Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN HARGA DIRI RENDAH

DI RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI


PALANGKA RAYA

Disusun:
SUSI SUSANTIE
P1337420923051

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SEMARANG 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
HARGA DIRI RENDAH
I. Defenisi
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan
rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri.(Budi Ana Keliat, 2010).
Gangguan harga diri rendah adalah penilaian negatif seseorang terhadap
diri dan kemampuan, yang diekspresikan secara langsung maupun tidak
langsung.(Schult & videbeck,1998) dalam (Fitria, 2014).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa gangguan harga diri
rendah adalah penilaian yang negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
serta merasa tidak percaya pada diri sendiri.

II. Penyebab atau Etiologi


Etiologi Gangguan harga diri yang disebut sebagai harga diri rendah dan
dapat terjadi secara :
1. Situasional
Yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misalnya harus operasi, kecelakaan,
dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, perasaan malu
karena sesuatu
(korban perkosaan, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba).
Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah, karena :
a. Privacy yang kurang diperhatikan, misalnya : pemeriksaan fisik yang
sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,
pemasangan kateter, pemeriksaan perneal).
b. Harapan akan struktur, bentuk dan fungsi tubuh yang tidak tercapai
karena dirawat/ sakit/ penyakit.
c. Perlakuan petugas kesehatan yang tidak menghargai, misalnya berbagai
pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa
persetujuan.
2. Kronik
Yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung lama, yaitu
sebelum sakit/ dirawat. Klien ini mempunyai cara berfikir yang negatif.
Kejadian sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap
dirinya. Kondisi ini mengakibatkan respons yang maladaptive. Kondisi
ini dapat ditemukan pada klien gangguan fisik yang kronis atau pada
klien gangguan jiwa. Dalam tinjauan life span history klien, penyebab
HDR adalah kegagalan tumbuh kembang, misalnya sering disalahkan,
kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima dalam
kelompok (Yosep, 2007).

III. Manifestasi Klinis


1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
3. Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
4. Percaya diri kurang
5. Mencederai diri
6. Konsentrasi menurun
7. Menyangkalfek labil
8. Regresi perkembangan
9. Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu

IV. Penatalaksanaan
a. Psikofarmakologi
Pemberian terapi medis pada kasus harga diri rendah juga tidak
digolongkan sendiri dan lebih mengarah kepada pemberian obat
golongan antidepresan, karena fungsi dari obat anti depresan adalah
memblok pengambilan kembali neurotransmitter norepineprin dan
serotonin, meningkatkan konsentrasinya pada sinaps dan mengkoreksi
defisit yang diperkirakan menyebabkan alam perasaan melankolis. Hal
ini sesuai dengan masalah neurotransmitter yang dihadapi oleh klien
dengan harga diri rendah yaitu adanya penurunan neurotransmitter
seperti serotonin, norepineprin.
Terdapat banyak jenis antidepresan tetapi pada kasus harga diri
rendah kali ini pemberian obat yang dapat diberikan lebih banyak
dalam jenis Tricyclic Anti Depresan (TCA) : Amitriptiline,
Imipramine, desipramine, notriptilin, sesuai dengan fungsi dari
obatnya yaitu untuk meningkatkan reuptakeseorotonin dan
norepinefrin sehingga meningkatkan motivasi klien dan sesuai dengan
indikasinya yaitu pengobatan yang diberikan pada klien dengan
depresi tetapi juga mengalami skizofrenia sehingga mempunyai efek
pengobatan yang saling meningkatkan.
b. Psikoterapi
Psikoterapi keperawatan yang diberikan pada klien dengan harga
diri rendah meliputi tindakan untuk klien secara pribadi, juga untuk
keluarga dan komunitas di lingkungan klien tinggal. Terapi yang
diberikan tetap dengan menggunakan tindakan keperawatan generalis
ditambah dengan tindakan berupa terapi kognitif untuk individu,
triangle terapi untuk keluarga dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi
dan logoterapi untuk terapi kelompok pada klien harga diri rendah
kronis. Terapi tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

V. Pathway
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Effect Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

Core Problem Harga Diri Rendah Kronis

Causa Koping Individu Tidak Efektif


VI. Proses keperawatan

7.1 Pengkajian
a. Data Subyektif : Klien mengatakan tidak mampu, tidak bisa, tidak
tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan
perasaaan malu terhadap orang lain dari diri-sendiri
b. Data Obyektif : Klien terlihat lebih suka sendiri, bingung bila
disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri/ ingin
mengakhiri hidup. (Stuart GW. Sundeen, 2005)
7.2 Diagnosis Keperawatan
- Gangguan konsep diri: Harga diri rendah
7.3 Rencana Tindakan keperawatan
Diagnosa: Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

a. Tujuan umum : klien tidak terjadi gangguan interaksi sosial, bisa


berhubungan dengan orang lain dan lingkungan.
b. Tujuan khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :

 Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan


diri,
 Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
 Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik
pembicaraan)
 Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaannya
 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
 Katakan kepada klien bahwa dirinya adalah seseorang yang
berharga dan bertanggung jawab serta mampu menolong
dirinya sendiri
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki Tindakan :
 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
 Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
 Utamakan memberi pujian yang realistis
 Klien dapat menilai kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki

3. Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan


Tindakan :

 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki


 Diskusikan pula kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah
pulang ke rumah

4. Klien dapat menetapkan / merencanakan kegiatan sesuai dengan


kemampuan yang dimiliki
Tindakan :

 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan


setiap hari sesuai kemampuan
 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien
 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien
lakukan

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan


Tindakan :

 Beri kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan


 Beri pujian atas keberhasilan klien
 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah

6. Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


Tindakan :

 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara


merawat klien
 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat
 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah
 Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga

VIII. Strategi Pelaksanaan Tindakan


Diagnosa Strategi Pelaksanaan Strategi pelaksanaan
pasien keluarga
Gangguan konsep SP 1 p SP 1 k
diri: HDR a. Mengidentifikasi a. Mendiskusikan
kemampuan dan aspek masalah yang
positif yang dimiliki dirasakan keluarga
klien. dalam merawat klien.
b. Membantu klien b.Menjelaskan
menilai kemampuan pengertian, tanda dan
yang masih dapat gejala harga diri
dilakukan.
terjadinya.
c. Membantu klien
menentukan kegiatan
yang akan dilatih
sesuai dengan
kemampuan klien.
d. Melatih klien sesuai
dengan kemampuan
yang dipilih.
e. Memberikan pujian
yang wajar terhadap
keberhasilan klien.
f. Menganjurkan klien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian.
SP 2 p SP 2 k
a. Mengevaluasi jadwal a. Melatih keluarga
kegiatan harian klien. mempraktikkan cara
b. Melatih kemampuan merawat klien harga
kedua. diri rendah
c. Menganjurkan klien b. Melatih keluarga
memasukkan dalam melakukan cara
jadwal kegiatan merawat langsung
harian. kepada klien harga
diri rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Fitria, Nita. 2014. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan stretegi pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk
7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi program S1 keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika

Keliat, B.A. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai