TINJAUAN PUSTAKA
2.3.1 Patologi
Karakteristik perubahan patologis pada pasien PPOK dapat ditemukan di saluran napas
proksimal, saluran napas perifer, parenkim dan pembuluh darah paru. Perubahan patologis akibat
inflamasi kronis terjadi karena peningkatan sel inflamasi di berbagai bagian paru yang
menimbulkan kerusakan dan perubahan struktural akibat cedera dan mekanisme repair berulang.
Secara umum, perubahan inflamasi dan struktural saluran napas akan tetap berlangsung sesuai
dengan beratnya penyakit walaupun sudah berhenti merokok. Inflamasi kronis dapat terjadi dan
berperan dalam terjadinya berbagai kondisi komorbid yang dapat ditemukan pada pasien dengan
PPOK.
2.3.2 Patogenesis
Inflamasi yang terjadi pada saluran pernapasan pasien PPOK merupakan suatu perubahan
respon inflamasi normal saluran pernapasan terhadap iritasi kronis. Mekanisme yang
memperburuk inflamasi tersebut belum sepenuhnya dimengerti, kemungkinan disebabkan faktor
genetik. Beberapa pasien menderita PPOK tanpa merokok, respon inflamasi pada pasien ini
belum diketahui. Inflamasi pada paru diperberat oleh stres oksidatif dan kelebihan proteinase.
Stres oksidatif
Stres oksidatif berperan penting dalam mekanisme pemberat PPOK. Biomarker stres oksidatif
seperti hydrogen peroksidase, 8-isoprostane meningkat dalam hembusan napas, sputum dan
sirkulasi sistemik pada pasien PPOK. Stres oksidatif lebih lanjut meningkat pada eksaserbasi.
Oksidan yang dihasilkan oleh asap rokok dan partikulat yang dihirup lainnya dilepaskan dari sel-
sel inflamasi yang aktif seperti makrofag dan neutrophil.
Ketidakseimbangan protease-Antiprotease
Terdapat bukti kuat mengenai ketidakseimbangan protease yang memecah komponen jaringan
ikat dan antiprotease yang berkerja sebaliknya pada pasien PPOK. Beberapa protease berasal
dari sel inflamasi dan sel epitel yang meningkat pada pasien PPOK dan saling berinteraksi.
Protease menyebabkan hancurnya elastin yang menjadi komponen utama jaringan penghubung
dalam parenkim paru yang menjadi faktor penting terjadinya emfisema.
Sel Inflamasi
PPOK dikarakteristikkan dengan peningkatan jumlah makrofag di saluran nafas perifer,
parenkim paru dan pembuluh darah paru, bersamaan dengan meningkatnya neutrofil aktif dan
limfosit yang meliputi Tc1, Th1, Th17 dan sel ILC13. Pada beberapa pasien juga terdapat
peningkatan eosinofil, Th2 atau sel ILC2 khususnya yang secara klinis juga menderita asma.
Semua sel inflamasi tersebut bersama dengan sel epitel dan sel struktural lainnya melepaskan
berbagai macam mediator inflamasi.
Mediator Inflamasi
Berbagai macam mediator inflamasi ditemukan meningkat pada pasien dengan PPOK. Mediator
inflamasi tersebut juga bekerja dengan menarik berbagai macam sel inflamasi dari sirkulasi
(faktor kemoataktik), mempercepat proses inflamasi (sitokin pro inflamasi) dan memicu
perubahan struktural (growth factor).
Fibrosis Peribronkial dan Interstitial
Fibrosis Peribronkial dan interstitial ditemukan pada pasien PPOK atau perokok pasif. Produksi
growth factor yang berlebihan ditemukan pada perokok atau mendahului terjadinya inflamasi
saluran nafas pada penderita PPOK. Inflamasi mendahului berkembangnya fibrosis dan adanya
injury yang berulang pada dinding saluran napas memicu produksi jaringan fibrosis yang
berlebihan. Hal inilah yang menjadi faktor berkembangnya penyempitan saluran napas kecil dan
mendahului berkembangnya emfisema.
Gambar 2. Patogenesis PPOK
2.3.3 Patofisiologi
Saat ini telah diketahui dengan jelas tentang mekanisme patofisiologis yang mendasari PPOK
sampai terjadinya gejala yang karakteristik. Misalnya penurunan FEV1 yang terjadi disebabkan
peradangan dan penyempitan saluran napas perifer, sementara transfer gas yang menurun
disebabkan kerusakan parenkim yang terjadi pada emfisema.
a. Pada kelompok bronkitis kronis, gejala klasik yang timbul antara lain:
Batuk yang produktif, dengan gejala progresif dan dapat menyebabkan dispnea intermiten.
Terdapat infeksi pulmoner yang frekuen dan rekuren. Terdapat kegagalan respirasi dan
kardiak dengan edema dan peningkatan berat badan.
b. Pada kelompok emfisema, riwayatnya akan berbeda dan gejala klasiknya antara lain:
Riwayat dispnea yang lama dengan late onset dari batuk nonproduktif, terdapat relaps
mukopurulen dan kegagalan respirasi.