Anda di halaman 1dari 13

PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

PADA KLIEN DENGAN RISIKO PERILAKU KEKERASAN

Disusun oleh :
Cahya Tri Utami (P1337420919052)
Aprilia Aldila E (P1337420919059)
Fira Dewi Cahyani (P1337420919075)
Hidayatul Faizzah (P1337420919094)
Tsaniya Salsabila (P1337420919099)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG
2019
Proposal Terapi Aktivitas Kelompok

1. Topik
Pengendalian emosi dengan cara fisik 1 : teknik napas dalam.
2. Latar Belakang
Menurut WHO, kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik
positif yang menggambarkan keselarasan keseimbangan kejiwaan yang
mencerminkan kedewasaan kepribadiannya (direja, 2011:1). Kesehatan
jiwa adalah suatu kondisi sehat emosional, psikologis, dan social yang
terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping
yang efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck
Sheila L 2008).
Dari pengertian diatas, apabila seseorang tidak termasuk kedalam
karakteristik yang telah dijabarkan maka akan timbul masalah gangguan
jiwa. Gangguan jiwa menurut undang-undang No.3 Tahun 1996, adalah
keadaan adanya gangguan pada fungsi kejiwaan meliputi, proses berpikir,
emosi, kemauan, dan perilaku psikomotorik, termasuk bicara.
Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan
untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis. Berdasarkan
definisi tersebut maka perilaku kekerasan dapat dilakukakn secara verbal,
diarahkan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan. Perilaku kekerasan
dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu sedang berlangsung kekerasan atau
perilaku kekerasan terdahulu (riwayat perilaku kekerasan).
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang
melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada
diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai
ancaman.
Gangguan jiwa dapat menyerang siapa saja. Data American
Psychiatric Association (APA) menyebutkan 1% populasi penduduk dunia
menderita gangguan jiwa. 75% penderita gangguan jiwa mulai
mengidapnya pada usia 16-25 tahun. Usia remaja dan dewasa muda paling
berisiko karena pada tahap ini, kehidupan manusia penuh dengan berbagai
tekanan (stresor).
Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi adalah terapi yang
menggunakan aktivitas sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman
atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok. Hasil diskusi
kelompok dapat berupa kesepakatan persepsi atau alternatif. Terapi
aktivitas kelompok ini secara signifikan memberi perubahan terhadap
ekspresi kemarahan kearah yang lebih baik pada klien dengan riwayat
kekerasan. Pernyataan ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan
ekspresi kemarahan setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok sebesar
60,4%.
Pada terapi aktivitas stimulasi persepsi ini klien dilatih
mempersepsikan stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah
dialami. Kemampuan persepsi klien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap
sesi, dengan proses ini diharapkan respon klien terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan menjadi adaptif.
Terapi aktivitas kelompok ini memberi hasil : kelompok
menunjukkan loyalitas dan tanggung jawab bersama, menunjukkan
partisipasi aktif semua anggotanya, mencapai tujuan kelompok,
menunjukkan teerjadinya komunikasi antar anggota dan bukan hanya
antara ketua dan anggota.
3. Tujuan
a. Umum
Klien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukannya.
b. Khusus
1. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui cara fisik 1 :
tarik napas dalam.
2. Klien dapat mendemontrasikan mengontrol perilaku kekerasan
dengan cara fisik 1 : tarik napas dalam.
4. Seleksi Klien
a. Kriteria Pasien
Klien sebagai anggota yang mengikuti therapy aktivitas kelompok ini
adalah
a. Klien yang tidak terlalu gelisah
b. Klien yang bisa kooperatif dan tidak mengganggu berlangsungnya
Terapi Aktifitas Kelompok.
c. Klien tindak kekerasan yang sudah sampai tahap mampu
berinteraksi dalam kelompok kecil
d. Klien tenang dan kooperatif
e. Kondisi fisik dalam keadaan baik
f. Mau mengikuti kegiatan terapi aktifitas
b. Jumlah Peserta TAK
Jumlah peserta TAK di Ruang Wisma Kresna berjumlah 8 Orang.
c. Nama Peserta TAK
1. Ny. K
2. Ny. R
3. Ny. M
4. Ny. T
5. Jadwal Kegiatan
a. Tempat Pelaksanaan TAK : Ruang
b. Lama Pelaksanaan TAK : 45 Menit
c. Waktu Pelaksanaan TAK : Jum’at, 30 Agustus 2019
6. Metode
a. Ceramah
b. Tanya Jawab
c. Demonstrasi
7. Media dan Alat
a. Buku catatan dan pulpen
b. Jadwal kegiatan klien
c. Speaker
8. Pengorganisasian
a. Leader : Fadhilah Rosyid P
Uraian tugas:
1) Mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Memimpin jalannya terapi kelompok.
3) Memimpin diskusi.
b. Co-leader : Nahfi Lutfiati
Uraian tugas :
1) Membantu leader mengkoordinasi seluruh kegiatan.
2) Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang menyimpang.
3) Membantu memimpin jalannya kegiatan.
4) Menggantikan leader jika ada berhalangan.
c. Fasilitator:
1. Irma
2. Rahayu Nurhayati
3. Gilang Titi W
Uraian tugas :
1) Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.
2) Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan setelah kegiatan.
3) Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan untuk melaksanakan
kegiatan.
4) Membimbing kelompok selama permainan diskusi.
5) Membantu leader dalam melaksanakan kegiatan.
6) Bertanggung jawab terhadap program antisipasi masalah.
d. Observer : Umi Rofiatun R
Uraian tugas :
1) Mengamati semua proses kegiatan yang berkaitan dengan waktu,
tempat dan jalannya acara.
2) Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua anggota
kelompok dengan evaluasi kelompok.
9. Setting Tempat

: Leader : Fasilitator

: Co-Leader : Observer

: Peserta

10. Langkah Kegiatan TAK


1. Persiapan
a. Alat dan Bahan
1) Persiapan tempat yang aman dan tenang
2) Tempat yang cukup luas dan longgar
3) Alat dan bahan : papan tulis/whiteboard, kapur/spidol, buku
catatatn/laporan TAK, pulpen, jadwal kegiatan klien.
4) Form CPT (Catatan Perkembangan Terintegrasi) dan bolpoint
5) Form Nursing Order (resep keperawatan) (jika klien bias
membaca)
6) Form Logbook SKP Harian
b. Pasien
1) Membuat kontrak pertemuan dengan klien.
2) Menjamin pemenuhan kebutuhan privacy klien, hanya ada
perawat dan klien saja.
2. Pelaksanaan
a. Persiapan
1) Mengumpulkan klien yang pernah dilatih mencegah perilaku
kekerasan secara fisik secara individu.
2) Membuat kontrak dengan klien.
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan.
b. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
a) Salam dari terapis atau perawat (misalnya dengan selamat
pagi atau selamat siang).
b) Perkenalkan nama perawat dan nama panggilan (lebih
bagus pakai papan nama).
c) Memberi kesempatan pada klien untuk memperkenalkan
nama masing-masing (dan beri papan nama).
2) Evaluasi/validasi
a) Menanyakan perasaan klien saat ini.
b) Menanyakan masalah yang dirasakan.
c) Menanyakan penerapan TAK Stimulasi Persepsi yang lalu
yang pernah dilakukan (mengenal bentuk perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan).
3) Kontrak
a) Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mencegah perilaku
kekerasan secara fisik.
b) Menjelaskan aturan permainan sebagai berikut :
(1) Jika ada anggota kelompok yang ingin meninggalkan
keompok harus minta izin.
(2) Mengikuti kegiatan sampai selesai.
(3) Mempersilahkan klien untuk minum, atau kencing duu
sebelum acara dimulai.
(4) Lama kegiatan tidak lebih dari 45 menit.
c. Tahap Kerja
1. Mendiskusikan kegiatan fisik yang biasa dilakukan oleh klien
a) Tanyakan kegiatan dirumah seperti: memasak, mencuci
pakaian, mencari rumput, membersihkan rumah, olah raga,
yang biasa dilakukan oleh klien dirumah
b) Tulis di papan tulis

2. Mendiskusikan kegiatan fisikyang tepat digunakan untuk klien


menyalurkan kemarahan secara sehat misalnya dengan menarik
nafas dalam (relaksasi), menjemur/memukul bantal/kasur,
membersihkan kamar mandi, senam, memukul bantal pasir
tinju dan memukul gendang
3. Membantu klien memilih dua kegiatan atau cara yang dapat
dilakukan
4. Bersama klien mempraktikkan dua cara atau kegiatan yang
dipilih
a) Terapis mempraktikkan
b) Klien melakukan demonstrasi mengenai cara tersebut

