Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK

TERAPI MODALITAS PADA LANSIA

Dosen: Warijan, S.Pd, A.Kep, M.Kes

DISUSUN OLEH:

NAMA : WIJI LESTARI

TINGKAT : 3A

NIM : P1337420420007/04

PRODI KEPERAWATAN BLORA PROGRAM DIPLOMA TIGA

JURUSAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jumlah penduduk lansia di Indonesia berada di nomor empat terbesar di dunia setelah China,
India, dan Amerika. Jumlah lansia besar namun tetaplah menjadi kaum minoritas di
lingkungannya karena akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan. Selain itu faktor yang
menyebabkan lansia sebagai kaum minoritas adalah usia lanjut yang merupakan periode
kemunduran, terjadinya perubahan fisik, dan kurangnya adaptasi lansia yang buruk pada
lingkungannya (Azizah, 2011).
Proses menua akan terjadi perubahan-perubahan baik anatomis, biologis, fisiologis maupun
psikologis. Gejala-gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput,
mulai beruban, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan mulai lamban dan
kurang lincah masalah tersebut akan berpotensi pada masalah kesehatan baik secara umum
maupun kesehatan jiwa (Juniarti 2008). Adanya perubahan-perubahan yang dialami lansia,
seperti perubahan pada fisik, psikologis, spiritual, dan psikososial menyebabkan lansia mudah
mengalami stres (Azizah, 2011).
Faktor yang mempengaruhi stres pada lansia ada dua, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal adalah sumber stres yang berasal dari diri seseorang sendiri, seperti penyakit dan
konflik. Sedangkan faktor eksternal adalah sumber stres yang berasal dari luar diri seseorang
seperti keluarga dan lingkungan. Stres juga dapat menimbulkan dampak negatif, misalnya:
pusing, tekanan darah tinggi, mudah marah, sedih, sulit berkonsentrasi, nafsu makan berubah,
tidak bisa tidur ataupun merokok terus menerus (Niken, 2014).Menurut Isnaeni (2010), untuk
menghindari dampak dari stres, maka diperlukan adanya suatu pengelolaan stres yang baik.
Dalam mengelola stres dapat dilakukan dengan terapi farmakologi yang meliputi penggunaan
obat cemas (axiolytic) dan anti depresi (anti depressant), serta terapi nonfarmakologi yang
meliputi pendekatan perilaku, pendekatan kognitif, serta relaksasi. Salah satu jenis terapi yang
dapat mengurangi stres dan belum banyak di terapkan di Indonesia adalah terapi life review atau
terapi telaah pengalaman hidup.
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari terapi modalitas kelompok?
2. Apa Manfaat terapi aktivitas kelompok?
3. Apa saja klasifikasi dari terapi aktivitas kelompok?
4. Bagaimana cara mengaplikasikan terapi modalitas kelompok?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari terapi modalitas kelompok
2. Untuk mengetahui terapi aktivitas kelompok
3. Untuk mengetahui terapi aktivitas kelompok
4. Untuk mengetahui cara mengaplikasikan terapi modalitas kelompok
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Terapi Modalitas


Terapi modalitas merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia.
Terapi modalitas adalah suatu kegiatan dalam memberikan askep baik di Institusi pelayanan
maupun di masyarakat yang bermanfaat. Pencapaian tujuan terapi modalitas tergantung pada
keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang tersedia (Maryam, dkk 2008). Pencapaian
tujuan terapi modalitas tergantung pada keadaan kesehatan klien dan tingkat dukungan yang
tersedia. Terapi ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang bagi lansia
(Anastasia, 2010).

B. Manfaat Terapi Modalitas Pada Lansia


Manfaat terapi aktifitas kelompok pada lansia (Mubarak, 2008):
1. Agar anggota kelompok merasa dimiliki, diakui dan dihargai eksistensinya oleh anggota
kelompok yang lain.
2. Membantu anggota kelompok berhubungan dengan yang lain serta merubah perilaku yang
dekstruktif dan maladaptif.
3. Sebagai tempat untuk berbagi pengalaman dan saling membantu satu sama lain untuk
menemukan cara menyelesaikan masalah.
4. Mengisi waktu luang bagi lansia.
5. Meningkatkan kesehatan lansia.
6. Meningkatkan produktivitas lansia.
7. Meningkatkan interaksi sosial antar lansia.

C. Klasikiasi Terapi Modalitas Pada Lansia (Maryam Siti, dkk 2008):


1. Psikodarma
Bertujuan untuk mengekspresikan perasaan lansia

4
2. Terapi aktivitas kelompok (TAK)
Terdiri atas 7-10 orang. Bertujuan untuk meningkatkan kebersamaan, bersosialisasi,bertukar
pengalaman, dan mengubah perilaku. Untuk terlaksananya terapi ini dibutuhkan leader, co-
leader , dan fasilitator.
3. Terapi Musik
Bertujuan untuk menghibur para lansia sehingga meningkatkan kebersamaan, gairah hidup
dan dapat mengenang masa lalu.
4. Terapi Berkebun
Bertujuan melatih kesabaran, kebersamaan, dan memanfaatkan waktu luang.
5. Terapi dengan binatang
Bertujuan untuk meningkatkan rasa kasih sayang dan mengisi hari-hari sepinya dengan
bermain bersama binatang
6. Terapi Okupasi
Bertujuan untuk memanfaatkan waktu luang dan meningkatkan produktivitas dengan
membuat atau menghasilkan karya dari bahan yang telah disediakan.
7. Terapi Kognitif
Bertujuan agar daya ingat tidak menurun. Seperti mengadakan cerdas cermat, mengisi TTS,
dan lain-lain.
8. Liter review terapi/ terapi rekreasi
Bertujuan untuk meningkatkan sosialisasi, gairah hidup, menurunkan rasa bosan, dan melihat
pemandangan.
9. Terapi Keagamaan
Bertujuan untuk kebersamaan, persiapan menjelang kematian, dan meningkatkan rasa
nyaman. Seperti mengadakan pengajian, kebaktian, dan lain-lain.
10. Terapi Keluarga
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diindentifikasi dan kontribusi
dari masing-masing anggoa keluarga terhadap munculnya masalah tersebut digali. Dengan
demikian terlebih dahulu masing-masing anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang
terjadi di keluarga, apa kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk
kemudian mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan atau
mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

5
11. Terapi Aroma
Terapi aroma berhubungan dengan inhalasi atau pemakaian minyak alami yang diuapkan
dari berbagai tanaman. Mereka yang menggunakan terapi aroma mengatakan terapi aroma
efektif dalam menurunkan stress, mencegah penyakit tertentu baik fisik maupun psikologis.

D. Cara Mengaplikasikan Terapi Modalitas pada Lansia


1. Pokok bahasan : Terapi klien dengan rematik
Sub pokok bahasan: senam rematik
Hari/Tanggal :
Jam :
Tempat :
Sasaran : Lansia dengan keluhan rematik
2. Tujuan
a. Tujuan umum
Klien mampu melakukan senam rematik dengan baik
b. Tujuan Khusus
Klien mampu melakukan senam rematik secara mandiri dan nyeri sendi berkurang setelah
melakukan senam rematik
3. Sasaran
Berdasarkan pengamatan dan kajian status klien maka sasaran klien yang dilibatkan dalam
terapi aktivitas kelompok ini adalah klien dengan masalah nyeri sendi berjumlah 10 orang.
4. Metode
Metode yang digunakan demonstrasi dan redemonstrasi.
5. Strategi Pelaksanaan
a. Deskripsi struktur kelompok
1) Leader dan Co Leader
a) Memimpin acara : menjelaskan tujuan dan hasil yang diharapkan
b) Menjelaskan peraturan dan membuat kontrak dengan peserta
c) Memberikan motivasi kepada peserta
d) Mengarahkan acara dalam pencapaian tujuan
e) Memberikan reinforcemen positif terhadap peserta

