Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kelompok dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Keperawatan Gerontik dalam bentuk makalah. Adapun judul makalah ini yaitu
Makalah Modalitas Kelompok.

Dalam penyelesaian makalah ini, kelompok banyak menemui kesulitan. Oleh karena itu,
kelompok ingin mengucapkan terimakasih .kepada berbagai pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini, diantaranya :

1. Tuhan Yang MahaEsa


2. Pihak perpustakaan yang telah menyediakan buku yang dapat dijadikan refrensi dalam
penyelesaian makalah.
3. Teman-teman seperjuangan yang telah membantu pembuatan hingga penyelesaian
makalah.

Kelompok sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami
mengharapkan saran yang membangun untuk perbaikan makalah ini dan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya bagi mahasiswa/i Jurusan
D3 Keperawatan 17 Karanganyar.

Karanganyar, 17 Desember 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................ 1
DAFTAR ISI .......................................................................................................................... 2
BAB I ..................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN .................................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 3
1.2 Tujuan..................................................................................................................................3

BAB II ...................................................................................................................................4

PEMBAHASAN ....................................................................................................................4

2.1 Pengertian Terapi Modalitas ...............................................................................................4

2.2 Manfaat Terapi Modalitas Pada Lansia ..............................................................................4

2.3 Klasifikasi Terapi modalitas Pada Lansia ...........................................................................4

2.4 Macam-macam Terapi Modalitas Pada Lansia.................................................................. 6

BAB III................................................................................................................................12

PENUTUP ..........................................................................................................................12

KESIMPULAN...................................................................................................................12

SARAN ..............................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................13

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di nomor empat terbesar di dunia


setelah China, India, dan Amerika. Jumlah lansia besar namun tetaplah menjadi kaum
minoritas di lingkungannya karena akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan.
Selain itu faktor yang menyebabkan lansia sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut
yang merupakan periode kemunduran, terjadinya perubahan fisik, dan kurangnya
adaptasi lansia yang buruk pada lingkungannya (Azizah, 2011).
Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis,
fisiologis maupun psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai
mengendur, timbul keriput, mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang,
mudah lelah, gerakan mulai lamban dan kurang lincah masalah tersebut akan
berpotensi pada masalah kesehatan baik secara umum maupun kesehatan jiwa
(Juniarti 2008).
Faktor yang mempengaruhi stres pada lansia ada dua, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah sumber stres yang berasal dari diri seseorang sendiri,
seperti penyakit dan konflik. Sedangkan faktor eksternal adalah sumber stres yang
berasal dari luar diri seseorang seperti keluarga dan lingkungan (Niken, 2014).
Menurut Isnaeni (2010), untuk menghindari dampak dari stres, maka
diperlukan adanya suatu pengelolaan stres yang baik. Dalam mengelola stres dapat
dilakukan dengan terapi farmakologi yang meliputi penggunaan obat cemas
(axiolytic) dan anti depresi (anti depressant), serta terapinonfarmakologi yang
meliputi pendekatan perilaku, pendekatan kognitif, serta relaksasi.

1.2 Tujuan
a) Mengetahui definisi dari terapi modalitas kelompok
b) Manfaat terapi aktivitas kelompok
c) Klasifikasi dari terapi aktivitas kelompok
d) Cara mengaplikasikan terapi modalitas kelompok

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Terapi Modalitas


Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi
lansia. Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di Institusi
pelayanan maupun di masyarakat yang bermanfaat. Pencapaian tujuan terapi modalitas
tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia (Maryam,
dkk 2008).
Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan
tingkat dukungan yang tersedia. Terapi ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi waktu luang bagi lansia ( Anastasia, 2010 )

2.2 Manfaat Terapi Modalitas Pada Lansia

Manfaat terapi aktifitas kelompok pada lansia (Mubarak, 2008):


a) Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh
anggota kelompok yang lain.
b) Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku
yang dekstruktif dan maladaptif.
c) Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain
untuk menemukan cara menyelesaikan masalah.
d) Mengisi waktu luang bagi lansia.
e) Meningkatkan kesehatan lansia.
f) Meningkatkan produktivitas lansia.
g) Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

2.3 Klasikiasi Terapi Modalitas Pada Lansia (Maryam Siti, dkk 2008):

a) Psikodarma
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia.