5. Menanyakan perasaan klien setelah mempraktikkan penyaluran


rasa marah

6. Memberikan pujian atas kemampuan klien memilih serta


mendemonstrasikan cara mengatasi rasa marah dengan
mengatakan “Bagus”. Hindari penggunaan tepuk tangan untuk
memberikan penghargaan pada klien, dengan tepuk tangan
memberi kesan bahwa apa yang di diskusikan adalah
permainan belaka dan menjauhkan sikap kekanak-kanakan bagi
klien.
7. Memberi kesempaatan pada semua klien untuk mencoba atau
mendemonstrasikan cara mengatasi marah yang mereka pilih
8. Menyimpulkan hasil diskusi tentang cara mencegah perilaku
kekerasan secara fisik yang telah dilakukan
d. Tahap Terminasi
1. Evaluasi
a) Perawat menanyakan perasaan klien setelah mengikuti
terapi aktivitas kelompok
b) Perawat memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
dengan mengucapkan kata “Bagus”
2. Rencana Tindak Lanjut
a) Menganjurkan klien untuk melatih kemampuan mencegah
perilaku kekerasan secara fisik dan mendiskusikan dengan
klien atau perawat lain.
b) Membuat jadual mencegah perilaku kekerasan secara fisik
3. Kontrak terapi kelompok yang akan datang
a) Bersama dengan klien membuat rencana untuk terapi
aktivitas kelompok selanjutnya: mencegah perilaku
kekerasan secara sosial/verbal
b) Bersama klien menentukan waktu dan tempat terapi
aktivitas kelompok yang akan datang
e. Pendokumentasian
1. Mencatatan kegiatan TAK stimulasi persepsi dalam buku
catatan/laporan TAK baik jenis Tal, topik TAK, klien yang
diterapis, leader dan observer yang melakukan TAK serta hasil
evaluasi proses dan hasil serta membubuhkan tanda tangan dan
nama terang
2. Mencatat tindakan keperawatan yang telah dilakukan ke dalam
catatan perkembangan terintegrasi sesuai standar prosedur
operasional yang berlaku. Pendokumentasian catatan
perkembangan terintegrasiharus dilakukan oleh perawat yang
telah diberikan penugasan klinik oleh direktur utama
3. Mencatat tindakan keperawatan pada logbook (SKP) harian
4. Mencatat TAK stimulasi presepsi: mencegah perilaku
kekerasan secara fisik pada papan jadual kegiatan untuk
ditindak lanjuti perawat shift berikutnya
5. Membereskan catatan perkembangan terintegrasi pada status
rekam medis pasien.
3. Hal-hal yang harus diperhatikan
a) Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama TAK stimulasi
presepsi umum
b) Mengevaluasi kebutuhan kenyamanan dan keamanan pasien, dan
staff selama TAK stimulasi presepsi
c) Kemampuan TAK stimulasi presepsi disesuaikan dengan
kemampuan klien menerima informasi, belajar, daya ingat pasien,
sesuai kesepakatan yang telah dibuat oleh klien.
11. Program Antisipasi
a. Usahakan dalam keadaan terapeutik
b. Anjurkan kepada terafis agar dapat menjaga perasaan anggota
kelompok, menahan diri untuk tertawa atau sikap yang menyinggung.
c. Bila ada peserta yang direncanakan tidak bisa hadir, maka diganti oleh
cadangan yang telah disiapkan dengan cara ditawarkan terlebih dahulu
kepada peserta.
d. Bila ada peserta yang tidak menaati tata tertib, diperingatkan dan jika
tidak bisa diperingatkan, dikeluarkan dari kegiatan setelah dilakukan
penawaran.
e. Bila ada anggota cadangan yang ingin keluar, bicarakan dan dimintai
persetujuan dari peserta TAK yang lain.
f. Bila ada peserta TAK yang melakukan kegiatan yang tidak sesuai
dengan tujuan, leader memperingatkan dan mengarahkan kembali bila
tidak bisa, dikeluarkan dari kelompok.
g. Bila peserta pasif, leader memotivasi dibantu oleh fasilitator.

12. Evaluasi
a. Evaluasi Proses
1. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal sampai
akhir.
2. Leader mampu memimpin acara.
3. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
4. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
5. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
6. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan kepada
kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
7. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal sampai akhir.
b. Evaluasi Hasil
1. Klien dapat mengalihkan perilaku kekerasan yang biasa
dilakukannya.
2. Klien dapat mencegah perilaku kekerasan melalui kegiatan fisik.
3. Klien dapat menyebutkan dua kegiatan fisik yang dapat mencegah
perilaku kekerasan.
4. Klien dapat mendemontrasikan dua kegiatan fisik yang dapat
mencegah perilaku kekerasan.
c. Evaluasi Standar
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung khususnya pada
tahap kerja. Aspek yang dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai
dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi persepsi perilaku
kekerasan Sesi 2, kemampuan yang diharapkan adalah 2 kemampuan
mencegah perilaku kekerasan secara fisik.
Stimulasi persepsi perilaku kekerasan
Kemampuan mencegah perilaku kekerasan fisik
No Nama Klien Mempraktikan cara fisik Mempraktikan cara fisik
yang pertama yang kedua
1
2
3
4
5
6

13. Daftar Pustaka


DepKes. 2000. Standar Pedoman Keperawatan Jiwa. Jakarta: DepKes
Direja. A. H. S. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Edisi 1.
Yogyakarta: Nuha Medika
Keliat, Budi Anna. Dkk. 2007. Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa. Jakarta: EGC
Videbeck, S. L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
DAFTAR HADIR PESERTA TAK

N NAMA TTD
O
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Anda mungkin juga menyukai