Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PADA PASIEN HALUSINASI

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Keperawatan Jiwa

Disusun oleh :

Kelompok 1 Ruang Alamanda

Muhammad Risqi NIM.23101077


Anton Adi Saputra NIM.23101013
Novrinda Saras Lestari NIM.23101983
Nuria Sukma Ita NIM.23101085
Nuril Istikoma Turrodiyah NIM.23101086
Rahmatul Maula NIM.23101090

PROGRAM STUDI PROFESI


NERS FAKULTAS ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS dr.
SOEBANDI 2024
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
HALUSINASI
A. Latar Belakang

Halusinasi adalah gangguan penyerapan atau persepsi panca indra tanpa

adanya rangsangan dari luar yang dapat terjadi pada system pengindraan dimana

terjadi pada saat kesadaran individu normal. Maksudnya rangsangan tersebut

terjadi pada saat klien menerima rangsangan dari luar dan dari dalam diri

individu.Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang tidak

nyata.,yang banyak di rasakan oleh klien dan tidak dapat di buktikan

(Nasution.2019)

Menurut data WHO (2016), Secara global di perkirakan 350 juta orang

yang terkena gangguan jiwa. Terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60

juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia halusinasi.

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI) tahun

2014, gangguan jiwa saat ini telah menjadi masalah kesehatan global bagi setiap

negara tidak hanya di indonesia saja. Beban penyakit atau burden of disase

penyakit jiwa di Tanah Air masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2014, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan jiwa berat

adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang. (Depkes RI).

Gangguan jiwa mengakibatkan bukan saja kerugian ekonomis, material

dan tenaga kerja , akan tetapi juga penderitaan yang sukar dapat digambarkan

besarnya bagi penderitanya, maupun bagi keluarganya dan orang yang

dicintainya yaitu seperti kegelisahan, kecemasan, keputus-asaan, kekecewaan,

kekhawatiran dan kesedihan yang mendalam.

Penatalaksanaan klien dengan riwayat halusinasi dapat dilakukan salah satunya

dengan pemberian intervensi Terapi Aktivitas Kelompok sosialisasi, yang merupakan

salah satu terapi modalitas keperawatan jiwa dalam sebuah aktifitas secara kolektif
dalam rangka pencapaian penyesuaian psikologis, prilaku dan pencapaian adaptasi

optimal pasien. Penanganannya yaitu dengan melakukan Terapi Aktivitas Kelompok

yang bertujuan agar pasien mampu/dapat berinteraksi dengan orang lain

disekitarnya. Terapi
Aktifitas Kelompok (TAK) sosialisasi adalah upaya memfasilitasi
kemampuan klien dalam meningkatkan sosialisasi.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Klien dapat meningkatkan hubungan sosial dalam kelompok secara
bertahap.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu memperkenalkan diri.
b. Klien mampu berkenalan dengan anggota kelompok.
c. Klien mampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok.
d. Klien mampu menyampaikan dan membicarakan topik.

C. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Isolasi Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial hidup berkelompok dan saling
berhubungan untuk memenuhi kebutuhan sosial. Secara alamiah individu
selalu berada dalam kelompok, dengan demikian pula dasarnya individu
memerlukan hubungan timbal balik yang didapatkan melalui kelompok.
Salah satu gangguan jiwa yaitu isolasi sosial adalah keadaan dimana
individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
(Keliat et all 2016). Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang banyak
terdapat dalam masyarakat, dan sering dikonotasikan dengan keadaan
gila. Menurut Videback (2018) Gejala skizofrenia dapat digolongkan
menjadi 2 gejala yaitu gejala positif dan gejala negatif sebagian besar
dari gejala negatif pasien dengan skizofrenia dapat berupa isolasi sosial.
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan memfasillitasi
kemampuan sosialisasi sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial.
TAK merupakan terapi modalitas yang dilakukan perawat pada
sekelompok pasien yang mempunyai masalah keperawatan yang sama.
Aktivitas digunakan sebagai terapi dan kelompok digunakan sebagai
asuhan. Didalam kelompok terjadi dinamika interaksi yang saling
bergantung. Saling membutuhkan dan menjadi laboratorium tempat klien
berlatih perilaku baru yang adaptif untuk memperbaiki perilaku lama
yang maladaptif. Pada klien dengan isolasi sosial perlu diberikan terapi
aktivitas kelompok.
2. Tanda dan Gejala
Data Subjektif
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak orang lain
b. Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
c. Klien merasa bosan
d. Klien tidak mau berinteraksi dan membuat keputusan
e. Klien merasa tidak
berguna Data Objektif
a. Menjawab pertanyaan dengan singkat seperti “ya” atau “tidak”
dengan nada pelan
b. Respon verbal kurang bahkan tidak ada
c. Berpikir tentang sesuatu menurut pikirannya sendiri
d. Menyendiri dalam ruangan, sering melamun
e. Mondar-mandir atau berdiam diri bahkan melakukan gerakan
berulang-ulang
f. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
g. Ekspresi wajah tidak berseri
h. Tidak merawat diri dan tidak peduli kebersihan diri
i. Tidak bahkan kurang sadar dengan lingkungan sekitar
D. PENGORGANISASIAN
Tempat :
Waktu sesi :
Jumlah anggota :

Setting tempat :

Keterangan :

= Leader

= Co-Leader

= Fasilitator

= Observer

= Pasien
1. Leader :
2. Co-Leader :
3. Fasilitator :
4. Observer :
Pembagian Tugas :
1. Leader
Tugas:
1) Menyiapkan proposal kegiatan TAK.
2) Menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktivitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai.
3) Menjelaskan permainan.
4) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya.
5) Mampu memimpin terapi aktivitas kelompok dengan baik dan tertib.
6) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
2. Co-Leader
Tugas:
1) Mendampingi leader.
2) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang
aktivitas pasien.
3) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang dari perencanaan
yang telah dibuat.
4) Mengambil alih posisi leader jika leader mengalami blocking dalam
proses terapi.
3. Fasilitator
Tugas:
1) Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung.
2) Memotivasi klien yang kurang aktif.
3) Memfasilitasi dan memberikan stimulus dan motivator pada anggota
kelompok untuk aktif mengikuti jalannya terapi.
4. Observer
Tugas:
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan.
2) Mengamati serta mencatat perilaku verbal dan non-verbal pasien
selama kegiatan berlangsung.
3) Mengawasi jalannya aktivitas kelompok dari mulai persiapan,
proses, hingga penutupan.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SESI 1

A. Jenis kegiatan: mengoperkan bola


1. Kriteria klien
a. Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu
berinteraksi dalam kelompok kecil.
b. Sehat secara fisik
2. Alat atau media
a. Hand Phone
b. Bola plastik
3. Fase orientasi
Salam
terapeutik
Kontak :
a. Waktu 45 menit
b. Tempat ruang jiwa
c. Topic : cara memperkenalkan diri kepada orang
lain Tujuan aktifitas : klien dapat menyebutkan jati
dirinya
4. Aturan main:
a. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan
akhir.
b. Bila ingin ke kamar kecil harus meminta ijin kepada pemimpin
TAK.
5. Fase kerja
a. Hidupkan musik yang telah disediakan di handphone .
b. Edarkan bola plastik berlawanan dengan arah jarum jam.
c. Pada saat musik di handphone dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola plastik terdapat jam giliran untuk menyebutkan
salam, nama lengkap, nama panggilan yang disenangi, dan hobi.
Dimulai oleh terapis sebagai contoh.
d. Tulis nama panggilan pada kertas dan tempelkan.
e. Ulangi nomor 1 dan 2 sampai semua anggota mendapat giliran.
f. Beri pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan memberi tepuk
tangan.
6. Fase terminasi
a. Evaluasi
1) Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok
setelah memperkenalkan diri. Contoh: “Bagaimana perasaannya
setelah mengikuti kegiatan hari ini?”
2) Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota
kelompok
3) Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
mengenalkan diri pada orang lain dalam kehidupan sehari
harinya.
7. Kontrak yang akan datang:
a. Waktu : 45 menit
b. Tempat : ruang jiwa
c. Topik atau kegiatan : memperkenalkan diri
Hasil yang diharapkan :
75% anggota kelompok mampu memperkenalkan diri: salam, nama lengkap,
nama panggilan, asal, dan hobi.
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SESI 2

B. Jenis kegiatan: mengoperkan bola


1. Kriteria klien :
a. Menarik diri yang sudah sampai pada tahap mampu berinteraksi
dalam kelompok kecil.
b. Sehat secara fisik
2. Alat atau media
a. Hand Phone
b. Bola plastik
3. Fase orientasi
Salam
terapeutik
Kontak :
d. Waktu 45 menit
e. Tempat ruang jiwa
f. Topic : dapat menyebutkan salah satu teman yang
dikenalinya Tujuan aktifitas : klien dapat menyebutkan temannya
4. Aturan main:
a. Setiap peserta harus mengikuti permainan dari awal sampai dengan
akhir.
b. Bila ingin ke kamar kecil harus meminta ijin kepada pemimpin
TAK.
5. Fase kerja
a. Hidupkan musik yang telah disediakan di handphone .
b. Edarkan bola plastik berlawanan dengan arah jarum jam.
c. Pada saat musik di handphone dimatikan, anggota kelompok yang
memegang bola plastik terdapat jam giliran untuk menyebutkan
nama teman serta tempat tinggal teman yang dikenalinya.
d. Ulangi nomor 3 sampai 5 sampai semua anggota mendapat giliran.
e. Beri pujian untuk setiap keberhasilan anggota kelompok dengan
memberi tepuk tangan.
6. Fase terminasi
a. Evaluasi
1) Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan anggota kelompok
setelah memperkenalkan diri. Contoh: “Bagaimana perasaannya
setelah mengikuti kegiatan hari ini?”
2) Pemimpin TAK memberikan umpan balik positif pada anggota
kelompok.
3) Pemimpin TAK meminta anggota kelompok untuk mencoba
mengenalkan diri pada orang lain dalam kehidupan sehari
harinya.
7. Kontrak yang akan datang:
a. Waktu : 45 menit
b. Tempat : ruang jiwa
c. Topik atau kegiatan : cara memperkenalkan diri kepada orang
lain Hasil yang diharapkan dari sesi 1 dan 2 yaitu:
75% anggota kelompok mampu :
1. Klien mampu memperkenalkan diri dan berinteraksi meliputi : klien
mampu mengucapkan salam, memperkenalkan nama, alamat rumah, dan
menyebutkan hobi yang disukainya.
2. Klien dapat memperkenalkan salah satu teman yang diketahuinya atau
salah satu teman yang berada disebelahnya.
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B. A. (2016). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: ECG.

Pikiran Rakyat, Edisi Cetak – Sabtu, 17 Februari 2007.

Stuart.Gail. W. (2016). Keperawatan Kesehatan Jiwa : Indonesia: Elsever.

Videbeck, S. L. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai