Disusun Oleh:
Kelompok 6
Nugraha Adi RK 4006180009
Angga Bahtera D 4006180037
Annisa Saraswati 4006180038
Dewi Juli W 4006180048
Ivon Guite 4006180039
Novi Astuti 4006180040
Sri Noviyanti 4006180016
Yovie Antia 4006180026
I. TOPIK
Terapi aktivitas kelompok sosial
A. Sesi 2: Berkenalan dengan anggota kelompok
II. TUJUAN
A. Sesi 2: Berkenalan dengan anggota kelompok
1. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara
bertahap
2. Tujuan Khusus
a. SP 2
1) Evaluasi SP 1
2) Latih berhubungan sosial secara bertahap
3) Masukan kedalam jadwal kegiatan klien
3. Tujuan yang ingin dicapai
Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok:
a. Memperkenalkan diri sendiri: Nama lengkap, nama panggilan, asal,
dan hobi
b. Menanyakan diri anggota kelompok lain: Nama lengkap, nama
panggilan, asal dan hobi.
III. LANDASAN TEORI
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan
sosial yangterlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan perilaku
dan koping individuefektif, konsep diri yang positif dan kestabilan
emosional (Johnsons, 1997 dalam Videback, 2008).
Menurut WHO (2009), prevalensi masalah kesehatan jiwa mencapai 13%
dari penyakit secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang
menjadi 25% di tahun 2030, gangguan jiwa juga berhubungan dengan
bunuh diri, lebih dari 90% dari satu juta kasus bunuh diri setiap tahunnya
akibat gangguan jiwa. Gangguan jiwa ditemukan di semua negara, terjadi
pada semua tahap kehidupan, termasuk orang dewasa dan cenderung terjadi
peningkatan gangguan jiwa.
Prevalensi terjadinya gangguan jiwa berat di Indonesia berdasarkan Riset
Kesehatan Dasar (2007) adalah sebesar 4,6 permil, dengan kata lain dari
1000 penduduk Indonesia empat sampai lima diantaranya menderita
gangguan jiwa berat (Balitbang Depkes RI, 2008). Penduduk Indonesia pada
tahun 2007 (Pusat Data dan Informasi Depkes RI, 2009) sebanyak
225.642.124 sehingga klien gangguan jiwa di Indonesiapada Tahun 2007
diperkirakan 1.037.454 orang.
Gejala yang lebih banyak muncul pada klien dengan gangguan jiwa yaitu
disfungsi sosial.menyebabkan depresi pada klien yang mengganggu konsep
diri klien sehingga menjadikan kurangnya penerimaan klien di lingkungan
keluarga dan masyarakat terhadap kondisi yang dialami klien yang
mengakibatkan klien mengalami isolasi sosial (Sinaga, 2008).
Berdasarkan data dari RSJ Dr Amino Gondohutomo Semarang untuk
gangguan jiwa dengan isolasi sosial tahun 2011 sebanyak 553, sedangkan
bulan Januari sampai Februari 2012 sebanyak 40 orang dari delapan ruang
rawat inap. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa banyaknya
gangguan jiwa yang terjadi dengan masalah isolasi sosial maka perlu
menjadi perhatian dan penanganan khusus bagi individu, keluarga, petugas
di rumah sakit maupun lingkungan tempat tinggal klien.
Isolasi sosial adalah keadaan seseorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
sekitarnya (AH. Yusuf, dkk, 2015 : hal 103). Menurut Keliat (1999) dalam
jurnal Sri (2013) klien yang mengalami isolasi sosial akan cenderung
muncul perilak menghindar saat berinteraksi dengan orang lain dan lebih
suka menyendiri terhadap lingkungan agar pengalaman yang tidak
menyenangkan dalam berhubungan dengan orang lain tidak terulang
kembali.
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu samalain
yang dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist atau petugas kesehatan
jiwa yang telah terlatih (Pedoman Rehabilitasi Pasien MentalRumah Sakit
Jiwa di Indonesia dalam Yosep, 2007). Terapi kelompok adalah terapi
psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi
bagi pasien dengan gangguaninterpersonal (Yosep, 2008).
Manusia sebagai makhluk sosial hidup berkelompok dan saling
berhubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial.Secara alamiah individu
selalu berada dalam kelompok.Dengan demikian pula dasarnya individu
memerlukan hubungan timbal balik yang didapatkan melalui kelompok.
Penggunaan kelompok dalam praktek keperawatan jiwa memberikan
dampak positif dalam upaya pencegahan.pengobatan atau terapi serta
pemulihan kesehatan jiwa seseorang. Beberapa keuntungan yang dapat
diperoleh individu atau klien melalui terapi aktifitas kelompok melalui
dukungan pendidikan, meningkatkan hubungan interpersonal. (Barkhead,
1989). Kepuasan berhubungan dapat dicapai jika individu dapat terlibat
secara aktif dalam proses berhubungan. Peran serta yang tinggi daiam
berhubungan disertai respon lingkungan yang positif akan meningkatkan
rasa memiliki, kerja sama, hubungan timbal balik yang sinkron (Stuart &
Sundeen, 1995). Fokus terapi aktivitas kelompok ini adalah mengajarkan
klien untuk bekerjasama dcngan klien lain dalam melakukan permaian, yang
bertujuan untuk meningkatkan hubungan sosialisasi klien dengan orang lain.
Terapi Aktivitas Kelompok Sosial (TAKS) adalah upaya memfasilitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
Terapi Aktivitas Kelompok yang akan dilaksanakan adalah terapi sesi 1
dimana tujuannya adalah klien mampu memperkenalkan diri dengan
menyebutkan: nama lengkap, nama panggilan, asal dan hobi juga
mengidentifikasi penyebab isolasi sosial dimana tujuan dari
memperkenalkan diri adalah mengeksplorasi perasaan klien terhadap
perilaku menarik diri yang biasa dilakukan. Untuk mengetahui perilaku
menarik diri yang dilakukan dan dengan bantuan perawat bisa membedakan
perilaku konstruktif dan destruktif. Sementara tujuan dari identifikasi
penyebab adalah memberi kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya
dapat membantu mengurangi stres dan penyebab perasaaan menarik diri
juga untuk mengetahui keuntungan dari bergaul dengan orang lain, untuk
mengetahui akibat yang dirasakan setelah menarik diri.
Keterangan:
Leader
Co Leader
Klien
Fasilitator
Observer
XI. PENUTUP
Demikian proposal terapi aktivitas kelompok sesi 2 ini kami susun sebagai
media penuntun dalam pelaksanaan terapi sosial yang akan dilaksanakan di
aula rumah sakit jiwa pada praktik keperawatan jiwa semester 1 Program
Profesi Ners Sarjana Keperawatan. Besar harapan kami agar terapi aktivitas ini
berjalan dengan lancar dan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
terkait, terutama klien isolasi sosial. Atas kerja sama yang baik dan
dukungannya kami mengucapkan terimakasih.
LAMPIRAN
Sesi 2: TAKS
Kemampuan berkenalan denga orang lain
A. Kemampuan verbal
Nama Klien
No. Aspek yang dinilai
1 Menyebutkan nama lengkap
2 Menyebutkan nama panggilan
3 Menyebutkan asal
4 Menyebutkan hobi
5. Menanyakan nama lengkap
6. Menanyakan nama panggilan
7. Menanyakan asal
8. Menanyakan hobi
Jumlah
B. Kemampuan nonverbal
Nama Klien
No. Aspek yang dinilai
1 Kontak mata
2 Duduk tegak
3 Menggunakan bahasa tubuh
yang sesuai
4 Mengikuti kegiatan dari awal
sampai akhir
Jumlah
Petunjuk :
1. Di bawah judul nama klien, tulis nama panggilan klien yang ikut TAKS
2. Untuk tiap klien, semua aspek diberikan tanda ( √ ) jika di temukan pada
klien, dan tanda ( X ) jika tidak ditemukan.
3. Jumlahkan kemampuan yang ditemukan:
a. Kemampuan verbal, disebut mampu jika mendapat nilai ≥6; disebut
belum mampu jika mendapat nilai ≤5
b. Kemampuan non-verbal, disebut mampu jika mendapat nilai 3 atau 4;
disebut belum mampu jika mendapat nilai ≤2