4
b) Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,
bertukar pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini
dibutuhkan leader, co-leader, dan fasilitator.
c) Terapi Musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan kebersamaan, gairah
hidup dan dapat mengenang masa lalu.
d) Terapi Berkebun
Bertujuan melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
e) Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya
dengan bermain bersama binatang
f) Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
g) Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi
TTS, dan lain-lain.
h) Liter review terapi/ terapi rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan
melihat pemandangan.
i) Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.
j) Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diindentifikasi dan
kontribusi dari masing-masing anggoa keluarga terhadap munculnya masalah tersebut
digali. Dengan demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri;
apa masalah yang terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap
timbulnya masalah, untuk kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan
keluarga dan meningkatkan atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang
seharusnya.

5
k) Terapi Aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak alami yang
diuapkan dari berbagai tanaman. Mereka yang menggunakan terapi aroma
mengatakan terapi aroma efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit
tertentu baik fisik maupun psikologis.

2.4. Macam-Macam Terapi Modalitas Pada Lansia

1) Terapi Review Kehidupan

Satu dari pendekatan yang paling terkenal terhadap pengobatan usila adalah dengan
menggunakan Review Kehidupan/Life Review (Butler, 1963, Butler dan Lewis, 1981).

Butler dan Lewis (1981) menjelaskan bahwa Therapi Review Kehidupan adalah lebih
ekstensif daripada pengingatan kembali masa lampau secara sederhana, walaupun
kenang-kenangan merupakan komponen utama dalam pendekatan ini. Mereka juga
menjelaskan bahwa pemerolehan suatu otobiografi yang ekstensif dari manula adalah
penting (tergantung pada keragaman sumber misalnya : album keluarga, silsilah
keluarga), dengan membiarkan mereka mengatur hidupnya sendiri. Oleh karena itu,
konflik-konflik intrapsikis, hubungan keluarga, keputusan tentang keberhasilan dan
kegagalan, penyelesaian masalah dan klarifikasi dari nilai-nilai yang dimiliki manula
adalah potensial untuk memberikan keuntungan yang diperoleh melalui life review yang
dilakukan secara individu atau kelompok.

Tetapi review kehidupan dapat menjadi suatu pengalaman yang membuat frustasi dan
menyakitkan untuk banyak manulau yang mungkinmemperoleh dukungan emosional dari
seorang penasehat (konselor) selama periode waktu yang lama untuk mengatasi hasil
tambahan (by product) dari proses ini (putus asa, rasa bersalah, permusuhan).

Sherwood dan Mor (1980 : 867) menunjukan bahwa kenang-kenangan (life review)
therapy paling baik dipergunakan dalam suatu lingkungan yang suportif untuk
menciptakan kembali identitas orang yang sudah lanjut usia “untuk kembali dari keadaan
ketidaksesuaian (dissonance) yang disebabkan oleh kesadaran bahwa usia lanjut tidak
memungkinkan untuk menikmati hidup sepuas-puasnya seperti harapan dirinya dimasa
lampau”.

Sherwood dan Mor (1980) mencatat bahwa kenang-kenangan mungkin tidak cocok
bagi manula yang memiliki riwayat “kelainan sosial dan psikologis” . Juga kegunaanya
mungkin terbatas bagi manula yang memiliki sumber-sumber interpersonal (interpersonal
resourses) seperti : anak, istri/suami, teman, cucu atau bagi mereka yang kebutuhannya
untuk tidak menerima pengalaman-pengalaman yang menyakitkan (dan bagi mereka yang
menjadikan penolakan sebagai pendekatan seumur hidup terhadap masalah-masalahnya)
lebih besar dari keuntungan-keuntungan proses review kehidupan (sebagai suatu

6
persiapan untuk kematian) bukanlah cirri-ciri khusus bagi manula secara keseluruhan (
Hayslip dan Martin, 1985).

2) Orientasi Realitas

Realitas (RO) menekankan pada pengurangan kebingungan/disorientasi (biasanya


dikerjakan dalam suatu institusi), dan mungkin sangat terstruktur, dengan menekankan
orientasi pada waktu, tempat dan orang atau secara intensif selama 24 jam.

Karena ini melibatkan suatu perubahan lingkungan (melibatkan staf dan keluarga),
cara ini serupa dengan pengobatan lingkungan pergaulan (Folsom, 1968). Studi yang
berhubungan dengan RO cenderung deskriptif dengan peningkatan yang bersifat umum
atau pulang dari institusi tersebut merupakan tujuan utama (Sherwood dan Mor, 1980),
Penelitian ini secara metodologi memiliki kekurangan (misalnya tidak melakukan
pengontrolan terhadap harapan staf akan peningkatan).
Penelitian yang dilakukan oleh Zelpin, Wolfe dan Kleinplatz (1981) menunjukan
bahwa RO adalah efektif dalam menurunkan disorientasi (relatif terhadap kontrol), tetapi
efektifitas ini terbatas bagi manula yang tidak mengalami disorientasi berat atau yang
lebih muda. Penulis menarik kesimpulan bahwa “Walaupun ada keterbatasan efektifitas
dari RO, RO berguna sebagai suatu alat untuk mengorganisasikan perhatian terhadap
mereka yang dosrientasi sehingga dapat menghindari kebijakan-kebijakan penjagaan yang
tidak pada tempatnya (Zelpin dkk. 1981 : 77).

Zelpin dkk (1981) dan Storand (1978) keduanya menunjukan bahwa keterikan pada
suatu pengobatan yang kaku sering membatasi efektifitas dari RO. Mengingat RO dapat
dipergunakan oleh staf nonprofessional (pembantu perawat), penggunaannya harus
fleksibel, dan mungkin terbatas pada manula yang tidak begitu disorientasi (Storand :
1978). Dilain pihak, Storand mencatat bahwa pasien yang disorientasinya sedikit banyak
menunjukan rasa permusuhan apabila terpapar dengan RO secara sama, sehingga
memerlukan waktu dan upaya tambahan bagi staf untuk mengatasi rasa marahnya.

Seperti Hayslip dan Kooken (1982 : 295) tunjukan, “ partisipasi seperti dapat dengan
baik mencegah penurunan kognitif yang mungkin diakibatkan oleh kurangnya stimulasi.
Prinsip yang paling penting yang harus diingat adalah perlu ada keterpaparan terhadap
tuntuan untuk memproses dan memperoleh kembali informasi, atau dalam istilah
sederhana “latihan berfikir”.

Ketrampilan berpikir tidak boleh dihentikan untuk waktu yang lama karena dapat
menyebabkan kerusakan-kerusakan baik bersifat eksperiensial maupuin organic. Tujuan
utama therapist adalah selalau membuat manula aktif. Berbeda dengan psikotherapi
dengan kelompok umur lainnya, therapy ini memerlukan sesi satu atau dua kali sehari, jika
tidak, sumber stimulasi lainnya untuk klien akan muncul dan dapat tertanam.

7
3) Remotivasi

Penerima therapy ini dapat “Menjembatani” klien dengan realita, reinforcement


asintraksi kelompok dan “Penemuan kembali” aktifitas-aktifitas sebelumnya yang
memuaskan.

Tujuan dari pendekatan remotivasi ini adalah peningkatan kompetensi social,


kemampuan self care dan tingkat aktifitas. Bukti-bukti menunjukan bahwa tehnik
remotivasi ini memenuhi tujuan seperti diatas untuk orang-orang lanjut usia yang dirawat
dipanti-panti jompo (tehnik remotivasi ini juga sudah digunakan pada orang-orang usila
yang berada di masyarakat). Namun ada beberapa indikasi bahwa keefektifan tehnik ini
berbeda-beda sesuai dengan posisi klien.Storand (1978 : 286) menyatakan bahwa tehnik
remotivasi ini tidak harus dipandang sebagai sesuatu hal yang memerlukan penelitian yang
lebih mendetail untuk menentukan aspek-aspek mana dari prosedur yang paling
menguntungkan, mengingat hal itu dapat merugikan pasien sendiri. Yang perlu diingat
bahwa remotivasi ni pada awalnya berpengaruh sangat besar dan bila sudah tertarik dan
berminat berminat maka remotivasi ini paling banyak digunakan oleh perawat dan pasien.

4) Therapi Milieu/ Manipulasi Lingkungan

Therapy mipieu dilakukan dengan menciptakan suatu “Komunitas therapeutic” dimana


seluruh fase interaksi paien-pasien usila dengan perawat dirancang sedemikian rupa
sehingga menguntungkan pasien . Therapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
social, memperbersar tanggung jawab terhadap aktifitas sendiri dan meningkatkan harga
diri.

Asumsi, yaitu :

§ Perawatan pasien harus manusiawi dan tidak menghukum

§ Pelaksana therapy Milieu akan meningkatkan pengelolaan ruang perawatan

§ Therapi Milieu berkaitan langsung dengan sumber-sumber interpersonal dalam


lingkungan sekitarnya.

Storand juga menunjukan bahwa therapy Milieu ini akan berfungsi dengan baik pada
pasien usila yang memiliki gejala psikotik secara emosional tetapikemampuankognitifnya
masih utuh. Dengan demikian pasien usila yang masih bersikap bermusuhan dan
mengamuk akan sulit ditangani dengan therapy Milieu. Ia mencatat bahwa meskipun
memiliki kelemahan (misalnya tanggung jawab yang sedikit pada pasien atau terjadi
penyimpangan /perbedaan tujuan antara pasien dengan perawat) namun harus diakui
bahwa therapy sangat bermanfaat bagi pasien usila terutama yang menjadi apatis dan tidak
responsive sebagai akibat dari perawatan/ pengobatan sebelumnya. Sebagai tambahan,
selain dari therapy Milieu ini ada beberapa tehnik “Manipulasi Lingkungan” yang berguna

8
dalam menghadapi situasi diatas. Seperti yang telah dijelaskan oleh Fozard dan Popkin
(1978), Manipulasi lingkungan kecemasan, disorientasi dan kebingungan pada pasoen-
pasien usila. Tehnik Milieu/Manipulasi lingkungan ini meliputi :

1. Berbicara lebih jelas dan lebih keras


2. Memperendah kekuatan suara tetapi volume suara ditingkatkan (seperti pada telepon
dan bel pintu)
3. Memperbanyak petunjuk-petunjuk visual lewat kode-kode warna
4. Menghindari cahaya/warna yang menyilaukan misalnya dengan penggunaan cat
bernuansa datar secukupnya.
5. Mengatur cahaya agar redup
6. Merancang area pribadiMenggunakan tanda-tanda/symbol-simbol yang konkrit
sambil meningkatkan fungsi memori

Rodin dan Langer (1976 dan 19770 menjelaskan tentang adanya keuntungan-keuntungan
lain dari tehnik ini seperti : Meningkatkan kesehatan fisik, moral dan harga diri, bila disertai :

1. Mengatur jam kunjung


2. Dapat memilih salah saatu makanan dari berbagai jenis makanan yang ada untuk
makan siangnya
3. Dapat menanam tanaman diruang/pot atau luar ruangan
4. Tindakan lain yang bisa mendukung keefektifan ini adalah :
5. Memberi imbalan/reward (seperti : kue, uang dan hadiah) untuk aktifitas yang telah
dilakukan
6. Menyediakan permainan (seperti teka-teki, game) atau rekreasi
7. Mengijinkan pasien untuk makannya dan merancang dekorasi/furniture diruangannya.

Keberhasilan tehnik ini dipengaruhi oleh kemampuan self care, tingkat aktifitas, dengan
orang lain. Therapi lain yang dapat dilakukan pada pasien usila adalah : psikotherapi
individu, therapy kelompok /keluarga , therapy perilaku dan penanganan psikofarmakologi.

