C. Etiologi
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Banyak teori – teori
dikemukakan oleh para ahli yang mencoba menerangkan penyebabnya. Oleh karena itu disebut
“penyakit teori” namun belum ada memberikan jawaban yang memuaskan. penyebab pre-
eklamsia hingga kini belum diketahui.
Penyebab lain yang diperkirakan terjadi, adalah :
- Kelainan aliran darah menuju rahim.
- Kerusakan pembuluh darah.
- Masalah dengan sistim ketahanan tubuh.
- Diet atau konsumsi makanan yang salah.
Namun jika tidak ditangani secara tepat dan cepat, preeklamsia akan segera berubah menjadi
eklamsia yang berakibat fatal pada bayi dan ibu, yaitu infeksi dan perdarahan yang menyebabkan
kematian. Maka pencegahan yang bisa dilakukan adalah memastikan pemeriksaan rutin setiap
bulan agar perkembangan berat badan serta tekanan darah ibu dapat terpantau secara baik.
D. Patofisiologi
Pada pre eklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada
biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola
sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilakui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tenanan darah akan naik sebagai usaha untuk
mengatasi tekanan perifer agar oksigenasi jaringan dapat dicukupi. Sedangkan kenaikan berat
badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam. Proteinuria dapat
disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.
E. Gejala
Preeklamsia ringan: Tekanan darah yang tinggi, retensi air, protein dalam urin Preeklamsia berat:
sakit kepala di daerah prontal, diplopia, penglihatan kabur, tidak dapat melihat cahaya yang
terang, kelelahan, nyeri di daerah epigastrium, mual/muntah, sedikit buang air kecil (BAK), sakit
di perut bagian kanan atas, napas pendek dan cenderung mudah cedera. Segera hubungi dokter
bila mengalami pandangan kabur, sakit kepala yang parah, sakit di bagian perut, dan/atau jarang
sekali BAK.
Secara klinis, gejala-gejala preeklamsia adalah:
1. Peningkatan tekanan darah. Sebagai patokan digunakan batasan tekanan darah lebih dari 130/90
mmHg.
2. Terjadi pembengkakan di daerah kaki dan tungkai. Pada kondisi yang lebih berat pembengkakan
terjadi di seluruh tubuh. Pembengkakan ini terjadi akibat pembuluh kapiler bocor, sehingga air
yang merupakan bagian sel merembes dan masuk ke dalam jaringan tubuh dan tertimbun di
bagian tertentu.
3. Kadar protein tinggi dalam urin karena gangguan ginjal. Gejala preeklampsia ringan
menunjukkan angka kadar protein urin yang tinggi, yaitu lebih dari 500 mg per 24 jam.
4. Kenaikan berat badan lebih dari 1,36 kg setiap minggu selama trimester kedua, dan lebih dari
0,45 kg setiap minggu pada trimester ketiga.
F. Faktor Risiko
Ada beberapa kondisi yang meningkatkan risiko preeklamsia, antara lain:
1. Sejarah preklamsia
Ibu hamil dengan sejarah keluarga ,seperti ibu atau saudara perempuannya pernah mengalami
preeklamsia akan meningkatkan risiko ikut terkena. Risiko preeklamsia juga meningkat jika pada
kehamilan sebelumnya si ibu mengalami preeklamsia.
2. Kehamilan pertama
Di kehamilan pertama, risiko mengalami preeklamsia jauh lebih tinggi.
3. Usia
Ibu hamil pertama di bawah usia 20 tahun atau usia remaja dan ibu hamil berusia di atas 35 tahun
akan lebih besar risikonya menderita preklamsia.
4. Obesitas
Preeklamsia lebih banyak menyerang ibu hamil yang mengalami obesitas.
5. Kehamilan kembar
Mengandung bayi kembar juga meningkatkan risiko preeklamsia.
6. Kehamilan dengan diabetes.
Wanita dengan diabetes saat hamil memiliki risiko preeklamsia seiring perkembangan
kehamilan.
7. Sejarah hipertensi.
Kondisi sebelum hamil seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal atau lupus, akan
meningkatkan risiko terkena preeklamsia.
H. Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin. Komplikasi lainnya adalah :
1. Berkurangnya aliran darah menuju plasenta
Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri yang membawa darah menuju plasenta. Jika
plasenta tidak mendapat cukup darah, maka janin akan mengalami kekurangan oksigen dan
nutrisi sehingga pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan berat kurang.
2. Lepasnya plasenta
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga
terjadi pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun ibunya.
3. Sindrom HELLP
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan sel darah merah), Elevated liver enzym dan
low platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati dan rendahnya jumlah sel darah dalam
keseluruhan darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala serta nyeri perut atas.
4. Eklamsia
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan
kerusakan permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau ginjal. Eklamsia berat menyebabkan
ibu mengalami koma, kerusakan otak bahkan berujung pada kematian janin maupun ibunya.