6
2) Fasilitator
a) Ikut serta dalam kegiatan kelompok
b) Memberikan stimulus atau motivasi pada peserta lain untuk berpartisipasi aktif
c) Memberikan reinforcement terhadap keberhasilan peserta lainnya
d) Membantu melakukan evaluasi hasil
3) Observer
a) Mengamati dan mencatat respon klien
b) Mencatat jalannya aktivitas terapi
c) Mengikuti proses evaluasi
4) Peserta
a) Mengikuti seluruh kegiatan
b) Berperan aktif dalam kegiatan
c) Mengikuti proses evaluasi
b. Langkah-langkah kegiatan
1) Fase Orientasi
a.Waktu : 10 menit
b. Salam terapeutik
c. Kontrak
(1) Waktu : 45 menit
(2) tempat : Halaman
(3) topik : senam rematik
d. Tujuan aktivitas : melatih gerakan sendi para lansia agar meminimalisasi sakit
akibat nyeri sendi
e. Aturan main : setiap peserta harus memperhatikan, mengikuti dan kemudian dapat
mempraktekkan hal yang diajarkan
2) Fase Kerja
a. Waktu: 20 menit
b. Menjelaskan pentingnya senam rematik
c. Menjelaskan cara-cara melakukan senam rematik
d. Melatih pasien mempraktekkan senam rematik
e. Berikanpujian untuk setiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk tangan

7
3) Fase Terminasi
a) Waktu : 15 menit
b) Evaluasi
(1) Pemimpin TAK mengeksplorasi perasaan anggota kelompok setelah
mempraktekkan cara mandi. Contoh: “bagaimana perasaannya setelah
mengikuti kegiatan hari ini ?”
(2) Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota kelompok
(3) Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba mempraktekkan
kembali dalam kehidupan sehari-hari.
5) Media dan Alat
a) Media : Musik
b) Alat: Sound, HP
6) Setting Tempat
Setting Tempat

8
Keterangan:

: Leader
: Co Leader
: Fasilitator
: Observer
: Peserta
: Sound / alat music
: Pohon

7) Organisasi Kelompok:
a) Leader:
b) Co-Leader
c) Fasilitator
d) Observer
e) Peserta

8) Evaluasi dan Dokumentasi


a) Bentuk form evaluasi
Evaluasi proses dilakukan oleh observer terhadap jalannya acara dan kesesuaian
dengan tujuan yang diharapkan. Evaluasi hasil ditentukan berdasarkan kriteria :
Respons fisik dan verbal yang ditunjukkan oleh klien yang menjadi peserta TAK
(1) Penilaian ulang respons klien akan penilaian diri dua jam setelah kegiatan
oleh observer dan fasilitator
(2) Pendokumentasian di masing-masing proses keperawatan klien
(3) Klien mendengarkan dan memperhatikan secara seksama dan antusias apa
yang di sampaikan oleh terapis.
(4) Klien dapat mempraktekkan dengan benar apa yang telah diajarkan.

9
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pemberian terapi merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemulihan kesehatan pada
lansia. Pemberian modalitas alamiah ataupun dengan menggunakan peralatan khusus biasanya
hanya mengurangi keluhan yang bersifat sementara, akan tetapi latihan-latihan yang bersifat pasif
maupun aktif yang bertujuan untuk mempertahakan kekuatan pada sekelompok otot-otot tertentu.
Agar mobilitas tetap terjaga, sebaiknya dilaksanakan secara berkesinambungan.
B. SARAN
Peran perawat sangat diperlukan untuk mempertahankan derajat kesehatan lansia dengan
taraf setinggi-tingginya, sehingga terhindar dari penyakit atau gangguan kesehatan, oleh karena
itu perkembangan ilmu dan praktek dalam pembelajaran sangat penting untuk memenuhi kualitas
sumber daya yang diperlukan.

10

Anda mungkin juga menyukai