5) Terapi Kelompok

Therapi kelompok adalah alternatif lain untuk perawatan lansia dan seringkali digunakan
untuk suatu kelompok dan institusi. Hayslip dan Kooken (1982 : 295) menyatakan “Ciri
therapy kelompok pada lansia adalah ketergantungan pada kebutuhan-kebutuhan dapat
digunakan untuk keuntungan mereka. Pendekatan ini digunakan pada beberapa bentuk dari
issue yang berorientasikan diskusi kelompok, untuk kelompok yang dirancang untuk
merangsang verbalisasi/interaksi antar anggota kelompok, untuk kelompok khususnya untuk
meningkatkan kemandirian dan perasaan positif terhadap diri sendiri. Ini akan membuahkan
hasil yang realistis, sampai berfokus pada beberapa klien yang kuat yang menjadi kepaduan
kelompok. Therapi kelompok sering menggunakan berbagai variasi seperti therapy seni,
therapy tari/therapy musik untuk orang lanjut usia.

9
Hardfort (1980) mengatakan bahwa bervariasinya latar belakang dimana metode
kelompok ini dapat digunakan telah melalui 3 dekade : perawatan rumah-rumah, perawatan
dirumah-rumahsakit, privat homes daycare centers, komunitas, seniorcenter-sebiorcenter.

Ia menjelaskan bahwa banyak tujuan-tujuan yang efektif dengan menggunakan metode


kelompok ini :

1. Perkembangan individu (rehabilitasi)

2. Pengembangan hubungan interpersonal

3. Peningkatan pemecahan masalah

4. Perubahan segera apa yang ada disekelilingnya

5. Perubahan-perubahan dalam system social/institusi

6. Perubahan-perubahan sikap dan nilai-nilai dalam anggota kelompok

7. Perubahan-perubahan berkenaan dengan sikap/perkembangan

Hartford (1980) status kelompok-kelompok banyak menggunakan usia, contoh untuk


daya tahan berhubungan dengan dunia nyata dan dengan masyarakat sebelum terjalin
hubungan antara keduanya. Kemudian hak untuk fisik atau masalah-masalah emosional,
untuk anggota perkembangan dan perbaikan, untuk pengetahuan baru dan menambah
kelangsungan hidup. Sebagai pencahayaan, orientasi kenyataan sebelum dimotivasi, tinjauan
hidup, therapy seni, therapy pekerjaan, therapy tarian dan therapy musik untuk tempat
pertimbangan yang spesifik. Dalam hal ini digunakan untuk perlakuan kelompok. Sebagai
peran pemimpin kelompok, membantu sebagai fasilitasi diskusi, menyediakan susunan,
memberikan definisi goal, menjelaskan apakah dia saat itu berperan atau dengan suportif
pasif sederhana.

Hardfort (1980) mencatat kelompok therapy sesekali memerlukan keahlian dan


menggunakan tindakan preventif guna memperbaiki pengertian. Sunggah menyedihkan
bagaimanapun suatu penggunaan kelompok therapy dengan usia relatif tanpa kritik, jelas
kekurangan pengertian penelitian, kelompok-kelompok pemakai rumah untuk orang tua,
pelajaran “kelompok” dimana rumah untuk orang tua sebagai subyek. Buku metodologi
kelompok pekerjaan praktis dengan orang tua, atau contoh pekerjaan dengan rumah untuk
orang tua, di buku “kelompok metode” celah acara-acara penting (diantaranya riset dan
practice) pada (Harford, 1980).

6) Psikoanalisa

Psikotherapi dilakukan Freud pada tahun 1924 dengan teorinya Psikoanalisa. Dalam teori
ini pemberian pertolongan sangat dipengaruhi emosi. Freud juga melihat bahwa banyak
hambatan dalam mengeluarkan buah pikiran. Hambatan ini terjadi akibat adanya kekuatan

10
tertentu yang sering tidak didasari dan ingatan tentang hal-hal yang mencemaskan atau
menyakitkan akan muncul kembali (tidak masuk ke alam sadar).