5. Komplikasi lain
• Solusio plasenta, biasanya terjadi pada ibu yang menderita hipertensi akut.
• Hipofibrinogenemia.
• Hemolisis.
• Perdarahan otak. Merupakan penyebab utama kematian maternal penderita eklampsia.
• Kelainan mata. Kehilangan penglihatan untuk sementara, yang berlangsung sampai seminggu
dapat terjadi. Perdarahan kadang-kadang terjadi pada retina, hal ini merupakan tanda gawat akan
terjadinya apopleksia serebri.
• Eedema paru-paru. hal ini disebabkan karena payah jantung.
• Nekrosis hati. nekrosis periportal hati merupakan akibat vasospasmus arteriol umum.
Kerusakan sel-sel hati dapat diketahui dengan pemeriksaan faal hati, terutama penentuan enzim-
enzimnya.
• Kelainan ginjal. kelainan ini berupa endoteliosis glomerulus yaitu pembengkakan sitoplasma
sel endothelial tubulus ginjal tanpa kelainan struktur lainnya. Kelainan lain yang dapat timbul
ialah anuria sampai gagal ginjal.
• Komplikasi lain. lidah tergigit, trauma dan fraktura karena jatuh akibat kejang-kejang
pneumonia aspirasi dan DIC (disseminated intravascular coagulation).
• Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intra-uterin
J. PENCEGAHAN
Sampai saat ini, tidak ada cara pasti untuk mencegah preeklamsia. Pemeriksaan antenatal yang
teratur dan bermutu serta teliti dapat menemukan tanda-tanda dini pre-eclamsia lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat dan terapi yang tepat untuk
ibu dan janinnya. Dan dalam waktu itu harus dilakukan penanganan semestinya.
Walaupun pencegahan tidak dapat dicegah sepenuhnya, namun frekuensi dapat dikurangi dengan
pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil.
Berikan penerangan tentang :
1. Manfaat istirahat dan tidur, ketenangan. Istirahat tidak selalu berarti berbaring di tempat tidur,
namun pekerjaan sehari-hari perlu dikurangi, dan dianjurkan lebih banyak duduk dan berbaring.
2. Minum 6-8 gelas air sehari
3. Olahraga yang cukup
4. Serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein
5. Hindari makanan yang digoreng dan junkfood, minum alkohol, berkafein, juga
6. Menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
7. Mengkonsumsi multivitamin yang mengandung asm folat dan suplemen nutrisi.
8. Mengkonsumsi makanan berserat.
Tujuan utama penanganan ialah mencegah terjadinya pre-eklampsia berat, mencegah terjadinya
eklampsia maupun komplikasi yang dapat terjadi, melahirkan janin hidup dengan trauma yang
sekecil-kecilnya.
K. PENATALAKSANAAN PREKLAMSIA
Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan :
1. dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin
2. tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak perlu dirawat kecuali
tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-150/90-100 mmHg).
3. istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari dan minimal 8 jam pada
malam hari)
4. pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5. pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6. bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat antihipertensi : metildopa 3x
125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x
20 mg/hari, atau pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7. diet rendah garam dan diuretik TIDAK PERLU
8. jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1 minggu
9. indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2 minggu rawat jalan,
peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali berturut-turut, atau pasien menunjukkan
tanda-tanda pre-eklampsia berat. Berikan juga obat antihipertensi.
10. jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-eklampsia berat. Jika
perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11. pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali ditemukan pertumbuhan janin
terhambat, gawat janin, solusio plasenta, eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal
usia 38 minggu, janin sudah dinyatakan matur.
12. persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau dengan bantuan ekstraksi
untuk mempercepat kala II.
Penatalaksanaan pre-eklampsia berat :
Dapat ditangani secara aktif atau konservatif.
Aktif berarti : kehamilan diakhiri / diterminasi bersama dengan pengobatan medisinal.
Konservatif berarti : kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal.
Prinsip : Tetap PEMANTAUAN JANIN dengan klinis, USG, kardiotokografi. Penanganan aktif.
Penderita harus segera dirawat, sebaiknya dirawat di ruang khusus di daerah kamar bersalin.
Tidak harus ruangan gelap.
Penderita ditangani aktif bila ada satu atau lebih kriteria ini :
- ada tanda-tanda impending eklampsia
- ada HELLP syndrome
- ada kegagalan penanganan konservatif
- ada tanda-tanda gawat janin atau IUGR
- usia kehamilan 35 minggu atau lebih
DAFTAR PUSTAKA :
- Manuaba, Ida Bagus Gde, 2008. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan Dan KB untuk
pendidikan Bidan. ECG,Jakarta.
- Rayburn, William F.2001.Obstetri dan Ginekologi.Widya Medika.Jakarta
- Kurniawati, Desi.2009.OBGYNACEA.TOSCA Enterprise.Yogyakarta
- http://dedyarinerz.blogspot.com/2010/06/pre-eklamsia-1.html