirasi dan memperpanjang waktu, atau
mencegah dahak dan sekresi menjadi terperangkap. Biasanya banyak menyerang pada anak usia
kurang dari 6 tahun. (Children’s National Health System, 2016) Bronkomalasia paling sering
terjadi pada saat lahir (congenital) dan mungkin berhubungan dengan kondisi lain. Saat ini, tidak
diketahui mengapa tulang rawan tidak terbentuk dengan baik.
4.2 SARAN
Bagi petugas kesehatan sebaiknya memeriksa keadaan bayi secara lengkap dikarenakan
masalah bronkomalasia sering terjadi pada saat lahir, sehingga saat terdeteksi secara dini maka
akan lebih cepat untuk penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.PPNI, T. P. (2019).
Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria Hasil Keperawatan
((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
https://pdfcoffee.com/qdownload/makalah-patofisiologi-amp-askep-bronkomalasia-kel-1-
anakdockx-pdf-free.html
https://id.scribd.com/document/407980750/Makalah-ASKEP-BRONKOMALASIA-
Pada-anak-1-1-docx