Menurut Freud struktur kepribadian manusia meliputi :

merawat anak karena sakit atau perpisahan orang tua dengan anak yang telah dewasa.
Therapi keluarga bisa juga digunakan oleh individu unutk mengekspresikan perasaan mencari
pilihan dan meningkatkan sensitivitas terhadap pandangan orang lain.

Menurut Hartford (1980) Pengobatan therapy keluarga tradisional banyak diabaikan pada
3,4,5 generasi dalam keluarga meskipun banyak informasi tersedia pada keluarga dinamis
dan keluarga yang memilikim pola saling tolong-menolong pada usila (See Sussman, 1976;
Troll, Miller dan Atchley, 1979).

Grauer, Betts dan Birnborm (1973) telah berhasil melakukan penyatuan keluarga
sehingga keluarga dapat menempatkan orang-orang usila yang bermaslah dalam suatu pusat
perawatan. Dye dan erber (1981) melaporkan bahwa individu, kelompok konseling,
kelompok konseling keluarga merupakan suatu kontrol tanpa adanya pegobatan dalam
memfasilitasi masa transisi pada perawatan keluarga. Kemungkinan diskusi yang sering
digunakan pada intervensi keluarga telah disediakan, menurut Herr dan weakland (1979).
“Teori system yang menjadikan keluarga sebagai suatu system, dimana setiap bagian dapat
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Pendekatanannya menekankan pada saat ini dan
sekarang. Pada waktu sekarang yang saling mempengaruhi (masalah penagnan terhadap
masalah) meliputi anggota keluarga.

Beberapa ahli melihat ada beberapa maslah interaksi pada anggota keluarga yang usila
meliputi orang tua sebagai anggota keluarga, yaitu :

1. Disebabkan orang pada dahulu kala


2. Kealahan peran orang tua anak, dimana anak dewasa harus bertanggung jawab akan
orang tuanya
3. Pertentangan antara pasangan anggota keluarga (contoh : ibu-anak perempuan
melawan ayah).
4. Hubungan simbiotik, dimana orang tua tidak dapat membiarkan anak-anaknya yang
sudah dewasa untuk pergi.
5. Ketidaksinambungan antara harapan orang tua dan harapan anak anakan orang
tuanya.
6. Pengalihan peran, sebagai contoh : pada saat suami sakit maka istri harus
menggantikan pekerjaan suaminya.
7. Rasa takut dan menarik diri pada orang tua dari orang-orang yang lebih muda
kesulitan berkomunikasi, sering muncul pada saat-saat tertentu seperti saat sakit,
kematian dan pensiu

11
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan
kesehatan pada lansia. Pemberian modalitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan
khusus biasanya hanya mengurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi latihan-
latihan yang bersifat pasif maupun aktif yang bertujuan untuk mempertahakan kekuatan pada
sekelompok otot-otot tertentu. Agar mobilitas tetap terjaga, sebaiknya dilaksanakan secara
berkesinambungan.

SARAN
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan lansia
dengan taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan,
oleh karena itu perkembangan ilmu dan praktek dalam pembelajaran sangat penting untuk
memenuhi kualitas sumber daya yang diperlukan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Setyoadi & Kusharyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Pada Pasien Psikogeriatrik.

Jakarta:Salemba Medika.

Simangnukalit & Pasaribu. (2007). Terapi Tawa Efektif Menangkal Stres dan Membantu

Mengobati Kanker, Darah Tinggi, Sakit Kepala, Gangguan Syaraf,Maag dan lain-lain.

Jakarta:Papas Sinar Sinanti.

Stanley, Mickey. Patricia Gauntlett Bearre. (2007). Asuhan Keperawataan Pada Klien dengan

Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Buku Ajar Keperawataan Gerontik. Jakarta:

ECG.

Stuart, GW. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi V. Jakarta Subandi, Lestari R &

Suprianto T. (2013). Pengaruh Terapi Psikoreligius Terhadap Penurunan Tingkat

Ansietas Pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sejahtera Pandaan Pasuruan.

13

Anda mungkin juga menyukai