Anda di halaman 1dari 22

CHRONIC KIDNEY DISEASE

(GAGAL GINJAL KRONIK)


1. DEFINISI
Kriteria4
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, berupa
kelainan struktural atau fungsional dengan atau tanpa penurunan
GFR, dengan manifestasi:
- kelainan patologis
- terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam
komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes
pencitraan (imaging test)
2. GFR kurang dari 60 ml/menit/1,73m2 selama 3 bulan, dengan
atau tanpa kerusakan ginjal.

4. Tierney LM, et al. 2003. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi
Kedokteran Penyakit Dalam Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
Fungsi Ginjal4
 Ekskresi produk sisa metabolisme dan
baham kimia asing
 Pembentukan urine
 Mengatur keseimbangan air dan elektrolit
 Mengatur keseimbangan asam-basa
 Memproduksi hormon

4. Tierney LM, et al. 2003. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi
Kedokteran Penyakit Dalam Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
II. ETIOLOGI4
Penyebab Insiden

Glomerulonefritis 46,39%
Diabetes melitus 18,65%
Obstruksi dan infeksi 12,85%
Hipertensi 8,46%
Sebab lain 13,65%

4. Tierney LM, et al. 2003. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi
Kedokteran Penyakit Dalam Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
III. PATOFISIOLOGI1

Penyakit Pengurangan Hipertrofi


dasar massa ginjal kompensatori

Penurunan Penurunan
laju GFR fungsi nefron

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
III. PATOFISIOLOGI1
Uremia

Peningkatan kadar kreatinin


Penurunan serum dan BUN
GFR
Gangguan metabolisme protein
dalam usus

Ketidakseimbangan elektrolit

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
IV. DIAGNOSIS
Gambaran Klinis:1
 Sesuai dengan penyakit yang mendasari
seperti:
diabetes melitus, infeksi traktus urinarius,
batu traktus urinarius, hipertensi,
hiperurikemi, Lupus Eritematosus Sistemik
dan lain sebagainya.

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
IV. DIAGNOSIS
Gambaran Klinis:1
 Sindrom uremia, yang terdiri dari lemah,
letargi, anoreksia, mual muntah, kelebihan
volume cairan (volume overloaded),
neuropati perifer, pruritus, perikarditis,
kejang sampai koma.

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
IV. DIAGNOSIS
Gambaran Klinis:1
 Gejala komplikasinya antara lain, anemia,
osteodistrofi renal, payah jantung, asidosis
metabolik, gangguan keseimbangan
elektrolit (sodium, kalium, klorida).

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
IV. DIAGNOSIS
Pemeriksaan Laboratorium1
 Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya.
 Penurunan fungsi ginjal berupa peningkatan
kadar ureum dan kreatinin serum.
 Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan
kadar hemoglobin, hiper atau hipokalemia,
 Kelainan urinalisis meliputi proteinuria,
hematuria, leukosuria, cast, isostenuria.

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
IV. DIAGNOSIS
Pemeriksaan radiologis1
 Foto polos abdomen bisa tampak batu radio-
opak.
 Pielografi intravena
 Pielografi antegrad atau retrograd dilakukan
sesuai dengan indikasi.
 Ultrasonografi ginjal bisa memperlihatkan
ukuran ginjal yang mengecil, korteks yang
menipis, adanya hidronefrosis atau batu ginjal,
kista, massa, kalsifikasi.

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
IV. DIAGNOSIS
Biopsi dan Pemeriksaan Histopatologi
Ginjal1
 dimana diagnosis secara noninvasif tidak bisa
ditegakkan.

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
V. KLASIFIKASI
Klasifikasi atas dasar derajat penyakit, dibuat atas
dasar GFR, dengan menggunakan rumus Kockcroft-
Gault sebagai berikut:1,4
(140 – umur) x berat badan
GFR (ml/menit/1,73m2) = *)
72 x kreatinin plasma
(mg/dL)
*) pada perempuan dikalikan 0,85

1. Suwitra K. Penyakit Ginjal Kronik. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 1035-1040.
4. Tierney LM, et al. 2003. Gagal Ginjal Kronik. Diagnosis dan Terapi Kedokteran Penyakit
Dalam Buku 1. Jakarta: Salemba Medika.
V. KLASIFIKASI
Derajat Penjelasan GFR

1 Kerusakan ginjal dengan GFR normal / ↑ ≥ 90


2 Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ mildly 60 – 89
3A Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ mildly to moderately 45 – 59
3B Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ moderately to severely 30 – 44
4 Kerusakan ginjal dengan GFR ↓ severely 15 – 29
5 Gagal ginjal < 15 atau dialisis
VI. PENATALAKSANAAN
Tabel. Penatalaksanaan CKD atas dasar derajat GFR2
Derajat GFR (ml/min/1,73m2) Rencana Tatalaksana

1 ≥ 90 Terapi penyakit dasar, kondisi


komorbid, evaluasi perburukan
fungsi ginjal, memperkecil resiko
kardiovaskular

2 60-89 Menghambat perburukan fungsi


ginjal
3a 45-59 Evaluasi dan terapi komplikasi

3b 15-29 Evaluasi dan terapi komplikasi

4 15-29 Persiapan untuk terapi pengganti


ginjal
5 <15 Terapi pengganti ginjal

2. Brenner BM, Lazarus JM. 2000. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam.Volume 3 Edisi 13.
Jakarta: EGC; 1435-1443.
VI. PENATALAKSANAAN

Hemodialisis

CKD
Dialisis Peritoneal
stage V

Transplantasi
Ginjal
VI. PENATALAKSANAAN
Hemodialisis

Indikasi Absolut/Cito
• Kegawatan ginjal dengan keadaan klinis uremia berat
• Overhidrasi
• Oliguria (produksi urine <200 ml/12 jam)
• Anuria (produksi urine <50 ml/12 jam)
• Hiperkalemia
• Uremia (BUN >150 mg/dL)
• Asidosis Berat (PH <7,1 atau bikarbonat<12 meq/I)
• Ensefalopati Uremikum
• Keracunan akut (alkohol, obat-obatan)
VI. PENATALAKSANAAN
Hemodialisis

Indikasi Elektif
• GFR <15 ml/mnt, tergantung gejala klinis
• Gejala uremia meliputi: lethargi, anoreksia, nausea, muntah
• Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot
• Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan
• Komplikasi metabolik yang refrakter
VI. PENATALAKSANAAN
Dialisis Peritoneal

Continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) :


dialisis yang dilakukan melalui rongga peritonium (rongga
perut) dengan selaput atau membran perutonium berfungsi
sebagai filter.
VI. PENATALAKSANAAN
Dialisis Peritoneal

Indikasi medik
• Pasien anak-anak dan orang tua (umur lebih dari 65 tahun),
• Menderita penyakit sistem kardiovaskular,
• Cenderung akan mengalami perdarahan bila dilakukan HD
• Kesulitan pembuatan AV shunting,
• Pasien GGT (gagal ginjal terminal) dengan residual urin
masih cukup

Indikasi non-medik
• keinginan pasien sendiri
• tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri (mandiri),
• daerah yang jauh dari pusat perawatan ginjal.8
VI. PENATALAKSANAAN
Transplantasi
Ginjal

• Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih


seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis hanya
mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah
• Kualitas hidup normal kembali
• Masa hidup (survival rate) lebih lama
• Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama
berhubungan dengan obat imunosupresif untuk mencegah
reaksi penolakan
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai