SIROSIS HEPATIS
Dipresentasikan oleh :
dr. Anita
Pembimbing :
Wahana Internsip:
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Nama : dr. Anita
Judul Lapkas : Sirosis Hepatis
Pendamping : dr. Mey Margaretha Sitanggang
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini
dengan judul ”Sirosis Hepatis ”.
Penulisan laporan kasus ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan
Program Dokter Internsip stase IGD di RSUD Sidikalang.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan kasus ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik isi maupun susunan bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik dari pembaca sebagai koreksi dalam penulisan laporan kasus
selanjutnya. Semoga makalah laporan kasus ini bermanfaat, akhir kata penulis
mengucapkan terima kasih.
Penulis
dr. Anita
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
dan pada perempuan adalah 11.105. Di Asia Tenggara, lebih dari 70%
penduduknya terinfeksi virus Hepatitis B dan sekitar 20% akan berkembang
menjadi sirosis hati. Pada tahun tahun 2006, prevalensi sirosis hati di Inggris
sebesar 2% dan di Thailand sebesar 2,5%. (Cahyono SB, 2010)
1.2. Tujuan
Tujuan dari pembuatan laporan kasus ini adalah :
1. Mengerti dan memahami tentang sirosis hepatis.
2. Dapat mengintegrasikan teori terhadap pasien dengan sirosis hepatis.
3. Sebagai persyaratan dalam memenuhi tugas presentasi program dokter intersip
di RSUD Sidikalang.
1.2. Manfaat
Laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penulis dan
pembaca khusunya yang terlibat dalam bidang medis serta masyarakat secara
umum agar dapat lebih mengetahui dan memahami lebih mengenai sirosis hepatis.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sirosis hati merupakan tahap akhir proses difus fibrosis hati yang ditandai
oleh distorsi arsitektur hati dan pembentukan nodul regeneratif. Biasanya dimulai
dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan
jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan
menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat
penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut. Pada sirosis dini biasanya hati
membesar, teraba kenyal, tepi tumpul, dan terasa nyeri bila ditekan. (Nurdjanah,
2009)
lemak.
Sirosis alkohol memiliki tiga stadium:
1) Perlemakan Hati Alkoholik
Stadium pertama dari sirosis alkohol yang relatif jinak, ditandai oleh
penimbunan trigliserida di hepatosit dan terjadi pada 90% pecandu
alkohol kronis (Corwin, 2009). Alkohol dapat menyebabkan
penimbunan trigliserida di hati yang dapat meluas hingga mengenai
lobulus hati. Hati menjadi besar, lunak, berminyak dan berwarna
kuning.
2) Hepatitis Alkoholik
Stadium kedua sirosis alkohol dan diperkirakan diderita oleh 20- 40%
pecandu alkohol kronis. Kerusakan hepatosit mungkin disebabkan oleh
toksisitas produk akhir metabolisme alkohol, terutama asetaldehida dan
ion hidrogen.
3) Sirosis Alkoholik
Pada stadium ini, sel hati yang mati diganti oleh jaringan parut. Pitapita
fibrosa terbentuk dari aktivasi respon peradangan yang kronis dan
mengelilingi serta melilit di antara hepatosit yang masih ada.
Peradangan kronis menyebabkan timbulnya pembengkakan dan edema
interstisium yang membuat kolapsnya pembuluh darah kecil dan
meningkatkan resistensi terhadap aliran darah yang melalui hati yang
menyebabkan hipertensi portal dan asites. (Nurdjanah S, 2009)
2. Sirosis Pascanekrotik
Sirosis pascanekrotik terjadi setelah nekrosis berbercak pada jaringan hati,
sebagai akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya. Hepatosit
dikelilingi dan dipisahkan oleh jaringan parut dengan kehilangan banyak sel hati
6
dan di selingi dengan parenkim hati normal, biasanya mengkerut dan berbentuk
tidak teratur dan banyak nodul.
3. Sirosis Biliaris
Penyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris pascahepatik.
Statis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati dan
kerusakan sel-sel hati. Terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobulus, hati
membesar, keras, bergranula halus dan berwarna kehijauan. Ikterus selalu menjadi
bagian awal dan utama dari sindrom ini. Terdapat dua jenis sirosis biliaris: primer
(statis cairan empedu pada duktus intrahepatikum dan gangguan autoimun) dan
sekunder (obstruksi duktus empedu di ulu hati). (Cahyono SB, 2010)
Transisi dari penyakit hati kronik menjadi sirosis hati melibatkan proses
inflamasi, aktivasi sel stelata di mana selanjutnya terjadi fibrogenesis,
angiogenesis dan lesi parenkimal yang hilang oleh karena oklusi vaskular.
Terjadinya fibrosis hati menggambarkan ketidakseimbangan antara produksi
matriks ekstraselular dan proses degradasinya. Matriks esktraselular yang
merupakan tempat perancah (scaffolding) normal untuk hepatosit, terdiri dari
jaringan kolagen (terutama tipe I, III dan V), glikoprotein dan proteoglikan. Selsel
stelata yang berada pada ruang perisinusoid berfungsi untuk memproduksi matriks
ekstraselular. (Tsochatzis, 2014).
Pada penderita hepatitis C kronik dan sirosis, terjadi peningkatan TGF -1,
yang selanjutnya akan merangsang sel stelata yang aktif untuk memproduksi
kolagen tipe I. Enkapsulasi atau penggantian jaringan yang terluka oleh bekas luka
kolagen inilah yang disebut dengan fibrosis. Peningkatan deposisi kolagen dalam
ruang Disse (ruang antara hepatosit dan sinusoid) dan pengurangan fenestra
endotel akan menimbulkan kapilarisasi sinusoid. Sel-sel stelata yang aktif juga
mempunyai sifat konstriksi. Kapilarisasi dan konstriksi oleh sel-sel stelata dapat
memacu hipertensi portal. Dengan terjadinya hipertensi portal, aliran balik dan
statis substansi vasodilator berupa nitric oxide mulai terakumulasi. Vasodilatasi
7
Selain infeksi oleh virus hepatitis B dan C, alkohol merupakan salah satu
penyebab yang paling sering ditemukan pada penderita sirosis hepatis. Etanol yang
terdapat pada alkohol diserap paling banyak di usus halus, dan sedikit diserap oleh
lambung. Gastric alcohol dehydrogenase (ADH) menginisiasi metabolisme
alkohol. Terdapat 3 sistem enzim yang berkerja dalam proses metabolisme alkohol
di hati, yaitu ADH sitosolik, microsomal ethanol oxidizing system (MEOS) dan
peroksisomal katalase. Oksidasi etanol paling banyak terjadi melalui sistem ADH,
untuk membentuk asetaldehid, di mana asetaldehid merupakan molekul yang
sangat reaktif yang dapat menimbulkan beberapa efek. Kemudian, asetaldehid
dimetabolisme menjadi asetal oleh aldehid dehidrogenase (ALDH). Asupan dari
etanol meningkatkan akumulasi intraselular dari trigliserida dengan meningkatkan
serapan dari asam lemak dan dengan menurunkan oksidasi asam lemak serta
sekresi lipoprotein. Sintesis protein, glikosilasi dan sekresi terganggu. (Kasper,
2012)
8
Tanda Penyebab
Spider angioma atau spider nevi Estradiol meningkat
Palmar erytema Gangguan metabolisme hormon seks
Perubahan kuku:
• Muehrche’s lines • Hipoalbuminemia
• Terry’s nails • Hipoalbuminemia
• Clubbing • Hipertensi portopulmonal
2.7. Tatalaksana
Secara umum, kerusakan sel-sel hati tidak dapat direhabilitasi. Tujuan
pengobatan adalah mencegah pembentukan jaringan parut hati lebih lanjut, atau
memperlambat kerusakan sel-sel hati. Sirosis cenderung semakin memburuk jika
penyebab yang mendasari tetap ada. Oleh karena itu perlu upaya untuk
memperlambat atau menghentikan penyebab sirosis, misalnya:
Pemberian diuretik hanya bagi penderita yang telah menjalani diet rendah
garam dan pembatasan cairan karena satu komplikasi akibat pemberian diuretic
adalah hipokalemia dan hal ini dapat mencetuskan encepalophaty hepatic
Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
13
Secara ringkas, tatalaksana sirosis hati dengan komplikasi dapat dilihat pada tabel
berikut.
Komplikasi Terapi Dosis
Asites Tirah baring
• Diet rendah garam 5,2 gram atau 90mmol/hari
Obat antidiuretik: diawali 100-200 mg sekali sehari maks
•
spironolakton, bila respons tidak 400 mg
adekuat dikombinasi Furosemid 20-40 mg/hari, maks 160 mg/hari
8-10 g IV per liter cairan
• Parasintesis bila asites sangat besar parasintests (jika > 5L)
4-6 L & dilindungi pemberian
albumin
Direkombinasikan jika natrium
• Restriksi cairan
serum kurang dari 120-125
mmol/L
Ensefalopati Laktulosa 30-45 mL sirup oral 3-4 kali/ hari
hepatikum atau 300 mL enema sampai 2-4
kali BAB/ hari dan perbaikan
status mental
4-12 g oral/ hari dibagi tiap 6-8
Neomisin jam; dapat ditambahkan pada
pasien yang refrakter laktulosa
Varises Propanolol 40-80 mg oral 2 kali/ hari
Esofagus Isosorbid mononitrat 20 mg oral 2 kali/ hari
Saat perdarahan akut diberikan
somatostatin atau okreotid diteruskan
skleroterapi atau ligasi endoskopi
Peritonitis Pasien asites dengan jumlah sel PMN
bacterial spontan > 250 / mm3 mendapat profilaksis
untuk mencegah PBS dengan
Sefotaksism dan Albumin
Diet Hati III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diet Hati II atau
kepada pasien hepatitis akut (Hepatitis Infeksiosa/A dan Hepatitis
Serum/B) dan sirosis hati yang nafsu makannya telah baik, telah dapat
menerima protein, lemak, mineral dan vitamin tapi tinggi karbohidrat.
(Sudoyo, 2006)
15
2.8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada penderita sirosis hati :
1. Perdarahan varises esofagus
Perdarahan varises esofagus merupakan komplikasi serius yang sering
terjadi akibat hipertensi portal. Duapuluh sampai 40% pasien sirosis
dengan varises esofagus pecah yang menimbulkan perdarahan. Angka
kematiannya sangat tinggi, sebanyak duapertiganya akan meninggal dalam
waktu satu tahun walaupun dilakukan tindakan untuk menanggulangi
varises ini dengan beberapa cara. (Nurdjanah, 2009)
2. Ensefalopati hepatikum
Disebut juga koma hepatikum. Merupakan kelainan neuropsikiatrik akibat
disfungsi hati. Mula-mula ada gangguan tidur (insomnia dan hipersomnia),
selanjutnya dapat timbul gangguan kesadaran yang berlanjut sampai koma.
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak,
sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. (Nurdjanah,
2009)
4. Sindroma hepatorenal
Keadaan ini terjadi pada penderita penyakit hati kronik lanjut, ditandai oleh
kerusakan fungsi ginjal dan abnormalitas sirkulasi arteri menyebabkan
vasokonstriksi ginjal yang nyata dan penurunan GFR. Dan dapat terjadi
gangguan fungsi ginjal akut berupa oliguri, peningkatan ureum, kreatinin
tanpa adanya kelainan organik ginjal. (Nurdjanah, 2009)
5. Karsinoma hepatoseluler
6. Asites
Penderita sirosis hati disertai hipertensi portal memiliki sistem pengaturan
volume cairan ekstraseluler yang tidak normal sehingga terjadi retensi air
dan natrium. Asites dapat bersifat ringan, sedang dan berat. Asites berat
dengan jumlah cairan banyak menyebabkan rasa tidak nyaman pada
abdomen sehingga dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. (Friedman,
2003)
2.9. Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi oleh sejumlah faktor,
meliputi etiologi, beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang
menyertainya. Salah satu system skoring yang digunakan adalah kriteria
ChildTurcotte-Pugh.
Kriteria Child-Turcotte-Pugh
NILAI
PARAMETER
1 2 3
Asites Tidak ada Terkontrol Kurang
dengan terapi terkontrol
Terkontrol Kurang
Ensefalopati Tidak ada dengan terapi terkontrol
Bilirubin serum (mg/dL) <2 2-3 >3
Albumin serum (g/L) > 3,5 2,8-3,5 < 2,8
INR <1,7 1,7-2,2 > 2.2
Keterangan :
Child-Turcotte-Pugh A : 5-6 poin (prognosis baik: angka kesintasan 1 dan 2 tahun
pertama= 100% dan 85%)
Selain itu, Model End-stage Liver Disease (MELD) dapat digunakan untuk
mengevaluasi pasien dengan rencana transplantasi hati. Skor MELD dapat dilihat
pada tabel 2.9.2.
BAB III
STATUS PASIEN
I. ANAMNESA PRIBADI
Nama : An. PS
Umur : 36 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Sumbul Pegagan, Paratusan
Agama : Kristen Protestan
No. RM : 15 88 92
Tanggal Masuk : 17 Januari 2018
Pukul : 21.90 WIB
DPJP : dr. Lidya Siburian
dr internsip : dr. Anita
Abdomen
Inspeksi : Simetris, perut membesar (+), caput medusa (-),
distensi abdomen (+)
Palpasi : Nyeri tekan (-), Hepar dan Lien : Sulit dinilai
Perkusi : Shift Dullnes : (+)
Auskultasi : Peristaltik usus (+)
Extremitas
Superior : akral hangat, eritema palmaris (+), spider nevi (+) di
lengan kanan atas
Inferior : akral hangat, edema tungkai (+/+), ekimosis (+) di
kedua ungkai
V. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin :
Eritrosit : 3,93 x 10³/mm³ ( L.4,5-6,5 P.3,8-5,8 )
Hb : 8,2 g% (13-15 )
Leukosit : 5,7 x 10³/mm³ ( 5-11 )
Hematokrit : 26,0 % (35-47 )
Trombosit : 83 x 10³/mm³ (150-450 )
KGD ad Random : 117 mg/dl
Faal Hati :
SGOT : 41,2 U/L (L≤38)
SGPT : 15,6 (L≤ 32)
VII. Penatalaksanan
Bed Rest
Diet Hati III
IVFD D 5% 10 gtt/i
IVFD Aminoleben 1 flash/ hari
Inj. Cefotaxim 1gr/12 jam
Inj Ranitidin 50 mg /12 jam
Propanolol tab 2 x 10 mg
Inj Furosemid 10 mg/12 jam
Spironolakton tab 2x 100 mg
22
BAB 4
FOLLOW UP PASIEN
Tanggal S O A P
Abdomen
Inspeksi = Simetris membesar
Palpasi = Undulasi (+)
Perkusi = Shifting dullness (+)
Auskultasi = Peristaltik (+)
Ekstremitas
eritema palmaris (+), spider nevi (+) di
lengan kanan atas
25
Abdomen
Inspeksi = perut membesar(+)
berkurang
Palpasi = Undulasi (+)
Perkusi = Shifting dullness (+)
Auskultasi = Normoperistaltik
Ekstremitas
eritema palmaris (+), spider nevi
(+) di lengan kanan atas
27
BAB 5
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo, Aru W, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Edisi ke 4, Jilid 1. Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. 2006.
2. Nurdjanah S. Sirosis hati. In: Sudoyo WA, Setiyohadi B, Alwi I, et al, editor.
Buku ajar ilmu penyakit dalam jilid I. 6th Ed. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2009;668-669.
3. Joel J, Heidelbaugh, Sherbondy M. Cirrhosis and Chronic Liver Failure: Part II.
Complications and Treatment. University of Michigan Medical School.
2006.(http://www.aafp.org/afp/2006/0901/p767.pdf)
4. Cahyono SB. Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. 2010. Yogyakarta :
Kanisisus.
5. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology. John Wiley &
Sons; 2008 Apr 11.
6. Daniel K, Issekbacher. Penyakit hati yang berkaitan dengan alkohol dan sirosis.
Harrison Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. 13th Ed, Jakarta : EGC.
2012;1665-69.
7. Tsochatzi EA, Bosch J, Burroughs AK. Liver cirrhosis. 2014 Jan21. [cited 017
June3].Available from:
http://news.medlive.cn/uploadfile/20140326/13958054684195.pdf
8. Kusumobroto HO. Buku ajar ilmu penyakit hati. In: Sulaiman HA, Akbar HN,
Lesmana LA. Noer HM, editors. Sirosis hati. 1st ed. Jakarta: Sagung
Seto;2012.p.348-349.
9. Moore CM, Thiel DH. Cirrhotic ascites review: pathophysiology, diagnosis and
management. 2013 May27. Page : 251-263. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3664283/#B17
10. Kasper, Fauci, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. Cirrhosis and its
complications. In: Bacon RB, editor. Harrison’s principle of internal medicine.
19th ed. United States: McGraw-Hill Education; 2012.p.2058-2059.
29
11. Runyon BA, Gores G, Talwalkar JA. Chirrocis. National Institute of Diabetes and
Digestive and Kidney Disease. 2014 March. Page 1-14. Available from:
https://www.niddk.nih.gov/health-information/liverdisease/cirrhosis.
12. Heidelbaugh JJ, Bruderly M. Cirrhosis and Chronic Liver Failure: Part I.
Diagnosis and Evaluation. 2006 .Page 756-762. Available from:
www.aafp.org/afp
13. Tsochatzis E, Bosch J, Burroughs AK. Liver Cirrhocis. UCL Institute of Liver
and Digestive Health. 2014 Jan . page 1-10. Available from:
http://dx.doi.org/10.1016/ S0140-6736(14)60121-5
14. Dienstag JL, Isselbacher KJ. Chronic hepatitis. In Braunwald E, Fauci AS, Kasner
DL, et al (eds). Harrison's Principles of Internal Medicine. 15th ed.